Anda di halaman 1dari 26

Disusun Oleh

Hijrah Utama, S.Hut.


NIP. 19791218 201001 1 009
Penyuluh Kehutanan
BPH Wilayah VI

Budidaya Tanaman Jabon


Anthocepalus cadamba Miq.
KATA PENGANTAR

Saat ini Jabon (Anthocepalus cadamba Miq.) sudah banyak


dibudidayakan karena terkenal jenis yang cepat tumbuh (fast growing
species) sehingga cocok untuk investasi jangka pendek maupun
jangka menengah. Namun dibalik itu jabon kurang terkenal pula
rentan terhadap serangan hama ulat kantong yang menggerogoti
daun tua maupun daun muda, sehingga akan mengganggu
pertumbuhan pohon.

Hadirnya tulisan ini dilatarbelakangi oleh masih minimnya


literatur tentang budidaya jabon. Kalau pun ada biasanya hanya
sebatas ekologi serta pemanfaatan kayunya. Namun aspek budidaya
yang terkait dengan kondisi agroklimat sangat jarang dipaparkan.
Dengan hardirnya buku ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pelaku usaha.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Kepala BPH Wil. VI
2. Koordinator Penyuluh Kehutanan Kab. Purbalingga, Bpk. Untung
Pudjiono, S.P
3. Kepala BPP Kec. Karangmoncol
4. Rekan-rekan Rimbawan, Penyuluh Kehutanan se-Kab.
Purbalingga yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Terakhir penulis berharap masukan serta saran membangun


atas tulisan ini mengingat penulis pun menyadari masih banyak
kekurangan atas penyusunan tulisan ini agar ke depan dapat
disempurnakan. Terima kasih.

Purbalingga, 01 Oktober 2018


Penulis

HIJRAH UTAMA, S.Hut


NIP. 19791218 201001 1 009

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................... ii
Pendahuluan .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................. 3
Deskripsi Tanaman Jabon ............................................................. 4
A. Klasifikasi Taksonomi dan Daerah Penyebaran .............. 4
B. Deskripsi dan Ciri-ciri Umum ........................................... 5
C. Sifat-sifat Kayu Jabon ..................................................... 6
Budidaya Tanaman Jabon (Anthocepalus cadamba Miq.) ............. 10
A. Penanaman dan Pemupukan .......................................... 10
B. Pemeliharaan Tanaman .................................................. 14
Kegiatan Pemanenan dan Pemasaran Jabon ................................ 17
A. Pemanenan Tanaman ..................................................... 17
B. Pemasaran Kayu Jabon maupun Hasil Olahannya ......... 17
C. Analisis Investasi Jabon .................................................. 19
Daftar Pustaka ............................................................................... 21

ii
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kawasan hutan tropika mengalami kerusakan yang cukup


parah. Kerusakan hutan di kawasan tropika kian tahun kian
meningkat.Penebangan tanpa diimbangi dengan upaya regenerasi
serius akan menjadi penyebab rusaknya lingkungan hutan dan
sekitarnya. Kenyataan tersebut telah ikut mendorong organisasi
international perkayuan (ITTO) untuk ikut serta menentukan masa
depan perdagangan kayu tropika. Organisasi ITTO telah
mengumumkan beberapa langkah untuk melindungi hutan tropika
yang telah dilaksanakan mulai tahun 2002. Menjelang abad yang
mendatang, ITTO menggunakan syarat bahwa kayu-kayu tropika
tidak boleh diekspor kecuali kayu tersebut merupakan hasil
pengolahan. Oleh karena itu sangat diperlukan program
pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu
bermutu dengan nilai yang lebih tinggi.

Jabon merupakan satu diantara jenis kayu yang


pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan
tropis dengan ketinggian 0 – 1000 mdpl. Saat ini Jabon menjadi
andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis, karena Jabon
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu
lainnya termasuk sengon/albasia. Kemampuan tumbuhnya sepadan

-1-
dengan sengon/albasia apabila mendapat perawatan yang optimal.
Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) memiliki prospek
budidaya yang menguntungkan ditinjau dari pemanfaatan
sumberdaya hutan melalui pengembangan hasil hutan tanaman
rakyat dengan jenis prioritas dalam rangka revitalisasi kehutanan di
Indonesia.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, keunggulan tanaman


jabon dapat diuraikan dari beberapa sisi, diantaranya adalah:
a. Diameter batang dapat tumbuh berkisar 10 cm/tahun.
b. Berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat baik.
c. Tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa
pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (self pruning).
d. Masa produksi jabon yang singkat, tinggi batang pada usia 12
tahun dapat mencapai 20 meter) sehingga pada usia 4 – 6 tahun
sudah dapat dipanen.
e. Jabon dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ekologi tumbuh
pada ketinggian 10 – 2000 mdpl, curah hujan 1250 – 3000
mm/tahun, perkiraan suhu 10C – 40C dengan kondisi tanah
(pH) berkisar 4,5 – 7,5.
f. Dapat tumbuh pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di
daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang
kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat juga tumbuh
dengan baikpada tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat,
tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang.

-2-
g. Jabon memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam
hutan gugur daun dengan tipe curah hujan AD, mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 1000 mdpl.

B. TUJUAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman


tentang tata cara budidaya tanaman Jabon (Anthocepalus cadamba
Miq.) pengaruh faktor biofisik terhadap aspek fisik, botanis, serta
mekanis.

-3-
DESKRIPSI TANAMAN JABON

A. Klasifikasi Taksonomi dan Daerah Penyebaran

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Suku : Rubiaceae

Marga : Anthocepalus

Nama Botanis / Jenis : Anthocepalus cadamba Miq. atau


Anthocepalus chinensis (Lamk.) A Rich. Ex Walp syn.

Nama Inggris : Kadam

Nama Indonesia : Jabon

Nama Lokal : jabon, jabun, hanja, kelampean (Jawa); galupai,


harapean, johan, kiuna, serebunaik (Kalimantan); bance,pute, loeraa,

-4-
pontua, sugemania, pekaung, toa (Sulawesi); gumpayan, kelapan,
mugawe, sencari (NTB); aparabire, masarambi (Papua).

Daerah Asal : Srilanka, India, Nepal, Bangladesh.

Daerah Penyebaran : Seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah,


Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh
Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Papua.

B. Deskripsi dan Ciri Umum

Habitus : Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan panjang


batang bebas cabang 30 m, diameter sampai 160 cm. batang lurus
dan silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, berbanir
sampaiketinggian 1,50 m. Kulit luar berwarna kelabu coklat sampai
coklat, sedikit beralur dangkal.

Batang : Ciri dan karakteristik batang jabon adalah permukaan kayu


licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti
kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari
cacat mata kayu dan susutnya rendah serta tidak memerlukan
pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok
sendiri.

Buah : Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni –


Agustus.Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan
lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18
– 26 juta butir/Kg. Jumlah buah 33 butir per kg atau 320 butir/kaleng

-5-
minyak tanah. Buah yang berukuran sedang dapat menghasilkan
sekitar 8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada
tempat yang tertutup rapat dalam ruang yang sejuk dapat tahan
selama 1 tahun.

C. Sifat-sifat Kayu Jabon

1. Sifat Fisis

Warna : Kayu teras berwarna putih semu-semu kuning muda,


lambat launmenjadi kuningsemu-semu gading, kayu gubal tidak
dapatdibedakan dari kayu teras.Karena warna kayunya kuning
terang sampai putih, sangat mungkin untuk dimanfaatkan oleh
industri kayu.

Tekstur : Tekstur kayu bagus agak halus sampai agak kasar.

Bau : Kayu jabon tidak berbau karena getahnya memiliki kadar


aroma yang rendah.

Arah serat : Arah serat lurus, kadang-kadang agak berpadu.

Kesan raba : Permukaan kayu licin atau agak licin.

Kilap : Permukaan kayu kurang mengkilap (redup).

Mikroskopis kayu : Pori bergabung 2 – 3 dalam arah radial,


jarang soliter, diameter 130 – 220 µ, frekuensi 2 – 5 per mm 2.
Parenkim agak jarang, dapat dilihat di bawah loupe 10x seperti
garis-garis pendek yang tersebar, seringkali 2 – 3 garis
bersambungan dalam arah tangensial di antara jari-jari dan
bersinggungan dengan pori, atau membentuk garis-garis
panjang yang halus dan merupakan jaringan seperti jala
dengan jari-jariuniseriat, tinggi 580 µ, lebar 44 µ, frekuensi 2 - 3

-6-
per mm. Panjang serat 1.979 µ dengan diameter 54 µ, tebal
dinding 3,2 µ dan diameter lumen 47,6 µ.

Berat jenis : 0,42 (0,29 – 0,56).

Kelas keras dan kelas awet :Kayujabon termasuk dalam kelas


keras III dan kelas awet V. Kayu jabon dimasukkan ke dalam
kelas awet V. Daya tahan terhadap rayap kayu kering termasuk
kelas II, sedangkan daya tahannya terhadap jamur pelapuk
kayu termasuk kelas IV – V. Keterawetan kayu jabon termasuk
kelas sedang.

Kerapatan kayu (Bulk density) : 290 – 560 Kg/m3 pada kadar


air 15%. Penyusutan sampai kadar air 12% adalah 3,0% (R)
dan 6,9 %(T).

Pengeringan : Kayu jabon termasuk mudah dikeringkan


dengan sedikit cacat berupa pecah dan retak ujung serta sedikit
mencekung. Di samping itu karena mudah diserang jamur biru,
maka kayu jabon perlu dikeringkan secara cepat di udara
terbuka. Pengeringan papan tebal 2,5 cm dari kadar air 82%
sampai kadar air 14% memerlukan waktu 38 hari. Pengeringan
dalam dapur pengering dianjurkan adalah suhu 57 – 76,5ºC
dengan kelembaban nisbi 70 – 30%.

2. Sifat Botanis

Jabon merupakan tanaman kayu keras yang dapat


tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia 6 (enam)
tahun bisa mencapai di atas 40 – 50 cm. Jabon sangat cepat
pertumbuhannya terutama pada umur 4 – 6 tahun dan
mencapai usia optimal panen pada usia 10 – 15 tahun.Usia 5 –
6 tahun pun sudah dapat dipanen. Pertumbuhan diameter
pohon antara 5 – 10 cm/tahun batang bebas cabangnya sampai

-7-
60%.Pertumbuhan jabon sangat cepat dibandingkan dengan
kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon
(albasia). Jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana
sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik
cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan
hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak
menyerang sengon. Namun ia masih rentan terhadap ulat yang
menyerang daun.

3. Sifat Mekanis

Keteguhan lentur statis : Tegangan pada batas proporsi


(kg/cm2) b 294 k 387. Tegangan pada batas patah (kg/cm) b
516 k 691. Modulus elastisitas (1.000 kg/cm2) b 5,4 k 68,0.
Usaha sampai batas proporsi (kgm/dm3) b 0.3 k 0.80. Usaha
sampai batas patah (kgm/dm3) b 5.4 k 6.0.

Keteguhan pukul : Radial (kgm/dm3) b 20.2 k 22.3. Tangensial


(kgm/dm3) b 20.6 k 24.2. Keteguhan tekan sejajar Tegangan
Maksimum (kg/cm2) b 279 k 374.

Kekerasan (JANKA) : Ujung (kg/cm3) b 275 k 374. Sisi


(kg/cm2) b 239 k 268.

Keteguhan geser : Radial(kg/cm2) b 36.6 k 48.4. Tangensial


(kg/cm2) b 46.4 k 59.1.
Keteguhan belah : Radial(kg/cm) b 36.2 k 36.1. Tangensial
(kg/cm) b 55.0 k 55.1.
Keteguhan tarik tegak lurus arah : Radial (kg/cm2) b 32.6 k
25.0. Tangensial (kg/cm2) b 38.4 k 31.4.

-8-
Karakteristik kayu :Penyusutan kayu rendah, penyusutan
radial 0,8% dan penyusutan tangensial 2,1%, kelenturan
modulus (Modulus Elasticity) berkisar 7.700 – 9.300 N/m2.

Kegunaan hasil kayu : Dapat dibuat sebagai bahan bangunan


non-konstruksi (tidak cocok untuk bahan bangunan kontruksi),
mebeler/furniture, bahan plywood (kayu lapis), batang korek
api, potlot, finir, alas sepatu, papan, peti, tripleks, dapat juga
untuk bahan kertas kelas sedang, danlainnya. Kayunya juga
mudah dikeringkan, permukaannya halus, mudah di paku, di
bor dan di lem, susutnya juga rendah.Mata kayu sedikit karena
percabangan kurang. Kayu Jabon mudah dikerjakan dengan
baik menggunakan alat tradisonal maupun mesin mudah
dikeringkan, mudah dipotong dan diketam, mudah dipaku, dibor
dan dilem. Kayu jabon pun mudah digergaji. Hasil pengujian
sifat pemesinan menunjukkan bahwa kayu jabon dapat
dibentuk, dibuat lubang persegi dan diamplas dengan hasil
baik, sedangkan penyerutan, pemboran dan pembubutan
hanya memberi hasil sedang saja. Kayu jabon mudah dibuat
vinir tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 92°
untuk tebal venir 1,5 mm.Perekatan venir kayu jabon dengan
urea-formal-dehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi
persyaratan standar Indonesia, Jepang dan Jerman.
Kelemahannya mudah diserang jamur biru sehingga kayunya
perlu dikeringkan secara cepat di udara terbuka.

4. Sifat Kimiawi

No Kadar Nilai No Kelarutan Nilai


1 Selulosa 52,4% 1 Alkohol 4,7%
2 Lignin 25,4% 2 Air dingin 1,6%
3 Pentosan 16,2% 3 Air panas 3,1%
4 Abu 0,8% 4 NaOH 18,4%
5 Silika 0,1% 5 Nilai kalori 4731

-9-
BUDIDAYA TANAMAN JABON
(Anthocepalus cadamba Miq.)

A. Penanaman dan Pemupukan

Jabon merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan


berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam
budidayanya. Dapat pula dilakukan tumpang sari dengan beberapa
tanaman, terutama tanaman yang menunjang kesuburan pohon
jabon itu sendiri. Jabon tidak menuntut persyaratan tumbuh yang
tinggi, namun untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang
subur dan drainase baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x 5 m
tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpangsari.

Lubang tanam 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung


kondisi tanah. Pola hutan rakyat umumnya menggunakan jarak
tanam 2 x 2,5 m namun hasil pertumbuhan dan perkembangan
diameternya tidak begitu cepat dan maksimal, cara ini biasanya
digunakan masyarakat dengan membiarkan tumbuh liar dengan
sendirinya ibarat hutan. Sedangkan instansi perkebunan pada
umumnya menggunakan jarak tanam yang direkomendasikan yaitu 4
x 5 m. Jarak tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan
perkembangan diameter batangnya, sebab radius lingkaran
bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah penyerapan
unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon, jadi jarak 4 x 5 m adalah

- 10 -
yang paling baik bagi pertumbuhan pohon jabon tetapi bisa juga
menggunakan jarak 4 x 4 m tergantung kondisi lahan karena jabon
dapat hidup pada tanah alluvial lembab (pinggir sungai), tanah liat,
tanah lempung, podsolik coklat, tanah pada daerah pasang surut.

Permudaan alam banyak sekali terdapat terutama pada tempat-


tempat terbuka seperti pada bekas tebangan, bekas jalan sarad atau
bekas perladangan. Jabon termasuk jenis pionir yang dapat
membentuk kelompok hutan alam murni pada tempat yang bebas
persaingan cahaya. Permudaan buatan banyak dilakukan di Jawa
Timur. Biji disemaikan lebih dahulu di dalam bak kecambah,
kemudian setelah tumbuh dan mencapai tinggi 3 cm dipindahkan ke
bedeng penyapihan atau ke dalam bumbung. Setelah mencapai
tinggi 20 – 30 cm ditanam di lapangan pada permulaan musim hujan.
Penanaman dapat pula dilakukan dengan cabutan atau stump.

Untuk melakukan penanaman hal yang dilakukan pertama kali


adalahmembuatlubang tanam dengan ukuran panjang 60 cm, lebar
60 cm dan kedalaman 40 cm (lihat Gambar 1). Setelah itu masukan
campuran pupuk kompos dan NPK 2,5 gr sebagai pupuk dasar,
diendapkan lalu dilubangi berbentu kerucut kebawah untuk akar
setinggi 30 cm (dapat langsung tanam atau didiamkan 3 – 7 hari
kemudian baru tanam), kemudian buat lubang endapan kompos
tersebut dengan kayu/tombak sehingga berbentuk lubang yang
sesuai untuk tempat akar. Kompos sangat penting peranannya
sebagai absorbent yang dapat menyimpan mineral dan unsur hara
serta memperlancar pertukaran kation didalam tanah. Tanpa kompos

- 11 -
tanah semakin lama semakin jenuh, jika tanah jenuh pemberian
pupuk menjadi sia-sia dikarenakan tanah tidak dapat lagi mengikat
mineral sehingga pupuk yang diberikan tidak dapat mengurai ke
dalam tanah dan akan menguap atau tercuci. Dengan adanya
kompos maka partikel tanah akan tergemburkan dan menjadikan
tanah disekitar pangkal pohon/akar menjadi lembab dan subur,
dengan kompos pupuk yang diberikan dapat mengurai dengan baik
sehingga akar menjadi mudah menyerap unsur hara tersebut. Pupuk
kandang yang belum matang tidak baik digunakan untuk pemupukan.
Pupuk kandang yang sudah matang ditunjukan dengan tidak lagi
berbau kotoran, tapi berbau humus dan tidak panas.

Gambar 1. Lubang Tanam Bibit Jabon

- 12 -
Gambar 2. Jarak Tanam Jabon

Masukkan bibit yang polibagnya sudah dibuka/disobek kedalam


lubang yang sudah terisi pupuk dasar. Masukan akar terlebih dahulu
lurus kebawah,lalu isi tanah kompos sebagai penutup akar dengan
tanah setinggi 20 cm, hingga tersisa lubang 10 cm sebagai kantong
air.

- 13 -
Gambar 3. Proses Memasukkan Pupuk Organik dan Mulai
Penanaman

Untuk pertumbuhan, pemupukan dapat dilakukan minimal


cukup sampai usia 3 tahun karena untuk 3 tahun keatas sumber
makanan unsur hara dari serasah yang terdekomposisi secara alami
selama 1 – 3 tahun telah mengurai menjadi unsur hara dan
kesimbungan dekomposisi serasah 3 – 6 tahun, yang mana jabon
dapat hidup dengan pH 4,5 (Masam) - 7,5 (Basah). Dalam kondisi
masam unsur mikronya banyak dan unsur makronya sedikit,
sedangkan dalam kondisi basah unsur makronya banyak dan unsure

- 14 -
mikronya sedikit.Keadaan terbaik adalah pemupukan sampai batas
usia mendekati usia panen yaitu 5 sampai 6 tahun, agar hasil lebih
maksimal.

Sebaiknya pada periode awal tanam sampai umur 1 Tahun


rutin diberikan NPK 1 sendok makan (tabur jangan
mengenai/menumpuk pada batang pangkal) setiap minggu. Pada
periode 1 sampai 2 tahun diberikan kompos0,5 kg dan NPK 2,5 ons.
Pada periode 2 sampai 3 tahun diberikan kompos10 kg dan NPK 5,0
ons.

B. Pemeliharaan Tanaman

Tanaman muda biasa dimakan binatang liar seperti rusa dan


banteng. Serangga dan jamur Gloeosporium anrhocephali Desm and
Mont. menyerang daun yang menyebabkan defoliasi dan mati pucuk.
Selain itu ulat hijau dan ulat merah juga dapat menyerang daun
hingga gundul.

Untuk perawatan tanaman, semprotkan pestisida secara aktif


per 1 atau 2 minggu sekali selama 3 – 5 bulan tergantung keadaan
gangguan, agar daun tidak dimakan ulat. Setelah daun cukup banyak
pemberian pestisida dapat dihentikan dan tidak perlu disemprotkan
lagi, sebab bertambahnya helai daun akan memberikan keuntungan
dengan tidak akan habis dimakan ulat.

- 15 -
Selain itu perawatan sampai usia 1 tahunan dengan
membersihkan gulma dan rumput di sekitar pohon agar sumber
makanan akar tidak terganggu dan penyerapan oleh akar pohon
menjadi maksimal. Sisa serasah dikumpulkan mengelilingipohon
dengan radius jarak 1 meter, agar serasah cepat terdekomposisi dan
bermanfaat menjadi hara. Dapat pula serasah disiram bakteri
pengurai agar cepat terjadi fermentasi.

Penyiangan dilakukan setiap 3 bulan sekali sampai tanaman


berumur 2 – 3 tahun. Dengan membersihkan dari belukar dan gulma
disekitar tanaman dengan radius 1 meter.Penyulaman dilakukan
pada tahun pertama dan kedua, adapun bibit sulaman diusahakan
lebih tinggi dari tanaman semula.Penjarangan dilakukan setelah
tanaman berumur 3 tahun dan dilakukan pengulangan pada setiap 3
tahun sampai umur 15 tahun. Selanjutnya diulangi setiap 5 tahun
sebelum panen (akhir daur 25 – 30 tahun).

Penyakit yang menyerang persemaian :


1) Semut
2) Bekicot
3) Lodoh yang disebabkan jamur

Sedangkan penyakit yg menyerang tanaman dewasa adalah :

1) Cendawan yang menyebabkan daun rontok dan mati.


2) Serangan hama margaranopsis tosalis yang menyebabkan daun
gundul.
3) Satwa liar, rayap, ulat kukuk yang menyerang akar.

- 16 -
- 17 -
KEGIATAN PEMANENAN DAN PEMASARAN JABON

A. Pemanenan Tanaman

Cara pemanenan gunakan metode penjarangan, panen 50 –


70%, tanam kembali 70%, sisa 30% untuk panen periode ke II
bersamaan panen kelanjutan dari tanam ulang, jangan tebang
habis/gundul, penjarangan minimal disisakan 10%. Begitu seterusnya
berkelanjutan. Panen tanaman jabon tergantung peruntukkannya :

a) Panen umur 4 – 5 tahun untuk bahan pulp, dan korek api.


b) Panen umur 6 – 10 tahun untuk bahan kayu lapis dan
pertukangan.
c) Panen pada sesuai daur tanaman umur 25 – 30 tahun untuk
bahan konstruksi bangunan yang non permanen.

B. Pemasaran Kayu Jabon maupun Hasil Olahannya

Sebagian besar petani masih merasa enggan menanam


tanaman ini karena belum mengetahui perawatan dan
pengelolaannya, serta yang paling penting pemasaran ketika
tanaman tersebut siap panen. Pemasaran memang terlihat sulit bagi
beberapa petani yang belum mengetahui secara penuh tentang
pohon ini. Selain bibit yang mahal, masalah pemasaran masih
dianggap sesuatu yang paling penting yang menjadi alasan mengapa

- 17 -
petani tidak menanam pohon Jabon. Oleh karena itu, beberapa
pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tempat Penampungan Kayu (TPK)
Di beberapa daerah termasuk Jawa Tengah, terdapat
beberapa TPK resmi yang dikelola oleh Kementerian
Kehutanan yang telah siap menerima kayu Jabon yang memiliki
kepemilikan yang benar. Sebagai contoh TPK di daerah
Pemalang dapat menjadi salah satu tempat pemasaran kayu-
kayu tersebut, dan akan memberikan harga yang sesuai
dengan yang berlaku di pasaran.
2. Perusahaan tripleks dan meubel
Banyak tersebar perusahaan-perusahaan tripleks, kayu,
dan meubel yang menampung penjualan kayu-kayu sengon,
juga sudah ada yang mau menampung penjualan kayu jabon,
seperti perusahaan tripleks di Semarang, Cirebon,Sukabumi
dan Cianjur.
3. Perusahaan kertas
Pemasaran kayu jabon memang dapat mencapai umur
optimal 7–8 tahun, namun apabila membutuhkan uang dalam
waktu dekat, pohon dengan umur 2–3 tahun pun dapat
dipanen, pastinya dengan ukuran dan harga yang relatif jauh
lebih kecil. Cara ini sangat tidak dianjurkan, namun apabila
dalam keadaan mendesak, petani dapat memasarkan pohon
tersebut di beberapa perusahaan kertas dengan harga yang
didapat jauh lebih kecil dari harga dengan umur optimal.

- 18 -
C. Analisis Investasi Jabon

Adapun perhitungan ekonomi budidaya tanaman jabon akan


memberikan keuntungan yang menggiurkan apabila dikerjakan
secara serius dan benar. Asumsi biaya budidaya Jabon per Hektar
dengan jarak tanam 4 x 4 m Rp. 20 jutaan. Asumsi penghasilan
penjualan kayu Jabon per Ha yaitu lahan 1 Ha berisi 625 Pohon
dengan masa panen 5 – 6 tahun berdiameter 50 cm, tinggi 13 meter
(Volume per pohon = 3,14 x 0,25 x 0,25 x 13 = 2,56 m3). Volume total
per Ha = 2,56 m3 x 625 pohon = 1.600 m3. Standar harga kayu Jabon
per kubik pada tahun 2009 adalah :

Diameter 30 – 39 cm = Rp 1.000.000,-
Diameter 40 – 49 cm = Rp 1.100.000,-
Diameter 50 cm up = Rp 1.200.000,-

Sehingga diperoleh hasil kotor = 1.600 m3 x Rp 1.200.000,- = Rp.


1.920.000.000,-/Ha. Harga ini diprediksi akan mengalami kenaikan
seiring dengan tingkat kebutuhan/permintaan yang semakin
bertambah tiap tahunnya. Harga keuntungan diatas belum dikurangi
dengan biaya penanaman dan pengelolaan lahan, seperti pada tabel
di bawah ini.

- 19 -
No Keterangan Jumlah Harga Total
Satuan
1 Lahan 1 Ha (Jarak 625 Pohon Rp Rp 6.250.000,-
Tanam 4 x 4 m) 10.000,-/Bib
it
2 Persiapan Lahan 1 Rp 1.000.000,-
Ha
3 Pembuatan Lubang 625 Buah Rp 2.500,- Rp 1.562.000,-
Penanaman
4 Pupuk Dasar 625 Paket Rp 700,- Rp 437.500,-
Kompos + NPK
5 Perawatan 625 Pohon Rp 1.000,- Rp 625.000,-
Pemeliharaan
Kebersihan Selama
1 Tahun Rotasi 3x /
Tahun
6 Pemupukan 625 Pohon Rp Rp 25.000.000,-
Selama 5 Tahun 8.000,-/Tah
un
Total Kotor Rp 34.874.500,-
Biaya Tak Terduga (10% dari Total Kotor) Rp 3.487.450,-
Total Bersih Rp 38.361.950,-

Karena jenis kayunya yg berwarna putih agak kekuningan dan


tanpa terlihat seratnya, maka kayu Jabon sangat dibutuhkan oleh
industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti
buah, mainan anak-anak, korek api, alas sepatu, papan tripleks, dll.
Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu Jabon haruslah tidak
mengalami kesulitan. Sebagai peti pembungkus atau peti kemas
selain mempunyai keteguhan gesek, keteguhan pukul dan relatif
cukup ringan bisanya digunakan sebagai packing box. Sebelum
barang yg dikemas dimuat kedalam container sewaktu pengiriman
barang sebelum dikirim terlebih dahulu disterilkan (Fumigation) agar
kayu Jabon tahan terhadap serangan jamur perusak.

- 20 -
- 21 -
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Suyud. 2010. Pembuatan Pupuk Organik (Pupuk Kompos).


Makalah Pelatihan Penyuluhan Perikanan Kab. Purbalingga.
Purbalingga.

Handoyo, Dradjat Dwi. 2009. Kebijakan Pembangunan Penyuluhan


(Revitalisasi Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan). Makalah Pelatihan Penyuluhan Pertanian Kab.
Purbalingga. Purbalingga.

Pradjoko, Bambang. 1991. Intensifikasi Pekarangan. Makalah


Pelatihan Penyuluhan Pertanian Kab. Purbalingga.
Purbalingga.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kayu. 1995. Atlas Kayu (Jilid I


dan II). Bogor : Balitbang Kehutanan.

- 21 -

Anda mungkin juga menyukai