Anda di halaman 1dari 31

KALIMAT EFEKTIF

DOSEN PENGAMPU: ROZA AFIFAH, S.Pd, M.Hum.

KELOMPOK 3
MANAJEMEN B (KELAS B 10)

OLEH:

1. RAFNI ULFAH ADITIA (1902113208)

2. NADA FAKHIRAH ARIFIN (1902155806)

3. ELVIRA RAYHANI SIREGAR (1902155212)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020

ii
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan juga salawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi
Muhammad saw. Makalah yang berjudul “Kalimat Efektif” sebagai tugas kelompok
dengan dosen pengampunya Ibu Roza Afifah, S.Pd, M.Hum. Mata Kuliah Bahasa
Indonesia.
Makalah ini berisikan tentang informasi penyusunan kalimat efektif yang baik
dan benar. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep
penggunaan kalimat efektif.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar
makalah selanjutnya menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 11 Maret 2020

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………………………………………………………. 3
B. Syarat-syarat Kalimat Efektif…………………………………………..…………. 4
C. Unsur-unsur Kalimat Efektif ……………………………………………………… 5
D. Struktur Kalimat …………………………………………………………………… 11
E. Ciri-Ciri Kalimat Efektif …………………………………………………………... 12
F. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya …………..……. 18
G. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif ………………… 21
BAB III PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………………………… 25
B. Saran ………………………………………………………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA …………....................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia yang lainnya dengan tujuan menyampaikan maksud dari si pembicara.
Bahasa tentu memiliki unsur atau aturan yang digunakan agar dapat lebih mudah di
pahami oleh lawan bicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca.
Gagasan yang disampaikan harus tepat agar pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.

Dalam penyampaian gagasan penulis atau pembicara sulit untuk memberikan


penjelasan yang mudah dipahami oleh pendengar/pembaca. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya,
unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-
unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah.

Pada karangan ilmiah sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi


syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan
kabur, kacau, tidak logis, atau berlarut-larut sehingga pembaca sulit mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Contoh kalimat
tidak efektif yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari–hari yaitu “Baik
mahasiswa baru atau mahasiswa lama dikenakan peraturan yang sama”. Adapun

1
kalimat efektifnya yaitu “Seluruh mahasiswa dikenakan peraturan yang sama”.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan
segala permasalahannya.

B. Rumusan Masalah
Adapum rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja syarat kalimat efektif?
3. Apa unsur-unsur pada kalimat efektif?
4. Bagaimana struktur pada kalimat efektif?
5. Apa ciri-ciri pada kalimat efektif?
6. Apa saja kesalahan dalam menyusun kalimat efektif serta bagaimana
pembetulannya?
7. Apa saja hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna dari kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat dari kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada kalimat efektif.
4. Untuk mengetahui struktur pada kalimat efektif.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektif.
6. Untuk mengetahui kesalahan dalam menyusun kalimat efektif serta
pembetulannya.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi
kurang efektif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis
atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika
dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan
ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan
tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa sebagai
berikut :
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar,
mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri
pembaca. (Rahayu: 2007).
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:
2001).
3. Kalimat efektif adalah kalimat singkat, padat, jelas, lengkap dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat (Widjono, 2012: 205).
4. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin, Amran: 2008).

3
5. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan
informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha,
Rohmadi, dan Wahyudi: 2009).
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami
oleh pendengar atau pembaca.

B. Syarat-syarat Kalimat Efektif


Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yang mendapat
perhatian penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat efektif. Pernyataan
sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian
kata dalam kalimat itu ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya
dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat-kalimat
dalam penulisan ilmiah harus lebih cermat lagi menata kalimat yang benar dan efektif
karena kalimat-kalimat yang tertata itu berada dalam laras bahasa ilmiah.
 Ada beberapa persyaratan dalam menyelesaikan kalimat yang dapat dipahami
oleh pendengar atau pembaca yaitu sebagai berikut :
1. Kelengkapan struktur subjek dan predikat
2. Pemutasian subjek dan predikat
3. Perwujudan makna gramatikal berdasarkan struktur
 Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif
atau tidak dalam berbahasa ilmiah, sebagai berikut :
1. Sesuai EYD, sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun
tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak
sampai kata yang ditulis ternyata tidak tepat ejaannya.
2. Sistematis, sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan
subjek dan predikat, kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap,
hingga keterangan. Sebisa mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah

4
kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada
penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal kalimat.
3. Tidak boros dan bertele-tele, jangan sampai kalimat yang kalian buat
terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele.
Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas agar
orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian
tuangkan.
4. Tidak ambigu, syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi
sangat penting untuk menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan
susunan kata yang ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan;
pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga
tidak ada kesan ambigu.

C. Unsur-Unsur Kalimat Efektif


Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi
oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku  sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.

5
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi
oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e). Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa,
klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada
contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e)
bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang
menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami
lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai
(e), yaituorang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan
(e). Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa  (yang)… kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.

6
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu
kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Katameringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok katasedang tidur
siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalamkeadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan. Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P
karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau
status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.

7
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di
dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di
Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh
(b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di
bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada
ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.Jika P diisi oleh verba intransitif, O
tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib
hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh
berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.

8
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
        S                  P             O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
            S                 P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut: Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S                     P               O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal. Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.  Hal lain yang
membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional. Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P.
Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga

9
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O,
dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.
Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel II.1
Jenis Keterangan dan Contoh Pemakaiann

No Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian


.
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke
Dari rumahnya
Pada Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan
mobil

10
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

D. Struktur Kalimat
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah. Ada beberapa sturktur
kalimat yang harus dipahami yaitu sebagai berikut:
Struktur kalimat dasar terdiri dari,
a. Pola kalimat dasar
b. Tipe kalimat
Struktur kalimat tunggal terdiri dari,
a. Pola kalimat tunggal
Struktur kalimat majemuk terdiri dari,
a. Kalimat majemuk setara
b. Kalimat majemuk bertingkat
c. Kalimat majemuk campuran

11
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata)
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu
harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Misalnya, Anda
akan menyatakan “Saya menulis surat buat papa”. Efek yang ditimbulkannya akan
sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat papa.
3. Menulis saya surat buat papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya papa buat menulis surat.

6. Buat papa surat saya menulis.


Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-
kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.

E. Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Untuk dapat mencapai keefektifan suatu kalimat harus memenuhi setidaknya
enam syarat, yaitu:
1. Kesepadanan
Ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki
beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
a. Sebuah kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat

12
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek.
Contoh:
1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Salah)
2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah.(Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
2) Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
1) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
2) Saat itu bagi saya kurang jelas.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
1) kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu,
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

13
2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki Atau Kakaknya membeli sepeda motor
Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
1) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2. Keparalelan
Adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya,
kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat (b)
tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai
berikut: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
3. Ketegasan

14
Adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden
mengharapkan. Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat membangun
bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan
dengan mengubah posisi kalimat.
a. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
b. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
c. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
d. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4. Kehematan

15
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh: Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat
itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden
datang.
1) Ia memakai baju merah.
2) Di mana engkau menangkap pipit itu?
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut. Karena tidak diundang, dia
tidak datang ke tempat itu.Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui
bahwa presiden datang.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Perhatikan contoh:
1) Ia memakai baju warna merah.
2) Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah mencakupi
kata burung. Kalimat itu dapat diubah menjadi
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
1) Dia hanya membawa badannya saja.
2) Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke
bawah. Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

16
1) Dia hanya membawa badannya.
2) Sejak pagi dia bermenung.
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentuk jamak. Misalnya: Bentuk tidak baku : para tamu-tamu,
beberapa orang-orang bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5. Kecermatan
Adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam
pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi. Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat
berikut :
a. Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,
dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
6. Kepaduan
Adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang
panjang dan bertele-tele. Misalnya: Kita harus dapat mengembalikan
kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak

17
keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh:
Surat itu saya sudah baca. Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan. Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk :
1) Surat itu sudah saya baca.
2) Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan
kalimat ini :
1) Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2) Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-
rumah adat.
Seharusnya:
1) Mereka membicarakan kehendak rakyat.
2) Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7. Kelogisan
Yang dimaksud kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

F. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya


1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),
yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung
kesalahan pleonastis antara lain:
 Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

18
Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
 Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya
tolong-menolong.

2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
 Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Sehingga menjadi : 
 Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata


Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
 Saya mengetahui kalau ia kecewa.
                Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
 Bola gagal masuk gawang.
                Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)


Bahasa Asing

19
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing
terlihat pada kalimat berikut:
 Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat
terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
 Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa
daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
 Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
 Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita
lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik
di tabloid anak-anak Yunior.
 Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

6. Kata depan yang tidak perlu


Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak
perlu seperti pada kalimat berikut:
Contoh :
 Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:
 Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

20
G. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif,
antara lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu
memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan
mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata.
Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran
seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak
keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.
Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada
kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2. Kurang ekonomis pemakaian kata.


Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam
tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari
sudut maknanya, misalnya:
 membicarakan tentang transmigrasi
                Seharusnya: membicarakan transmigrasi
 sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
 Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah,
tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah
dan kelompok elite.
                Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan

21
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada
contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat
bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan
zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih
telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan
daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat
putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan
hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat
bagi tubuh.

4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.


Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa
keilmuan.
 Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas
bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
 Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa
keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan
dan mengatakan.

5. Konstruksi yang bermakna ganda.


Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,
namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga

22
tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda
dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
 Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud
nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
                Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
 Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika
kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti
kalimat berikut:
                Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.


Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung
di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
 Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah
manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
 Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah
manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
 Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah
manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.


Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan
lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat
perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,

23
perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun
kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
 Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan
menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan
penganalisisan data.
 Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
 Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
 Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

24
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat berfungsi mengungkapkan
informasi secara tepat, cepat dan mudah dipahami serta mempunyai
hubungan kalimat, penekanan dan pengucapannya.
2. Syarat-syarat kalimat efektif yaitu sesuai EYD, sistematis, tidak boros
serta bertele-tele, dan tidak ambigu.
3. Unsur-unsur dalam kalimat efektif yaitu subjek (S), prediket (P), Objek
(O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket).
4. Ciri-ciri dari kalimat efektif yaitu kesepadanan, keparalelan, ketegasan,
kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan.
5. Adapun kesalahan dalam menyusun kalimat efektif serta pembetulannya,
antara lain:
 Pleonastis
 Kontaminasi
 Salah pemilihan kata
 Salah nalar
 Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
 Kata depan yang tidak perlu
6. Berikut hal-hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif,
sebagai berikut:
 Kurang padunya kesatuan gagasan
 Kurang ekonomis pemakaian kata
 Kurang logis susunan gagasannya
 Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya
 Kontruksi yang bermakna ganda

25
 Penyusunan kalimat yang kurang efektif
 Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar
7. Contoh kalimat tidak efektif dan kalimat efektif
 Kalimat tidak efektif:
“Baik mahasiswa baru atau mahasiswa lama dikenakan peraturan
yang sama.” (Salah)
 Kalimat efektif:
“Seluruh mahasiswa dikenakan peraturan yang sama” (Benar)

B. SARAN
Setelah mengetahui pentingnya memahami penggunaan kalimat efektif
dalam berkomunikasi, maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk
dapat memahami dan membedakan mana kalimat yang efektif dan mana yang
tidak. Tujuannya adalah agar informasi yang diterima dapat selaras antara
gagasan yang disampaikan oleh pihak pertama dengan pihak kedua secara
“utuh”.

Demikianlah makalah kalimat efektif yang telah penulis susun.


Semoga dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Penulis menyadari makalah
ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
diberikan oleh pembaca sangat diharapkan agar makalah selanjutnya dapat
disusun menjadi lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 2001. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

E.Zainal Arifin, S. Amran Tasai. Edisi Revisi 2008. Cermat berbahasa Indonesia.
Jakarta: Akademia Pressindo.

Dewi, Ponco, Dra. Rr K, MM. 2015. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi.

Nasucha, Yakub., Rohmadi, Muhammad, dan Wahyudi, Agus Budi. 2009. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media perkasa.

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Grasindo.

Widjono HS. Edisi Revisi Cetak 3, 2012. Bahasa Indonesia Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Suyatno, Tri Pujiati, Didah Nurhamidah, Lutfi S. Faznur. 2017. Bahasa Indonesia
Untuk Peguruan Tinggi. Bogor: In Media.

27

Anda mungkin juga menyukai