Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PETANI KELAPA SAWIT SWADAYA


DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DI KECAMATAN NGABANG
KABUPATEN LANDAK

Oleh

BALA TIA TEGAR

NIM C1021211025

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023

1|P age
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Proposal
Penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Produksi Petani Sawit Swadaya Dalam
Menghadapi Risiko Produksi”, tepat pada waktunya.

Tujuan dilakukannya proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr.
Nurliza, SP, MM pada mata kuliah Metode Penelitian, Selain itu Proposal Penelitian ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang Upaya Peningkatan Produksi Petani Kelapa
Sawit Swadaya Dalam Menghadapi Risiko Produksi bagi para petani.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurliza, SP, MM selaku dosen
Metode Penelitian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan tentang mata kuliah Metode Penelitian ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bimbingan dan juga saran sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian ini.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan, karena saya
menyadari dalam penulisan Proposal Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan
semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khusus nya bagi para
petani kelapa sawit swadaya. Amin.

Pontianak 23 Februari 2023

BALA TIA TEGAR

2|P age
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………1
Kata Pengantar…………………………………………………………...2
Daftar isi…………………………………………………………………..3
Bab I Pendahuluan……………………………………………………….4
1.1 Latar belakang………………………………………………………..4
1.2 Masalah………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………5
1.4 Manfaat………………………………………………………………..6
Bab II Tinjauan Puastaka………………………………………………..6
2.1 Kelapa Sawit…………………………………………………………..6
2.2 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat…………………………………..9
2.3 Teori Produksi……………………………………………………….10
2.4 Peningkatan Produktivitas………………………………………….10
2.5 Risiko Produksi……………………………………………………...11
2.6 Penelitian Terdahulu………………………………………………..12
2.7 Kerangka Pemikiran………………………………………………...13
Bab III Metodologi………………………………………………………15
3.1 Metode Lokasi………………………………………………………..15
3.2 Jenis Data…………………………………………………………….15
3.3 Teknik Pengumpuan Data…………………………………………..16
3.4 Populasi Sample……………………………………………………...16
3.5 Analisis Data…………………………………………………………17
Daftar pustaka…………………………………………………………..18

3|P age
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan
unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari
minyak sawit Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit Kernel Palm Oil
(KPO) ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu
penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas
perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk
11 perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan
produk turunannya (Effendi, 2011).
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting untuk pembangunan
perekonomian nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa
negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit
dunia. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, luas perkebunan minyak
kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021. Luas perkebunan
tersebut naik 1,5% dibanding tahun sebelumnya yang seluas 1,48 juta ha.
Usaha perkebunan kelapa sawit dikelola dalam 3 bentuk, yaitu: (1) perkebunan
besar yang dikelola oleh BUMN, (2) perkebunan besar yang dikelola oleh
perusahaan swasta besar, dan (3) perkebunan rakyat yang dikelola oleh rumah
tangga dalam bentuk usaha perorangan. Perkebunan rakyat mempunyai peran
yang sangat strategis dalam meningkatkan peran sub sektor perkebunan
kedepan. Sedangkan pada sisi produktivitas, perkebunan rakyat masih tertinggal
dibandingkan perkebunan besar negara dan swasta. produktivitas ini disebabkan
oleh kurangnya permodalan dan penguasaan teknologi, sehingga perkebunan
rakyat umumnya ditandai dengan jarak tanam yang kurang teratur, tidak ada
perencanaan penggantian tanaman yang teratur sesuai umur tanaman dan
sebagainya (Daim, 2003). Kalimantan Barat meruapakan provinsi yang kaya
akan sumberdaya alam yang dapat di optimalkan seperti pertanian/perkebunan.
Dengan potensi alam yang cukup luas, usahatani di Kalimantan Barat sangat
menjanjikan, salah satu tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan
oleh masyarakat Kalimantan Barat khusunya Kabupaten Landak adalah tanaman
perkebunan kelapa sawit.
4|P age
Di Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak luas area perkebunan kelapa sawit
swadaya/rakyat mencapai 31,301 ha (BPS Landak 2021). perkebunan usahatani
kelapa sawit swadaya/rakyat itu sendiri sebagian besar produksinya masih
tergolong rendah hal ini dikarenakan resiko produksi seperti jarak tanam yang
tidak sesuai, luas area lahan yang tidak begitu luas di tambah pemupukan yang
tidak teratur dan minimnya pengetahuan petani tentang perawatan atau
pengendalian penyakit kelapa sawit yang membuat daun sawit menjadi
menguning, terkena penyakit pembusukan akar, penyakit busuk kuncup
sehingga produksi kelapa sawit menjadi menurun.
1.2 Masalah
1. Berapa besar resiko produksi dan pendapatan yang di hadapi oleh petani
dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak ?
2. Upaya apa yang di lakukan oleh petani dalam mengurangi risiko produksi
dan pendapatan di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui besarnya resiko produksi dan pendapatan yang di hadapi
oleh petani dalam usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Ngabang,
Kabupaten Landak
2. Mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usaha tani
kelapa sawit di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak
3. Untuk mengetahui upaya - upaya apa saja yang akan di lakukan petani kelapa
sawit dalam mengurangi risiko produksi dan pendapatan di Kecamatan
Ngabang, Kabupaten Landak.

1.4 Manfaat
1. Bagi petani perkebunan kelapa sawit swadaya, penelitian ini bermanfaat
untuk mengurangi atau mengatasi risiko produksi yang ada.
2. Sebagai referensi atau bahan bacaan bagi para petani atau perusahaan
perkebunan kelapa sawit dalam upaya peningkatan produksi yang di lakukan
dalam menhadapi risiko produksi.
3. bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini di harapkan bisa
menjadi referensi bacaan dan sumber pengetahuan tambahan yang bisa di
guanakan pada penelitian selanjutnya oleh mahasiswa/mahasiswi khususnya
di Fakultas Pertanian.
5|P age
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tumbuhan tropis yang
berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Di Indonesia disebarkan mulai dari daerah
Nangroe Aceh Darussalam (NAD), pantai timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang
membuat permintaan akan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun
menjadi naik. Kelapa sawit pertama kali ditanam secara massal pada tahun 1911
di daerah aslinya, Nigeria (Afrika Barat). Kelapa pertama masuk ke Indonesia
pada tahun 1848, di bawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga
Belanda sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit
kemudian diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun 1912 dan ekspor
minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919 (Ritonga, 2000).
Klasifikasi botani tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Devisi : Tracheopita
Subdevisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guinensis, Jacq
Kelapa sawit merupakan jenis tanaman multiguna karena dapat memberikan
hasil atau manfaat yang cukup besar. Selain menghasilkan minyak sawit dan minyak
inti sawit, dari tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh bahan biodiesel, bungkil
sawit dan lumpur sawitnya dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pakan ternak,
sabutnya untuk bahan penyekat dan campuran pakan ternak, tandan kosongnya
untuk bahan baku kertas dan bahan baku pupuk, kayu pohonnya untuk dinding
rumah, serta pulp kayunya digunakan untuk bahan baku kertas. Oleh karena nilai
manfaatnya yang begitu banyak, tanaman kelapa sawit sekarang banyak dilirik oleh
pengusaha untuk dibudidayakan. Semakin tingginya harga crude palm oil (CPO)
menjadi alasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan
6|P age
kelapa sawit. Tidak hanya pemerintah melalui badan usaha milik negara (BUMN)
yang gencar memperluas areal perkebunan kelapa sawit, sebagian perusahaan
swasta juga terus mengembangkan usahanya dibidang kelapa sawit. Perusahaan inti
rakyat (PIR) juga turut menyumbang produksi kelapa sawit bagi Indonesia sehingga
nilai devisa yang diperoleh negara melambung tinggi (Sukamto, 2008.).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis, Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama
minyak nabati dan biofuel. Kebutuhan akan minyak kelapa sawit cenderung
mengalami peningkatan, untuk mengantisipasi kebutuhan itu perlu adanya upaya
peningkatan produksi tanaman kelapa sawit. Peningkatan produksi dapat dilakukan
dengan perluasan areal penanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan
intensifikasi.
Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan
perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Untuk
perkebunan rakyat masalah yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas hasil
produksinya. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan rakyat
tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih sederhana mulai
dari pembibitan sampai dengan hasil panennya.
Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan
perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Untuk
perkebunan rakyat masalah yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan
mutu hasil produksinya. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan
rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih sederhana
mulai dari pembibitan sampai dengan hasil panennya.
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buahnya. Satu
tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20 – 35 kg, bahkan ada yang mencapai
diatas 40 kg, tergantung pada perawatan dan pemupukan tanaman. Tandan tersebut
terdiri dari 200 – 600 buah yang masing-masing buah beratnya 20 - 35 gr. Buah
sawit diambil minyaknya dengan hasil berupa sabut (daging buah/mesocarp)
menghasilkan minyak (CPO) 20 – 26%, inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan
minyak inti (PKO) , 3-4 % (Pahan, 2008).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis, Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama
minyak nabati dan biofuel. Kebutuhan akan minyak kelapa sawit cenderung
mengalami peningkatan, untuk mengantisipasi kebutuhan itu perlu adanya upaya
peningkatan produksi tanaman kelapa sawit. Peningkatan produksi dapat dilakukan
7|P age
dengan perluasan areal penanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan
intensifikasi.
Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan
perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Untuk
perkebunan rakyat masalah yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan
mutu hasil produksinya. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan
rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih sederhana
mulai dari pembibitan sampai dengan hasil panennya.
Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buahnya. Satu
tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20 – 35 kg, bahkan ada yang mencapai
diatas 40 kg, tergantung pada perawatan dan pemupukan tanaman. Tandan tersebut
terdiri dari 200 – 600 buah yang masing-masing buah beratnya 20 - 35 gr. Buah
sawit diambil minyaknya dengan hasil berupa sabut (daging buah/mesocarp)
menghasilkan minyak (CPO) 20 – 26%, inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan
minyak inti (PKO) , 3-4 % (Pahan, 2008).
Tanaman Kelapa sawit mempunyai umur ekonomis selama 25 tahun.
Berdasarkan umur tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 – 8 tahun
(muda), 9 – 13 tahun ( remaja), 14 – 20 tahun ( dewasa), dan > 20 (dewasa).
Berdasarkan masa buahnya dapat dibedakan menjadi TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) 0 – 3 tahun, dan TM (Tanaman Menghasilkan) 4 – 15 tahun dan 15
keatas TTM (Tanaman Tidak Menghasilkan/rusak).

2.2 Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat


Perkebunan merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkebunan rakyat merupakan usaha
budidaya tanaman perkebunan yang diusahakan tidak di atas lahan HGU. Perkebunan
rakyat di usahakan oleh petani kecil atau masyarakat biasa sebagai mata
pencahariannya.20 Peran perkebunan kelapa sawit rakyat sebagai tulang punggung
penerimaan devisa negara dan penyerapan tenaga kerja semakin nyata. Kepemilikan
perkebunan kelapa sawit adalah solusiuntuk mengatasi masalah pengangguran dan
kemiskinan di Pedesaan (Wigena et al., 2009)

Petani kecil (rakyat) sering dianggap sebagai suatu titik kelemahan dalam
perkembangan hasil produksi tanaman perkebunan. Kualitas dan hasil produksinya

8|P age
dianggap rendah menurut standar pasar dunia, kontinuitas hasil produksinya pun tidak
teratur, akhirnya peningkatan kesejahteraan petani perkebunan sulit tercapai. Namun
demikian perkebunan rakyat memiliki peran penting, bila dilihat dari; 1) secara
keseluruhan kontribusinya terhadap penerimaan devisa dari subsektor perkebunan
masih dominan; 2) Produk Domestik Bruto (PDB) dari perkebunan rakyat lebih tinggi
dari perkebunan besar, dan 3) Perkebunan rakyat jauh lebih luas dari perkebunan besar
kecuali untuk komoditi kelapa sawit (Syarfi, 2004).

ilihat dari pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit Indonesia dibagimenjadi


tiga yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan
Besar Swasta (PBS). Perkebunan rakyat adalah perkebunan kelapasawit yang dikelola
oleh rakyat memilki luas lahan yang terbatas, yaitu 1-10 ha. Dengan luas lahan tersebut,
tentunya menghasilkan produksi TBS yang terbataspula sehingga penjualannya sulit
dilakukan apabila ingin menjualnya langsungke prosesor/industri pengolah (Fauzi,
2012).

Petani swadaya merupakan petani yang mengusahakan kebun yang dimilikinya


di bangun di atas tanah milik sendiri atau tanah milik komunitas/ulayat. Dalam hal
penentuan luas, didasarkan pada kebutuhan ekonomi21rumah tangga dan sistem
pembangunan dilakukan secara individu (Aleksander, 2009).

2.3 Teori Produksi


Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari
proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.
Lebih lanjut Putong (2002) mengatakan produksi atau memproduksi manambahkan
kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih baik dari semula.
Menurut Soekartawi (2003), produksi adalah hasil gabungan atau hasil akhir
suatu proses produksi dari berbagai faktor – faktor produksi dalam suatu proses
produksi. Kaitan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diterangkan dengan
hubungan yang saling berkaitan suatu sama lainnya dengan melihat hubungan
kausal.
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat
output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau
sebaliknya, jumlah input minimun yang dipergunakan untuk memproduksi tingkat

9|P age
output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan
dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu system
produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga
kerja, bahan baku dan lain lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad,
2003).

2.4 Peningkatan Produksitivitas

Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan,


produktivitas mengandung pengertian berkenaan denagan konsep ekonomis, filosofis,
produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang
atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada
umumnya. Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan
sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan
hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik
dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri.
Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu
tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai
system siklus Produktivitas.

2.5 Risiko Produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal
panen, rendahnya produktivitas, kerusakan pada tanaman yang ditimbulkan oleh serangan
hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan masih
banyak lagi.

Risiko Produksi:
𝜎
CV = 𝑄

Keterangan:

CV : Koefisien Variasi

σ : Standar Devisiasi

Q : Rata – rata Produksi (Kg)

10 | P a g e
Jika nilai koefisien variasi (CV) diketahui, maka kita akan dapat mengetahui
besarnya risiko produksi, harga, dan keuntungan yang harus ditanggung petani dalam
berusahatani kelapa sawit. Nilai CV berbanding lurus dengan risiko yang dihadapi petani,
artinya semakin besar nilai CV yang didapat maka semakin besar pula risiko yang harus
ditanggung petani. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai CV yang diperoleh maka
risiko yang harus di tanggung petani akan semakin kecil.

2.6 Penelitian Terdahulu

Asminar, Riki, Widuri Susilawati (2021), melakukan penelitian dengan judul


Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang Kabupaten
Bungo. ujuan penelitian untuk mengetahui besarnya risiko produksi, risiko pendapatan dan
memitigasi risiko di Kecamatan limbur Lubuk Mengkuang Kabupaten Bungo dengan
menggunakan metode survei. Metode analisi data menggunakan koefisiensi variasi, dan
analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko diperoleh dari nilai koefisien
variasi (CV) sebesar 0,0024 artinya apabila CV < 0,5 maka risiko usaha tani yang dihadapi
petani rendah.Risiko pendapatan diperoleh dari nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,00062
artinya apabila CV < 0.5 maka risiko pendapatan yang dihadapi petani Rendah. Upaya
memitigasi risiko produksi dan pendapatan adalah, mempersiapkan obat obatan yang sesuai
untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut, ketua kelompok petani menyusun RDKK (recana
definitive kebutuhan kelompok) dengan sesuai data petani yang ada, membuat jalan swadaya
kerja sama antara kelompok tani dan pemerintah, RDKK di awasi dari proses pengajuan sampai
akhir agar tidak ada pihak yang menyalah gunakan pupuk bersubsidi, Risiko pendapatan (a)
bagi petani hendak nya memperhatikan sumber daya peralatan yang digunakan dalam
berusahtani dengan menambah peralatan yang masih kurang sehingga mampu meningkatkan

produksi dalam usaha tani kelapasawit (b) bagi petani sebaiknya memperhatikan persedian
pasar untuk penjualan hasil produksi kelapa sawit TBS yaitu perusahaan yang bermitra dengan
memperkuat kelembagaan petani sehingga mampu menjual hasil produksi tepat waktu.

Muhammad Firdaus Lubis dan Iskandar Lubis (2018), melakukan penelitian yang
berjudul Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan,
Kabupaten Pelalawan, Riau. Kegiatan penelitian dilaksanakan di PT. Inti Indosawit Subur,
Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dari tanggal 13 Februari sampai
dengan 13 Mei 2012. Kegiatan penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secarakhusus menganalisis faktor-

11 | P a g e
faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan
adalah melaksanakan seluruh aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial pada
berbagai tingkatan pekerjaan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder.Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit
sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Berdasarkan persamaan regresi linear berganda, produksi TBS (Tandan Buah
Segar) dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah output
pemanen.Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%.
Permasalahan utama adalah menurunnya produktivitas tanaman pada tanaman yang
berumur lebih dari 22 tahun karena umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas
maksimal rata-rata kelapa sawit.

I Komang Suparte , Arifuddin Lamusa , M Fardal Pratama (2022), melakukan


penelitian dengan judul Analisis Resiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Polanto Jaya
Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya
resiko produksi dan pendapatan yang dialami oleh petani kelapa sawit, serta upaya-upaya yang
perlu dilakukan oleh petani dalam memitigasi resiko produksi dan pendapatan. Penelitian ini
dilakukan di Polanto Jaya Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala. Penetuan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan bahwa daerah
ini merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Kabupaten Dongala. Waktu
penelitian dilakukan mulai bulan Juni-Juli 2021. Metode penentuan responden dilakukan
dengan metode sampel acak sederhana atau simple random sampling dengan total responden
sebanyak 38 orang. Metode analisis data menggunakan analisis pendapatan, analisis koefisien
variasi (CV), dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata pendapatan
petani di Desa Polanto Jaya sebesar Rp 23.470.541,/Ha/Tahun. Resiko produksi diperoleh nilai
Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,0167 dan resiko pendapatan diperoleh nilai Koefisien Variasi
(CV) sebesar 0,0208 dapat diartikan usahatani kelapa sawit di Desa Polanto Jaya memiliki
resiko produksi dan resiko pendapatan yang rendah.

2.7 Kerangka Pemikiran

Upaya-upaya mengurangu risiko dapat dilakukan dengan mengetahui cara mencegah


hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Dan mengetahui jadwal panen yang tepat dan
waktu pengangkutan kelapa sawit ke pabrik. Dengan upaya tersebut diharapkan usahatani
kelapa sawit yang dijalankan oleh petani dapat memberikan hasil yang berkuantitas dan

12 | P a g e
berkualitas tinggi. Kualitas TBS (Tandan Buah Segar) yang baik tentunya akan memberikan
produk turunan yang baik pula sehingga harga jualnya pun akan tinggi. Harga jual yang tinggi
akan memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani.

Perlunya upaya peningkatan produksi dikarenakan petani sering dihadapkan pada


masalah ketidakpastian terhadap besarnya keuntungan usahatani yang diperoleh. Hal tersebut
disebabkan oleh terbatasnya penguasaan petani terhadap iklim dan harga pasar. Ketidakpastian
ini menimbulkan adanya risiko yang berupa risiko produksi dan pendapatan sehingga akan
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh petani.

Untuk lebih jelasnya gambaran dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada skema
kerangka pemikiran Gambar 1.

Usahatani Kelapa Sawit

Petani

Produksi Risiko Produksi

Upaya Mengurangi Penerimaan


Risiko

BAB
Pendapatan

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Upaya Peningkatan Produksi Petani Sawit Swadaya
Dalam Menghadapi Risiko Produksi.

13 | P a g e
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Lokasi/Waktu


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngabang, Kabupaten landak
Provinsi Kalimantan Barat.

3.2 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif
dan kuantitatif.
1. Data kualitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dalam bentuk
bukan angka, misalnya jenis pupuk yang digunakan, status lahan, risiko-
risiko yang dihadapi petani dan data lain yang berbentuk bukan angka.
2. Data kuantitatif merupakan suatu data yang dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, misalnya usia seseorang, jumlah produksi, dan lain
sebagainya.
Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder.
1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
menggunakan kuisioner yaitu petani (anggota kelompok tani).
Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani kelapa sawit.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang
terkait dengan penelitian ini. Sumber dari data sekunder ini diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Landak.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi lapangan, yaitu melakukan pengamatan atau peninjauan
langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang kegiatan usahatani.
b. Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yag mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan dengan menggunakan
instrumen/menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

14 | P a g e
c. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari
dokumendokumen atau segala sumber terkait dengan cara studi
kepustakaan serta pengambilan gambar berupa foto-foto.

3.4 Populasi dan Sampel


Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel acak
sederhana atau simple random sampling. Untuk mendapatkan sampel, langsung
dilakukan random pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling
sebagai unsur populasi terkecil, memperoleh peluang yang sama untuk menjadi
sampel atau untuk mewakili populasi (Dessy Alfindasari, 2014)
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, diketahui jumlah populasi
petani kelapa sawit di Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak sebanyak 212
orang. Dilihat dari kemampuan tenaga, dana dan waktu peneliti maka jumlah
sampel yang diambil yaitu 15 % dari jumlah petani yaitu sebanyak 32 orang.
Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010), jika
subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya
besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

3.5 Analisis Data


Untuk mencapai tujuan penelitian, analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Untuk menjawab masalah pertama digunakan analisis deskriptif
kuantitatif, yaitu mengidentifikasi risiko-risiko usahatani kelapa
sawit menggunakan data dari hasil wawancara petani responden di
Desa Motu terkait tentang biaya-biaya produksi, produksi, panen,
proses pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit ke
pabrik hingga harga jual TBS kelapa sawit. Pada penelitian ini,
produksi dan pendapatan menggunakan data mulai proses
pemupukan hingga proses penjualan TBS.
Menurut Hernanto (1993), Hal ini menunjukkan bahwa
apabila CV > 0,5 maka risiko pendapatan pada usahatani yang
ditanggung petani semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka
petani akan selalu untung atau impas. Dimana koefisien variansi
merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan untuk

15 | P a g e
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang
berbeda.
2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua menggunakan analisis
deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan upaya-upaya yang perlu
dilakukan petani dalam mengurangi risiko yang dihadapi selama
melakukan usahatani kelapa sawit. Mengurangi risiko ini dilakukan
agar dapat meminimalisir atau mengurangi kerugian yang akan
terjadi akibat dari risiko dalam usahatani.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

(Panjaitan, 2019)Desa Batu Matoru , Kecamatan Lariang , Kabupaten Mamuju Utara Oleh :
Sitti Hardiyanti M Program Studi Agribisnis. (2017).

Kosanke, R. M. (2019). Definisi produksi dan fungsi produksi.

Panjaitan, E. (2019). Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Produksi


Kelapa Sawit Petani Swadaya di Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi. Skripsi Universitas Islam Riau.

(Desa Batu Matoru , Kecamatan Lariang , Kabupaten Mamuju Utara Oleh : Sitti Hardiyanti
M Program Studi Agribisnis, 2017)

(Kosanke, 2019)Desa Batu Matoru , Kecamatan Lariang , Kabupaten Mamuju Utara Oleh :
Sitti Hardiyanti M Program Studi Agribisnis. (2017).

Kosanke, R. M. (2019). Definisi produksi dan fungsi produksi.

Panjaitan, E. (2019). Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Produksi


Kelapa Sawit Petani Swadaya di Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi. Skripsi Universitas Islam Riau.

(Kosanke, 2019)Desa Batu Matoru , Kecamatan Lariang , Kabupaten Mamuju Utara Oleh :
Sitti Hardiyanti M Program Studi Agribisnis. (2017).

Kosanke, R. M. (2019). Definisi produksi dan fungsi produksi.

Panjaitan, E. (2019). Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Produksi


Kelapa Sawit Petani Swadaya di Desa Sungai Buluh Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten
Kuantan Singingi. Skripsi Universitas Islam Riau.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai