Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL INVESTASI JABON SISTEM AGROFORESTRY

BAB I PENDAHULUAN
A. Kebutuhan Kayu Jabon Kebutuhan kayu untuk pasar global pada tahun 2001 mengalami kekurangan dunia yang semakin meningkat tajam dan pada saat yang bersamaan terjadi proses penyempitan kawasan hutan. Kenyataan tersebut telah membuka pasar yang lebar bagi siapapun yang melakukan investasi dalam bidang perkayuan ini. Kawasan hutan tropika mengalami kerusakan yang cukup parah. Penebangan tanpa diimbangi dengan upaya regenerasi serius menjadi penyebab utama masalah ini. Kerusakan hutan di kawasan tropika meningkatkan suhu bumi dan menguarangi kadar oksigen bumi. Kenyataan tersebut telah ikut mendorong organisasi international perkayuan (ITTO) untuk ikut serta menentukan masa depan perdagangan kayu tropika. Organisasi ITTO (International Tropical Timber Organization) telah mengumumkan beberapa langkah untuk melindungi hutan tropika yang telah dilaksanakan mulai tahun 2002. Menjelang abad yang mendatang, ITTO menggunakan syarat bahwa kayu-kayu tropika tidak boleh diekspor kecuali kayu tersebut merupakan hasil pengolahan. Oleh karena itu sangat diperlukan program pembudidayaan kayu secara komersial untuk menghasilkan kayu bermutu dengan nilai yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan jenis-jenis kayu yang lain, kayu jabon merupakan jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat, berbatang silindris dan lurus, kayunya berwarna putih kekuningan tanpa terlihat serat yang sangat baik dipergunakan untuk pembuatan kayu lapis maupun kayu gergajian. B. Apa itu jabon? Mengapa jabon? Jabon atau dalam bahasa latinnya disebut Anthocephalus cadamba merupakan tanaman kayu yang sebenarnya tumbuh liar di hutan. Tumbuhan ini sebenarnya dulu di tahun 1970-an sangat terkenal namun karena perkembangan eksploitasi hutan dan beralih fungsinya hutan menjadi ladang atau kebun menjadikan tanaman ini sulit ditemukan. Tanaman jabon sebenarnya merupakan tanaman yang dapat menjadi konservasi bagi tanah dan hutan karena sifatnya yang memiliki akar serabut dan banyak sekali menyerap air. Sebagai tanaman hutan, jabon jarang sekali dibudidayakan karena karakteristik tanamannya membuat budidaya jabon menjadi unik dan sangat tergantung pada alam sehingga tidak dapat direkayasa. Tanaman jabon mulai dilirik oleh pelaku ekonomi semenjak bahan baku industri perkayuan memiliki keterbatasan sumber daya sehingga memerlukan alternatif bahan baku. Ketersediaan bahan baku industri perkayuan seperti jati, sengon, mahoni, dan lain-lain sangat terbatas karena memang umur tebang pohon yang relatif lama (lebih dari 8 tahun). Tanaman jabon memiliki karakteristik yang unik: 1. Jabon mudah tumbuh tanpa perlakuan khusus dan ekstrim.

2. Batang jabon memiliki karakteristik yang unik yaitu silindris dan tegak lurus. 3. Cabang jabon dapat rontok dengan sendirinya (self prunning) sesuai dengan umur dan iklim sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang batangnya secara mandiri. 4. Warna kayu jabon putih kekuning-kuningan sehingga memenuhi syarat karakteristik bahan baku furniture. 5. Serat kayu jabon padat halus sehingga sangat sesuai untuk bahan baku plywood atau furniture. 6. Jabon memiliki ekologi tumbuh pada ketinggian 0 sampai 1000 mdpl sehingga memiliki cakupan kesesuaian tanam yang lebih luas dibanding tanaman kayu yang lain. 7. Tanaman jabon dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,5 sampai 7,5. 8. Tanaman jabon dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1500 sampai dengan 3000 mm/th. 9. Suhu lingkungan tempat tanaman jabon tumbuh berkisar antara 14- 40 C. 10. Usia tebang jabon relatif singkat yaitu berkisar antara 5 sampai 8 tahun. 11. Secara ekonomis, jabon merupakan bahan baku untuk pembuatan industri multipleks, kertas, furniture, kerajinan tangan, pensil, dan lain-lain. C. Menanam Jabon Bagaikan Menanam Emas 1. Nilai Ekonomi Budidaya tanaman jabon akan memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan apabila dikerjakan secara serius dan benar. Perkiraan dalam 45 tahun mendatang, diperoleh dari penjualan 625 pohon berumur 45 tahun sebanyak 8001.000 m3/ha. Prediksi harga jabon pada 5 tahun mendatang Rp1,2-juta/m3. Dengan harga jual Rp1,2 juta/m3 dan produksi 800 m3, maka omset dari penanaman jabon mencapai Rp 960 juta/ha. Saat ini harga per m3 jabon berumur 4 tahun mencapai Rp 716.000; umur 5 tahun Rp 837.000. Andai harga jabon tak terkerek naik alias Rp 716.000/m3, maka omset dari budidaya jabon hanya Rp 572.800.000. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada tanaman jabon setelah dipanen pada usia 8-10 tahun (asumsi harga terendah, dan batang terkecil) pada setiap batang kayu jabon diperoleh : Tinggi batang yang bisa terjual rata-rata 12m. Diameter batang rata-rata 30 cm. Maka dari tiap batang pohon jabon menghasilkan kayu yang bisa dijual sebanyak 1,5 m, sedangkan harga per kubik saat ini Rp 1.000.000,Sehingga harga terendah 1 batang pohon jabon usia 8-10 tahun minimal seharga Rp 1.500.000,-.

2. Informasi Harga kayu jabon per kubik pada tahun 2009 : 1. Diameter 30-39 cm, Rp 1.000.000,-

2. Diameter 40-49 cm, Rp 1.100.000,3. Diameter > 50 cm, Rp 1.200.000,-. Harga ini diprediksi akan mengalami kenaikan seiring dengan tingkat kebutuhan dan permintaan yang semakin bertambah tiap tahunnya, sedangkan persediaan kayu jabon semakin lama semakin terbatas. Dalam 1 Ha lahan, dapat ditanam sebanyak ibit jabon dengan jarak tanam 3 m x 3 m, atau 2500 batang bibit jabon dengan jarak tanam 2 m x 2 m 3. Peluang Investasi Menanam jabon bagaikan menanam emas, sebab kebutuhan kayu akan terus meningkat, karena saat ini pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam, akibatnya banyak industri tutup akibat kekurangan pasokan kayu, jadi pada masa mendatang, harga kayu jabon akan semakin meningkat terus. Investasi tanaman keras/kayu yang menguntungkan dan menjanjikan. Berdasarkan karakteristik jabon dan keunggulannya secara ekonomis maka kita perlu melirik jabon menjadi salah satu alternatif untuk usaha karena memiliki peluang yang masih terbuka lebar dan sangat berpotensi return (tingkat pengembalian modal) yang besar bagi kegiatan investasi anda.

BAB II BOTANI JABON


A. Taksonomi dan Tatanama Jabon Family : Rubiaceae. Sinonim : Anthocephalus cadamba auct., A. cadamba (Roxb.) Miq., A. indicus A. Rich., A. morindaefolius Korth. Nama Lokal : Kadam (India, Perancis dan nama perdagangan); Kelampayan, Kawak, Jabon (Indonesia).

B. Morfologi Jabon Daun dan Tajuk Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat dengan panjang 13-32 cm. Batang Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Ciri dan karakteristik batang jabon adalah : permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah. Selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Buah dan Bunga Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18-26 juta butir per kilogram. Jumlah buah 33 butir/kg. Buah yang berukuran sedang dapat menghasilkan sekitar 8300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat dalam ruangan yang sejuk dapat tahan selama satu tahun. Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat. Akar Tanaman jabon memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar lateral. Akar tunggang merupakan akar yang tumbuh ke bawah dan biasanya berukuran besar. Fungsi utamanya menegakkan tanaman agar tidak mudah roboh. Sedangkan akar lateral merupakan akar yang tumbuh ke samping untuk mencari air dan unsur hara. Pada akar tunggang dan lateral, biasanya juga tumbuh akar-akar serabut atau sering disebut dengan rambut akar yang membantu menyerap air dan unsur hara. Tentang kayu Tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada usia 6 tahun bisa mencapai di atas 40-50 cm. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerahmerahan, mudah diolah, lunak dan ringan. Kelas Kayu Kelas keras III, kelas awet V. Hasil kayu Dapat dibuat sebagai bahan bangunan non-konstruksi, meubel, veneer, mainan anak-anak, korek api, peti pembungkus, furniture, bahan plywood (kayu lapis).

C. Deskripsi Botani Jabon Penyebaran dan Habitat Distribusi alami dimulai dari Nepal dan India, menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur Kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Tanaman ini telah diintroduksi di Afrika serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik. Di Indonesia, tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Merupakan tipikal tanaman pioneer dan umum terdapat di hutan sekunder. Jenis yang memerlukan cahaya dan tidak toleran terhadap cuaca dingin. Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 0-1000 mdpl dengan rata-rata curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun, pada jenis tanah lempung, podsolik coklat, dan aluvial lembab yang umumnya terdapat di sepanjang sungai yang ber-aerasi baik. Namun demikian jabon dapat pula tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan sedikitnya 200 mm/tahun serta toleran pada kondisi air tergenang yang periodik. Sifat Fisik Kayu teras berwarna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning semusemu gading, kayu gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras. Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar. Arah serat lurus, kadang-kadang agak berpadu. Permukaan kayu licin atau agak licin mengkilap atau agak mengkilap. Tempat Tumbuh Jabon umumnya tumbuh pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan A dan D, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dari permukaan laut. Pertumbuhan Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon. Hama dan Penyakit Tanaman muda biasa dimakan binatang liar seperti rusa dan banteng. Jamur Gloesporium anthocephali dapat mengakibatkan rontoknya daun sebagian atau seluruhnya dan mati pucuk. Sering daun dimakan oleh aneka serangga sedangkan bibit dimakan oleh binatang buruan. Pohon dengan daun yang berlubang-lubang serius sangat lazim tetapi biasanya akan pulih dengan baik. Hama yang dilaporkan di Filipina antara lain ulat pembuat terowong daun Pyralis sp., penggerek Pterodepleryx sp. dan ulat bertanduk.

Penanaman dan Perawatan Jabon merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya. Pemasaran Karena jenis kayunya yang berwarna putih agak kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api, alas sepatu, papan, tripleks, dan lain-lain. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan, bahkan industri kayu lapis siap untuk membeli setiap saat dalam jumlah yang tidak terbatas. Data Pertumbuhan&Panen Mencapai usia optimal panen pada usia 5-8 th. Pertumbuhan diameter pohon antara 5-10 cm/th.

BAB III PANEN DAN PASCA PANEN


Langkah akhir dari proses budidaya jabon adalah kegiatan panen dan pasca panen. Proses pemanenan dan pasca panen ternyata berpengaruh besar terhadap kualitas kayu jabon yang dihasilkan. Kegiatan pemanenan dan pasca panen sangat penting untuk menjamin keberhasilan budidaya jabon bagi para pembudidaya. A. Panen Prinsip pemanenan tanaman jabon adalah tepat waktu dan tepat cara. Tepat waktu artinya penebangan pohon dilakukan pada saat tanaman sudah cukup umur. Sedangkan tepat cara artinya penebangan dilakukan dengan baik sehingga kayu memiliki kualitas yang baik pada akhir penebangan. a. Waktu Tebang Waktu penebangan tanaman jabon sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas kayu yang dihasilkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penebangan kayu jabon adalah sebagai berikut : Penebangan dilakukan pada saat tanaman cukup dewasa, minimal berumur 5-8 tahun, kecuali untuk penjarangan (3 tahun). Diameter batang juga sudah layak tebang, minimal 35-40 cm. Lebih besar diameter akan lebih baik. Penebangan sebaiknya dilakukan pada saa musim kemarau. Kayu yang dihasilkan akan lebih kering, penanganan penebangan, pengangkutan, serta penjemuran kayu akan lebih mudah. Penebangan sebaiknya dilakukan di atas jam 10 pagi untuk menjadikan kondisi lingkungan sekitar kering terlebih dahulu, sehingga mempengaruhi kualitas kayu yang dihasilkan.

b. Cara Tebang Penebangan pohon jabon pada umumnya sama dengan penebangan pohon-pohon lain pada umumnya. Faktor keselamatan, ketepatan dan kecepatan harus diperhatikan pada saat penebangan, terutama keselamatan penebang dan masyarakat sekitar. Peralatan yang diperlukan untuk penebangan ; gergaji mesin, tali tambang, dan golok. Selain itu, dibutuhkan -10 orang dewasa untuk melukan penebangan. Langkah-langkah dalam melakukan penebangan adalah sebagai berikut : Sebelum melakukan penebangan, amati kondisi sekitar. Tentukan arah jatuhnya pohon dengan memperhatikan tinggi pohon, arah tajuk, arah angin, dan tempat yang aman. Pangkas cabang dan ranting tanaman jabon hingga seminim mungkin untuk mengurangi dampak kerusakan yang akan ditimbulkan oleh jatuhnya pohon jabon. Bagian atas pohon diikat dengan tambang untuk membantu mengarahkan jatuhnya pohon. Setelah siap, tebang pohon pada bagian pangkal batang dengan gergaji mesin hingga cukup mudah untuk ditumbangkan (daerah luas) atau dipotong sedikit demi sedikit (daerah sempit). Penebang segera menghindar ke tempat aman.

Selanjutnya, pohon ditarik hingga tumbang. Posisi penarik harus jauh dari pohon yang tumbang. Setelah tumbang, sisa-sisa cabang dan ranting segera dibersihkan. Kemudian batang pohon dipotong-potong sesuai ukuran pesanan untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan.

B. Pasca Panen Setelah panen, terdapat beberapa langkah pasca panen yang dapat dilakukan sebagian ataupun seluruhnya. Perlakuan pasca panen tersebut adalah pengawetan kayu, pengolahan kayu, dan pemasaran kayu. Tidak semua perlakuan ini diperlukan, terutama tindakan pengawetan kayu. Kebanyakan pemilik kayu hanya mengolah, kemudian menjualnya. Pengawetan Kayu Jabon Meskipun tingkat kekerasan kayu jabon dibawah kayu jati, dengan metode yang tepat kayu jabon dapat ditingkatkan keawetannya. Secara umum, terdapat 3 metode pengawetan kayu yang dapat digunakan, yaitu perendaman, pengeringan, dan penggunaan senyawa kimia. 1. Perendaman Perendaman merupakan cara tradisional yang hingga saat ini masih sering digunakan. Cara ini cukup efektif, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Perendaman biasanya berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dengan perendaman, pori-pori kayu menjadi rapat dan kayu menjadi lebih keras. Perendaman membuat kayu lebih awet dan lebih tahan terhadap gangguan rayap, kumbang, dan jamur. 2. Pengeringan Keunggulan metode pengeringan adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingakn dengan perendaman. Namun, keawetan kayu yang dikeringkan tergolong di bawah kayu yang direndam. Pengeringan pada umumnya dilakukan dengan menjemur kayu atau potongan-potongan kayu di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Setelah kering, kayu diolah lebih lanjut atau dijual. 3. Penggunaan Senyawa Kimia Cara ini mulai banyak dilakukan karena praktis dan murah. Senyawa kimia cukup dioleskan pada kayu sebanyak 5-6 kali. Senyawa ini biasanya merupakan campuran dari tembaga sulfat, kalium bikromat, dan natrim bikromat, hidrogen boraks, tembaga silika heksa flour, serta amonium bikromat.

Pengolahan kayu Jabon Setelah melalui proses pengawetan, kayu jabon siap diproses menjadi berbagai produk antara maupun produk jadi.

C. Sistem Penjualan Memasarkan kayu jabon relatif mudah. Bahkan pemilik pohon sering didatangi pengepul kayu yang menawar kayu jabonnya. Dalam bisnis jabon, terdapat tiga sistem penjualan pohon atau kayu jabon, antara lain : 1. Sistem Tebas Sistem tebas merupakan cara penjualan paling praktis. Pemilik pohon jabon menjual pohonnya pada saat pohon masih di lahan. Kelebihan sistem ini adalah mudah, praktis, dan cepat mendapatkan penerimaan. Kekurangannya, harga yang diperoleh biasanya lebih rendah dibandingkan dengan harga pasaran. Sistem ini biasanya dipilih pemilik tanaman jabon dengan luas lahan terbatas, sehingga penebangan dan pengolahan kayu yang dilakukan sendiri justru tidak efisien. 2. Sistem Tebang > Jual Dalam sistem ini, pemilik menjual pohon jabon setelah pohon ditebang dan dipotong-potong. Dalam hal ini, pemilik pohon menebang sendiri pohonnya sebelum dijual. Kelebihan metode ini adalah harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tebas. Kelemahannya, pemilik lebih repot karena harus menebang sendiri pohonnya dan modal yang dibutuhkan lebih besar. Sistem ini biasanya dipilih oleh pemilik lahan yang memilikilahan luas namun tidak memiliki peralatan penggergajian sendiri. 3. Sistem Tebang > Olah > Jual Sistem dengan penjulan kayu dalam bentuk produk kayu, baik produk antara maupun produk jadi. Sistem ini hanya dapat dilakukan dengan modal yang besar. Kepemilikan industri penggergajian dan pengolahan kayu mutlak diperlukan. Kelebihan sistem ini adalah potensi keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem-sistem yang lain.

BAB IV SKEMA INVESTASI


Sebagai pedoman dan contoh, kami menganalisis usaha penanaman jabon dengan skenario : Skenario I (1 pihak) : 1. Lahan yang digunakan seluas 1 hektar berupa lahan pribadi. 2. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 2 m x 2 m, dengan jumlah bibit 2500 batang. 3. Penjarangan dilakukan pada tahun ke-3. 4. Asumsi kerusakan pada penjarangan dan pemanenan adalah sebesar 20 %, sehingga hanya 80% kayu yang diperhitungkan dalam penerimaan. 5. Sistem penjulan kayu saat panen adalah sistem tebasan, dengan nilai yang lebih kecil dibandingkan mengelola sendiri.

Skenario II (2 pihak) : 1. Lahan yang digunakan seluas 1 hektar berupa lahan kerjasama dengan para petani yang memiliki lahan tidur/areal persawahan dengan sistem bagi hasil (50:50). 2. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan jumlah bibit tanaman tumpang sari (hasil sesuai kesepakatan). 1100 batang plus

3. Asumsi kerusakan pada penjarangan dan pemanenan adalah sebesar 20 %, sehingga hanya 80% kayu yang diperhitungkan dalam penerimaan. 4. Sistem penjulan kayu saat panen adalah sistem tebasan, dengan nilai yang lebih kecil dibandingkan mengelola sendiri. 5. Pihak I (Investor) bertanggung jawab dalam penyediaan dana untuk pembelian bibit, pupuk dan transportasi serta pengesahan akta notaris hukum. 6. Pihak II (Petani/pemilik lahan bertanggung jawab dalam menyediakan tenaga kerja dari persiapan lahan hingga pemanenan serta menyiapkan surat-surat asli tanah.

BAB V CASHFLOW BUDIDAYA JABON


Terlampir

Anda mungkin juga menyukai