EMAS HIJAU ITU BERNAMA BAMBU Oleh : Firmansyah, S.Hut Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Pengembangan Penyuluhan Kehutanan BP2SDMK
Saat ini Kementerian Kehutanan terus berusaha menggalakkan dan mengembangkan lima jenis prioritas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), salah satunya adalah bambu. Selain karena memiliki prospek yang sangat menjanjikan serta terbatasnya jumlah hasil kayu saat ini, bambu merupakan alternatif pengganti kayu yang paling ideal saat ini sebagai bahan bangunan maupun mebel. Kebutuhan akan kayu untuk perumahan dan mebel semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk di Indonesia. Ditambah dengan illegal loging, telah menyebabkan kerusakan hutan di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai salah satu komponen lingkungan hidup yang terjamin kelestariannya, maka langkah yang perlu dilakukan adalah menghentikan penebangan kayu hutan dan melakukan reboisasi sampai hutan kembali sehat dan mencapai keseimbangan. Dalam hal ini, tentunya terlebih dahulu perlu dicari bahan lain untuk menggantikan kayu sebagai bahan bangunan maupun mebel. Apabila melihat kondisi saat ini, bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia karena tanaman ini sudah tersebar di seluruh wilayah nusantara ini. Akan tetapi, banyaknya keunggulan, manfaat dan nilai ekonomi yang diperoleh dari tanaman ini mulai dari bagian akarnya, batangnya, rebungnya, bahkan daunnya sekalipun ternyata belum diketahui sepenuhnya oleh masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, minimal perlu adanya sosialisasi atau transfer informasi kepada masyarakat luas agar dapat lebih mengenal tanaman bambu ini sehingga diharapkan bambu dapat dilestarikan, dibudidayakan serta dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat. Mengenal Tanaman Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, (Wikipedia). Beberapa keunggulan bambu : 1. 1. Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. 2. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi. 3. Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya merupakan tercepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup menyamainya. Dari beberapa hasil penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Sebuah keajaiban pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman lain. 4. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi. 5. Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup. Jenis-Jenis Bambu Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi seperti : bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning, bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling, bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, jepang, bambu gendang, bambu tali dan bambu pagar (Berlian dan Rahayu, 1995). Manfaat dan Kegunaan Tanaman Bambu Bambu merupakan tanaman rakyat terpenting dan banyak kegunaannya untuk kehidupan sehari-hari, baik sebatas kebutuhan rumah tangga maupun sebagai sumber perdagangan. Hampir tiap petani di pedesaan memiliki tanaman bambu di kebunnya masing-masing. Tanaman bambu ini secara umum sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun bambu yang sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif.
1. Akar Akar bambu, selain sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran, juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri dengan cara menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu, akar bambu juga mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur. 1. Batang Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Namun demikian, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan. Batang bambu yang masih bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah seperti dinding, atap, lantai, pintu jendela, dan tiang; juga sebagai komponen konstruksi jembatan, pipa, saluran air dsb. Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan tangan dalam bentuk anyaman atau ukiran, perabot rumah tangga, dll. Batang bambu bulat dan belah banyak dimanfaatkan oleh industri furniture seperti meja, kursi, lemari rak dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan untuk industri pulp dan kertas. 1. Daun Untuk daun bambu, masyarakat tradisional biasa menggunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Di beberapa daerah, daun bambu merupakan obat tradisional untuk mengobati demam/panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan sehingga panas dalam dapat dengan mudah diredakan. Daun bambu muda yang tumbuh di ujung cabang dan berbentuk runcing juga sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari tidak bisa tidur. Cara penggunaannya adalah daun tersebut direbus dengan air kemudian diminum. 1. Rebung/ Trubus Bambu/ Tunas Bambu Sedangkan manfaat dari tunas bambu, yang lebih dikenal sebagai rebung atau trubus bambu adalah sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan karena rasanya ada yang sangat pahit. Menurut sebagian praktisi kuliner, jenis bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya ialah bambu temen dan bambu betung. Rebung bambu temen rasanya paling manis dan teksturnya pun paling halus. Sedangkan rebung bambu betung selain enak dimakan, bobotnya bisa mencapai 15 kg/buah. Dewasa ini, masakan rebung dari indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan dan RRC. 1. Tanaman Obat Saat ini, Bangsa Cina telah memproduksi cairan bambu dalam kemasan botol yang banyak diekspor ke luar negeri. Obat cairan ini disebut Cuk li sui yaitu ramuan cairan bambu yang di gabungkan dengan benalu untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi. Bagi penyakit yang begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat cepat sembuh. 1. Tanaman Hias Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot. Bambu hias sekarang ini tengah banyak dicari konsumen. Alasannya penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak heran jika bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin disukainya taman bergaya jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain bambu kuning, bambu cendani, bambu sian, bambu macan, bambu jepang, bambu perling, bambu talang, bambu uncue, bambu loleba, dan lain-lain Aspek Teknis Budidaya dan Syarat Tumbuh Bambu Bambu merupakan salah satu jenis tanaman perintis sehingga untuk tumbuh tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang teramat rumit sebagaimana tanaman lain. Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sesuai dengan jenis. Memiliki umur yang panjang dalam siklus hidupnya 30 -100 tahun bahkan lebih, tergantung dari jenisnya. Secara teknis bahan tanaman bambu dapat dikembangkan dengan teknik stek rhizome akar, stek batang, stek cabang serta benih. Masa pembibitan tanaman bambu biasanya memerlukan waktu antara 6-10 bulan. Sedangkan lahan yang paling optimal dan ideal dalam pengembangan tanaman bambu adalah wilayah asal jenis yang bersifat endemik tempat tumbuh, akan tetapi bambu memiliki toleransi cukup tinggi terhadap lahan kecuali pada lahan-lahan yang selalu tergenang. Untuk faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bambu adalah kondisi iklim dan jenis tanah. a.Iklim Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8 36 o C. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A,B,C,D sampai E (Schmidt-Ferguson) atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal 1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang dikehendaki minimal 80%. b. Tanah Bambu dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5. Aspek Ekonomi Bambu Secara ekonomis, produk-produk yang berasal dari bambu memiliki nilai yang cukup baik. Banyak produk-produk yang dihasilkan mencakup mulai dari sandang (serat untuk pembuatan pakaian, dll), papan (papan lembaran, lantai, meubel, dll), pangan (rebung kalengan, kripik, aneka jenis makanan olahan, dll), estetika & budaya (kertas budaya untuk sembahyang, pernik-pernik artifisial ruangan, dll), kesehatan (arang, vinegar, dll) dan sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi, bambu dapat dijadikan kertas kualitas nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan berkualitas, dsb. Masih banyak lagi potensi bambu yang terpendam dan belum tergali, tentunya dibutuhkan suatu inovasi teknologi kedepan guna dapat mewujudkan potensi tersebut. Untuk kebutuhan bambu dapat dicontohkan sebagai berikut : Kebutuhan arang bambu 72 ton/bulan, namun hanya terpenuhi 2 ton/bulan (ekspor ke Jepang), eksportir dari Solo. Industri dan Kerajinan bambu di desa Cebongan (Sleman, Yogyakarta) hanya terpenuhi 50% bahan baku dari kapasitas yang dimiliki Di Kecamatan Manyar (Banyuwangi) untuk keranjang ikan membutuhkan bambu sampai 1.600 batang per hari. Di Desa Pakraman Angseri (Bali) kebutuhan bambu untuk acara adat perawatan rumah adat dll mencapai 2.275 batang/tahun. Selain itu, Indonesia juga telah menjadi anggota tetap International Network Bamboo and Rattan (INBAR) yang berpusat di Beeijing. Berdasarkan data yang dikumpulkan Direktorat Bina Perhutanan Sosial di 22 Provinsi terdapat luas tanaman bambu rakyat seluas 180.094,23 ha dengan perkiraan jumlah batang 540.962.125 batang.. Untuk negara yang menjadi tujuan ekspor bambu tercatat sebanyak 19 negara yang tersebar di Asia, Eropa, Australia dan Amerika. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan budidaya bambu memiliki prospek yang cerah mengingat besarnya kebutuhan akan bambu sementara pasokan yang ada masih terbatas Penutup Menilai hasil diatas, bambu terbukti memiliki banyak keungulan, manfaat dan potensi yang sangat baik untuk dibudidayakan. Jika budidaya tanaman bambu benar-benar diperhatikan, serta pemanfaatannya dimaksimalkan, akan mampu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu sendiri, sekaligus meningkatkan penghasilan masyarakat pengguna bambu serta menambah devisa buat negara. Mengutip dari pepatah lama Tak Kenal Maka Tak Sayang mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini kita semua menjadi cinta dan tergerak untuk melestarikan bambu disekitar kita. At least but not the last Tak ada rotan, akarpun jadi Tak ada kayu, bambu pun bisa kita gunakan.
Sumber bacaan : V.A Berlian, Nur dan Estu Rahayu.,Jenis dan Prospek Bisnis Bambu, 1995. Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan., Bambu. Leaflet, 2011
MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN Oleh : Lieke Tan PENDAHULUAN Pengalaman gempa tsunami, banjir dan bencana alam lainnya, perlu mendapat perhatian seluruh lapisan masyarakat untuk lebih prihatin dan memperhatikan pola hidup dan tindak masyarakat dalam mempertahankan dan memelihara lingkungan sekitarnya. Selain kebijakan pemerintah melalui Lembaga/Instansi penyelenggara yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan hidup, perlu dipertimbangkan setiap kebijakan-kebijakan dan penanganan masalah lingkungan secara terpadu dan efektif sehingga azas kelestarian produksi dan lingkungan selalu terpelihara dan berkesinambungan. Kondisi efek pemanasan global yang semakin memprihatinkan saat ini perlu segera mendapat perhatian untuk dilakukan tindakan kebijakan dalam rangka memulihkan kembali fungsi-fungsi hutan dan lingkungan alam melalui upaya konservasi alam secara baik, terarah dan cepat, sehingga kelestarian alam dan lingkungan dapat menjamin pemulihan keseimbangan ekosistem alam dan lingkungan hidup. Hutan di Indonesia sampai dengan tahun 2000 dari Eksekutif data strategis Kehutanan (2001) terdapat lahan kritis sebesar 23.242.881 ha (21,57 %) dari luas kawasan hutan 108.571.713 ha (untuk 23 propinsi yang telah ditetapkan dengan SK Menhut tahun 2001).
Kondisi ini perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan kebijakan reboisasi dengan memilih metoda, mekanisme dan jenis yang perlu untuk meningkatkan kualitas lingkungan dalam waktu pendek. Salah satu alternatif kebijakan yang dapat dipertimbangkan adalah menggunakan bambu sebagai tanaman untuk reboisasi. Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal bahkan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat umum karena pertumbuhannya ada di sekeliling kehidupan masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae anggota sub familia rumput, memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar 1250 1500 jenis sedangkan Indonesia memiliki hanya 10% sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al, 2004). Bambu banyak digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat istiadat.. Bambu memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk manusia (Rebung), binatang (pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan aneka kerajinan dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari cinderamata, mebel, tas, topi, kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk pembuatan jembatan, aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Kebutuhan adat istiadat bambu digunakan dalam upacara adat hindu dan budha diantaranya untuk upacara kremasi jenazah. Sedangkan tujuan konservasi alam sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun bamboo sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif MANFAAT BAMBU Kehidupan masyarakat desa, bambu sangat dekat dan dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat desa mulai lahir (untuk memotong pusar bayi dan sunatan) sampai meninggal (kremasi jenazah). Aktifitas kehidupan sehari-haripun tak luput dari pemanfaatan bambu sebagai bahan makanan (rebung), pembungkus makanan (daun), makanan ternak (pucuk muda), sapu lidi, kerajinan untuk kebutuhan rumah tangga, cinderamata dan mebeuler, industri (pulp dan kertas), konstruksi (jembatan, bangunan rumah, tiang, sekat, dinding, atap dan penyanggah), bahan bakar dan untuk upacara adat Manfaat lain dari bambu yaitu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah secara nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar, pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3 5 tahun) dapat di panen setiap tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran,. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya Memperhatikan manfaat bamboo, beberapa Negara asia diantaranya china telah menggunakannya bambu sebagai tanaman utama konservasi alam selain untuk memperbaiki dan meningkat sumber tangkapan air, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah juga pertimbangan budaya dan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui aneka kerajinan serta kebutuhan konstruksi. Masyarakat Bali Desa Pakraman Angseri telah sukses menggunakan Bambu sebagai tanaman hutan rakyat seluas 12 ha, ternyata telah membantu menjaga dan memulihkan aliran air bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan bamboo untuk usaha kerajinan serta menunjang kehidupan komunitas kera untuk dijadikan sebagai tempat wisata (Sumatera dan Peneng, 2005). Bambu Center Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi Bahan Bangunan dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (Perbindo) Yogyakarta, telah melakukan berbagai penelitian untuk memanfaatkan bamboo dalam konstruksi bangunan bagi wilayah-wilayah rawan gempa dan bencana alam. Selain itu telah dilakukan pula pemanfaatan teknologi pengolahan bamboo melalui metoda pengawetan untuk meningkatkan nilai pakai bamboo, membuat balok bambu untuk tiang bangunan dan kuda-kuda, papan laminasi, papan panel dan atap bamboo. Manfaat bamboo dalam teknologi sangat menjanjikan, memiliki peluang industri dengan investasi kecil, penggunaan teknologi pengolahan sederhana dan siklus panen bamboo sangat pendek dan berkesinambungan. KONSERVASI ALAM Konservasi alam sangat idealis dan ngetrend diperbincangkan saat orang berbicara seputar kualitas lingkungan dan polusi. Idealisme inipun sangat gencar disuarakan pencinta alam dan lingkungan hidup. Namun tidak semudah membalikkan telapak tangan karena membutuhkan pertimbangan yang terkadang sangat birokratis dan dilematis. Banyak konsep dan terobosan untuk mengatasi dan memelihara lingkungan telah diketahui, namun kenapa sulit ...?? apa kesulitannya... ?? seolah berada dalam suatu lingkaran yang sulit memperoleh ujung dan pangkalnya untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi. Kita sadari, konservasi alam dalam rangka pemulihan hutan dan fungsi-fungsi hutan terhadap lahan-lahan kritis berbasis tanaman kayu sangat mahal dan membutuhkan perawatan dan waktu panjang. Walaupun kita sadari pemerintah telah berupaya membuat berbagai cara untuk memulihkan kembali fungsi hutan pada lahan terbuka, lahan tidur dan lahan kritis untuk kepentingan masyarakat melalui program hutan kemasyarakatan yang berbasis swadaya masyarakat, namun masih memiliki banyak kendala pengelolaannya. Data CIFOR telah memperkirakan hutan Indonesia sekitar 3,8 juta ha setiap tahun musnah akibat penebangan. Memperhatikan kondisi demikian, berarti pemerintah perlu melakukan kebijakan jangka pendek untuk menyelamatkan sumber daya alam hutan serta menjaga keseimbangan ekosistim, ekologi hutan dan plasma nuftah serta mengatasi kekeringan dan kerusakan habitat sumber daya alam yang ada. Langkah bijaksana yang dapat diambil dalam jangka waktu pendek terutama untuk melindungi DAS adalah dengan menggunakan bamboo sebagai tanaman reboisasi. Pertimbangan menggunakan bamboo sebagai tanaman untuk penghijauan karena memiliki pertumbuhan sangat cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan khusus, dalam usia 3 5 tahun telah memperoleh pertumbuhan mantap dan dapat dipanen setiap tahun. Selain itu dapat dilakukan penanaman campuran secara silang dengan tanaman berkayu (pohon) untuk tujuan pemulihan fungsi hutan kembali dalam jangka pendek. Utthan centredalam upaya konservasi pada lahan bekas penambangan batu di India melakukan penanaman hutan bamboo seluas 106 ha, ternyata dalam waktu 4 tahun permukaan air bawah tanah meningkat 6,3 meter dan seluruh areal penanaman menghijau serta memberi pekerjaan kepada sekitar 80% penduduk setempat dan menambah pendapatan masyarakat melalui industri kerajinan bamboo. (Tewari, 1980 dalamGarland 2004) Hasil studi Akademi Beijing dan Xu Xiaoging, melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bamboo pada DAS ternyata bamboo menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan hutan pinus. (Bareis, 1998, dalamGarland 2004)) Bamboo sebagai pilihan utama untuk reboisasi pada daerah aliran sungai terutama lokasi sumber tangkapan air, karena memiliki kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah sangat nyata. China selain pertimbangan nilai konservasi menanam hutan bamboo untuk kepentingan sumber air dan irigasi terdapat perhitungan ekonomis yang memiliki nilai komersial tinggi, didukung nilai adat dan budaya telah melakukan penanaman hutan bambu seluas 4,3 juta ha yang mampu menghasilkan bambu sebanyak 14,2 juta ton/tahun. Kondisi hutan bamboo di China telah mencapai 3 % dari total hutan dan telah berhasil memberi kontribusi sekitar 25% dari total ekspor sebesar US $ 2,8 milyard (SFA, 1999, dalamGarland, 2004).. Suksesnya penanaman bamboo di Negara Asia lainnya, telah memberikan dorongan strategi Indonesia untuk melakukan gebrakan secara nasional untuk menyelamatkan sumber daya alam hutan khususnya daerah aliran sungai dan sumber tangkapan air dalam jangka pendek, sehingga ancaman kekeringan yang diprediksi dengan efek pemanasan global ke depan dapat diatasi dengan menggunakan bamboo sebagai tumbuhan yang perlu mendapat perhatian untuk reboisasi. Bambu dan manfaatnya sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1995, namun pertimbangan eksploitasi kayu lebih mendapat perhatian utama karena memiliki nilai komersial diperhitungkan lebih tinggi dari bamboo. KONSTRUKSI Bambu pada umumnya telah dikenal masyarakat luas dan dalam konstruksi tidak disadari masyarakat lebih memilih bamboo, seperti untuk tiang penyanggah gedung bertingkat apabila dalam pembangunan/pengecatan, karena mudah diperoleh, murah dan ukuran lebih panjang dengan kekuatan yang mampu menjamin kekokohan penyanggah. Bambu memiliki keawetan yang sangat rendah, mudah diserang microorganisme dan serangga sehingga untuk penggunaan jangka panjang orang tidak memilih bamboo. Memperhatikan manfaat dan kekuatan bamboo, telah diupaya langkah pengawetan untuk meningkatkan nilai pakai bamboo sehingga mampu dipakai untuk waktu lama. Tanpa pengawetan di tempat terbuka bamboo hanya dapat digunakan 1 3 tahun, apabila dibawah naungan/terlindung 4 7 tahun, dan pada kondisi ideal dapat digunakan 10 15 tahun, apabila dengan pengawetan dapat digunakan lebih dari 15 tahun (Liese, 1980 dalamMorisco 2005) Bambu center Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi Bahan Bangunan dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (PERBINDO) Yogyakarta, telah melakukan berbagai penelitian tentang pemanfaatan bamboo bagi konstruksi bangunan tahan gempa, serta rancangan perumahan rumah sangat sederhana yang menggunakan bahan bamboo untuk tiang, dinding, kuda-kuda dan atap. Konstruksi bangunan yang menggunakan bamboo telah digunakan turun temurun oleh masyarakat adat Toraja, rumah tongkonan dengan menggunakan bamboo sebagai konstruksi penutup atap dan penyanggah sangat baik untuk sirkulasi udara dan memuiliki nilai arsitektur tinggi serta nilai adat yang khas. Penggunaan bamboo untuk tujuan konstruksi bangunan jangka panjang sebaiknya dilakukan pengawetan lebih awal, agar bamboo yang digunakan memiliki nilai pakai yang dapat menjamin waktu pakai lama. INDUSTRI KERAJINAN Pengembangan wirausaha Indonesia terus digerakan dan telah mendapat perhatian banyak kalangan diluar Maluku dengan fokus pola usaha kerajinan tangan. Salah satu bahan baku yang melimpah ruah, murah dan mudah diperoleh adalah bamboo, sehingga tidak merupakan kendala dan bahkan industri kerajinan tangan diluar Maluku memiliki nilai persaingan yang tinggi. Akibatnya para wirausaha kerajinan berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat produk barang yang dihasilkan agar dapat diserap oleh pasar dalam dan luar negeri. Kendala produk kerajinan berbasis bamboo adalah keawetan bamboo yang rendah, sehingga untuk meningkatkan nilai pakai dan kualitas produk, telah dilakukan pengawetan bamboo sebelum dimanfaatkan. Aneka bentuk kerajinan mulai dari kebutuhan rumah tangga, cinderamata, perdagangan dan industri telah banyak diperkenalkan di pasaran. PENUTUP Mengenal bamboo dan manfaatnya melalui uraian singkat diatas diharapkan dapat merupakan wacana dalam kebijakan pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk mengambil manfaat sesuai konteks kebijakan dalam rangka melindungi dan merehabilitasi kawasan hutan dalam waktu pendek untuk tujuan konservasi, khususnya pada wilayah DAS yang sangat rawan banjir dan wilayah sumber tangkapan air untuk meningkatkan aliran air bawah tanah berkaitan dengan kebutuhan air bersih masyarakat dan pada hutan terbuka/gundul akibat pola usaha pertanian. KESIMPULAN 1. Bambu merupakan tanaman yang dapat ditanam pada tanah kering/basah, tidak membutuhkan perawatan khusus, investasi kecil, kemampuan toleransi terhadap lingkungan tinggi memiliki multifungsi sebagai bahan makanan, pembungkus, kerajinan, konstruksi dan industri 2. Tanaman bambu memiliki nilai konservasi tinggi karena mampu memberi perkuatan permukaan tanah, melalui kemampuan mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah Daftar Pustaka Sumantera, I. W. dan I. N. Peneng, 2005. Pemberdayaan Hutan bamboo sebagai penunjang sosial ekonomi masyarakat Desa Pakraman Angseri, tabanan, Bali. Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya Morisco, 2005. Rangkuman penelitian Bambu di Pusat Studi Ilmu Teknik UGM (1994 2004). Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya Anonimous, 2001. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan Dept. Kehutanan. Jakarta. Garland, L. 2004. Bamboo and Watersheds (a practical, economic solution to conservation and development). EBF Environmental Bamboo Foundation Holland. Bamboo : The Alternative for Tropical Timber. The Environmental Bamboo Foundation Journal No. 1. 1996 Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor. Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor. Widjaja, E. A., N. W. Utami dan Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu . Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.