Anda di halaman 1dari 11

JENIS DAN MANFAAT BAMBU

Posted on 11/03/2013by firmansyahbetawi


EMAS HIJAU ITU BERNAMA BAMBU
Oleh :
Firmansyah, S.Hut
Penyuluh Kehutanan Ahli
Pusat Pengembangan Penyuluhan Kehutanan
BP2SDMK

Saat ini Kementerian Kehutanan terus berusaha menggalakkan dan mengembangkan lima
jenis prioritas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), salah satunya adalah bambu. Selain karena
memiliki prospek yang sangat menjanjikan serta terbatasnya jumlah hasil kayu saat ini,
bambu merupakan alternatif pengganti kayu yang paling ideal saat ini sebagai bahan
bangunan maupun mebel.
Kebutuhan akan kayu untuk perumahan dan mebel semakin meningkat seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk di Indonesia. Ditambah dengan illegal loging, telah
menyebabkan kerusakan hutan di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Oleh karena
itu, untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai salah satu komponen lingkungan hidup yang
terjamin kelestariannya, maka langkah yang perlu dilakukan adalah menghentikan
penebangan kayu hutan dan melakukan reboisasi sampai hutan kembali sehat dan mencapai
keseimbangan. Dalam hal ini, tentunya terlebih dahulu perlu dicari bahan lain untuk
menggantikan kayu sebagai bahan bangunan maupun mebel.
Apabila melihat kondisi saat ini, bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi untuk
masyarakat Indonesia karena tanaman ini sudah tersebar di seluruh wilayah nusantara ini.
Akan tetapi, banyaknya keunggulan, manfaat dan nilai ekonomi yang diperoleh dari tanaman
ini mulai dari bagian akarnya, batangnya, rebungnya, bahkan daunnya sekalipun ternyata
belum diketahui sepenuhnya oleh masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, minimal perlu adanya sosialisasi atau transfer informasi kepada
masyarakat luas agar dapat lebih mengenal tanaman bambu ini sehingga diharapkan bambu
dapat dilestarikan, dibudidayakan serta dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat.
Mengenal Tanaman Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu
memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki sistem
rhizoma-dependen unik, (Wikipedia). Beberapa keunggulan bambu :
1. 1. Mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus.
2. Untuk melakukan budidaya bambu, tidak diperlukan investasi yang besar, setelah
tanaman sudah mantap, hasilnya dapat diperoleh secara menerus tanpa menanam lagi.
3. Secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak
mudah patah, dinding keras dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan bambu
dalam menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya merupakan tercepat dan
tidak ada tanaman lain yang sanggup menyamainya. Dari beberapa hasil
penelitian, kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30
cm 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Sebuah keajaiban
pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan pada tanaman lain.
4. Budidaya bambu dapat dilakukan sembarang orang, dengan peralatan sederhana dan
tidak memerlukan bekal pengetahuan yang tinggi.
5. Memiliki ketahanan yang luar biasa, Sebagai contoh : rumpun bambu yang telah
dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan pada saat Hiroshima dijatuhi bom atom
sampai rata dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih
bertahan hidup.
Jenis-Jenis Bambu
Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan belum
jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis
tinggi seperti : bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning,
bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling,
bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, jepang, bambu
gendang, bambu tali dan bambu pagar (Berlian dan Rahayu, 1995).
Manfaat dan Kegunaan Tanaman Bambu
Bambu merupakan tanaman rakyat terpenting dan banyak kegunaannya untuk kehidupan
sehari-hari, baik sebatas kebutuhan rumah tangga maupun sebagai sumber perdagangan.
Hampir tiap petani di pedesaan memiliki tanaman bambu di kebunnya masing-masing.
Tanaman bambu ini secara umum sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau
gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun bambu yang sangat cepat dan
toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta memiliki kemampuan memperbaiki
sumber tangkapan air sangat efektif.

1. Akar
Akar bambu, selain sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran, juga dapat
berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri dengan cara menyaring
air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu, akar bambu juga
mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan
air sumur.
1. Batang
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan. Namun demikian, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan.
Batang bambu yang masih bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah
seperti dinding, atap, lantai, pintu jendela, dan tiang; juga sebagai komponen konstruksi
jembatan, pipa, saluran air dsb. Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan
untuk industri kerajinan tangan dalam bentuk anyaman atau ukiran, perabot rumah tangga,
dll. Batang bambu bulat dan belah banyak dimanfaatkan oleh industri furniture seperti meja,
kursi, lemari rak dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan untuk
industri pulp dan kertas.
1. Daun
Untuk daun bambu, masyarakat tradisional biasa menggunakan sebagai alat pembungkus,
misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Di beberapa daerah, daun bambu merupakan
obat tradisional untuk mengobati demam/panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun
bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan sehingga panas dalam dapat dengan
mudah diredakan. Daun bambu muda yang tumbuh di ujung cabang dan berbentuk runcing
juga sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari tidak bisa tidur.
Cara penggunaannya adalah daun tersebut direbus dengan air kemudian diminum.
1. Rebung/ Trubus Bambu/ Tunas Bambu
Sedangkan manfaat dari tunas bambu, yang lebih dikenal sebagai rebung atau trubus bambu
adalah sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak
semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan karena rasanya ada
yang sangat pahit.
Menurut sebagian praktisi kuliner, jenis bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya
ialah bambu temen dan bambu betung. Rebung bambu temen rasanya paling manis dan
teksturnya pun paling halus. Sedangkan rebung bambu betung selain enak dimakan, bobotnya
bisa mencapai 15 kg/buah. Dewasa ini, masakan rebung dari indonesia semakin digemari
oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan dan RRC.
1. Tanaman Obat
Saat ini, Bangsa Cina telah memproduksi cairan bambu dalam kemasan botol yang banyak
diekspor ke luar negeri. Obat cairan ini disebut Cuk li sui yaitu ramuan cairan bambu yang di
gabungkan dengan benalu untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan
oleh tekanan darah tinggi. Bagi penyakit yang begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan
saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat cepat sembuh.
1. Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis
bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di
pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk
halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot.
Bambu hias sekarang ini tengah banyak dicari konsumen. Alasannya penampilan tanaman
bambu unik dan menawan. Tak heran jika bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman.
Apalagi makin disukainya taman bergaya jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu
sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman
hias antara lain bambu kuning, bambu cendani, bambu sian, bambu macan, bambu jepang,
bambu perling, bambu talang, bambu uncue, bambu loleba, dan lain-lain
Aspek Teknis Budidaya dan Syarat Tumbuh Bambu
Bambu merupakan salah satu jenis tanaman perintis sehingga untuk tumbuh tidak
membutuhkan persyaratan tumbuh yang teramat rumit sebagaimana tanaman lain. Tumbuh
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sesuai dengan jenis. Memiliki umur yang
panjang dalam siklus hidupnya 30 -100 tahun bahkan lebih, tergantung dari jenisnya.
Secara teknis bahan tanaman bambu dapat dikembangkan dengan teknik stek rhizome akar,
stek batang, stek cabang serta benih. Masa pembibitan tanaman bambu biasanya memerlukan
waktu antara 6-10 bulan. Sedangkan lahan yang paling optimal dan ideal dalam
pengembangan tanaman bambu adalah wilayah asal jenis yang bersifat endemik tempat
tumbuh, akan tetapi bambu memiliki toleransi cukup tinggi terhadap lahan kecuali pada
lahan-lahan yang selalu tergenang. Untuk faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman bambu adalah kondisi iklim dan jenis tanah.
a.Iklim
Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari
langsung dengan suhu berkisar 8,8 36
o
C. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari
ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu dapat tumbuh pada berbagai
tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A,B,C,D sampai E (Schmidt-Ferguson) atau dari iklim
basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat
tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang membutuhkan
banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal 1.020 mm/thn sedangkan
kelembaban yang dikehendaki minimal 80%.
b. Tanah
Bambu dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah
kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang
berbukit sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap
kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi
masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5.
Aspek Ekonomi Bambu
Secara ekonomis, produk-produk yang berasal dari bambu memiliki nilai yang cukup baik.
Banyak produk-produk yang dihasilkan mencakup mulai dari sandang (serat untuk
pembuatan pakaian, dll), papan (papan lembaran, lantai, meubel, dll), pangan (rebung
kalengan, kripik, aneka jenis makanan olahan, dll), estetika & budaya (kertas budaya untuk
sembahyang, pernik-pernik artifisial ruangan, dll), kesehatan (arang, vinegar, dll) dan
sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi, bambu dapat dijadikan kertas kualitas
nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan berkualitas, dsb. Masih banyak lagi potensi bambu
yang terpendam dan belum tergali, tentunya dibutuhkan suatu inovasi teknologi kedepan
guna dapat mewujudkan potensi tersebut.
Untuk kebutuhan bambu dapat dicontohkan sebagai berikut :
Kebutuhan arang bambu 72 ton/bulan, namun hanya terpenuhi 2 ton/bulan (ekspor ke
Jepang), eksportir dari Solo.
Industri dan Kerajinan bambu di desa Cebongan (Sleman, Yogyakarta) hanya
terpenuhi 50% bahan baku dari kapasitas yang dimiliki
Di Kecamatan Manyar (Banyuwangi) untuk keranjang ikan membutuhkan bambu
sampai 1.600 batang per hari.
Di Desa Pakraman Angseri (Bali) kebutuhan bambu untuk acara adat perawatan
rumah adat dll mencapai 2.275 batang/tahun.
Selain itu, Indonesia juga telah menjadi anggota tetap International Network Bamboo and
Rattan (INBAR) yang berpusat di Beeijing. Berdasarkan data yang dikumpulkan Direktorat
Bina Perhutanan Sosial di 22 Provinsi terdapat luas tanaman bambu rakyat seluas 180.094,23
ha dengan perkiraan jumlah batang 540.962.125 batang.. Untuk negara yang menjadi tujuan
ekspor bambu tercatat sebanyak 19 negara yang tersebar di Asia, Eropa, Australia dan
Amerika. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan
budidaya bambu memiliki prospek yang cerah mengingat besarnya kebutuhan akan bambu
sementara pasokan yang ada masih terbatas
Penutup
Menilai hasil diatas, bambu terbukti memiliki banyak keungulan, manfaat dan potensi yang
sangat baik untuk dibudidayakan. Jika budidaya tanaman bambu benar-benar diperhatikan,
serta pemanfaatannya dimaksimalkan, akan mampu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu
sendiri, sekaligus meningkatkan penghasilan masyarakat pengguna bambu serta menambah
devisa buat negara.
Mengutip dari pepatah lama Tak Kenal Maka Tak Sayang mudah-mudahan dengan adanya
tulisan ini kita semua menjadi cinta dan tergerak untuk melestarikan bambu disekitar kita. At
least but not the last Tak ada rotan, akarpun jadi Tak ada kayu, bambu pun bisa kita
gunakan.

Sumber bacaan :
V.A Berlian, Nur dan Estu Rahayu.,Jenis dan Prospek Bisnis Bambu, 1995.
Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan., Bambu. Leaflet, 2011

MENGENAL BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP
KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN
Oleh : Lieke Tan
PENDAHULUAN
Pengalaman gempa tsunami,
banjir dan bencana alam lainnya,
perlu mendapat perhatian seluruh
lapisan masyarakat untuk lebih
prihatin dan memperhatikan pola
hidup dan tindak masyarakat
dalam mempertahankan dan
memelihara lingkungan
sekitarnya.
Selain kebijakan pemerintah
melalui Lembaga/Instansi
penyelenggara yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan
lingkungan hidup, perlu
dipertimbangkan setiap
kebijakan-kebijakan dan
penanganan masalah lingkungan
secara terpadu dan efektif
sehingga azas kelestarian produksi
dan lingkungan selalu terpelihara
dan berkesinambungan. Kondisi
efek pemanasan global yang
semakin memprihatinkan saat ini
perlu segera mendapat perhatian
untuk dilakukan tindakan
kebijakan dalam rangka
memulihkan kembali fungsi-fungsi
hutan dan lingkungan alam
melalui upaya konservasi alam
secara baik, terarah dan cepat,
sehingga kelestarian alam dan
lingkungan dapat menjamin
pemulihan keseimbangan
ekosistem alam dan lingkungan
hidup. Hutan di Indonesia sampai
dengan tahun 2000 dari Eksekutif
data strategis Kehutanan
(2001) terdapat lahan kritis
sebesar 23.242.881 ha (21,57 %)
dari luas kawasan hutan
108.571.713 ha (untuk 23 propinsi
yang telah ditetapkan dengan SK
Menhut tahun 2001).



Kondisi ini perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan kebijakan reboisasi dengan
memilih metoda, mekanisme dan jenis yang perlu untuk meningkatkan kualitas
lingkungan dalam waktu pendek. Salah satu alternatif kebijakan yang dapat
dipertimbangkan adalah menggunakan bambu sebagai tanaman untuk reboisasi.
Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal bahkan sangat
dekat dengan kehidupan masyarakat umum karena pertumbuhannya ada di sekeliling
kehidupan masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae anggota sub familia
rumput, memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar 1250 1500 jenis
sedangkan Indonesia memiliki hanya 10% sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al, 2004).
Bambu banyak digunakan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari
meliputi kebutuhan pangan, rumah tangga, kerajinan, konstruksi dan adat
istiadat.. Bambu memiliki multi fungsi pemanfaatan sebagai bahan makanan untuk
manusia (Rebung), binatang (pucuk daun muda), kebutuhan rumah tangga dan aneka
kerajinan dengan berbagai tujuan penggunaan mulai dari cinderamata, mebel, tas,
topi, kotak serba guna hingga alat musik serta konstruksi untuk pembuatan jembatan,
aneka sekat, konstruksi rumah meliputi tiang, dinding, atap. Kebutuhan adat istiadat
bambu digunakan dalam upacara adat hindu dan budha diantaranya untuk upacara
kremasi jenazah. Sedangkan tujuan konservasi alam sangat efektif untuk reboisasi
wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun
bamboo sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta
memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif
MANFAAT BAMBU
Kehidupan masyarakat desa, bambu sangat dekat dan dibutuhkan untuk berbagai
kebutuhan masyarakat desa mulai lahir (untuk memotong pusar bayi dan sunatan)
sampai meninggal (kremasi jenazah). Aktifitas kehidupan sehari-haripun tak luput
dari pemanfaatan bambu sebagai bahan makanan (rebung), pembungkus makanan
(daun), makanan ternak (pucuk muda), sapu lidi, kerajinan untuk kebutuhan rumah
tangga, cinderamata dan mebeuler, industri (pulp dan kertas), konstruksi (jembatan,
bangunan rumah, tiang, sekat, dinding, atap dan penyanggah), bahan bakar dan untuk
upacara adat
Manfaat lain dari bambu yaitu memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber
tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah
tanah secara nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam,
tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah (baik
lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi
besar, pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3 5 tahun) dapat di panen
setiap tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan
alam dan kebakaran,. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik
dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan
pembatas jalan raya
Memperhatikan manfaat bamboo, beberapa Negara asia diantaranya china telah
menggunakannya bambu sebagai tanaman utama konservasi alam selain untuk
memperbaiki dan meningkat sumber tangkapan air, sehingga mampu meningkatkan
aliran air bawah tanah juga pertimbangan budaya dan meningkatkan ekonomi
masyarakat melalui aneka kerajinan serta kebutuhan konstruksi.
Masyarakat Bali Desa Pakraman Angseri telah sukses menggunakan Bambu sebagai
tanaman hutan rakyat seluas 12 ha, ternyata telah membantu menjaga dan
memulihkan aliran air bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar hutan bamboo untuk usaha kerajinan serta menunjang kehidupan
komunitas kera untuk dijadikan sebagai tempat wisata (Sumatera dan Peneng, 2005).
Bambu Center Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi
Bahan Bangunan dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (Perbindo) Yogyakarta,
telah melakukan berbagai penelitian untuk memanfaatkan bamboo dalam konstruksi
bangunan bagi wilayah-wilayah rawan gempa dan bencana alam. Selain itu telah
dilakukan pula pemanfaatan teknologi pengolahan bamboo melalui metoda
pengawetan untuk meningkatkan nilai pakai bamboo, membuat balok bambu untuk
tiang bangunan dan kuda-kuda, papan laminasi, papan panel dan atap bamboo.
Manfaat bamboo dalam teknologi sangat menjanjikan, memiliki peluang industri
dengan investasi kecil, penggunaan teknologi pengolahan sederhana dan siklus panen
bamboo sangat pendek dan berkesinambungan.
KONSERVASI ALAM
Konservasi alam sangat idealis dan ngetrend diperbincangkan saat orang berbicara
seputar kualitas lingkungan dan polusi. Idealisme inipun sangat gencar disuarakan
pencinta alam dan lingkungan hidup. Namun tidak semudah membalikkan telapak
tangan karena membutuhkan pertimbangan yang terkadang sangat birokratis dan
dilematis.
Banyak konsep dan terobosan untuk mengatasi dan memelihara lingkungan telah
diketahui, namun kenapa sulit ...?? apa kesulitannya... ?? seolah berada dalam suatu
lingkaran yang sulit memperoleh ujung dan pangkalnya untuk keluar dari
permasalahan yang dihadapi. Kita sadari, konservasi alam dalam rangka pemulihan
hutan dan fungsi-fungsi hutan terhadap lahan-lahan kritis berbasis tanaman kayu
sangat mahal dan membutuhkan perawatan dan waktu panjang. Walaupun kita sadari
pemerintah telah berupaya membuat berbagai cara untuk memulihkan kembali fungsi
hutan pada lahan terbuka, lahan tidur dan lahan kritis untuk kepentingan masyarakat
melalui program hutan kemasyarakatan yang berbasis swadaya masyarakat, namun
masih memiliki banyak kendala pengelolaannya.
Data CIFOR telah memperkirakan hutan Indonesia sekitar 3,8 juta ha setiap tahun
musnah akibat penebangan. Memperhatikan kondisi demikian, berarti pemerintah
perlu melakukan kebijakan jangka pendek untuk menyelamatkan sumber daya alam
hutan serta menjaga keseimbangan ekosistim, ekologi hutan dan plasma nuftah serta
mengatasi kekeringan dan kerusakan habitat sumber daya alam yang ada. Langkah
bijaksana yang dapat diambil dalam jangka waktu pendek terutama untuk melindungi
DAS adalah dengan menggunakan bamboo sebagai tanaman reboisasi. Pertimbangan
menggunakan bamboo sebagai tanaman untuk penghijauan karena memiliki
pertumbuhan sangat cepat, investasi kecil, tidak membutuhkan perawatan
khusus, dalam usia 3 5 tahun telah memperoleh pertumbuhan mantap dan dapat
dipanen setiap tahun. Selain itu dapat dilakukan penanaman campuran secara silang
dengan tanaman berkayu (pohon) untuk tujuan pemulihan fungsi hutan kembali dalam
jangka pendek.
Utthan centredalam upaya konservasi pada lahan bekas penambangan batu di
India melakukan penanaman hutan bamboo seluas 106 ha, ternyata dalam waktu 4
tahun permukaan air bawah tanah meningkat 6,3 meter dan seluruh areal penanaman
menghijau serta memberi pekerjaan kepada sekitar 80% penduduk setempat dan
menambah pendapatan masyarakat melalui industri kerajinan bamboo. (Tewari,
1980 dalamGarland 2004)
Hasil studi Akademi Beijing dan Xu Xiaoging, melakukan inventarisasi dan
perencanaan hutan dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bamboo pada
DAS ternyata bamboo menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan
hutan pinus. (Bareis, 1998, dalamGarland 2004))
Bamboo sebagai pilihan utama untuk reboisasi pada daerah aliran sungai terutama
lokasi sumber tangkapan air, karena memiliki kemampuan mempengaruhi retensi air
dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran air bawah tanah sangat nyata.
China selain pertimbangan nilai konservasi menanam hutan bamboo untuk
kepentingan sumber air dan irigasi terdapat perhitungan ekonomis yang memiliki
nilai komersial tinggi, didukung nilai adat dan budaya telah melakukan penanaman
hutan bambu seluas 4,3 juta ha yang mampu menghasilkan bambu sebanyak 14,2 juta
ton/tahun. Kondisi hutan bamboo di China telah mencapai 3 % dari total hutan dan
telah berhasil memberi kontribusi sekitar 25% dari total ekspor sebesar US $ 2,8
milyard (SFA, 1999, dalamGarland, 2004)..
Suksesnya penanaman bamboo di Negara Asia lainnya, telah memberikan dorongan
strategi Indonesia untuk melakukan gebrakan secara nasional untuk menyelamatkan
sumber daya alam hutan khususnya daerah aliran sungai dan sumber tangkapan air
dalam jangka pendek, sehingga ancaman kekeringan yang diprediksi dengan efek
pemanasan global ke depan dapat diatasi dengan menggunakan bamboo sebagai
tumbuhan yang perlu mendapat perhatian untuk reboisasi. Bambu dan manfaatnya
sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1995, namun pertimbangan eksploitasi
kayu lebih mendapat perhatian utama karena memiliki nilai komersial diperhitungkan
lebih tinggi dari bamboo.
KONSTRUKSI
Bambu pada umumnya telah dikenal masyarakat luas dan dalam konstruksi tidak
disadari masyarakat lebih memilih bamboo, seperti untuk tiang penyanggah gedung
bertingkat apabila dalam pembangunan/pengecatan, karena mudah diperoleh, murah
dan ukuran lebih panjang dengan kekuatan yang mampu menjamin kekokohan
penyanggah.
Bambu memiliki keawetan yang sangat rendah, mudah diserang microorganisme dan
serangga sehingga untuk penggunaan jangka panjang orang tidak memilih
bamboo. Memperhatikan manfaat dan kekuatan bamboo, telah diupaya langkah
pengawetan untuk meningkatkan nilai pakai bamboo sehingga mampu dipakai untuk
waktu lama.
Tanpa pengawetan di tempat terbuka bamboo hanya dapat digunakan 1 3
tahun, apabila dibawah naungan/terlindung 4 7 tahun, dan pada kondisi ideal dapat
digunakan 10 15 tahun, apabila dengan pengawetan dapat digunakan lebih dari 15
tahun (Liese, 1980 dalamMorisco 2005)
Bambu center Pusat Study Ilmu Teknik UGM melalui program Magister Teknologi
Bahan Bangunan dan Perhimpunan pecinta Bambu Indonesia (PERBINDO)
Yogyakarta, telah melakukan berbagai penelitian tentang pemanfaatan bamboo bagi
konstruksi bangunan tahan gempa, serta rancangan perumahan rumah sangat
sederhana yang menggunakan bahan bamboo untuk tiang, dinding, kuda-kuda dan
atap.
Konstruksi bangunan yang menggunakan bamboo telah digunakan turun temurun oleh
masyarakat adat Toraja, rumah tongkonan dengan menggunakan bamboo sebagai
konstruksi penutup atap dan penyanggah sangat baik untuk sirkulasi udara dan
memuiliki nilai arsitektur tinggi serta nilai adat yang khas.
Penggunaan bamboo untuk tujuan konstruksi bangunan jangka panjang sebaiknya
dilakukan pengawetan lebih awal, agar bamboo yang digunakan memiliki nilai pakai
yang dapat menjamin waktu pakai lama.
INDUSTRI KERAJINAN
Pengembangan wirausaha Indonesia terus digerakan dan telah mendapat perhatian
banyak kalangan diluar Maluku dengan fokus pola usaha kerajinan tangan. Salah
satu bahan baku yang melimpah ruah, murah dan mudah diperoleh adalah bamboo,
sehingga tidak merupakan kendala dan bahkan industri kerajinan tangan diluar
Maluku memiliki nilai persaingan yang tinggi. Akibatnya para wirausaha
kerajinan berusaha bersaing untuk meningkatkan kualitas, penampilan dan manfaat
produk barang yang dihasilkan agar dapat diserap oleh pasar dalam dan luar negeri.
Kendala produk kerajinan berbasis bamboo adalah keawetan bamboo yang rendah,
sehingga untuk meningkatkan nilai pakai dan kualitas produk, telah
dilakukan pengawetan bamboo sebelum dimanfaatkan. Aneka bentuk kerajinan
mulai dari kebutuhan rumah tangga, cinderamata, perdagangan dan industri telah
banyak diperkenalkan di pasaran.
PENUTUP
Mengenal bamboo dan manfaatnya melalui uraian singkat diatas diharapkan dapat
merupakan wacana dalam kebijakan pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk
mengambil manfaat sesuai konteks kebijakan dalam rangka melindungi dan
merehabilitasi kawasan hutan dalam waktu pendek untuk tujuan konservasi,
khususnya pada wilayah DAS yang sangat rawan banjir dan wilayah sumber
tangkapan air untuk meningkatkan aliran air bawah tanah berkaitan dengan
kebutuhan air bersih masyarakat dan pada hutan terbuka/gundul akibat pola usaha
pertanian.
KESIMPULAN
1. Bambu merupakan tanaman yang dapat ditanam pada tanah kering/basah, tidak
membutuhkan perawatan khusus, investasi kecil, kemampuan toleransi terhadap
lingkungan tinggi memiliki multifungsi sebagai bahan makanan, pembungkus,
kerajinan, konstruksi dan industri
2. Tanaman bambu memiliki nilai konservasi tinggi karena mampu
memberi perkuatan permukaan tanah, melalui kemampuan mempengaruhi retensi air
dalam lapisan topsoil, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah
Daftar Pustaka
Sumantera, I. W. dan I. N. Peneng, 2005. Pemberdayaan Hutan bamboo sebagai
penunjang sosial ekonomi masyarakat Desa Pakraman Angseri, tabanan,
Bali. Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya
Morisco, 2005. Rangkuman penelitian Bambu di Pusat Studi Ilmu Teknik UGM (1994
2004). Prosiding Perkembangan Bambu Indonesia. Jogya
Anonimous, 2001. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan
Dept. Kehutanan. Jakarta.
Garland, L. 2004. Bamboo and Watersheds (a practical, economic solution to
conservation and development). EBF
Environmental Bamboo Foundation Holland. Bamboo : The Alternative for Tropical
Timber.
The Environmental Bamboo Foundation Journal No. 1. 1996
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda
Kecil. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. Puslitbang Biologi LIPI.
Bogor.
Widjaja, E. A., N. W. Utami dan Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu
. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai