Anda di halaman 1dari 29

TEKNOLOGI BUDIDAYA

BAMBU

Oleh:
Absalom B Sarante, S.Hut

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PALOPO


DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2017
I. PENDAHULUAN
 Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan, yang
secara tradisional, terbukti mampu memberikan manfaat bagi ekonomi
rakyat. Selain itu bambu juga memberikan manfaat bagi pemantapan
ekosistem dan budaya masyarakat di Sulawesi Selatan.
 Tanaman bambu merupakan tanaman endemik di daerah ini dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bambu digunakan dalam berbagai
keperluan masyarakat Sulawesi Selatan untuk kontruksi, peralatan
rumah tangga dan kelengkapan ritual budaya. Tanaman bambu dengan
tunas yang banyak dan tumbuh cepat, sangat cocok digunakan sebagai
alternatif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di daerah ini.
 Secara ekologis, tanaman bambu dengan perakaran yang rapat, juga
sangat baik untuk rehabilitasi lahan, menyimpan air, mencegah
terjadinya longsor, meningkatkan konservasi air, penghasil oksigen yang
tinggi dan memiliki nilai estetika yang tinggi.
 Sifat-sifat tersebut diatas inilah yang menyebabkan tanaman bambu
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Sulawesi Selatan.
Lanjutan Pendahuluan…
 Pada saat moratorium eksploitasi hutan dan ekspor kayu log dilarang, ekspor
kayu lapis, kayu gergajian dan produk bambu lapis meningkat cukup besar.
 Subsitusi kayu terdekat yang relatif masih kurang dan banyak tersedia adalah
bambu. Bambu merupakan bahan alternatif yang tepat, karena sifat dan
kekuatannya yang mirip dengan kayu, bahkan dalam beberapa hal, lebih baik
dan merupakan sumberdaya alam yang mudah diperbaharui.
 Selain muda dibudidayakan, bambu memiliki produksi yang cukup tinggi,
Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa bambu mampu menghasilkan
sekitar 33-109 batang/rumpun/tahun dengan waktu masak tebang yang
hanya sekitar 1-4 tahun. Oleh karena itulah, industri berbasis bambu pada
beberapa tahun terkahir ini semakin meningkat dan berkembang pesat.
 Salah satu masalah yang ditemui adalah bahan baku bambu yang sesuai
dengan keperluan hilir, tidak cukup tersedia. Oleh karena itu diperlukan satu
sisterm pengembangan bambu yang terpadu antara hulu dan hilir.
 Dalam kaitan itulah maka Kementerian Perindustrian, melalui Direktorat
Jenderal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, akan membangun klaster usaha
bambu di daerah-daerah yang memiliki potensi bambu tinggi.
II. MENGENAL TANAMAN
A. Morfologi Bambu BAMBU
Tanaman bambu umumnya tumbuh dengan membentuk rumpun, akan
tetapi bambu dapat juga hidup secara siliter. Pada jenis-jenis tertentu,
bambu memiliki percabangan yang sangat banyak dan membentuk perdu.
Bambu yang tergolong besar berasal dari spesies Bambusa sp,
Dendrocalamus spp., dan Gigantochioa spp.
Dalam kondisi normal, pertumbuhan bambu lurus ke atas dan ujung
batang melengkung karena menopang berat daun. Tinggi tanaman bambu
berkisar 0,3-30 cm. Dengan diameter batang 0,25-25 cm dan ketebalan
dindingnya mencapai 25 mm. Batang bambu berbentuk selinder, terdiri
dari banyak ruas/buku-buku dan berongga pada setiap ruasnya.
Pada saat tanaman masih muda batang bambu masih lunak dan
diselimuti semacam pelepah mulai dari pangkal hingga ujung batang.
Setelah tanaman dewasa batang bambu keras dan pelepah tersebut
mengering sehingga lepas satu per satu dari setiap ruas bambu.
Lanjutan Mengenal…

B. Jenis-jenis Bambu yang Bernilai Ekonomi


1. Bambu Apus
Bambu Apus (Gigantochioa apus) yang dikenal juga dengan nama
bambu tali. Tinggi bambu apus dapat mencapai 20 m dengan warna
batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Batangnya tidak tidak
bercabang di bagian bawah. Diameter batang 2,5-15 cm, tebal dinding
3-15 mm dan panjang ruas 45-65 cm. Panjang batang yang dapat
dimanfaatkan 3-15 m. Bambu apus umumnya tumbuh di daerah
dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m.dpl.

2. Bambu Ater
Bambu Apus (Gigantochioa atter) yang dikenal juga dengan nama awi
temen. Tinggi bambu atter dapat mencapai 22 m dengan warna
batang hijau sampai hijau gelap. Diameter batang 5-10 cm, tebal
dinding 8 mm dan panjang ruas 40-50 cm. Bambu ater umumnya
tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 750 m.dpl.
Lanjutan Mengenal…

3. Bambu Andong
Bambu Andong (Gigantochioa verticilata) atau (Gigantochioa pseudo
arundinacea) yang dikenal juga dengan nama awi gombong. Tinggi
bambu andong dapat mencapai 20 m dengan warna batang hijau
kekuninga-kuningan. Diameter batang 20 cm, tebal dinding 1-1,5 cm
dan panjang ruas 40-60 cm. Bambu andong umumnya tumbuh di
daerah dataran rendah hingga ketinggian 2.000 m.dpl.

4. Bambu Betung
Bambu Betung (Gigantochioa asper) yang dikenal juga dengan nama awi
bitung. Tinggi bambu betung dapat mencapai 20 m dengan warna
batang hijau kekuning-kuningan. Diameter batang 20 cm, tebal dinding
1-1,5 cm dan panjang ruas 40-60 cm. Bambu atter umumnya tumbuh
di daerah dataran rendah hingga ketinggian 2.000 m.dpl.
Lanjutan Mengenal…

5. Bambu Hitam
Bambu Hitam (Gigantochioa atroviolacea) yang dikenal juga dengan nama
bambu wulung. Disebut bambu hitam karena warna batangnya hijau
kehitam-hitaman atau ungu tua. Tinggi bambu hitam dapat mencapai
20 m dengan warna batang hijau kehitam-hitaman atau ungu tua.
Panjang ruas 40-50 cm. Tebal dinding buluhnya 8 mm dan garis
tengah bulunya 6-8 mm. Bambu hitam agak jarang dan
pertumbuhannyapun agak lambat. Bambu hitam uumumnya tumbuh
di daerah dataran rendah hingga ketinggian 650 m.dpl.

6. Bambu Talang
Bambu Talang (Schhizostachyum brachycladum Kurz,) yang dikenal
dengan nama awi buluh. Tinggi bambu betung dapat mencapai 15 m
dengan warna batang hijau kekuningan. Diameter batang 8-10 cm,
dan panjang ruas 32-50 cm. Bambu talang umumnya tumbuh di
daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m.dpl.
Bambu Apus (Gigantochioa apus Bl. Ex. (Scuhuit.f) Kurz) Bambu Ater (Gigantochioa atter (Hasssk) Kurz ex Munro)

Bambu Andong (Gigantochioa verticulata (Willd) Monru) Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Bambu Hitam (Gigantochioa atroviolacea Widj.) Bambu Talang (Schizostacchyum brachycladum Kurz)
III. TEKNIK BUDIDAYA
A. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim, mulai dari tipe iklim
A, B, C, D dan E atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah
tipe iklimnya makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan
baik. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimal
1.020 mm per tahun. Kelembaban udara yang dikehendaki minimum
80%. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu memiliki suhu
berkisar antara 8,8 – 35 0C.
2. Tanah
Bambu dapat tumbuh diberbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat
sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dan dari tanah
subur sampai tanah tandus.
Tanaman bambu tumbuh baik pada tanah yang memiliki ph 5,0-6,5.
Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena
kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut terpenuhi.
Lanjutan Teknik…

B. Perbanyakan Tanaman
1. Perbanyakan Dengan Biji
Perbanyakan Tanaman bambu dengan biji tidak dilakukan karena
jarang sekali dijumpai tanaman bambu yang berbunga, berbuah dan
menghasilkan biji. Secara umum tanaman bambu baru berbunga
pada umur 20 sampai dengan 60 tahun, setelah itu tanaman mati.
2. Perbanyak dengan Stek Batang dan Stek Cabang
Batang dan cabang bambu dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan
tanaman karena merupakan sumber potensial untuk menghasilkan
tunas dan akar.
Bahan bibit yang berasal dari stek batang dipilih dari tanaman yang
berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian
bawah sampai dengan bagian tengah batang. Bambu dipotong-potong
sepanjang 20 cm di bawah buku, selanjutnya stek batang disemaikan
dengan cara ditancapkan secara rapi pada guludan yang telah
dipersiapkan sehingga bagian tunas atau mata tunas tertutup tanah.
Lanjutan Teknik…

Keuntungan Perbanyakan dengan stek :


a. Bahan bibit yang didapat lebih banyak
b. Bibit diperoleh dengan mudah dan murah
c. Tidak merusak rumpun tanaman induk
d. Waktu pengembilan lebih cepat
e. Kebutuhan bibit untuk areal yang lebih luas lebih memungkinkan
f. Pembentukan rumpun lebh cepat.
Adapun kerugian dari perbanyakan melalui stek ini antara lain daya
tumbuhnya lebih rendah dibandingkan dengan stek rizhoma, kurang tahan
terhadap kekeringan, terbatas untuk jenis-jenis bambu tertentu dan resiko
kegagalan cukup besar.
Lanjutan Teknik…

3. Stek Rizhoma
Rizhoma atau rumpang adalah akar-akar yang mampu memberikan
pertumbuhan tunas sebagai calon tumbuhan baru. Perbanyakan
dengan stek rizhoma ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat,
dengan cara ini bibit bambu hasil stek rizhoma bisa langsung di
tanam di lapangan dan tidak membutuhkan perlakuan di persemaian.
Tanaman bambu yang dipilih sebagai induk adalah batang bambu
yang telah berumur 2 tahun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Pada rizhoma yang dipilih harus ada beberapa kuncup tidur,
b. Bibit harus diambil secara berhati-hati jangan sampai rusak,
c. Pengumpulan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman.
d. Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam
keadaan lembab.
Lanjutan Teknik…

C. Penanaman
1. Persiapan Tanam
Sebelum penanaman, dilakukan pembukaan lahan. Lahan
dibersihkan dari semak beluka, bebatuan dan kotoran lainnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah.
Setelah tanah bersih, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan ukuran
30x30x30 cm atau 40x40x40 cm dan jarak tanam 4x4 m atau 5x5 m.
2. Cara Penanaman
Bibit yang telah disiapkan dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi
tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun dengan tanah.
Pada saat tanam sebaiknya ditambahkan pupuk urea, TSP dan Kcl
dengan perbandingan 3:2:1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk ditaburkan
mengelilingi bibit tanaman, setelah itu tanah disekitar bibit
dipadatkan dan ditinggikan 5-10 cm.
Pembukaan Lahan Penyiapan dan pasang ajir Pupuk Organik Pengangkutan Pupuk

Penybuatan lubang tanam


Lanjutan Teknik…
D. Pemeliharaan
1. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman dilakukan dengan cara memotong cabang-
cabang bawah hingga setinggi 2-3 m. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengalihkan suplai makanan yang sebelumnya ke cabang-cabang
dialihkan ke batang utama, sehingga diharapkan dapat diperoleh batang
bambu yang diamternya lebih besar dan berkualitas.
Pemangkasan dilakukan biasanya pada awal musim hujan.
2. Penyiangan
Tanaman bambu perlu disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain
yang menganggu. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut
rerumputan di sekitar tanaman pokok.
3. Pemupukan
Pemupukan dimaksudkan untuk meningkatkan jumlh batang dan
membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah urea,
TSP, KCL. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
Lanjutan Teknik…
4. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan agar mata tunas tidak muncul ke permukaan
tanah, karena kalau mata tunas muncul ke permukaan tanah akan kering
dan mati. Cara melakukan pembumbunan adalah dengan menaikkan
tanah di sekitar tanaman atau diberi tambahan mulsa. Bersamaan
dengan pembumbunan sebaiknya juga dilakukan penggemburan tanah di
sekitar tanaman.
5. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang tanaman bambu adalah hama uret,
kumbang bubuk dan rayap, Serangan kumbang bubuk (Dinoderus
minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus notatus dan
Myocalendra exarata) lebih sering dijumpai pada jenis bambu yang
memiliki kandungan zat pati tinggi seperti bambu ampel.
IV. PANEN DAN PASCA PANEN
A. Waktu Tebang
Waktu tebang bambu sebaiknya dilakukan pada awal hingga akhir musim kemarau
yaitu pada bulan April hingga Juni. Pada bulan tersebut kandungan air dalam
batang bambu rendah.
B. Cara Tebang
Tanaman bambu tumbuh membentuk rumpun. Biasanya batang bambu yang sudah
tua berada di bagian dalam rumpun, sedang bambu yang muda dan rebung bambu
di bagian luar rumpun. Untuk itu perlu dilakukan tebang pilih, yaitu yang ditebang
yang benar-benar sudah tua.
Dari setiap rumpun diambil maksimal 10 batang dengan meninggalkan minimal 5
batang yang sudah berumur 1 tahun lebih. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup dari rumpun-rumpun bambu.
C. Pengawetan
Batang bambu baik yang masih berdiri tegak dalam rumpun maupun yang sudah
ditebang seringkali diserang hama penggerek batang, untuk menghindari hal ini,
batang bambu yang sudah ditebang perlu diawetkan.
Lanjutan Panen…

Beberapa cara yang dapat dilakukan agar bambu awet dan bebas dari
serangan hama penggerek (bubuk) antara lain perendaman, pengeringan
dan pemberian lapisan.
1. Perendaman
Perendaman dalam air yang tergenang atau mengalir sudah sering
dilakukan masyarakat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa yang
direndam dalam air kandungan air kandungan zat patinya akan turun.
Perendaman menyebabkan adanya kegiatan kuman dalam air yang
dapat mengubah pati menjadi senyawa kimia lain yang mudah larut
dalam air. Perendaman menpengaruhi kekuatan bambu . Semakin
lama direndam akan semakin menurunkan kekuatan bambu. Oleh
karena itu , perendaman sebaiknya tidak lebih dari 1 bulan.
2. Pengeringan
Bambu yang sudah ditebang dikeringkan dahulu supaya awet.
Caranya bambu diangin-anginkan di tempat terbuka atau tempat
yang teduh.
Lanjutan Panen…

3. Pemberian Lapisan
Agar bambu awet dapat juga dilakukan dengan cara memberi lapisan
(coating). Bagian yang diberi lapisan adalah bagian dalam bambu
yang lunak dan kasar. Cara ini dilakukan pada bambu yang akan
dbuat menjadi barang kerajinan. Zat pelapis yang sering digunakan
adalah pernis, lak atau zat pewarna.
D. Penyimpanan
Bambu yang sudah ditebang ada kalanya tidak langsung digunakan, untuk
itu bambu perlu disimpan terlebih dahulu agar bambu tidak cepat rusak
karena hama atau jamur, maka cara penyimpanannya perlu dipehatikan,
Cara penyimpanan bambu yang baik adalah dalam gudang yang sirkulasi
udaranya yang baik, kering dan tidak terpengaruh oleh angin atau hujan.
Bambu tidak ditumpuk tetapi disandarkan pada dinding.
V. PEMANFAATAN BAMBU
A. Bambu lamina atau play bambu

Bambu laminasi sebagai pengganti kayu kontruksi


Lanjutan Pemanfaatan…
B. Pulp dan Kertas, kertas sembahyang
Diameter Serat (mm)
No Jenis Bambu
L D I w
1 Bambu duri 1,95 0,018 0,005 0,007
2 Bambu ori 1,73 0,022 0,006 0,008
3 Bambu ampel 2,33 0,017 0,004 0,007
4 Bambu kuning 1,66 0,021 0,005 0,008
5 Bambu krisik 1,36 0,018 0,008 0,008
6 Bambu petung 3,78 0,019 0,007 0,006

Bambu pulp dan kertas


Lanjutan Pemanfaatan…

C. Papan Semen Serat Bambu


 Bambu ater dan bambu betung berumur muda lebih sesuai
digunakan sebagai bahan baku pembuatan papan semen,
karena sifat fisik dan mekanisnya cenderung lebih baik
dibandingkan dengan papan semen yang terbuat dari bambu
kelompok umur dewasa maupun tua.
 Oleh karena panjangnya waktu yang dibutuhkan antara waktu
memanen dengan pada saat bambu tersebut dibudidayakan,
maka penggunaan bambu muda juga akan sangat
menguntungkan karena dapat mempersingkat periode panen
bambu.
 Penggunaan bambu bekas pakai sebagai bahan baku
pembuatan papan semen tidak memiliki pengaruh negatif
terhadap karakteristik papan semen yang dihasilkannya.
Lanjutan Pemanfaatan…
D. Sumpit, Tusuk Sate, Tusuk Gigi, kerajinan tangkai dupa
Lanjutan Pemanfaatan…

E. Partikel Board

Partikel board dari Bambu


Lanjutan Pemanfaatan…
G. Arang Bambu

Zat
Karbon
Berat Abu mudah
No Bambu Kadar Air terlambat
Jenis (%) terbang
(%)
(%)
1 Andong 0,48 4,60 7,30 23,32 69,30
2 Ater 0,65 6,66 5,55 12,39 82,06
3 Bitung 0,53 4,28 7,46 33,68 54,86
4 Tali 0,40 7,08 5,64 14,01 80,35
5 Bakau - 5,41 4,48 17,81 77,30
VI. PENUTUP
 Budidaya bambu merupakan keharusan dalam usaha industri
berbasis bambu.
 Jenis-jenis industri potensial yang berbasis bahan baku bambu
diantaranya bambu lamina, pertikel board, pulp dan kertas,
arang bambu, papan semen serat bambu, sumpit, tusuk gigi,
tusuk sate dan lainnya yang seluruhnya membutuhkan batang-
batang bambu yang berkualitas.
 Jenis-jenis bambu yang berpotensi untuk dibudidayakan dalam
menunjang usaha pemanfaatan bambu adalah bambu petung,
bambu apus, bambu ater, bambu wulung, bambu bambu serit,
bambu surat, bambu petung, bambu ampel kuning, bambu
ampel hijau dan bambu ori.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai