Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SENGKETAN KASUS KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 8
DI SUSUN OLEH:

TEREJINA D.C. VALENTE 2017610104


OKI KARAJI DAWI NGANA 2017610073
METY ROFENTY AOETPAH 2017610064
YAKUB HEINGU TARA 2017610104

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIFERSITAS TRIBHUWHANA TUNGGA DEWI
MALANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Essa,karna atas rahmatnya
sehingga makalah yang berjudul, SENGKETA KASUS KEWARGANEGARA ini
dapat kami selesaikan dengan cepat dan tepat waktua, tidak lupa pulah penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Bapa Ibu selaku dosen pengasu,yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penyusun menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan dan
keterbatasan baik dari segi penulisa maupun isi dalamnya. Untuk itu kami sangat
harapkan saran atau kritik dari dari bapa ibu dosen yang bersangkutan.

DAFTAR ISI
HALAMAN......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumus
Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan
Penulisan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah
Kewarganegaraan..............................................................................................................3

B. Sengketan kasus
Kewarganegaraan..............................................................................................................3

C. Hak dan kewajiban Warga Negara Yang SerinTerabaikan........................................4

BAB III PENUTUP

2.1.Kesimpulan..................................................................................................................5

2.2.Saran............................................................................................................................6

DAFTARPUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tingkat pertumbuhan penduduk yang timggi serta kemiskinan yang banyak terjadi
di negara-negara berkembang merupakan salah satu pemicu terjadinya migrasi.selain
hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut kelahiran,kelahiran seseorang juga dapat
dilihat dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan
drajat.Asas kesatuan hukum berdasarkan pada paradigma bahwa suami –istri ataupunk
ikatan keluarga merupakan inti masayarakaat yang meniscayakan suasana sejahtera,
sehat dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakatnya,
suami- istri atu keluarga yang baik perlu menccerminkan adanya suatu kesatuan yang
bulat.

Untuk meralisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga maupun suami-


istri,maka semuanya harus tunduk pada pada hukum yang sama, dengan adanya
kesamaan pemahaman komitmen menjalankan kebersamaan atas dasar hukum yang
sama tersebut, menincayakan adanya kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-
masing tidak dapat perbedaan yang dapat menganggu keutuhan dan
kesejahterankeluarga.

Sedangkan dalam asas kesamaan drajat ditentukan bahwa suatu perkawinan


tidak mennyebabkan perubahan estatus kewarga negaraan masing-masing pihak. Baik
suami ataupunk istri tetapa berkewarganegaraan asal, atau dengan kata lain sekalipun
sudah menjadi suami istri, mereka tetap memiliki status kewarganegaraan sendiri,
sama hal nya ketika mereka belom dikatakan menjadi suami istri.Asas ini menghindari
terjadinya penyeludupan hukum. Misalnya, seseorang yang berkedudukan
berwarganegarasuatu negara dengan cara ataupun berpura-pura melakukan pernikahan
dengan perampuan di negara tersebut. Setelah melalui perkawinan dan orang tersebut
memperoleh kewarganegaraan yang diingnkanya, maka ia menceraikan isterihat,
untuk menghindari penyeludupan hukum semacam ini, banyak negara yang
menggunakan asas persamaan derajat dalam peraturan kewarganegaraanya.

1.2 RUMUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut

1. Apa itu sengketan kasus kewarganegaran?


2. Apa itu problem kewarganegaraan?
3. Apa saja hak dan kewajiban warga negara yang terabaikan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan hal sebagai berikut.


1. Untuk memberikan pengetahuan apa itu warga negara .
2. Untuk mengetahui tentang masalah kewarganegaraan.
3. Untuk memberikan imformasi mengenai hak dab kewajiban warga negara yang
terabaikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. MASALAH KEWARGANEGARAA

a. Pengertian kewarganegaraan
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan
asas yang dianut negara tersebut. Asas kewarganegaraan yang dianut oleh suatu
negara merupakan prinsip yang menjadi pedoman dalam menentukan
kewarganegaraan pada negara tersebut. Perbedaan asas tiap-tiap negara
disebabkan karena perbedaan latar belakang negara, cita-cita masa depan,
letaknegara , dan kondisi perkembangan yang ada.

Adapun yang dimaksud dengan kewarganegaraan ialah keangotaan seseorang


dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus:negara) yang denganya
membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiataan politik.

Seorang warga negara indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negar Republik indonesia. Kepada orang ini akan diberikan kartu
tamda penduduk, berdasarkan kabupaten atu (khusus DKI jakarta ) prfinsi,
tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga.Kepada orang ini akan di berikan
nomor identitas yang unik (Nomor induk kependudukan, NIK) apabilah ia telah
berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan.Paspor diberikan
oleh negara kepada warga negaraya sebagai bukti identitas yang bersangkutan
dalam tata hukum internasional.
b. Asas kewarganegaraan
Dalam menerapkan asas kewarganegaraan, dikenal dengan dua pedoman,
yaitu berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaran berdasarkan perkawinan

1. Asas pada umunya penentuan kewarganegaraan berdasarkan pada


sisi kelahiran seseorang dikenal dengan 2(dua) asas
kewarganegaraan, yaitu ius solo dan isu sanguinus.
Kedua istilah tersebut berasal dari bahasa latin ius berarti hukum,
dalil atau pedoman, soli berasal dari kata solum yang berarti negri,
tanah atu daerah dan sanguinis yang berarti darah.dengan
demikian, ius soli berarti pedoman kewarganegaraan yang
berdasarkan yang berdasarkan tempat atau daerah kelahiran.
Negara yang menganut asas ini akan menganut kewarganegaraan
seseorang anak yang lahir sebagai warganegara seseorang anak
yang lahir sebagai warganegaranya hanya apabilah anak tersebut
lahir di wilayah negaranya, tanpa melihat siapa dan dariman orang
tua anak tersebut berasal. Asas ini memungkinkan adanya
bangsa yang moderen dan multikulturan tampa dibatasi oleh
ras,etnis,agama, dan lain-lain
Contoh: negara yang menganut asas ini adalah AS, Argentina,
Banglades dan Brazil. Sedangkan ius sanguinis adalah pedoman
kewarganegaraan berdasarkan darah atau keturunan. Negara yang
menganut asas ini akan mengakui kewarganegaraaan seseorang
anak sebagai warga negaranya apabilah orang tua dari anak
tersebut adalah memiliki status kewarganegaraan negara tersebut
(dilihat dari keturunannya).Asas ini akan berakibat munculnya
suatu negara dengan etnis yang majemuk.contoh: negara yang
menganut asas ini adalah negara-negara yang memiliki sejarah
panjang seperti negara-negara Eropa dan Asia, contoh: negara
yang menganut asas ius sanguinis ini yakni brunai, jordania,
malasya, belanda, cina.

2 Asas Perkawinan
Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut
kelahiran,kewarganegaraan sesesorang juga dapat dilihat dari sisi
perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas
persamaan derajat. Asas kesatuan hukum berdasarkan pada
paradigma bahwa ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang
meniscayakan suasana sejahtera. Untuk merealisasikan terciptanya
kesatuan dalam keluarga,maka semua harus tunduk pada hukum
yang sama. Dengan adanya kesamaan pemahaman dan komitmen
menjalankan kebersamaan atas dasar hukum yang sama
tersebut,meniscayakan adanya kewarganegaraan yang sama.
Sedangkan dalam asasa persamaan derajat ditentukan bahwa suatu
perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan
masing-masing pihak. Baik suami maupun istri tetap
berwarganegara asal,atau dengan kata lain sekalipun telah menjadi
suami istri,mereka tetap memiliki status kewarganegaraan sendiri
sama halnya ketika meraka belum menjadi suami istri.
3 Asas kesatuan hukum
Asas kesatuan hukum berangkat dari paradigma bahwa suami istri
ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang
meniscayakan suasana sejahtera,sehat,dan tidak terpecah. Dalam
menyeleggarakan kehidupan bermasyarakat,suami istri ataupun
keluarga yang baik perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan
yang bulat.
4 Asas persamaan derajat menurut asas persamarataan bahwa
perkawinan tidak mempegaruhi kewarganegaraan seseorang,dalam
arti masing-masing istri atau suami bebas menentukan sikap dalam
menentukan kewarganegaraannya. Asas ini menghindari terjadinya
penyeludupan,misalnya seseorang yang berkewarganegaraan asing
ingin memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan
cara atau berpura-pura melakukan pernikahan dengan pasangan di
negara tersebut.
5 Sistem kewarganegaraan berdasarkan naturalisasi adalah suatu
perbuatan hukum yang dapat menybabkan seseorang memperoleh
sttus kewarganegaraan,misal:seseorang memperoleh status
kewarganegaraan akibat dari pernikahan,megajukan
permohonan,memilih/menolak status kewarganegaraan.

c. Masalah kewarganegaraan
Karna penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda,hal ini dapat
menimbulkan masalah kewarganegaraan,antara lain;
1. Apatride(tidak berkewarganegaraan)apatride adalah tampa
kewarganegaraan yang timbul apabila penurut peraturan
kewarganegaraan,seseorang tidak diakui sebagai warga negara
dari negara manapun misalnya bruno dan dalia adalah suami istri
yang berstatus negara B yang berasal dari ius soli. Mereka
berdomisili di negara A yang berasal ius sanguins. Kemudian lahir
anak mereka Ressbel,menurut negara A,bruno tidak diakui
sebagai warganegaranya,karena orang tuanya buakan
warganegaranya. Begitu pula menurut negara B bruno tidak diakui
sebagai warganegaranya karena lahir di wilayah negara lain.
Dengan demikian budi tidak mempunyai kewarganegaraan atau
apatride. Dengan keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang
tidak dapat perlindungan dari negara manapun juga
contoh:seseorang anak dari orang tua warga negara X yang
menganut ius soli dilahirkan di negara Y yang menganut ius
sanguins tidak memperoleh kewarganegaraaan baik negara
X(karena tidak lahir di sana)maupun kewarganegaraan keluarga
Y(karena bukan merupakan keturunan warga negara
tersebut)akibatnya anak tersebut tidak memiliki
kewarganegaraan(aptride).
2. Bipatride (berkewarganegaraan ganda)
Bipatride adalah dwi kewarganegaraan, yang merupakan
timbulnya apabilah apabila menurut peraturan dari dua negara
terkait seseorang dianggap sebagai warga negara kedua kedua
negara itu.Misalnya Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus
warga negara A, namun mereka berdomisili di negara B. Negara
A menganut asas ius sanguis dan Negara B menganut asas ius
soli. Kemudian lahirlah anak mereka, Eel . menurut negara A
yang menganut asas ius sanguis,Eel adalah warga negaranya karna
mengikuti kewarganegaraan orang tuanya. Menurut negara B
menganut asas ius soli, Eel juga negaranya, karena tempat
kelahirnya, adalah di negara B. Dengan demikian Eel mempunya
status dua kewarganegaraan atau bipatride.Dengan demikian
mengakibatkan ketidakpaatian status orang yang bersangkutan
dan kerumitan administrasi tentang kewarganegaraan tersebut
Contoh:seseorang keturunan bengsa Y( ius sanguins) lahir di
negara X (ius soli). Oleh karna ia keturunan bngsa Y maka
dianggap bangsa warga negara Y.Akan tetapi, negara X juga
menaganggap warga negaranya berdasarkan tempat lahirnya.
Sehingga anak tersebut mempunyai kewarganegaraan berdasarkan
tempat lahirnya. Sehingga anak tersebut mempunyai
kewarganegaraan ganda.
3. Multipatride (lebih dari 2 berkewarganegaraan) seseorang yang
memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh: Seseorang yang
BIPATRIDE juga meneriama penerimaan status
kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, dimana saat
menerima kewarganegaraan yang lama.

Maka dari iyu permasalahan diatas harus dihindari degan upaya-upaya sebagai
berikut:

Memberikan kepastian hukum yang pasti bagi seseorang dalam


kehidupan bernegara.
Menjamin hak-hak perlindungan hukum yang pasti bagi seseorang
dalam kehidupan bernegara.

Sistem yang sering di gunakan untuk menentukan status kewarganegaraan


adalah:

Stelsel aktif
Seseorang akan menjadi warga negara dengan melakukan tindakan-
tindakan hukum tertentu secara aktif. Dalam stelsel ini seseorang
warga negara memiliki hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu
kewarganegaraan.
Stelsel pasif
Seseorang dengan sendirinya menjadi warga negra tanpa harus
melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.Dalam stelsel ini
seseorang warga negara memiliki hak repudiasi, yaitu hak untuk
menolak suatu kewarganegaraan.

Penyelesaian masalah kewarganegaraan menurut salah satu keputusan KMB


dipergunakan stelsel aktif dengan hak opsi unyuk penduduk indonesia keturunaan
Eropa. Dan stelsel pasif dengan hak repudiasi untuk keturunan Timur Asing.

Pelaksanaan kedua stelsel tersebut mengakibatkan berlakunya dua konsekuensi


berlakunya dua konsekuensi hukum, yaitu hak opsi dan hak repudiasi. Pengertian hak
opsi adalah hak untuk memilih suatu kewarganegaraan dan berpindah kewarganegaraan
tertentu.Hak opsi berlaku dalam stelse aktif. Sedangkan pengertian hak untuk menolak
suatu kewarganegaraan yang ditawarkan oleh negara lain .Ini artinya, seseorang tetap
memilih negara kelahirannya. Hak repudiasi berlaku dalam setelsel pasif.

Dalam sejarah hukum kewarganegaraan di indonesia pernah mengunakan hasil


konferensi meja bundar (KMB) di awal-awal masa kemerdekaan. Salah satu keputusan
KMB adalah pemberilakuan stelesel akibat dengan hak opsi bagi penduduk stelsel pasif
dengan hak opsi bagi penduduk indonesia keturunan Eropa. Sedangkan penerapan
stelesel pasif dengan hak repudiasi diperlakukan bagi penduduk indonesia keturunan
Cina,Korea, dan Jepang.
Contoh yang dapat mengganggu kewarganegaraan antara lain:

Perkawinaan Campuran
Dalam perundang- undangan di indonesia ,perkawian campuran
didefinisikan dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang
perkawinan, pasal 57: “yang dimaksud dengan perkawinan,
campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawin antara dua
orang yang berlaianan, karena perbedaankewarganegaraan dan
salah satu pihak berkewarganegaraan indonesia”.

Selama hsmpir setenga abad pengaturan kewarganegaraan dalam


perkawinan campuran antara warga negara indonesia dengan
warga negara asing, mengacu pada UU kewarganegaraan No.62
Tahun 1958. Sering berjalanya waktu UU ini dinilai tidak sanggup
lagi mengakomodir kepentingan pada pihak dalam perkawinan
campuran, terutama perlindungan untuk istri dan anak.

Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan


status anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang
tuanya sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orang
tuanya sah sehingga anak memiliki hubungan hukum dengan
ayahnya, atauperkawinan tersebut tidak sah, sehingga anak
dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan
hukum dengan ibunya.

Barulah pada 11juni 2006, DPR Mengesahkan Undang- undang


kewarganegaraan yang baru yang memperolahkan dwi
kewarganegaraan untuk memberikan pencerahan baru dalam
mengatasi persoalan –persoalan yang lahir dari perkawinan
campur.
Permasalhan yang timbul persoalan yang rentan dan sering timbul
dalam perkawinan campuran adalah masalah kewarganegaraan
anak.Undang-undang kewarganegaraan yang lama menganut
prinsip kewarganegaraan tunggal, sehingga anak yang lahir dari
perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu
kewarganegaaraan, yang dalam UU tersebut ditentukan bahwa
yang harus di ikuti adalah kewarganegaraan, yang dalam UU
tersebut di tentukan bahwa yang harus diikuti adalah
kewarganegaraan ayahnya.Pengaturan ini menimbulkan persoalan
apabilah di kemudian hari perkawinan orang tuanya pecah, tentu
ibu akaan kesulitan pengasuhan anaknya yang warga negara asing.

Dengan lahirnya UU kewarganegaraan yang baru, sangat menarik


untuk dikaji bagaimana pengaruh lainya UU ini terhadap status
hukum anak dari perkawinan campuran. Definisi anak dalam pasal
1 UU No,23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah :”anak
adalah seseorang yang belom berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status


sebagaai subjek hukum sejak hukum sejak ia dilahirkan. Pasal 2
KUHP memberi pengecualian bahwa anak yang masih di
kandungan dapat menjadi subjek hukum apabila ada kepentingan
yang menghendaki dan dilahirkan dalam keadaan hidup. Manusia
sebagai subjek hukum berarti manusiam emiliki hak dan
kewajiban dalam lalu lintas hukum. Orang-orang yang tidak
memiliki kewenang atau kecakapan hukum diwakili oleh orang
lain.

Dengan demikian anak dapat dikategorikan sebagai subjek hukum


yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Seseorang yang
tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang tua atau
walinya dalam. Anak yang lahir dari perkawinan campuran
memiliki kemungkinan bahwa ayah ibunya memiliki
kewarganegaraan yang berbeda sehingga tunduk pada dua
yurisdiksi hukum yang berbeda. Berdasarkan UU
kewarganegaraan yang baru kewarganegaraan ayahnya, namun
berdasarkan UU kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki
dua kewarganegaraan. Menarik untuk dikaji karena dengan
kewarganegaraan. Menarik untuk dikaji karena dengan
kewarganegaraan ganda tersebut, maka anak akan tunduk pada
dua yurisdiksi hukum.
Kewaganegaraan ganda
Bila dikaji dari segi hukum padat internasinaln, kewarganegaraan
ganda juga memiliki potensi masalah, misalnya dalam hal
penentuan status personal yang didasarkaan pada asas nasionalnya.
Bila ketentuan negara yang satu dengan yang lain tidak
bertantangan maka tidak ada masalah, namun bagaimana bilahada
pertentangan antara hukum negara yang satu dengan yang lain,
pengaturan status personal anak itu akan mengikuti kaidah negara
yang mana.Laluh bagaimana bilah ketentuan yang satu melanggar
asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.

Sebagai cintoh: adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum


indonesia, terdapat syarat materil dan formil yang perluh di
penuhi.Ketika seorang anak yang belom berusia 18thn hendak
menikah maka haris memenuhi kedua syarat tersebut.Syarat
materil harus mengikuti hukum indonesia sedangkan syarat formil
mengikuti hukum tempat perkawinan di lagsungkan, misalkan
anak tersebut hendak menikahi pamanya sendiri (hubungan darah
garis lurus ke atas), berdasarkan syarat materil hukum indonesia
hal tersebut dilarang(pasal 8 UU no.1 thn 1974), namun
berdasarkan hukum dari negara pemberi kewarganegaraan yang
lain, hal tersebut di ijinkan, lalu ketentuan mana yang yang harus
dinikuti nya.

Dalam menentukan kewarganegaran seseorang,dikenal dengan


asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraaan berdasarkan perkawinan.Dalam penentuan
kewarganegaraaan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas
yaitu Asas ius soli dan ius sanguins.Ius artinya hukum atau
dalil.Solis berasal dari kata solum yang artinya negara atau
tanah.Sanguinis berasall dari kata sanguins yang artinuya
darah.Asas ius soli;asaas yang menyatakan bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang
tersebut dilahirkan.Asas ius sanguins;asasa yang menyatakan
nbahwa kewarganegaraaan seseorang ditentukan berdasarkan dari
orang tersebut.

Selain dari sisis kelahiran penentuan kewarganegaraaan dapat


didasarkan pada aspek perkawinan yang mencakup asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat.Asas persamaan hukum
didasarkan pandangan bahwa suami itri adalah suatu ikatan yang
tidak terpecahkan sebagai inti dari masyrakat.Dalam
menyeleggarakan kehidupan bermasa,suami istri perlu
mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah
kewarganegaraan suami dan istri adalah sam dan satu.

Penentuan kewarganegaraan berbeda-beda oleh setiaap negara


dapat menciptakan masalah kewarganegaraan bagi seorang
warga.Secara ringkas masalah kewarganegaraan adalah
munculnya aptride dan bipatride.Apptride adalah istilah unyuk
orang-orang yang tidak memeiliki kewarganegaraan.Bipatride
adalah istilah untuk orang memiliki kewarganegaraan
ganda(rangkap dua).Bahkan dapat muncul multipatride yaitu
istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang
banyak(lebih dari dua).

UU yang mengatur warga negara perundangan kewarganegaraan


yang dikeluarkan oleh pemerintah indonesia yang pertama ini(UU
NO.3 tahun 1946),yang menjadi penduduk negara ialah mereka
yang bertempat tinggal di indonesia selama satu tahun berturut-
turut dalam konferensi meja bundar 1949 dicapai suatu
persetujuan perihal penentuan kewarganegaraan antara RI dengan
kerajaan Belanda dalam UU NO.62 tahun 1958 mengatur tentang:
a.siapa yang dinyatakan berstatus warga negara indonesia
b.pewarganegaraan biasa atau naturalisasi
c.akibat pewarganegaraan
d.pewarganegaraan istimewah
e.kehilangan kewarganegaraan indonesia
f.siapa yang dinyatakan berstatus orang asing

Adapun UU yang mengatur tentang warga negara adalah UU NO.12 tahun


2006 tentang kewarganegaraan republik indonesia.Pewarganegaraan adalah tata cara
bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui
permohonan.Dalam UU dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat
juga diperoleh melalui pewarganeegaraan.

Permohonan pewarganegaraan dapat di ajukan oleh pemohon jika memenuhi


persyaratan sebagai berikut : telah berusia 18 (delapan belas) taahun atau sudah kawin,
pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilaya negara republik
paling singkat 5 (limah) tahun berturut- turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun
tidak berturut-turut, sehat jasmani dan rohani dan berbahasa indonesia serta mengakui
dasar negara pancasila dan UUD negara republik indonesia Tahun 1945, tidak pernah di
jatuhi pidana karena melakukan tindakan pidana yang di ancama dengan pidana penjara
1 (satu) tahun, jika dengan memeperoleh kewarga negara indonesia, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda,mempunyai pekerjaan atu mempunyai penghasilan tetap,
membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.

d. Pewarganegaraan
Pewarganegaraan biasa atau naturalisasi biasa syarat yang harus dipenuhi :
Telah berusia 18(delapan belas) tahun
Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara republik indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turutatau
paling singkat 10(sepuluh)tahun tidak berturut turut
Sehat jasmani dan rohani
Dapat berbahasa indonesia dan mengakui dasar negara indonesia dan
UUD negara republik Indonesia taun 1945
Tidak pernah dijatuhi pidana karna melakukan tindakan pidana yang di
ancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih
Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI,menjadi kewarga negaraan
ganda
Mempunyai penkerjaan dan penghasilan tetap
Membayar uang pewarganegara ke kas negara

Kehilangan kewarganegaraan menurut UU No.12 Tahun 2006 seseorang warga


negara RI dapat kehilangan kewarganegaraan apabila:

Memperoleh kewarganegaraan lain atas keauan sendiri


Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan
orang yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu.
Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan
belas) tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negri, dan
dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi/ tanpa
kewarganegaraan
Masuk dalam dinas tentara asing tampa ijin terlebih dahulu dari
presiden
Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia
kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut.
Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang
masih berlaku dari negara lain atas namanya.
Bertempat tingggal diluar negara RI selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara,tampa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk menjadi WNI sebelum
jangka waktu 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan
pernyataaan ingin tetap menjadi WNI kepada perwakilan RI yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan.padahal
perwakilan RI telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

D. Contoh kasus masalah kewarganegaraan

Beberapa contoh kasus kewarganegaraan di Indonesia antara lain:

1. Tamara Bleszynsky dan Mike Lewis pernikahan Tamara Bleszynsky dan


Mike Lewis merupakan pernikahan dengan dua kewarganegaraan
berbeda.Namun pernikahannya hanya bertahan selama dua tahun,dan dikaruniai
seoarang putra, Kenzou Leon Bleszynsky Lewis(1,5 tahun).Anak-anak memang
selalu menjadi korban perceraian. Persoalan menjadi rumit saat perceraian
terjadi di antara dua insan berbeda kewarganegaraan. Menghadapi kondisi
tersebut, Tamara tak menganggapnya masalah besar.
“Enggak masalah kok,” ungkap Tamara ditemui di cilandak town square,jakarta
selatan,jumat(15/06/2012).

Wanita berdarah Polandia-sunda ini tidak mempermasalahkan status


kewarganegaraan buah hatinya karena telah diizinkan memiliki dua
kewarganegaraan sekaligus. Sehingga dirinya tidak akan memaksakan putranya
menjadi warga negara indonesia.

“sekarang kan diperbolehkan dua negara,”tutupnya.

2. Naturalisaasi pemain seperti ifan bachdim dan kim jeffrey kurniawan


tersebut bisa dinaturalisasi sepanjang memiliki darah indonesia, bias dari
kakek/nenek atau ayah/ibu. Pada kasus ini, syarat tinggal minimal diabaikan.
Ayah irfan bachdim merupakan warga negara indonesia yang tinggal di Belanda
dan beristrikan orang Belanda.Berdasarkan aturan garis keturunan, Irfan
Bachdim bisa di tarik menjadi warga negara indonesia tanpa harus tinggal di
indonesia.

B. SENGKETAN KASUS KEWARGANEGARAAN

Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal, dimana kewarganegaraan anak


mengikuti ayah, sesuai pasal 13 ayat (1) UU No.65 tahun 1945

“Anak yang belom berumur 18 tahun dan sebelum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekurangan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan
Repubilik indonesia, turut memeperoleh kewarganegaraan republik indonesia setelah
dia memperoleh tempat tinggal dan berada di indonesia.Keterangan tentang bertempat
tinggal dan berada di indonesia itu tidak berlaku terhadap anak-anakn yang karna
ayahnya memperoleh kewarga-negaraan Republik indonesia menjadi tampa
kewarganegaraan”

Dalam ketentuan UU kewarganegaraan ini, anak yang lahir dari perkawinan campuran
bisa menjadi warganegara indonesia dan bisa menjadi warganegara asing:

1. Menjadi warga negara indonesia


Apabilah anak tersebut lahir dari perkawinan antara seseorang wanita
warga negara asing dengan pria warganegara indonesia ( pasal 1 huruf b
UU No. 62 tahun 1945), maka kewarganegaraan, si anak menggikuti
ayanya, kalaupun ibu dapat memberikan kewarganegaraan, si anak
terpaksa harus kehilangan kewarganegaan, indonesianya.Bilah suami
meniggal dunia dan anak-anak masih dibawah umur tidak jelas apakah istri
dapat menjadi wali bagi anak-anak nya atau yang masih menjadi WNI di
indonesia. Bilah suami (yang bersatus pwgawai negri) meninggal tidak
jelas apakah istri(WNA) dapat memperoleh pensiun suami.
2. Menjadi warga negara asing
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seseorang wanita
warga negara indonesiadengan warga negara asing. Anak tersebut sejak
lahirnya dianggap sebagai warga negara asing sehingga harus dibuatkan
paspor di kedutaan besar Ayahnya.Dan dibuatkan kartu izin tinggal
sementara
(KITAS) yang harus terus di perpanjangkan dan biaya pengurusnya tidak
murah.Dalam hal terjadi perceraiaan ,akan sulit bagi ibu untuk mengasu
anaknya ,walaupunk pada pasal 3 UU No 63 tahun 1958 dimungkinkan
bagi seseorang ibu WNI yang bercerai untuk memohon kewarganegaraan
indonesia bagi anaknya, yang masih dibawah umur dan berada
dibwahpengasuhanyan,namundalam praktek hal ini sulit dilakukan.
Masih terkait dengan kewarganegaraan anak, dalam UU No.62
tahun1958, hilangnya kewarganegaraan ayah juga mengakibatkan
hilangnya kewarganegaraan anak-anaknya yang memiliki hubungan
hukum dengannya dan belom dewasa ( belom berusia 18 tahun atau belom
menikah). Hilang(apabila anak tersebut tidak memiliki hubungan hukum
dengan ayah nya).
a. Kasus Kewarganegaraan Ganda.
Beberapa tahun yang lalu indonesia peranh dihebohkan oleh cerita seorang
gadis belia indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri jiran Malaysia
dan hidup bersama dengan suaminya di malaysia.Sepertinya tidak ada yang
salah dengan cerita itu.Akan tetepi cerita tersebut berubah menjadi cerita
penculikan dan penganyaan. Dari kejadiaan tersebut, wanita yang diketahui
bernama Manohara Odelia Pinot mengkritik pemerintah Indonesia yang tidak
memberikan perlindungan kepada warganegara Indonesia yang berada di luar
negri seperti yang tercantum pada Uuno 12 tahun 2006.Akan tetepi, setelah
ditilik lebih jauh, kasus ini ternyata terkait dengan kewarganegaraan yang
dimiliki oleh monohara.

Manohara diketahui mempunyai kewarganegaraan ganda dari pernikahan Ibunya


yang merupakan WNI dan Ayahnya yang merupakan WNA. Akan
tetapi,apabilah menggunakan ius soli, manohara lahir dan dibesarkan di
indonesia. Seharusnya ia menjadi warganegara Indonesia saat ia masih berusia
18 tahun atau sudah menikah.Akan tetapi pada saat permasalahan tersebut
terjadi, ia berusia 17 tahun dan masih mempunyai dua kewarganegaraan dan
memohon perlindungan dari indonesia.Hal ini melanggar hukum Indonesia
karena Indonesia, tidak menerima sistem kewarganegaraan ganda bagi
warganegaraan yang sudah cukup umur atau sudah menikah.Dan perlindungan
warga negara yang sudah menikah dan perlindungan warga negara yang berada
di luar negeri hanya diberikan bagi WNI yang bekerja atau mempunyai
pendidikan di luar negri. Bukan bagi seseorang yang diperistri oleh WNA dan
tinggal menetap di luar negara.

Diketahui bahwa ayah biologis manohara adalah warga perancis yang


mempunyai kewarganegaraan Amerika serikat. Sedangkan ayah tiri manohara
yang memberikan nama pinot sebagai nama belakang manohara adalah
seseorang berkewarganegaraan Jerman. Dengan kondisi seperti itu, manohara
juga bisa saja memilih salah satu contoh kasus kewarganegaraan ganda
berdasarkan keturunan dari ayahnya. Ayah manohara juga meminta Aerika
serikat untuk menagani kasus tersebutkarena manohara mempunyai
kewarganegaraan Amerika serikat.seperti yang sudah di dsebutkan sebelomnya,
kewarganegaraan seseorang yang memiliki kewaraganegaraan ganda harus
diputuskan saat ia sudah mencapi usia 18 tahun atau sudah menikah.Meganut
asas ini, manohara yang waktu itu berusia 17 tahun sudah bisa memilih
kewarganegaraan karena ia sudah menikah pada usia 16 tahun.Dengan begitu,
status kewarganegaraan manohara juga bisa berubah menjadi kewarganegaraan
malaysia karena suaminya berkewarganegaraan malaysia. Kasus
kewarganegaraan ganda ini menghambat pihak yang berwenang untuk
mengambil langkah hukum. Labih-lebih kasus ini adalah kasus yang
mengkaitkan hukum 2 negara,Sehingga penanganaanya tidak bisa dilakukan
secara sepihak.

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA YANG

SERING TERABAIKAN

a. Pengertian Warga Negara

Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh pemerintah
negara tersebut dan mengakui pemerintahan itu sendiri. Adapun pengertian
menurut penduduk menurut kansil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang di tetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan,
diperkenalkan mempunyi tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara
itu.

b. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak dan kewajiban warga negara adalah sesuatu yang mutlak dan penggunanya
tergantug kepada warga negara dan sesuatu yang harus dikerjakan oleh
penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh pemerintah negara tersebut dan
mengakui pemerintahanya sendiri.
a. Hak dan kewajiban warga negara sebagi warga negara yang baik kita wajib
membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan
kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi:
1. Hak dan kewajiban dalam bidang politik pasal 27 ayat (1)
menyatakan, bahwa “Tiap tiap warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.Pasal ini menyatakan adanya keseimbagan antara hak,
dan kewajiban.
Hak untuk diperlakukan yang sama didalam hukum dan
pemerintahan.
Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.Pasal 28
menyatakan,bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
megeluarkan pikiran dengan lisan dab tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan UU”. Arti pesanya adalah:
a) Hak berserikat dan berkumpul.
b) Mengeluarkan pikiran(berpendapat)
c) Kewajiban untuk memiliki kemampuan berorganisasi dan
melaksanakan aturan-aturan lainya, di antaranya: semua organisasi
harus berdasarkan pancasilah sebagai azasnya, semua media pers
dalam mengeluarkan pikiran (pembuatanya selain bebas harus pula
bertanggung jawab dan sebagainya.)
2. Hak dan kewajiba dalam bidang sosial budaya pasal 31 ayat (1)
menyatakan, bahwa “ tiap- tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran” pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “ pemerintah
mengusahkan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang di atur dengan UU”. Pasal 32 menyatakan bahwa “
pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Arti pesan
yang terkandung adalah:
Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tinkat,
baik umum mauoun kejuruhan.
Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan
daerah.
Kewajiban mengetahui peraturan-peraturan dalam bidang
kependidikan.
Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan
ketertibannya
Kewajiban ikut menaggung biaya pendidikan.
Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.
Dinyatakan akan oleh pasal 31 dan 32, hak dan kewajiban warga
negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan
bahwa menyatakan “negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribada menurut agamanya masing-masing
Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral
keagamaannya, sehingga di samping kehidupan spiritualnya
terpelihara dengan baik.
Kewajiban untuk percaya terhadap tuhan yang Maha Esa
1 Hak dan kewajiban dalam didang hankam pasal 30 menyatakan, bahwa “ tiap tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pebelaan negara”.
2 Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa
“perekonomiaan disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas (2), menyatakan
bahwa “cabang cabang produksiyang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara”, pasal 33 ayat (3) menyataka bahwa
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat”, miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, arti pesanya adalah:
Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan
tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya
beli rakyat.
Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah
berbagai sumber daya alam.
Kewajiban dalam mengembangakan kehidupan ekonomi yang berazaskan
kekeluargaan, tidak merugikan kepentigan orang lain.
Kewajiban membantu negara dalam pembangunaan misalnya membayar
pajak tepat waktu. Itulah hak dan kewajiban bangsa indonesia yang
tercantum dalam UUD 1945, dan kita sebagai warga negara wajib
melaksanakannya dengan sebaik- baiknya . DI samping itu, setiap
penduduk yang menjadi warga negara indonesia, diharpkan memiliki
karakteristik yang memiliki yang bertanggung jawab dalam menjalankan
hak dan kewajibanya, karakteristik adalah sejulah sifat atau tabiat yang
harus dimiliki oleh warga negara indonesia, sehingga muncul suatu
identitas yang muncul dikenal sebagai warga negara. Sejulah sifat dan
kerakter warga negara indonesia adalah sebagai berikut:
a. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab sifat ini adalah sikap dan
perilaku sopan santun, ramah tamah,dan melaksanakan semua tugas
dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Sebagai negara
yang dikenal murah senyum dan ramah, identitas tersebut patut di jaga
dan di pelihara.
b. Bersikap keritis .
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarlkan data dan fakta
yang vail (sah) serta argumentasi yang akurat. Sifat kritis ini
diperlakuan oleh setiap warga negara guna menyaring segala
imformasi dan aktifitas baik mengenai perorang, pihak-pihak tertentu
maupun ekspolitas yang mungkin terjadi.
c. Bersikap terbuka
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang transparan serta terbuka, sejauh
masalh tersebut tidak bersifat rahasia. Keterbukaan akan mencegah
pelanggaran/ penimpangan dan mampu membangun sikap mental yang
positif dan lebih profesional.
d. Rasional
Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan rasio atau
akal pikiran yang sehat. Sifat rasional ini identik dengan tingka
pendidikan warga negara. Semakin banyak warga yang berperilaku
rasional, maka tingkat pendidikan warga negara juga meningkat
e. Adil
Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan derajat dan
martabat kemanusiaan. Adil merupakan kata yang mudah diucapkan,
namun pelaksanannya menghadapi berbagai kendala. Perilaku adil
harus dipupuk dan dilatih sejak dini kepada generasi mudah, kerena
keadilan akan membawa kedamaiaan di kemudian hari
f. Jujur
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang dan perilaku yang berdasarkan
data dan fakta yang sah dan akurat.Ksehatan korupsi yabg telah
menakar di indonesia merupakan contoh ketidakjujuran yang sangat
terlihat, dan telah banyak menyengsarkan rakyat banyak dan
menyebabkan ketakutan investor dari negara lain masuk ke indonesia.
Kejujuran merupakan barang yang mahal saat ini. Warga negara yang
jujur akan membawa negaranya menjadi bangsa yang besar.

b.Dampak Hak dan Kewajiban yang Berjalan tidak Seimbang

Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada
sejak lahir bahkan sebel.Didalam kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian
tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk
berbuat( sesuatu karna telah di tentukan oleh undang undang, atau untuk menurut
sesuatu, drajat atau mertabat.Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib
dilaksanakan, keharusan (sesuatu yang harus di laksanakan). Di dalam perjalanan
sejarah, tema hak relatif lebih mudah usianya dibandingkan dengan tema
kewajiban,walaupun sebelomnya telah lahir. Tema hak baru “lahir” secara formal

Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanakan. Jika tidak
dilaksanakan dapat mendapatkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak
adalah kekuasan untuk melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh
undang- undang pebatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak
sampai melanggar hak orang lain. Jadi pelaksanaan hak dan kewajiban harus seimbang.

Dari pengertiaan diatas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang harus didapatkan
oleh setiap orang dan melaksanakan kewajiban yang harus dikerjakan mendapatkan
sanksi bagi pelanggarannya.Dalam menjalani kehidupan di dunia ini ada
ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban, karena dengan adanya
ketidakseimbangan tersebut muncul masalah-masalah yang ada di masyarakat.Apalagi
masyarakat yang sangat membutuhkan uluran tangan dari pejabat pejabat pemerintah.
Dan disinilah terjadi ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga timbul
masalah-masalh seperti kesenjangan sosial.

BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Sebagai warga negara seharusnya kita tidak mengabaikan hak dan kewajiban
sebagai warga negara karena hal itu akan berdampak status kewarganegaraan.Seperti
para pencari suaka alami mereka tidak memiliki kewarganegaraan karena banyak faktor
salah satu nya adalah hak dan kewajiban mereka tak terpenuhi.

2.2 Saran
Seharusnya pemerintah selalu memperhatikan hak setiap warga negara nya agar
tidak terjadi kasus seperti pencari suaka., begitupun warga negara harus memenuhi
kewajibanya. Karena anyak problem kewarganegaraa terjadi karena hak dan kewajiban
warga negara terabaikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://pashanurazwar./2010/06/problematika-teori kewarganegaraan.html

[2] prof. Dr Azyumaardi Azra, MA., pendidikan kewarganegaraan, (Jakarta: perenda


media, 2009), cet. Pertama, hal 74.[3]

[4] A. Ubaidillah, pendidikan kewarganegaraan,(Jakarta: IAIN Jakarta press, 2011), cet.


Pertama, hal.59

[5] prof. Dr. Azyumardi Azra, MA,. Pendidikan kewarganegaraan.(Jakarta: perenda


media, 2008), cet pertama, hal 75-76
[6] A. Ubaidillah, pendidikan kewarganegaraan,(Jakarta: IAIN jakarta press, 2010), cet.
Pertama, hal.60-61

[7] prof.Dr. Azyumardi Azra, MA., pendidikan kewarganegaraan, ( Jakarta: prenada


media, 2009),cet. Pertama.hal 78.

Anda mungkin juga menyukai