Anda di halaman 1dari 17

5

BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Inventarisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Inventarisasi adalah

Pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik kantor, (sekolah, rumah

tangga, dan sebagainya) yang dipakai dalam melaksanakan tugas.

Selanjutnya menurut Nastiti dan Kusumawati (2014:43), mengatakan

bahwa inventarisasi adalah pencatatan atau pengumpulan data dan

pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Hal ini senada dengan

Annisa, dkk (2017:69) menerangkan bahwa inventarisasi memuat suatu

proses yang saling terhubung yaitu proses pendaftaran, pencatatan dan

penyusunan aset (sarana dan prasarana) oleh suatu instansi bertujuan

bertujuan untuk mempermudah dalam penyajian data dari aset(sarana dan

prasarana) suatu instansi tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

inventarisasi adalah kegiatan dalam melakukan pencatatan dan

pengelompokkan jenis barang atau benda disertai dengan keterangan

barang atau benda tersebut.

2. Bambu (Bambusa Sp)

Bambu termasuk dalam suku Gramineae suku rumput-rumputan dan

disebut juga dengan “ Giant Grass “ (rumput raksasa), berumpun dan

terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari

mulai rebung, batang muda hingga dewasa. Tumbuhan ini mencapai


6

kedewasaan pada kisaran umur 4-5 tahun (Hartanto, 2011:5). Bambu

mudah sekali dibedakan dengan tumbuhan lainnya, karena bambu tumbuh

merumpun, batangnya bulat besar, beruas-ruas, berbuku-buku, dan

ditengahnya berongga (Yani, 2012:61). Dalam kondisi normal,

pertumbuhan bambu lurus ke atas dan ujung batang melengkung karena

menopang berat daun. Tinggi tanaman bambu berkisar antara 0, 3 - 30 m.

Dengan diameter batang 0, 25 - 25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai

25 mm. Batang bambu berbentuk silinder, terdiri dari banyak ruas/buku-

buku dan berongga pada setiap ruasnya. Pada saat umur tanaman masih

muda batang bambu masih lunak dan diselimuti semacam pelepah mulai

dari pangkal hingga ujung batang. Setelah tanaman dewasa batang bambu

keras dan pelepah tersebut mengering sehingga lepas satu per satu dari

setiap ruas bambu (Ediningtyas dan Winarto, 2012:3).

Indonesia diperkirakan memiliki 157 spesies bambu yang merupakan

lebih dari 10% spesies bambu di dunia. Bambu di dunia diperkirakan

terdiri atas 1250-1350 spesies. Diantara bambu yang tumbuh di Indonesia,

50% diantaranya merupakan bambu endemik dan lebih dari 50%

merupakan bambu yang telah dimanfaatkan oleh penduduk dan sangat

berpotensi untuk dikembangkan. Bambu di Indonesia ditemukan mulai

dari dataran rendah sampai pegunungan. Pada umumnya bambu ditemukan

di tempat-tempat terbuka. Bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan

buku. Di pedesaan sering kali dijumpai bambu tumbuh di pekarangan, tepi

sungai, tepi jurang, atau pada batas-batas pemilikan lahan (Yani,

2014:987).
7

3. Klasifikasi Bambu (Bambusa Sp) Menurut Hartanto (2011:8) adalah

sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Sub Kelas : Glumiflorae
Ordo : Graminales
Suku : Graminae
Marga : Bambusa, Cephalostachyum, Dendrocalamus, Dinochloa,
Fimbribambusa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus,
Neololeba, Phyllosstachys, Pleioblastus,Pseudosasa,
Schyzostachyum, Semiarundinaria, Shibatea, dan
Thyrostachys.
Jenis : B. balcooa, B. bambos, B. blumeana, B. glaucophylla, B.
heterostachya, B. jacobsii, B.lako, B. maculata, B.
multiplex, B. oldhamii, B. polymorpha, B. spinosa, B.
tulda, B.tuldoides, B. vulgaris; Cephalostachyum
pergacile; Chinamobambusa marmorea,
C.quadrangularis; Dendrocalamus asper, D. giganteus,
D. latiflorus, D. strictus; Dinochloa scandens, D. matmat;
F. horsfieldii; G. apus, G. atroviolacea, G. atter, G. balui,
G.

4. Morfologi Bambu

Tanaman bambu umumnya tumbuh dengan membentuk rumpun,

akan tetapi bambu dapat juga hidup secara soliter. Pada jenis-jenis tertentu,

bambu memiliki percabangan yang sangat banyak dan membentuk perdu.

Ada juga bambu yang memiliki kemampuan memanjat. Bambu yang

tergolong besar dan tegak berasal dari spesies Bambusa sp., Dendrocalamus

spp. dan Gigantochloa spp. Dalam kondisi normal, pertumbuhan bambu

lurus ke atas dan ujung batang melengkung karena menopang berat daun.

Tinggi tanaman bambu berkisar antara 0,3 - 30 m. Dengan diameter batang

0,25 - 25 cm dan ketebalan dindingnya mencapai 25 mm. Batang bambu

berbentuk silinder, terdiri dari banyak ruas/buku-buku dan berongga pada


8

setiap ruasnya. Pada saat umur tanaman masih muda batang bambu masih

lunak dan diselimuti semacam pelepah mulai dari pangkal hingga ujung

batang. Setelah tanaman dewasa batang bambu keras dan pelepah tersebut

mengering sehingga lepas satu per satu dari setiap ruas bambu (Ediningtyas

dan Winarto, 2012:3).

5. Faktor Lingkungan Abiotik Pertumbuhan Bambu (Bambusa Sp)

Pertumbuhan setiap tanaman sangat dipengaruhi kondisi lingkungan

abitok. Faktor lingkungan abiotik yang sangat mempengaruhi syarat

pertumbuhan bambu adalah iklim dan jenis tanah.

a. Iklim

Di Indonesia, tanaman bambu tumbuh dengan baik dan

penyebarannya sangat luas. Tanaman bambu bisa dijumpai pada dataran

rendah sampai dengan dataran tinggi dengan ketinggian antara 0 - 2.000

m dpl. Tanaman bambu menyukai tempat terbuka dan terkena sinar

matahari langsung. Tanaman bambu tumbuh di berbagai tipe iklim,

mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E (Schmidt Fergusson)

atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya

makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik, karena

untuk pertumbuhannya bambu membutuhkan banyak air. Curah hujan

yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun.

Kelembaban udara yang dikehendaki minimum 80%. Lingkungan yang

sesuai untuk tanaman bambu memiliki suhu berkisar antara 8,8 - 36°C

(Ediningtyas dan Winarto, 2012:13).


9

b. Tanah

Bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah, mulai dari

tanah berat sampai tanah ringan, tanah kering sampai tanah becek dan

dari tanah subur sampai tanah tandus. Beberapa jenis tanah yang

terdapat di pusat bambu di Indonesia adalah jenis tanah campuran

antara latosol coklat dengan regosol kelabu serta andosol coklat

kekuningan. Perbedaan jenis tanah sangat berpengaruh terhadap

kemunculan rebung bambu Tanaman bambu tumbuh dengan baik pada

tanah yang memiliki pH 5,0 - 6,5. Pada tanah yang subur tanaman

bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman

tersebut terpenuhi (Ediningtyas dan Winarto, 2012:14).

6. Deskripsi beberapa jenis Bambu (Bambusa Sp)

a. Bambu temen (Gigantochloa verticillata Munro)

Setiap rumpun bambu bisa memiliki 20–56 batang bambu. Panjang

batang bambu dari pangkal sampai ujung berkisar dari 9,5–11 meter

dengan ruas sejumlah 23–29 ruas. Panjang ruas pada bagian pangkal

batang berkisar 28– 34,5 cm, pada bagian tengah berkisar 35–45,5 cm,

dan pada bagian ujung tidak berbeda jauh dengan bagian tengah yaitu

40–49 cm. Diameter batang (tanpa buku) pada bagian pangkal berkisar

5,9–6,2 cm, bagian tengah berkisar 5,8–6,4 cm, dan bagian ujung

berkisar 5,3–5,5 cm. Ketebalan bilah atau batang pada bagian pangkal

sekitar 1,3–1,5 cm, pada bagian tengah 0,8–0,9 cm, danpada bagian

ujung 0,6–0,75 cm. Permukaan batang bambu berwarna hijau mengkilap,

tidak memiliki banyak rambut atau bulu-bulu gatal. Pada buku bagian
10

pangkal sampai ketinggian sekitar 3 meter tidak tampak seludang

menempel. Seludang menempel pada bambu muda sampai dengan

bambu berumur sekitar 6 bulan, setelah itu batang bambu terlepas dari

seludangnya. Seludang ini juga mempunyai bentuk yang khas. (Sutardi,

dkk, 2015:40). Bambu Temen dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Bambu Temen


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

b. Bambu apus (Gigantochloa apus)

Bambu apus mempunyai warna batang hijau saat masih segar dan

krem setelah kering. Masing-masing rumpun terdapat sekitar 33 sampai 68

batang, per 5 mm2 hanya terdapat sekitar 1–2 rumpun bambu, semua

umumnya terdapat di tepian sungai. Panjang batang sekitar sampai 11–14

meter, jumlah ruas sekitar 29 ruas; panjang ruas pada bagian pangkal 26–

32 cm, bagian tengah 48–50 cm, bagian ujung 37–44 cm, diameter batang

pada bagian pangkal dan tengah sekitar 7,5 cm, serta pada bagian ujung

6,1 cm. Sementara itu, ketebalan batang pada bagian pangkal 0,84 cm,

tengah 0,68 cm, dan ujung 0,52 cm (Sutardi, dkk, 2015:15). Bambu apus

dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:


11

Gambar 2.2 Bambu apus


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

c. Bambu Butuk (Dendrocalamus asper).

Batang bambu butuk memiliki memiliki rumpun yang tidak

terlalu rapat, bentuk batang tegak dengan ujung melengkung, warna

buluh hijau, hijau keunguan,atau agak hijau keputih-putihan dan bertotol

putih karena ada lumut ketika buluh tua, selain itu buku-bukunya

dikelilingi akar udara dan permukaan buluh agak kasar dan terdapat bulu

dan lumut yang menyelimuti buluh. Diameter batang antara 13-20 cm

dan panjang antara ruas 35-50 cm, tebal dinding buluh mencapai 5-10

mm, tinggi batang mencapai 20-50 meter. Percabangan terdapat dibagian

tengah buluh atau pada ketinggian 1,5-3 meter dari permukaan tanah,

cabang terdiri dari 5-12 cabang dan memiliki satu cabang yang paling

besar. Daun memiliki permukaan yang kasar, pangkal daun berbentuk

oval dengan ujung meruncing, bawah daun agak berbulu halus, urat daun

sejajar seperti rumput, memiliki tulang daun utama yang menonjol,

bewarna hijau, panjang daun 19-35 cm, dan lebar daun 3-5 cm, kuping

pelepah daun kecil, tinggi 1-2 mm, ligula rata dengan tinggi 2 mm.

Pelepah buluh mudah luruh dan berwarna coklat, tertutup bulu hitam
12

(Alataris, dkk, 2019:39) Bambu Butuk dapat dilihat pada Gambar 2.3

berikut:

Gambar 2.3 Bambu butuk


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

e. Bambu Tali ( Gigantochloa apus Kurz).

Bentuk rumpun simpodial, jarang dan sedikit, jenis rimpang

pakimorf memiliki warna batang hijau tua bentuk batang lurus ada juga

yang bengkok tinggi batang mencapai 10 m, diameter batang 2-4 cm,

panjang ruas 15-27 cm. Percabangan terletak diatas buku, daun berwarna

hijau dengan permukaan agak halus, pangkal daun berbentuk oval dan

ujung meruncing panjang daun 20-30 cm lebar daun 3-4 cm jumlah batang

mencapai 35-47 batang setiap rumpunnya (Sary, 2018: 642). Bambu Tali

dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Bambu Tali


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
13

f. Bambu betung (Dendrocalamus asper Backer)

Pada tiap rumpun bambu betung yang mempunyai luas sekitar 3,5–5

m2 terdapat batang bambu sekitar 28–41 batang dengan panjang batang

sekitar 14,5–16,5 meter dan jumlah ruas sekitar 41–46 buah. Panjang ruas

pada bagian pangkal sekitar 20 cm, semakin ke arah ujung batang maka

semakin panjang, bahkan bisa mencapai 40–60 cm. Kisaran diameter pada

bagian pangkal 14,5–18,5 cm dengan ketebalan batang 21–40 mm,

sedangkan diameter pada bagian ujung 5–6 cm dan ketebalannya 7 mm.

Permukaan batang bambu betung berwarna hijau dengan buku di bagian

pangkal sering mempunyai akar pendek yang menggerombol. Bagian batang

mempunyai cabang, di bagian pangkal merupakan cabang primer, lebih

besar dari cabang yang lain dan sering dominan, sedangkan cabang yang

bercabang lagi hanya terdapat di buku-buku bagian atas. Pelepah batang

mudah jatuh, panjangnya 20–55 cm, sering kali batang terlihat seperti tidak

mempunyai pelepah (Sutardi, dkk, 2015:35). Bambu betung dapat dilihat

pada Gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Bambu Betung


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
14

i. Bambu Kuning (Schizostachyum brachyladum)

Batang bambu kuning memiliki rumpun simpodial, tumbuh tegak

dengan tinggi mencapai 20 meter dan tidak terlal rapat, permukaan buluh

agak halus berwarna kuning, terdapat banyak buluh yang halus dibagian

batang yang berwarna putih, panjang ruas 20-25 cm, diameter buluh 5-10

cm dengn tinggi batang mencapai 15-20 meter. Percabangan tumbuh diatas

1,5 meter dari permukaan tanah dengan cabang yang sama besar, daun

pelepah batang tumbuh tegak dan berbentuk segitiga meruncing dengan

panjang 3-5 cm, panjang pelepah 11-20 cm, dan lebar 14-34 cm. Akar

bambu kuning berbentuk) pakimorf (dicirikan oleh akar yang simpodial)

(Alataris, dkk, 2019:40). Bambu kuning dapat dilihat pada Gambar 2.6

berikut:

Gambar 2.6 Bambu Kuning


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

7. Manfaat Bambu (Bambusa sp) Menurut (Ediningtyas dan Winarto,

2014:10-11).

Bambu termasuk tanaman yang kaya manfaat. Semua bagian

tanaman bambu mulai akar, batang, daun dan rebung dapat dimanfaatkan

untuk berbagai macam keperluan.


15

a. Akar

Beberapa jenis bambu banyak ditanam di kanan-kiri sungai atau di

tanah yang berlereng curam. Hal ini dikarenakan akar tanaman bambu

dapat berfungsi sebagai penahan erosi. Akar tanaman bambu juga

mampu menjadi filter terhadap keberadaan limbah beracun. Akar-akar

serabut tanaman dapat menyaring air yang terkontaminasi limbah

beracun, selain itu akar bambu mampu mengikat butir-butir air dalam

tanah sehingga keberadaan rumpun bambu seringkali memunculkan

sumber-sumber mata air.

b. Batang

Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan

untuk dibuat berbagai macam keperluan mulai dari sebagai bahan

bangunan, bahan kerajinan dan bahan pembuatan perkakas rumah tangga.

Batang bambu baik masih muda maupun sudah tua dalam keadaan bulat

atau sudah dibelah-belah dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Batang bambu yang masih bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen

bangunan rumah, komponen konstruksi jembatan, pipa saluran air dan

lain-lain. Batang bambu yang sudah dibelah-belah banyak dimanfaatkan

untuk industri kerajinan dalam bentuk anyaman atau ukiran untuk

keperluan hiasan, perabot rumah tangga dan lain-lain.

c. Daun

Di kalangan masyarakat pedesaan, daun bambu biasa digunakan

sebagai alat pembungkus makanan tradisional, misalnya tempe dan lain-

lain. Daun bambu muda yang tumbuh di ujung cabang dan belum
16

membuka sempurna (masih berbentuk runcing) sering digunakan sebagai

obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau

malam hari kurang tidur. Cara penggunaannya adalah daun tersebut

direbus dengan air kemudian air rebusan diminum. Dalam perkembangan

terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk

menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah

tinggi, hasil uji coba yang dilakukan bertahun-tahun memperkuat hal itu.

Negeri Cina belakangan ini telah memproduksi cairan bambu dalam

kemasan botol yang banyak diekspor ke luar negeri. Selain itu, daun

bambu yang sudah tua/kering oleh warga masyarakat dibuat kompos dan

digunakan sebagai media tanaman khususnya jenis paku-pakuan.

d. Rebung

Rebung bambu merupakan tunas bambu muda yang muncul dari

dalam tanah yang tumbuh dari rimpang/rhizoma bambu, umumnya rebung

masih diselubungi oleh pelepah daun yang ditutupi bulu-bulu halus

berwarna kehitaman. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak

membulat mencapai tinggi hingga 30 cm. Rebung bambu dapat

dimanfaatkan sebagai bahan sayuran segar yang dikemas dan diawetkan

sebagai sayuran kaleng. Rebung bambu dalam kaleng merupakan salah

satu komoditas ekspor yang diminati masyarakat di Jepang, Korea dan

Cina. Rebung bambu yang enak dikonsumsi adalah jenis bambu ater dan

bambu betung.
17

8. Deskripsi Bukit Gatan

Bukit cogong merupakan nama salah satu hutan lindung yang ada di

semuatera selatan yang berada di kabupaten Musi Rawas dan Kota

Lubuklinggau sematera selatan. Berdasarkan suarat keputusan mentri

kehutanan nomor:76/Menhut-II/2001 tentang kawasan hutan dan perairan di

provinsi Sumatera Selatan. Kelompok Hutan Lindung Bukit Cogong

(HLBC) terdiri atas tiga bukit yaitu Bukit Botak/Bukit Cogong I (± 53

ha)Bukit Besar/Bukit Cogong II (± 1.222 ha), dan Bukit Gatan/Bukit

Cogong III (± 567 ha). Nama Cogong sendiri mempunyai arti

“Tertinggi/Terbesar” yang di miliki Bukit Besar. Bukit Besar sendiri

merupakan tempat tertinggi diantara bukit lain dan lokasi sekitarnya di

sekitar Musi Rawas dan Lubuklinggau, sehingga kelompok tiga bukit

tersebut lebih dikenal dengan nama Bukit Cogong (Cahyono, 2013:31).

Bukit Cogong I (Bukit Gatan), Bukit Cogong II (Bukit Besar), Bukit

Cogong III (Bukit Gatan) merupakan Kelompok Hutan Lindung yang

secara geografis terletak diantara 102º87’ BT -102º94’ BT dan antara 3º12’

LS sampai 3º18’ LS (KPHP Benakat Bukit Cogong, 2014:11). Wilayah

Hutan Lindung Bukit Cogong sebagian Besarnya termasuk ke dalam

wilayah administrasi Desa Sukakarya STL Ulu terawas Kabupaten Musi

Rawas dan berbatasan langsung dengan kota Lubuklinggau, kecamatan yang

mengelilingi wilayah Hutan Lindung Bukit Cogong ada tiga kecamatan,

yakni Kecamatan STL Ulu Terawas, Tugumulyo dan Lubuklinggau Utara I

di Kota Lubuklinggau. Secara administrasi Bukit Cogong termasuk dalam

desa Sukakarya, Srimulyo, Sukorejo, dan empat desa dikecamatan


18

Lubuklinggau Utara I yakni Margabakti, Margorejo, Tababaru dan durian

Rampak (Cahyono, 2013:13).

9. Herbarium

Herbarium berasal dari kata “Hortus dan Botanicus”, artinya kebun

botani yang dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.

Istilah herbarium dikenal untuk pengawetan tumbuhan (Majid dan Sunarti,

2013:193). Menurut Esa, dkk (2016:7) Herbarium merupakan contoh

tumbuhan yang sudah dikeringkan, dan digunakan sebagai acuan dalam

menentukan status atau identitas suatu tumbuhan. Kata herbarium juga

berarti tempat menyimpan koleksi herbarium, seperti Herbarium Bogoriense

yang menyimpan sekitar satu juta koleksi herbarium yang berasal dari

seluruh dunia.

Sedangkan menurut Murni, dkk (2015:2) herbarium dibagi menjadi

dua pengertian, yaitu: “pertama diartikan sebagai tempat penyimpanan

spesimen tumbuhan, baik yang kering maupun yang basah. Sedangkan yang

kedua herbarium adalah spesimen (koleksi tumbuhan), baik koleksi basah

maupun kering”. Berdasarkan uraian menurut pendapat-pendapat di atas

bahwa herbarium merupakan suatu pengawetan spesimen (koleksi

tumbuhan) baik yang kering maupun basah.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan adalah suatu penelitian yang terdahulu dan menjadi

suatu pedoman dalam melakukan sebuah penelitian. Hasil penelitian yang

relevan dalam penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut.


19

Menurut Isabella, dkk (2017) Melakukan Penelitian Yang berjudul

“Keanekaragaman Jenis Bambu (Bambusodae) Dalam Kawasan Hutan Air

Terjun Odong Dusun Engkolai Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau”

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, dapat disimpulkan bahwa:

ditemukan 3 jenis bambu dari 3 genus yang berbeda yaitu genus

Dendrocalamus terdiri dari Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex

heyne (bambu poring), genus Schizostachyum sp (bambu munti) dan

Schizostachyum zollingeri Stuedel (bambu buru). Indeks Keanekaragaman

jenis Bambu yang ditemukan pada Kawasan hutan Air Terjun Riam Odong

menurut Simpson yaitu sebesar 0,747, berarti menunjukkan bahwa

keanekaragaman jenis bambu di kawasan tersebut rendah atau tidak stabil.

Menurut Cahyanto, dkk (2016) Melakukan Penelitian Yang Berjudul

“Keanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat” Berdasarkan

hasil penelitian yang di dapat, dapat disimpulkan bahwa: Sebanyak 11 jenis

bambu berhasil diinventarisasi dari Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan,

yaitu G. apus, S.silicatum, G. pseudoarundnacea, B. lako, B.blumeana, S.

brachyladum, G. atter, D.asper, D. asper var. thai, Bambusa sp., dan

B.vulgaris. Secara umum, keanekaragaman bambu di kawasan tersebut

tergolong rendah dengan nilai H’ sebesar 0,902164. Ke depannya B.

blumeana dan jenis bambu yang tergolong langka lainnya perlu segera

dikonservasi secara ex situ sehingga mempertahankan keberadaan jenis

tersebut.

Menurut Yani, (2012) Melakukan Penelitian Yang Berjudul

“Keanekaragaman Dan Populasi Bambu Di Desa Talang Pauh Bengkulu


20

Tengah” Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, dapat disimpulkan

bahwa: terdapat sepuluh jenis bambu yang terdiri dari empat marga yaitu,

Gigantochloa scortechinii, G.pseudorundinaceae, G.robusta, G.serik.

G.hasskarliana, Dendrocalamus asper, Bambusa multiplex, B.vulgaris var

vulgaris, B. Glaucescens dan Schizostachyum brachycladum. Populasi bambu

dengan katagori banyak adalah jenis G.scortechinii dan B.multiplex. Populasi

bambu dengan katagori sedikit adalah: G pseudoarundinacea dan B.vulgaris

varvulgaris. Sedangkan populasi bambu dengan katagori sedang adalah:

G.robusta, G.asper, G.Serik, G.hasskarliana, Dendrocalamus asper, B.

Glaucescens, Schizostachyum rachycladum.

Menurut Rini, dkk (2017) Melakukan Penelitian Yang Berjudul “Studi

Jenis Dan Sebaran Bambu Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

(Khdtk) Senaru” Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, dapat

disimpulkan bahwa: terdapat Jenis bambu yang ditemukan di KHDTK Senaru

berjumah 6 jenis, yaitu: bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C),

Santong (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ), kuning (Bambusa vulgaris var.

striata), tali (Gigantolochloa apus Kurz.), petung (Dendrocalamus asper

(Schult. f.) Backer ex Heyne) dan Bilis (Schizostachyum lima (Blanco Merr).

Menurut Putro, dkk (2014) Melakukan Penelitian Yang Berjudul

“Keanekaragaman Jenis Dan Pemanfaatan Bambu Di Desa Lopait Kabupaten

Semarang Jawa Tengah ( Species Diversity And Utility Of Bamboo At Lopait

Village Semarang Regency Central Of Java)” Berdasarkan hasil penelitian

yang di dapat, dapat disimpulkan bahwa: Pada penelitian ini ditemukan 6

jenis bambu di Desa Lopait. Enam jenis bambu yang ditemukan di desa
21

Lopait yaitu : bambu apus (Gigantochloa apus), bambu betung

(Dendrocalamus asper), bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea), bambu

ampel (Bambusa vulgaris), bambu ori (Bambusa arundinaceae), bambu atter

(Gigantochloa atter). Bambu tersebut tumbuh di lahan kebun milik pribadi, di

sekitar tempat tinggal mereka, di pinggir jalan desa dan di pinggir jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai