Anda di halaman 1dari 10

ETIKA PROFESI HUKUM

TENTANG HAKIM

OLEH :

BRAMANTYO HARYANA PUTRA (031311133090)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016
1. Apa yang dimaksud dengan hakim?
2. Apa tupoksi/kewenangan hakim?
3. Jelaskan karakteristik hakim dan ciri cirinya?
4. Apa yang dimaksud profesi hakim?
5. Kapan seorang hakim dinyatakan professional?
6. Nilai nilai moral dan etika apakah yang melandasi pelaksanaan profesi hakim?
7. Sebutkan landasan hukum pelaksanaan profesi hakim berdasarkan hirarki?

JAWAB

1. Berdasarkan Pasal 1 angka 8 KUHAP, hakim adalah pejabat peradilan negara yang
diberi wewenang oleh undang- undang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP).
Selain di dalam KUHAP, pengertian hakim berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009
tentang kekuasaan kehakiman dalam pasal 1 angka 5, angka 6, dan angka 7
- Pasal 1 angka 5 UU No. 48 Tahun 2009, Hakim adalah hakim pada Mahkamah
Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan
khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
- Pasal 1 angka 6 UU No. 48 Tahun 2009, Hakim Agung adalah hakim pada
Mahkamah Agung.
- Pasal 1 angka 7 UU No. 48 Tahun 2009, Hakim Konstitusi adalah hakim pada
Mahkamah
Sedangkan istilah hakim artinya orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau
Mahkamah.

2. Sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang RI Nomor : 48 tahun 2009 tentang


Kekuasaan Kehakiman maka Hakim adalah pejabat Negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang.

Tugas Pokok Hakim :


1. Menerima berkas Perkara
2. Memeriksa perkara yang diajukan kepadanya
3. Memutus perkara yang diajukan kepadanya

Fungsi Hakim :
- Menegakkan kebenaran sesunggyuhnya dari apa yang dikemukakan dan dituntut
oleh para pihak tanpa melebihi atau menguranginya terutama yang berkaitan
dengan perkara perdata,
- sedangkan dalam perkara pidana mencari kebenaran sesungguhnya secara mutlak
tidak terbatas pada apa yang telah dilakukan oleh terdakwa, melainkan dari itu
harus diselidiki dari latar belakang perbuatan terdakwa.
- Artinya hakim pengejar kebenaran materil secara mutlak dan tuntas.

3. Dalam bertingkah laku, sikap dan sifat hakim tercermin dalam lambang kehakiman
dikenal sebagai Panca Dharma Hakim, yaitu:
a) Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap adil;
c) Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau berwibawa;
d) Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak tercela; dan
e) Tirta, berarti seorang hakim harus jujur.

Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat hukum, hakim
harus memiliki etika kepribadian, yakni:
1) percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim;
3) berkelakuan baik dan tidak tercela;
4) menjadi teladan bagi masyarakat;
5) menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat;
6) tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim;
7) bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab;
8) berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu;
9) bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan);
10) dapat dipercaya; dan
11) berpandangan luas.

4. Profesi hakim adalah profesi yang merdeka guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia. Di
sini terkandung nilai kemerdekaan dan keadilan. Selanjutnya, nilai keadilan juga
tercermin dari kewajiban hakim untuk menyelenggarakan peradilan secara sederhana,
cepat, dan biaya ringan, agar keadilan tersebut dapat dijangkau semua orang.

5. Setiap profesi memiliki etika yang pada prinsipnya terdiri dari kaidah-kaidah pokok
sebagai berikut :
1. Profesi harus dipandang sebagai pelayanan, oleh karenanya, sifat "tanpa pamrih"
menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan pencari keadilan mengacu
pada nilai-nilai luhur.
3. Pengembanan profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
4. Persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin
mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi.
6. Secara filosofis, tujuan akhir profesi hakim adalah ditegakkannya keadilan. Cita
hukum keadilan yang terapat dalam das sollen (kenyataan normatif) harus dapat
diwujudkan dalam das sein (kenyataan alamiah) melalui nilai-nilai yang terdapat
dalam etika profesi. Salah satu etika profesi yang telah lama menjadi pedoman profesi
ini sejak masa awal perkembangan hukum dalam peradaban manusia adalah The Four
Commandments for Judges dari Socrates.
Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat butir di bawah ini :
1. To hear corteously (mendengar dengan sopan dan beradab).
2. To answer wisely (menjawab dengan arif dan bijaksana).
3. To consider soberly (mempertimbangkan tanpa terpengaruh apapun).
4. To decide impartially (memutus tidak berat sebelah).

Peradaban Islam pun memiliki literatur sejarah di bidang peradilan, salah satu yang
masih tercatat ialah risalah Khalfah Umar bin Khatab kepada Musa Al- Asy'ari,
seorang hakim di Kufah, yang selain mengungkapkan tentang pentingnya peradilan,
cara pemeriksaan, dan pembuktian, juga menjelaskan tentang etika profesi. Dalam
risalah dituliskan kode etik hakim antara lain di bawah ini :
1. Mempersamakan kedudukan para pihak dalam majelis, pandangan, dan putusan
sehingga pihak yang merasa lebih mulia tidak mengharapkan kecurangan hakim,
sementara pihak yang lemah tidak berputus asa dalam usaha memperoleh keadilan
hakim.
2. Perdamaian hendaklah selalu diusahakan di antara para pihak yang bersengketa
kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

7. Kedudukan hakim telah diatur didalam undang undang No. 14 Tahun 1970 tentang
ketentuan ketentuan pokok kekuasaan kehakiman sebagaimana telah diubah dengan
undang undang No. 35 tahun 1999, undang undang tersebut didasarkan pada
UUD- 1945 pasal 24 dan 25 beserta penjelasannya, sebagaimana telah diubah
dengaan perubahan ke 3 tanggal 9 november 2001[3]. Selanjutnya ketentuan
ketentuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam undang undang tentang
mahkamah agung maupun undang undang tentang peradilan umum juga tata usaha
Negara dan peradilan militer. Dalam fungsi dan tugas tersebut. Hakim berkedudukan
sebagai pejabat Negara sebagaimana diatur dalam undang undang No.8 tahun 1974,
sebagaimana telah di ubah dengan undang undang No.43 tahun 1999 tentang pokok
pokok kepegawaian.
1. ))))) Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili (Pasal 1 butir 8 KUHAP). Sedangkan istilah hakim artinya
orang yang mengadili perkara dalam pengadilan atau Mahkamah; Hakim juga berarti
pengadilan, jika orang berkata perkaranya telah diserahkan kepada Hakim.

2.)))))) Tugas Pokok


Menyelenggarakan perkaura mulai dari menerima, memeriksa sampai dengan
mengadili perkara yang masuk di Pengadilan.
Fungsi
1. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan tugas Kekuasaan
Kehakiman. Tugas utama Hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya.
2. Dalam perkara perdata, Hakim harus membantu para pencari keadilan dan berusaha
keras untuk mengatasi hambatan-hambatan dan rintangan agar terciptanya peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

3.)))))))Panca Dharma Hakim, yaitu:


a) Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
b) Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap adil;
c) Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau berwibawa;
d) Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak tercela; dan
e) Tirta, berarti seorang hakim harus jujur.
Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat hukum, hakim
harus memiliki etika kepribadian, yakni:
1) percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim;
3) berkelakuan baik dan tidak tercela;
4) menjadi teladan bagi masyarakat;
5) menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh
masyarakat;
6) tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim;
7) bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab;
8) berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu;
9) bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan);
10) dapat dipercaya; dan
11) berpandangan luas.

4.)))))))Profesi hakim adalah profesi yang merdeka guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik
Indonesia. Di sini terkandung nilai kemerdekaan dan keadilan.
Profesi hakim sebagai salah satu bentuk profesi hukum sering digambarkan sebagai
pemberi keadilan. Oleh karena itu, hakim juga digolongkan sebagai profesi luhur
(officium nobile), yaitu profesi yang pada hakikatnya merupakan pelayanan pada
manusia dan masyarakat.

5.))))))) Profesi hakim sebagai salah satu bentuk profesi hukum sering digambarkan
sebagai pemberi keadilan

1. Profesi harus dipandang sebagai pelayanan, oleh karenanya, sifat "tanpa pamrih"
menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi.
2. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan pencari keadilan
mengacu pada nilai-nilai luhur.
3. Pengembanan profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan.

6))))) KODE ETIK HAKIM

Untuk jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut Kode Kehormatan Hakim berbeda
dengan notaris dan advokat.

Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Oleh karena
itu Kode Kehormatan Hakim memuat 3 jenis etika, yaitu :

1. Etika kedinasan pegawai negeri sipil


2. Etika kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum.

3. Etika hakim sebagai manusia pribadi manusia pribadi anggota masyarakat.

Uraian Kode Etik Hakim meliputi :

1. Etika keperibadian hakim

2. Etika melakukan tugas jabatan

3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan

4. Etika hubungan sesama rekan hakim

5. Etika pengawasan terhadap hakim.

Dari kelima macam uaraian kode etik ini akan kita lihat apakah Kode Etik Hakim
memiliki upaya paksaan yang berasal dari undang-undang.

1. Etika keperibadian hakim

Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjunjung tinggi, citra, wibawa dan martabat hakim

c. Berkelakuan baik dan tidak tercela

d. Menjadi teladan bagi masyarakat

e. Menjauhkan diri dari eprbuatan dursila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat
f. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim

g. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab

h. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu

i. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan)

j. Dapat dipercaya

k. Berpandangan luas

2. Etika melakukan tugas jabatan

Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a. Bersikap tegas, disiplin

b. Penuh pengabdian pada pekerjaan

c. Bebas dari pengaruh siapa pun juga

d. Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan dan wewenang untuk


kepentingan pribadai atau golongan

e. Tidak berjiwa mumpung

f. Tidak menonjolkan kedudukan

g. Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan

h. Berpegang teguh pada Kode Kehormatan Hakim

3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan


Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :

a. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan di dalam hukum acara
yang berlaku

b. Tidak memihak, tidak bersimpati, tidak antipati pada pihak yang berperkara

c. Berdiri di atas semua pihak yang kepentingannya bertentangan, tidak membeda-


bedakan orang

d. Sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun
perbuatan

e. Menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan

f. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan

g. Memutus berdasarkan hati nurani

h. Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

4. Etika hubungan sesama rekan hakim

Sebagai sesama rekan pejabat penegak hukum, hakim :

a. Memlihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesam rekan

b. Memiliki rasa setia kawan , tenggang rasa, dan saling menghargai antara sesama
rekan

c. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap korp hakim

d. Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan , baik di dalam maupun di luar
kedinasan

e. Bersikap tegas. Adil dan tidak memihak.

f. Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim atasannya.

g. Memberi contoh yang baik di dalam dan di luar kedinasan.

5. Etika pengawasan terhadap hakim.

Di dalam urusan Kode Kehormatan Hakim tidak terdapat rumusan mengenai


pengawasan dan sanksi ini. Ini berarti pengawasan dan sanksi akibat pelanggaran
Kode Kehormatan Hakim dan pelanggaran undang-undang. Pengawasan terhadap
hakim dilakukan oleh Majelis Kehormatan Hakim. Menurut ketentuan pasal 20 ayat
(3) Undang-Undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan umum; Pembentukan,
susunan, dan tata kerja Majelis Kehormatan Hakim serta tata cara pembelaan diri
ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung bersama-sama Menteri Kehakiman.

7.)))))) kedudukan hakim telah diatur didalam undang undang No. 14 Tahun 1970
tentang ketentuan ketentuan pokok kekuasaan kehakiman sebagaimana telah diubah
dengan undang undang No. 35 tahun 1999, undang undang tersebut didasarkan
pada UUD- 1945 pasal 24 dan 25 beserta penjelasannya, sebagaimana telah diubah
dengaan perubahan ke 3 tanggal 9 november 2001[3]. Selanjutnya ketentuan
ketentuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam undang undang tentang
mahkamah agung maupun undang undang tentgang peradilan umum juga tata usaha
Negara dan peradilan militer. Dalam fungsi dan tugas tersebut. Hakim berkedudukan
sebagai pejabat Negara sebagaimana diatur dalam undang undang No.8 tahun 1974,
sebagaimana telah di ubah dengan undang undang No.43 tahun 1999 tentang pokok
pokok kepegawaian.

Anda mungkin juga menyukai