BAMBU
Oleh:
Absalom B Sarante, S.Hut
2. Bambu Ater
Bambu Apus (Gigantochioa atter) yang dikenal juga dengan nama awi
temen. Tinggi bambu atter dapat mencapai 22 m dengan warna
batang hijau sampai hijau gelap. Diameter batang 5-10 cm, tebal
dinding 8 mm dan panjang ruas 40-50 cm. Bambu ater umumnya
tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 750 m.dpl.
Lanjutan Mengenal…
3. Bambu Andong
Bambu Andong (Gigantochioa verticilata) atau (Gigantochioa pseudo
arundinacea) yang dikenal juga dengan nama awi gombong. Tinggi
bambu andong dapat mencapai 20 m dengan warna batang hijau
kekuninga-kuningan. Diameter batang 20 cm, tebal dinding 1-1,5 cm
dan panjang ruas 40-60 cm. Bambu andong umumnya tumbuh di
daerah dataran rendah hingga ketinggian 2.000 m.dpl.
4. Bambu Betung
Bambu Betung (Gigantochioa asper) yang dikenal juga dengan nama awi
bitung. Tinggi bambu betung dapat mencapai 20 m dengan warna
batang hijau kekuning-kuningan. Diameter batang 20 cm, tebal dinding
1-1,5 cm dan panjang ruas 40-60 cm. Bambu atter umumnya tumbuh
di daerah dataran rendah hingga ketinggian 2.000 m.dpl.
Lanjutan Mengenal…
5. Bambu Hitam
Bambu Hitam (Gigantochioa atroviolacea) yang dikenal juga dengan nama
bambu wulung. Disebut bambu hitam karena warna batangnya hijau
kehitam-hitaman atau ungu tua. Tinggi bambu hitam dapat mencapai
20 m dengan warna batang hijau kehitam-hitaman atau ungu tua.
Panjang ruas 40-50 cm. Tebal dinding buluhnya 8 mm dan garis
tengah bulunya 6-8 mm. Bambu hitam agak jarang dan
pertumbuhannyapun agak lambat. Bambu hitam uumumnya tumbuh
di daerah dataran rendah hingga ketinggian 650 m.dpl.
6. Bambu Talang
Bambu Talang (Schhizostachyum brachycladum Kurz,) yang dikenal
dengan nama awi buluh. Tinggi bambu betung dapat mencapai 15 m
dengan warna batang hijau kekuningan. Diameter batang 8-10 cm,
dan panjang ruas 32-50 cm. Bambu talang umumnya tumbuh di
daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m.dpl.
Bambu Apus (Gigantochioa apus Bl. Ex. (Scuhuit.f) Kurz) Bambu Ater (Gigantochioa atter (Hasssk) Kurz ex Munro)
Bambu Andong (Gigantochioa verticulata (Willd) Monru) Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Bambu Hitam (Gigantochioa atroviolacea Widj.) Bambu Talang (Schizostacchyum brachycladum Kurz)
III. TEKNIK BUDIDAYA
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim, mulai dari tipe iklim
A, B, C, D dan E atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah
tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan
baik. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimal
1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang dikehendaki minimum
80%. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu memiliki suhu
berkisar antara 8,8 – 35 0C.
2. Tanah
Bambu dapat tumbuh diberbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat
sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dan dari tanah
subur sampai tanah tandus.
Tanaman bambu tumbuh baik pada tanah yang memiliki ph 5,0-6,5.
Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena
kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut terpenuhi.
Lanjutan Teknik…
B. Perbanyakan Tanaman
1. Perbanyakan Dengan Biji
Perbanyakan Tanaman bambu dengan biji tidak dilakukan karena
jarang sekali dijumpai tanaman bambu yang berbunga, berbuah dan
menghasilkan biji. Secara umum tanaman bambu baru berbunga
pada umur 20 sampai dengan 60 tahun, setelah itu tanaman mati.
2. Perbanyak dengan Stek Batang dan Stek Cabang
Batang dan cabang bambu dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan
tanaman karena merupakan sumber potensial untuk menghasilkan
tunas dan akar.
Bahan bibit yang berasal dari stek batang dipilih dari tanaman yang
berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian
bawah sampai dengan bagian tengah batang. Bambu dipotong-potong
sepanjang 20 cm di bawah buku, selanjutnya stek batang disemaikan
dengan cara ditancapkan secara rapi pada guludan yang telah
dipersiapkan sehingga bagian tunas atau mata tunas tertutup tanah.
Lanjutan Teknik…
3. Stek Rizhoma
Rizhoma atau rumpang adalah akar-akar yang mampu memberikan
pertumbuhan tunas sebagai calon tumbuhan baru. Perbanyakan
dengan stek rizhoma ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat,
dengan cara ini bibit bambu hasil stek rizhoma bisa langsung di
tanam di lapangan dan tidak membutuhkan perlakuan di persemaian.
Tanaman bambu yang dipilih sebagai induk adalah batang bambu
yang telah berumur 2 tahun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Pada rizhoma yang dipilih harus ada beberapa kuncup tidur,
b. Bibit harus diambil secara berhati-hati jangan sampai rusak,
c. Pengumpulan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman.
d. Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam
keadaan lembab.
Lanjutan Teknik…
C. Penanaman
1. Persiapan Tanam
Sebelum penanaman, dilakukan pembukaan lahan. Lahan
dibersihkan dari semak beluka, bebatuan dan kotoran lainnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah.
Setelah tanah bersih, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan ukuran
30x30x30 cm atau 40x40x40 cm dan jarak tanam 4x4 m atau 5x5 m.
2. Cara Penanaman
Bibit yang telah disiapkan dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi
tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun dengan tanah.
Pada saat tanam sebaiknya ditambahkan pupuk urea, TSP dan Kcl
dengan perbandingan 3:2:1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk ditaburkan
mengelilingi bibit tanaman, setelah itu tanah disekitar bibit
dipadatkan dan ditinggikan 5-10 cm.
Pembukaan Lahan Penyiapan dan pasang ajir Pupuk Organik Pengangkutan Pupuk
Beberapa cara yang dapat dilakukan agar bambu awet dan bebas dari
serangan hama penggerek (bubuk) antara lain perendaman, pengeringan
dan pemberian lapisan.
1. Perendaman
Perendaman dalam air yang tergenang atau mengalir sudah sering
dilakukan masyarakat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa yang
direndam dalam air kandungan air kandungan zat patinya akan turun.
Perendaman menyebabkan adanya kegiatan kuman dalam air yang
dapat mengubah pati menjadi senyawa kimia lain yang mudah larut
dalam air. Perendaman menpengaruhi kekuatan bambu . Semakin
lama direndam akan semakin menurunkan kekuatan bambu. Oleh
karena itu , perendaman sebaiknya tidak lebih dari 1 bulan.
2. Pengeringan
Bambu yang sudah ditebang dikeringkan dahulu supaya awet.
Caranya bambu diangin-anginkan di tempat terbuka atau tempat
yang teduh.
Lanjutan Panen…
3. Pemberian Lapisan
Agar bambu awet dapat juga dilakukan dengan cara memberi lapisan
(coating). Bagian yang diberi lapisan adalah bagian dalam bambu
yang lunak dan kasar. Cara ini dilakukan pada bambu yang akan
dbuat menjadi barang kerajinan. Zat pelapis yang sering digunakan
adalah pernis, lak atau zat pewarna.
D. Penyimpanan
Bambu yang sudah ditebang ada kalanya tidak langsung digunakan, untuk
itu bambu perlu disimpan terlebih dahulu agar bambu tidak cepat rusak
karena hama atau jamur, maka cara penyimpanannya perlu dipehatikan,
Cara penyimpanan bambu yang baik adalah dalam gudang yang sirkulasi
udaranya yang baik, kering dan tidak terpengaruh oleh angin atau hujan.
Bambu tidak ditumpuk tetapi disandarkan pada dinding.
V. PEMANFAATAN BAMBU
A. Bambu lamina atau play bambu
E. Partikel Board
Zat
Karbon
Berat Abu mudah
No Bambu Kadar Air terlambat
Jenis (%) terbang
(%)
(%)
1 Andong 0,48 4,60 7,30 23,32 69,30
2 Ater 0,65 6,66 5,55 12,39 82,06
3 Bitung 0,53 4,28 7,46 33,68 54,86
4 Tali 0,40 7,08 5,64 14,01 80,35
5 Bakau - 5,41 4,48 17,81 77,30
VI. PENUTUP
Budidaya bambu merupakan keharusan dalam usaha industri
berbasis bambu.
Jenis-jenis industri potensial yang berbasis bahan baku bambu
diantaranya bambu lamina, pertikel board, pulp dan kertas,
arang bambu, papan semen serat bambu, sumpit, tusuk gigi,
tusuk sate dan lainnya yang seluruhnya membutuhkan batang-
batang bambu yang berkualitas.
Jenis-jenis bambu yang berpotensi untuk dibudidayakan dalam
menunjang usaha pemanfaatan bambu adalah bambu petung,
bambu apus, bambu ater, bambu wulung, bambu bambu serit,
bambu surat, bambu petung, bambu ampel kuning, bambu
ampel hijau dan bambu ori.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH