Oleh
Npm : 194114026
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
1. Sejarah perkebunan kelapa sawit............................................................................5
2. Kelapa Sawit..........................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................9
PEMBAHASAN................................................................................................................9
1. Syarat Tumbuh.......................................................................................................9
2. Tipe kelapa sawit..................................................................................................11
Pemilihan Bibit Kelapa Sawit......................................................................................12
A. Bentuk Tunas.......................................................................................................13
B. Bentukan Anak Daun...........................................................................................13
C. Tempurung Bibit Sawit........................................................................................13
D. Akar Bibit............................................................................................................13
E. Batang Bawah Bibit.............................................................................................13
F. Warna Radikula, Batang dan Daun......................................................................13
3. Pemeliharaan Dalam Proses Pembibitan..............................................................14
4. Pembukaan Areal Perkebunan Kelapa Sawit........................................................15
Penanaman...................................................................................................................17
5. Pemanenan Kelapa Sawit.............................................................................................18
Hama dan Penyakit Kelapa Sawit....................................................................................20
Pemberantasan Hama dan Penyakit Kelapa Sawit........................................................20
Jenis Hama Kelapa Sawit dan Pemberantasannya........................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan
nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat
pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan
meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang
diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar
17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas
perkebunan primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini,
industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara.
Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu
sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun
2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat
menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan
harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya
yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.
2
Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat,
terutama peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Perkembangan luas perkebunan
kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir meningkat dari 2,2 juta ha pada
tahun 1997 menjadi 4,1 juta ha pada tahun 2007 atau meningkat 7.5%/tahun (Sunarko, 2009).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 10 juta Ha dan untuk produksi
mencapai 29 juta ton, sedangkan untuk Sumatera Barat luas perkebunan kelapa sawit
mencapai 3 juta Ha dan untuk produksinya mencapai 1 juta ton (BPS, 2014).
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa luasnya areal lahan perkebunan kelapa sawit
dan jumlah produksi sangat tinggi, mengakibatkan jumlah limbah yang dihasilkan pun tinggi,
baik itu limbah padat (solid, tandan kosong dan lain-lain) maupun limbah cair. Saat ini
limbah kelapa sawit memang sudah banyak yang mulai mencoba mendaur ulang dengan
dijadikan pupuk, tetapi masih belum memecahkan masalah limbah kelapa sawit. Namun
belum semua limbah dapat diteliti oleh para peneliti. Jadi limbah kelapa sawit masih menjadi
sampah yang dibiarkan, termasuk limbah solid. Apabila diolah atau didaur ulang akan
memberikan banyak manfaat bagi tanaman kelapa sawit sendiri bahkan juga bermanfaat bagi
ternak
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang,
seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar
sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Permasalahan pokok dalam budidaya kelapa sawit
yaitu masih rendahnya teknik budidaya yang dikuasai oleh petani karena keterbatasan modal,
serta buruknya kualitas bahan tanam (bibit) yang digunakan. Bibit merupakan sarana utama
untuk mencapai produksi yang maksimal. Dengan menggunakan bibit yang bermutu baik
maka harapan untuk mencapai produksi yang maksimal akan diperoleh. Masalah utama yang
dihadapi oleh pengusaha atau petani kelapa sawit adalah pengadaan bibit, terutama bibit
unggul yang berkualitas.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di
tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi
sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan
kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami
peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan
produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat
menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan
harus dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
3
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya
yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah perkebunan kelapa sawit
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti
oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli)
dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari
Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai
tahun 1911.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia).
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.
2. Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder,
tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi
menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di
lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit
(Setyamidjaja, 2006).
5
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di
pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah
daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008). Pertumbuhan awal daun berikutnya akan
membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya.
Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let)
pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan
bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga
jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk
(Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan
semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak
yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari
beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama
penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24º
-38º C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja,
2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi
buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia
dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi
menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi
pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk
berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.
Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal
yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan
ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan
air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa
sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat
kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman
akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi
perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang
(Sunarko, 2008).
Lingkungan Hidup di Indonesia menyangkut tanah, air, dan udara dalam wilayah
negara Republik Indonesia. Semua media lingkungan hidup tersebut merupakan wadah
tempat kita tinggal, hidup serta bernafas. Media lingkungan hidup yang sehat, akan
melahirkan generasi manusia Indonesia saat ini serta generasi akan datang yang sehat dan
6
dinamis. Pasal 1 (17) Undang undang No 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup di katakan Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pembangunan industri, eksploitasi hutan serta sibuk dan padatnya arus lalu lintas
akibat pembangunan yang terus berkembang, memberikan dampak samping. Dampak
samping tersebut berakibat pada tanah yang kita tinggali, air yang kita gunakan untuk
kebutuhan hidup maupun udara yang kita hirup. Apabila tanah, air dan udara tersebut pada
akhirnya tidak dapat lagi menyediakan suatu iklim atau keadaan yang layak untuk kita
gunakan, maka pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup telah terjadi.
Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat
dan berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem pertanian atau perkebunan, pesisir dan
lautan. Ancaman kepunahan satwa liar juga telah terjadi pada pengelolaan lahan perkebunan
kelapa sawit pada lahan hutan.
Lingkungan hidup merupakan persoalan sangat penting dan strategis bagi
kelangsungan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Mengapa hal tersebut sangat vital
bagi kehidupan manusia ? karena dengan adanya faktor faktor pengganggu terhadap
lingkungan hidup menyebabkan terganggunya kelestarian fungsi lingkungan hidup seperti
menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta meningkatnya kejadian
bencana alam yang pada akhirnya bermuara pada menurunnya kualitas kehidupan manusia
baik generasi masa kini maupun masa depan.
Secara umum, adanya gangguan hutan di mana-mana, yang paling merasakan
akibatnya secara langsung adalah penduduk yang bermukim di kawasan atau sekitar kawasan
hutan. Rusak atau hilangnya hutan, bukan saja dapat mengakibatkan gangguan lingkungan
hayati, tapi juga secara langsung dapat mengganggu kehidupan sosial ekonomi dan budaya
Masyarakat pedesaan hutan. Mereka yang tadinya mendapatkan bahan makanan dari jenis-
jenis tumbuhan atau satwa liar dengan secara bebas di hutan, akan kehilangan sumber
kehidupannya.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan yang
sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO)
sebagai sumber minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel. Pengembangan perkebunan
kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak ekologi perkebunan
kelapa sawit adalah meningkatkan level CO2 (karbon diokasida) di atmoster, hilangnya
keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plsama nutfah, hilangnya
sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan, peningkatan suhu, dan gas rumah kaca
yang mendorong terjadinya bencana alam, berkurangnya kawasan resapan air, sehingga pada
musim hujan akan mengakibatkan banjir karena lahan tidak mempunyai kemampuan
menyerap dan menahan air, kehancuran habitat flora dan fauna yang mengakibatkan konflik
antar satwa, maupun konflik satwa dengan manusia. Akibat habitat yang telah rusak, hewan
tidak lagi memiliki tempat yang cukup untuk hidup dan berkembang biak.
Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang
dikembangbiakkan secara generatif, yaitu dengan biji. Sistem pembibitan yang dianjurkan
adalah pembibitan pada kantong plastik yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
7
pembibitan awal di dalam polybag kecil dan tahap kedua dalam polybag besar (Fauzi et al.,
2005). Bibit kelapa sawit dapat tumbuh secara maksimum apabila dilakukan pemeliharan
dengan teratur. Pemeliharaan bibit kelapa sawit antara lain dengan penyiraman, pemupukan
dan pengendalian hama penyakit (Vademecum, 1993).
Pengadaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu kendala yang dapat
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang akan ditanam harus
memiliki kondisi pertumbuhan tanaman yang baik. Proses pembibitan yang sesuai akan
menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan produktivitas yang baik pula.
Ada berbagai cara untuk meningkatkan kualitas bibit kelapa sawit selama masa
pembibitan, salah satunya dengan menginokulasikan FMA (Darmawan, 2005).
8
BAB III
PEMBAHASAN
1. Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon dengan tinggi yang bisa mencapai 24
meter. Bunga dan buahnya berupa tandan dan bercabang banyak. Buahnya kecil dan
berwarna merah kehitaman apabila sudah masak. Daging buahnya padat dan mengandung
minyak. Begitupun kulit buahnya.
Minyaknya sering digunakan sebagai minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya digunakan
sebagai makanan ternak, terutama bahan pakan ayam. Sedangkan tempurungnya digunakan
sebagai bahan bakar dan arang.
Daun
Daunnya adalah daun majemuk berwarna hijau tua yang memiliki pelepah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip tanaman salak, hanya saja durinya tidak
terlalu keras dan tajam.
Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah sampai umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun, pelepah yang kering akan terlepas sehingga sudah mirip tanaman kelapa.
9
Akar
Jenis akarnya adalah akar serabut yang mengarah ke samping dan ke bawah. Selain
itu, terdapat beberapa akar nafas yang tumbuh ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Bunga
Bunga jantan dan betinanya terpisah dan memiliki waktu pematangan yang berbeda.
Ini menyebabkan sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bentuk bunga jantannya lancip
dan panjang sedangkan bunga betinanya lebih mekar dan besar.
Buah
Variasi warna buah kelapa sawit terdiri dari warna hitam, ungu, hingga merah. Ini
tergantung pada bibit yang dipilih. Buahnya berkumpul dalam tandan yang muncul dari
masing-masing pelepah.
Buah sawit ini terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
10
dari portal pengumpul fakta dan statistik dari berbagai sumber, IndexMundi mencatat
beberapa negara pada 2019 yang menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Berikut daftar 5 negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia :
1. Indonesia dengan volume minyak sawit 43.000.000 ton
2. Malaysia dengan volume minyak sawit 20.700.000 ton
3. Thailand dengan volume minyak sawit 3.000.000 ton
4. Kolombia dengan volume minyak sawit 1.680.000 ton
5. Nigeria dengan volume minyak sawit 1.015.000 ton
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis (15° LU – 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah
hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan
tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit.
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera.
Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang
mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri
dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
2. Iklim
Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang
11
sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya
turun pada sore atau malam hari.
Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-
rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang
menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar
variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga
mengalami merata sepanjang tahun.
Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang
panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun
merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah
dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat
lebih 500 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan
produksinya pun akan rendah.
3. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik
untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu,
aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit
ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya
antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut,
terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas
lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki
pH rendah.
Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum
dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan
lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi
pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah
maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah
gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis
tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
12
A. Bentuk Tunas
Bentuk tunas yang baik pada bibit sawit memiliki ciri mata tunsa yang normal dan
berwarna putih bersih. Jangan pilih bibit yang cacat dengan ciri tunas berwarna cokelat
kehitaman, layu dan tampak ikutan jamur.
D. Akar Bibit
Akar bibit sawit ini dipengaruhi juga oleh usia bibit Anda. Pilih bibit sawit dengan
panjang akar yang tidak lebih dari 2-3 cm.
Tidak disarankan untuk memilih akar bibit yang kurang atau lebih dari itu, karena
kemungkinan tanaman sudah terlalu tua, atau masih terlalu muda. Selain itu, pastikan juga
akar pada bibit sawit yang Anda pilih memiliki tudung dan tidak terbuka secara langsung.
Jangan pilih bibit yang bagian batang bawahnya tampak kurus dan tinggi. Sebab,
kondisi ini dapat membuktikan bahwa bibit kelapa sawit yang Anda pilih tidak subur dan
penyerapan nutrisi yang kurang optimal, bahkan mungkin ketika nantinya ditanam,
pertumbuhannya menjadi tidak optimal.
13
2. Ciri-Ciri Bibit Sawit Unggul :
A. Tunas Berwarna Putih
Hal pertama yang perlu dulur-dulur perhatikan yaitu mata tunas sawit. Bibit sawit
unggul memiliki mata tunas yang normal dan berwarna putih bersih.
Jika bibit sawit bewarna kecoklatan atau bahkan kehitaman, sebaiknya dulur-dulur
mencurigai bahwa bibit sawit tersebut bukanlah bibit sawit unggul.
B. Daun Melebar
Bibit sawit unggul memiliki anak daun yang melebar dan tidak kusut. Bibit sawit
yang unggul tidak memiliki anak daun yang menggulung.
C. Tempurung Berwarna Hitam
Sawit unggul memiliki tempurung yang berwarna hitam gelap. Selain itu, tempurung
pada bibit sawit unggul tidak mengalami keretakan atau kerusakan.
D. Kondisi Akar
Akar pada bibit sawit unggul justru tidak terlalu panjang. Akar pada bibit sawit
unggul yaitu memiliki panjang 2 sampai 3cm.
Selain panjang akar, keadaan akar bibit sawit unggul masih terlihat segar, tidak kering.
Memiliki warna calon akar yang kekuning-kuningan mendekati hijau.
E. Kondisi Batang Bibit Sawit
Kondisi batang bibit sawit unggul yaitu memiliki ukuran yang pendek dan gemuk.
Karena batang yang pendek dan gemuk akan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan
batang yang tinggi dan kurus.
Pada umumnya, batang bibit sawit yang tinggi dan kurus akan mudah sekali patah
sebelum masuk masa pertumbuhan. Selain itu ukuran batang pada bibit sawit unggul yaitu
antara 2 sampai 3 meter.
14
c) Pengawasan dan Seleksi
Lakukan pengawasan bibit untuk mengamati pertumbuhan bibit dan mencegah
perkembangan gangguan hama dan penyakit. Jika ditemukan benih yang tumbuh kerdil,
abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis, maka segera seleksi atau buang bibit
tersebut.
Berikut ini ciri-ciri bibit yang abnormal dan harus segera diseleksi:
1. Benih tumbuh meninggi, kurus dan kaku
2. Bibit tampak lemah terkulai
3. Anak daun tidak membelah denga sempurna
4. Ada tanda-tanda bibit terkena penyakit
5. Anak daun tidak tumbuh dengan sempurna
6. Kerdil atau pertumbuhan terhambat
Tetapi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembukaan lahan adalah terjaganya
lapisan oleh tanah (top soil). Langkah pertama dalam rangka penyediaan tempat pertanaman
adalah pembukaan daerah tersebut. Urutan pekerjaan dan alat yang digunakan serta teknik
pelaksanaan untuk membuka areal sangat tergantung pada keadaan di lapangan.
Areal Hutan
Pembabatan semak dan pohon pohon kecil merupakan langkah pertama pembukaan areal
baru. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia atau dengan
15
alat alat tradisional. Akan tetapi, supaya lebih praktis, baik dari segi tenaga, waktu maupun
biaya, saat ini lebih sering dilakukan secara mekanis dengan menggunakan traktor dan
buldoser.
Penebangan pohon sebaiknya dilakukan ke satu arah. Hasilnya potong potongan untuk
mempercepat pengeringan dan mempermudah pembakaran. Hasil tebangan dibiarkan dalam
jangka waktu 3-6 bulan. Selanjutnya dikumpulkan dan dibakar
Perkebunan areal alang alang secara mekanis adalah dengan cara membajak dan
menggaru. Pembajakan dilakukan 2 kali, sedangkan penggaruan dilakukan 3 kali. Pekerjaan
tersebut dilakukan berselang seling antara waktu 2-3 minggu. Bila alang alang masih tumbu,
perlu diberantas secara khemis dengan herbisida.
Pembukaan areal khemis dilakuakan dengan caa menyemprot alat alat dengan racun,
antara lain dengan Dalapon atau Glyphosate penyemprotan dengan Dalapon dilakukan tiga
tahap dengan interval waktu 3 minggu.
Takaran semprot yang digunakan untuk per hektar adalah 1000 liter air dicampur dengan
bahan 7,5 kg Dalpon untuk setiap kali penyemprotan, penyemprotan hanya dilakukan bila
menggunakan Glyphosate, penyemprotan hanya dilakukan sekali dengan takaran semprot
600-700 liter air yang dicampur dengan 6-7 liter Glyphosate untuk per hektar
Pembukaan areal perkebunan ini lebih mudah dilakukan sebab jumlah pohon yang akan
ditebang relatif sedikit dan dapat dikatakan seragam, jalan jalan dan petak petak kebun juga
sudah ada. Cara pembukaannya tergantung pada jenis tanaman asli dan dapat dibuka dengan
cara mekanis maupun khemis.
16
Penanaman
Persiapan lahan
lahan tanam sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang tanam ditentukan
oleh umur bibit yang akan ditanam, terutama pertumbuhan akarnya dan keadaan tekstur tanah
kebun yang akan ditanami. Beberapa ukuran lubang yang biasa dipakai adalah 45 x 45 x 40
cm, 60 x 60 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm.
Waktu pembuatan lubang tergantung pada keadaan setempat. Apabila tanahnya gembur,
pembuatan lubang tanam pada saat musim hujan tidak akan menimbulkan masalah. Akan
tetapi, jika hal tersebut dilakukan pada tempat yang mengandung tanah liat, maka lubang
akan terisi air sehingga mengganggu waktu penanaman
Bibit dengan umur 12-14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang berumur
kurang dari 6 bulan tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya, bila melebihi akan
menambah biaya dan waktu tanam menjadi lebih lama.
Walaupun umurnya sama, tinggi bibit di pembibitan tidak dapat seragam. Tinggi bibit yang
dianjurkan berkisar 70-180 cm. Bibit ini perlu diseleksi sebelum dipindahkan.
Bibit yang tingginya kurang dari ukuran yang dianjurkan akan menurunkan produksi,
sedangkan bibit yang tingginya lebih dari 180 cm produksinya tidak lebih tinggi
dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit yang dianjurkan
Waktu tanam
Persediaan air sangat menentukan waktu tanam sehingga penanaman pada awal musim hujan
adalah yang paling tepat. Di daerah yang perbedaan musim hujan dan musim sepanjang
tahun.
Penanaman yang dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian, selain itu
juga membutuhkan air yang lebih banyak sehingga akan menambah biaya lebih tinggi.
Minimal 10 hari setalah penanaman, diharapkan dapat turun hujan secara berturut – turut.
Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada bulan Oktober atau
November
Jarak antar-tanaman
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan
tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman kelapa
sawit. Jarak tanam optimal kelapa sawit adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah
bergelombang.
Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangakt, jajaran genjang, atau segi tiga sama
sisi. Dari hasil penelitian dan pengamatan, ternyata susunan penanaman dengan bentuk
17
segitiga sama sisi merupakan yang paling ekonomis karena untuk setiap hektar dapat memuat
143 pohon.
1. Terdapat 5-10 brondolan di piringan. Perhatikan piringannya dengan seksama. Jika sudah terdapat
brondolan yang seperti disebutkan itu maka kemungkinan besar sudah siap diambil. Jika jumlahnya
kurang dari standar yang sudah ada, maka kemungkinan besar brondolan tersebut belum siap diambil.
2. Buah-buah berubah warna dari berwarna kuning menjadi oranye. Seperti diketahui buah mengalami
perubahan warna sesuai dengan tingkat kematangannya.
Nah, di sini Anda harus benar-benar memerhatikan warna yang ada di permukaannya. Jangan
memetik yang warnanya belum gelap atau masih muda.
Jika anda memetik sebelum waktunya, maka tidak akan menghasilkan kualitas produk yang baik di
kedepannya.
3. Sebanyak 25-75% buah luar membrondol. Ciri pada poin ketiga ini sangat penting diperhatikan.
Jika belum terjadi pembrondolan dalam persenan yang telah disebutkan, berarti buah yang anda panen
belum tentu siap untuk petik.
4. Panen yang baik dalam satu (1) afdeling adalah sebanyak 15% brondol dari berat tandan, buah-
buah tingkat fraksi 1 sebanyak 20% dari jumlah tandan, buah tingkat fraksi 2 dan 3 sebanyak 65 dari
jumlah tandan, serta buah tingkat fraksi 4 dan 5 sebanyak 15% dari jumlah tandan.
Perhatikan persenan yang disebutkan ini. Nominal ini harus benar-benar diikuti karena jika tidak
maka Anda tidak akan mendapatkan hasil terbaik.
Biasanya pemanenan dilakukan setiap 10 hari sekali, pekerjaan ini sangat membutuhkan fisik yang
prima dengan cara didodos.
18
Cara Panen Sawit
Cara panen sawit harus sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah
langkah-langkah pemanenan kelapa sawit:
1. Pemotongan Pelepah
Lakukan pemotongan pada pelepah yang terlalu rapat dengan batang dan mengganggu proses
pengambilan buah sawit. Pastikan tidak ada pelepah yang tertinggal menggantung (sengkleh), dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pada pemanen awal umur tanaman usia 3-4 tahun, lakukan pemotongan pelepah hanya pada
yang kering saja
2. Pada pemanenan tanaman usia 5-6 tahun, sisakan tiga pelepah di bawah buah paling rendah
(songgo tiga).
3. Untuk panen pada tanaman umur 7-10 tahun sisakan dua pelepah (songgo dua)
4. Untuk panen tanaman umur 11 tahun keatas sisakan satu pelepah (songgo satu) di bawah
buah paling rendah.
3. Bersihkan Brondolan
Jika didapati brondolan yang tersangkut/terselup di ketiak pelepah, ambil dengan cara di
korek atai di “sogrok“. Jika terdapat brondolan yang tercecer, maka kumpulkan brondolan
4. Bersihkan Pelepah
Susun pelepah di gawangan mati. Jika di tengah gawangan terdapat parit, maka potong 3
pelepah dan tumpuk secara rapi diantara pokok dalam barisan.
19
Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat. Walaupun begitu, tanaman ini juga tidak
luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang maupun yang membahayakan.
Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Tetapi ada
beberapa jenis hewan dari kelompok mamalia yang bisa menyebabkan kerugian tidak sedikit
pada perkebunan kelapa sawit. Sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit,
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme antara lain jamur, bakteri, dan virus.
2. Secara biologis
Dengan menggunakan binatang/organisme lain seperti musuhnya, yaitu:
3. Secara khemis
Usaha pemberantasan dengan menggunakan bahan kimaiia yang berupa pestisida, antara
lain fungsida, bakterisida, inteksida, nematisida, akarisida, dan lain lain.
Cara pemberantasan ini relatif cepat dan praktis, tetapi seringkali menimbulkan efek
samping. Sebab jika penggunaannya tidak hati hati dapat membahayakan kesehatan manusia
atau organisme lain, juga dapat mengganggu keseimbangan alam.
Tetapi bagaimanapun usaha pencegahan akan selalu lebih baik dari pemberantasan. Pada
pembahasan kali akan diuraikan secara singkat tentang beberapa hama dan penyakit yang
sering menyerang tanaman kelapa sawit, serta beberapa usaha pencegahan maupun
pemberantasannya.
Penyebab
Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit.
20
Pemberantasan
Pohon yang terserang diracun dengan natrium arsenit untuk memberantas sumber
infeksi, setelah tanama mati/kering dibongkar lalu dibakar.
2. Tungau
Gejala
Daun yang diserang berubah warna dari hijau menjadi perunggu mengkilat (bronz).
Pesemain atau pembibitan mengalami kerusakan
Penyebab
Tungau merah (Oligonychus) yang panjanganya 0,5 mm. Hidupnya di sepanjang
tulang anak daun sambil mengisap cairan daun. Hama ini membahayakan dan berkembang
pesat dalam keadaan cuaca kering di musim kemarau.
Pemberantasan
Penyemprotan dengan akarisida yang mengandung bahan aktif tetradifon 75,2 g/l.
contoh akarisida adalah Teidon 75 EC yang disemprotkan dengan konsentrasi 0,1 – 0,2%.
3. Pimelephila ghesquierei
Gejala
Adanya lubang atau ruangan pada daun muda bekas gerakan dari ulat hama ini, jika ada
angin yang bertiup kencang, daun banyak yang patah.
Penyebab
Ngengat Pimelephila ghesquierei. Telur penggerk ini ditempatkan di bawah daun
yang belum membuka. Beberapa hari kemudian telur akan menetas menjadi larva berupa ulat
yang berukuran 3-4 cm, berwarna merah tua dan berubah menjadi kekuning-kuningan sesuai
dengan perkembangannya. Siklus hidup dari teluar sampai dewasa berlangsung selama 35-45
hari.
Yang diserang ngengat ini bisanya tanaman berumur 3-5 tahun atau yang dipembibitan.
Pemberantasan
Serangan ringan dapat dengan cara memtong bagian yang terserang. Untuk tanaman
yang terkena serangan cukup dengan disemprot dengan parathion 0,02%.
1. Ulat Api
Gejala
Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang
daunnya. Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah
21
Penyebab
Setoa nitens. Darna trima, dan ploneta diducta merupakan hama pemakan daun ini.
larva berupa ulat berwarna hijau dan pada punggungnya terdapat garis putih memanjang 20-
25 mm. Bulu kasar kaku yang ada pada penggungnya dan beracun. Jika terkena tangan
rasanya gatal dan panas.
Pemberantasan
Pada serangan ringan pemberantasan dilakukan secara manual, yaitu mengambil ulat
ulat dari daun dan memusnahkannya. Pemberantasan secaa khemis dengan menyemprotkan
insektisida berbahan aktif griazofos 242 g/l, karbaril 85% dan klorpirifos 200 g/l. beberapa
contoh insektisida tersebut adalah Hostation 25 ULV, Sevin 85 EA atau Dursban dan
konsentrasi yang dianjurkan yaitu 0,2-0,3%. Pada saat ini telah dikembangkan pengendalian
larva ulat api secara biologis, yaitu dengan penyebaran virus B. Nudaurelia.
2. Ulat kantong
Gejala
Daun tidak utuh lagi, rusak, dan berlubang lubang. Kerusakan helaian daun dimulai
dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah mengeringnya daun yang
menyebabkan tajuk bagian bawah berwarna abu abu dan hanya daun muda yang masih
berwarna hijau.
Penyebab
Metisa plana, Mahasena corbetti, dan Crematosphisa pendula merupakan penyebab
serangan ini. penyebaran hama ini amat cepat, karena sifatnya “mobile” mudah berpindah
dari satu daun ke daun lain atau satu pohon ke pohon lain. Kerusakan akibat hama ini dapat
menimbulkan penyusutan produksi sampai 40% pada tahun pertama.
Pemberantasan
Secara khemis dengan timah arsenat 2,5 kg/ha dalam 25 l air atau dengan insektisida
yang mengandung behan aktif triklorfon 707 g/l, contohnya Dipterex 700 ULV . dosis
penggunaan insektisida tersebut untuk tiap hektar areal perkebunan adalah 1,5-2 kg yang
dilarutkan dalam 15-20 l air. Pemberantasan secara biologis dengan menyebarkan predator
dan parasit. Beberapa jenis parasit yang sering dijumpai menyerang larva adalah Callimerus
inferus, Brachumeria sp. Apenteles sp, Fislistina sp, Caryphus inferus dan lain lain. Predator
larva anara lain adalah Sycanus dichotomus.
3. Belalang
Gejala
Daun tidak utuh, pada bagian tepinya tampak bekas gigitan, terutama pada daun
muda. Bibit rusak, bahkan bisa patah.
Penyebab
Valanga nigricornis dan Gastrimargus marmonratus. Meski kerusakan yang
ditimbulkan tidak begitu serius, teatpi dalam populasi yang besar hama ini dapat menurunkan
produksi.
22
Pemberantasan
Secara biologi, predator yang bisa memberatasnya antara lain burung.
4. Kumbang
Gejala
Adanya lubang lubang berbentuk taji pada daun muda yang belum membuka dan
pangkal daun.
Penyebab
Oryctes rhinoceros. Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada
tanaman muda, sebab jika sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk
dan mengakibatkan kematian. Tetapi jika hanya makan bakal daunnya, hanya menyebabkan
kerusakan pada daun dewasa.
Pemberantasan
Pencegahan dengan menjaga kebersihan kebun, terutama disekitar tanaman. Sampah
sampah dan pohon yang mati dibakar, agar larva hama mati.
Pemberantasan secara biologi dengan menggunakan jamur metharrizium
anisopliae dan virus Baculovirus orycetes. Atau dapat juga dengan penyebaran hewan
predator seperti kumbang, lalat, semut, rayap, toke, ular, dan burung.
5. Penggerek tandan buah
Gejala
Buah muda atau buah tua terlihat berlubang.
Penyebab
Ngengat Tirathab mundella. Ulat hama ini berwarna cokelat muda sampai cokelat tua dan
mencapai panjang kurang lebih 4 cm. Hama ini meletakkan telurnya pada tandan buah, dan
setelah menetas, larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa sawit.
Pemberantasan
Secara khemis, disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif 707 g/l atau
endosulfan 350 g/l. insektisida antara lain adalah Depterex 700 ULV dan Thio dan 35 EC
dengan dosis 0,55 kg/ha yang dilarutkan dalam 370 l air. Pemberantasan secara biologi
dengan penyebaran predator dan lalat parasit.
6. Tikus
Gejala
Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada bibit dan tanaman muda, karena
jeringan jaringan pada titik tumbuh rusak. Pada tenaman dewasa yang sudah menghasilkan,
terjadi kerusakan tandan dan bunga bunga yang masih muda.
23
Penyebab
Tikus (Rattus tiomanicus, Rattus sp). hama ini menyerang tanaman pada semua umur dan
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Pemberantasan
Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah hidupnya sangat luas.
Pemberantasan bisa dilakukan secara emposan pada sarangnya. Secara biologi dengan
predator seperti kucing, ular, burung hantu dll.
Hama lainnya
Selain tikus, beberapa jenis mamalia lain yang merupakan hama kelapa sawit adalah tupai,
babi hutan, dan lain lain.
Jenis Penyakit Kelapa Sawit dan Pemberantasannya
Penyebab penyakit tanaman kelapa sawit adalah beberapa jenis mikroorganisme
seperti jamur (fungi), bakteri, dan virus. Penyakit yang menyerang tanaman pada umumnya
sangat sukar diberantas. Tindakan pemberantasan yang biasa dilakukan aitu dengan
pemotongan bagian tanaman yang terserang, pembongkaran dan pembakaran. Karena sulit
pemberantasannya, maka tindakan yang terbaik adalah dengan melakukan tindakan
pencegahan. Beberapa tindakan pencegahan agar tanaman sedikit atau terhindar dari penyakit
antara lain, dengan penggunaan bibit yang reisisten, isolasi, pemusnahan/pembakaran pohon
pohon yang sakit dan penggunaan bahan bahan kimia. Beberapa penyakit yang penting dan
sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah.
1. Blast disease (penyakit akar)
Gejala
Tanaman tumbuh tidak normal, lemah, dan daun berubah warna dari hijau menjadi
kuning (nekrosis). Nekrosis dimulai dari ujung daun dan bebarapa hari kemudian tanaman
mati. Bibit maupun tanaman dewasa yang terserang akarnya membusuk.
Penyebab
Jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Pencegahan
Melakukan budidaya yang baik merupakan cara yang efisien untuk pencegahan penyakit
ini. tindakan tersebut antara lain dengan membuat persemaian yang baik agar bibit sehat dan
kuat, pemberian air yang cukup dan naungan pada musim kemarau, dan lain lain.
2. Basal stem rot atau Ganoderma (penyakit busuk pangkal batang)
Gejala
Daun hijau pucat dan daun muda (janur) yang terbentuk sedikit. Daun yang tua layu,
patah pada pelepahnya dan menggantung pada batang. Selanjutnya pangkal batang
menghitam, getah (gum= blendok) keluar darii tempat yang terinfeksi, dan akhirnya batang
membusuk dengan warna cokelat muda. Akhirnya bagian atas tanaman berjatuhan dan batang
roboh.
24
Penyebab
Jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan Ganoderma pseudofferum
Jamur ini akan menular ke tanaman yang sehat jika akarnya bersinggungan dengan tunggul
tunggul pohon yang sakit
Pencegahan dan pemberantasan
Sebelum penanaman, sumber infeksi dibersihkan. Terutama jika areal kelapa sawit
merupakan lahan bekas kebun kelapa atau kelapa sawit, tanggul tanggul ini harus dibongkar
serta dibakar
Tanaman yang terserang harus dibongkar dan dibakar. Disekitar tanaman digali parit, dan
tanaman yang belum terserang dibumbun.
3. Upper stem rot (penyakit busuk pada atas )
Gejala
Warna daun yang terbawah berubah warna dan akhirnya mati. Keadaan ini berkembang
terus sampai kuncup daun terserang. Selanjutnya terjadi pembusukan pada batang. Batang
yang membusuk, sekitar 2 m diatas tanah, akan diwarnai cokelat keabuan.
Penyebab
Jamur fomex noxius. Penyakit ini berhubungan erat dengan defisiensi unsur K dan infeksi
melalui spora pada saat pemangkasan.
Pemberantasan
Bagian batang yang baru terserang sedikit dapat ditolong dengan melakukan pembedahan
atau pemotongan. Luka bekas potongan ditutupi dengan obat penutup luka (protectant),
misalnya ter arang. Bila tanaman sudah tidak dapat tertolong lagi harus dibongkar. Bagian
bagian tanaman yang sakit diletakkan di antara barisan tanaman agar membusuk. Selain itu,
penambahan unsur hara, terutama unsur K, dapat mengurangi penderitaan pohon yang
terserang.
4. Dry basal rot (penyakit busuk kering pangkal batang)
Gejala
Tandan buah membusuk, pembentukan bunga terhambat dan diikuti dengan patahnya
daun bagian bawah, akhirnya tanaman kering dan mati. Jamur ini menyerang melalui akar
atau bekas luka akibat pemangkasan, mesuk ke dalam kortek menuju pangkal batang.
Tanaman yang berumur 4-10 tahun lebiih peka terhadap penyakit ini dan 2-3 tahun kemudian
setelah terkena penyakit, tanaman dapat mati.
Penyebab
Jamur Ceratocystis parodoxa
25
Pencegahan dan pemberantasan
Tanaman yang sakit harus dibongkar dan dibakar. Usaha pencegahan dengan cara
menghindarkan dari sumber infeksi dan usaha penanaman varietas yang tahan terhadap
penyakit tersebut.
5. Spear rot (penyakit busuk kuncup)
Gejala
Jaringan pada kuncup (spear) membusuk dan berwarna kecokelatan. Setelah dewasa,
kuncup akan bengkok dan melengkung.
Penyebab
Belum diketahui dengan pasti sampai saat ini.
Pemberantasan
Memotong bagian kuncup yang terserang.
6. Bud rot (penyakit busuk titik tumbu)
Gejala
Kuncup yang ditengah membusuk sehingga mudah dicabut dan berbau busuk. Akibatnya
tanaman akan mati dan jika tetap hidup, daun tumbuh abnormal, kerdil dan lurus.
Penyebab
Bakteri erwinia. Penyakit ini sering berkaitan erat dengan serangan hama kumbang
(Oryctes rhynoceros). Setelah hama menyerang titik tumbuh, kemudian dilanjutkan dengan
serangan penyakit ini yang merupakan serangan sekunder
Pemberantasan
Belum ada cara efektif yang ditemukan untuk memberantas penyakit ini.
7. Patch yellow (penyakit garis kuning)
Gejala
Pada daun yang terserang, tampak bercak bercak lonjong berwarna kuning dan
ditengahnya terdapat warna cokelat. Penyakit ini sudah menyerang pada saat bagian ujung
daun belum membuka, dan akan menyebar ke helai daun lain yang telah terbuka pada
pelepah yang sama. Daun yang terserang akan mengering dan akhirnya gugur.
Penyebab
Jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini menyerang tanaman yang mempunyai kepekaan
tinggi dan disebabkan oleh faktor turunan.
Pencegahan
Usaha inokulasi penyakit pad bibit dan tanaman muda, dapat mengurangi penyakit di
persemaian dan tanaman muda dilapangan.
26
8. Anthracnose
Gejala
Terdapat bercak bercak tua pada ujung dan tepi daun. Bercak bercak dikelilingi warna
kuning yang merupakan batas antara bagian daun yang seha dan yang terserang. Gejala lain
yang tampak adalah adanya warna cokelat dan hitam diantara tulang daun. Daun daun yang
terserang menjadi kering dan berakhir dengan kematian.
Penyebab
Jamur Melanconium sp, Vlomerella cingulata, dan Botryodiplodia palmarum.
Pencegahan dan pemberantasan
Pencegahan secara agornomis dengan mengatur jaruak tanam, penyiraman yang
teratur, pemupukan, pemindahan bibit dari persemaian berikut tanahnya yang mengumpal di
akar.
Pemberantasan secara khemis dengan penyemprotan Captan (Orthocide M 50) 0,2% atau
Cuman (Ziram) 0,1%.
9. Crown disase (penyakit tajuk)
Gejala
Helai daun mulai pertengahan sampai ujung pelepah kecil kecil, sobek, atau tidak ada
sama sekali. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan gejala yang cukup
serius. Gejala ini tampak pada tanaman yang berumur 2- 4 tahun.
Penyebab
Gen keturunan dari tanaman induk.
Pencegahan
Menyingkirkan tanaman tanaman induk yang mempunyai gen penyakit tersebut.
10. Bunch rot (penyakit busuk tandan)
Gejala
Diantara buah atau pangkal pelepah daun terdapat miselium yang berwarna putih
Penyebab
Jamur Marsmius palmivorous. Jamur ini menyerang buah yang matang dan dapat
menembus daging buah sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Penyakit ini sering
terjadi pada permulaan panen, karena polinasi yang tidak sempurna
Pencegahan dan pemberantasan
Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan, kastrasi dan
sanitasai kebun terutama pada musim hujan
Pemberantasan dengan pembekaran tandan buah yang terserang dan secara khemis
dengan penyemprotan Difolatan 0,2%.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://riansyahagb13uho.blogspot.com/2016/01/makalah-lengkap-kelapa-sawit_1.html
http://digilib.unila.ac.id/12054/10/I.pdf
https://b-pikiran.cekkembali.com/budidaya-kelapa-sawit/
http://newfachrulislami.blogspot.com/2013/10/makalah-budidaya-kelapa-sawit-
elaeis_20.html
http://assyakur1996.blogspot.com/2017/04/makalah-perkebunan-kelapa-sawit-
yang.html
https://b-pikiran.cekkembali.com/penyakit-sawit/
https://gdm.id/budidaya-kelapa-sawit/
https://threejoko.wordpress.com/budidaya-tanaman-kelapa-sawit-3/
https://paktanidigital.com/artikel/morfologi-kelapa-sawit-
perkembangbiakan/#.XvA45mgzbIU
http://bumn.go.id/ptpn5/berita/1-Kelapa-Sawit-Komoditi-Perkebunan-Terbesar-di-
Indonesia-Sekaligus-di-Dunia-
https://gdmorganic.com/budidaya-kelapa-sawit/
https://paktanidigital.com/artikel/morfologi-kelapa-sawit-
perkembangbiakan/#.XvBNxWgzbIV
28