Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DENDROLOGI

MORFOLOGI BATANG POHON

Disusun oleh:

Diana astuti (C1L022026)


Abd syakur ambia (C1Ll022066)

PRODI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAUHULUAN
A. Latar Belakang
Morfologi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu botani tentang bentuk, susunan
dan struktur dari organ-organ tumbuhan, atau dapat juga dikatakan sebagai ilmu
tentang penampilan (performance) tumbuhan secara utuh. Mengenal tumbuhan tidak
mungkin dan tidak cukup dengan mengetahui bentuk organnya saja, melainkan harus
sekaligus tahu susunan dan strukturnya secara utuh sehingga memberikan gambaran
tentang penampilan tumbuhan tersebut dengan lengkap (Simpson, 2006). Mata kuliah
morfologi tumbuhan merupakan matakuliah wajib dengan bobot sebanyak 2 SKS.
Kajian utama mata kuliah ini mengenai karakter-karakter morfologi tumbuhan, serta
pemahaman terminologi (istilah-istilah ilmiah) dari organ-organ tumbuhan baik
vegetatif maupun generatif. Sedangkan ruang lingkup kajian mata kuliah morfologi
tumbuhan adalah gambaran umum organ tumbuhan, struktur morfologi dan
terminologi serta modifikasi yang ada pada akar, batang dan daun, struktur morfologi
dan terminologi pada bunga, buah dan biji. Tujuan dari perkuliahan morfologi
tumbuhan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami, menerapkan dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang berhubungan dengan ciri, fungsi dan
perkembangan organ pada tumbuhan (Silabus Perkuliahan Morfologi Tumbuhan,
2018) Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting bagi tumbuha
yang berada di atas permukaan tanah. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi
tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Oleh
karena itu untuk mempertahankan fungsinya, batang melakukan berbagai adaptasi
terhadap lingkungan dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Adaptasi setiap tumbuhan
berbeda-beda tergantung kebutuhan dari tumbuhan tersebut. Modifikasi batang
merupakan salah satu jalan tubuh tumbuhan dalam melakukan adaptasi. Artinya
adaptasi dapat dilakukan tumbuhan dengan melakukan modifikasi bagian tubuh
tumbuhan, termasuk batang (Eka, 2011).
Batang bersifat umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan
sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup. Terdiri atas ruas-ruas
yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat
daun. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop
atau heliotrop). Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering
dikatakan, bahwa batang mempunnyai pertumbuhan yang tidak terbatas. Mengadakan
percabangan, dan selama hidupnnya tumbuhan tidak digugurkan. kecuali kadang-
kadang cabang atau ranting yang kecil. Biasanya tidak berwarna hijau, kecuali
tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda
(Azidin, 1986).
Batang berperan dalam menyangga daun dan bunga. Salah satu ciri batang adalah
terdapatnya buku dan ruas. Buku merupakan tempat keluarnya daun atau tunas,
sedangkan ruas adalah jarak diantara dua buku. Batang umumnya tidak berwarna
hijau kecuali batang pada tanaman yang umurnya pendek atau ketika batang masih
muda. Bila dipotong melintang, pada permukaan batang tumbuhan akan terlihat.
biasanya batang digunakan untuk proses percabangan bagian tumbuhan yang terletak
diatas tanah. Namun, ditinjau dari sudut botani, bagian batang yang tumbuh ke udara,
melainkan hanya bagian yang berdaun. Bagian ini dapat dibagi menjadi buku (yaitu
tempat daun melekat) dan ruas (yaitu bagian di antara dua buku). Sebuah penampang
melintang yang dilengkapi dengan penampang membujur melalui ruas muda yang
telah berhenti memanjang, memberikan gambaran yang tepat dari susunan batang
dikotil pada tahap pertumbuhan (Wijaya. 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pohon bajur?
2. Bagaimana pengertian pohon rasamala?
3. Bagaimana pngertian pohon eboni?
4. Bagaimana pngertian Pohon Kayu Mani?
5. Bagaimana pngertian Pohon Matoa?
C. Tujuan
1. Untuk pengetahui pengertian pohon bajur.
2. Untuk pengetahui pohon rasamala.
3. Untuk pengetahui pohon eboni.
4. Untuk pengetahui pohon Kayu Manis.
5. Untuk pengetahui pohon matoa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pohon Bajur
Bajur (Pterospermum javanicum Jungh.) adalah salah satu spesies pohon
penghasil kayu bangunan, namun pemanfaatannya oleh masyarakat desa Sesaot, Lombok
Barat sebagai bahan racikan minuman tradisional untuk mengobati diabetes, mengancam
kelestarian pohon tersebut. Kajian tentang bajur telah dilakukan di desa Sesaot pada 24-
31 April 2012. Kajian dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara dengan tokoh masyarakat setempat dan pelaku pemanfaat bajur. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa keberadaan bajur di habitatnya di Hutan Lindung
Sesaot sudah sangat jarang, hanya ditemukan satu individu tingkat pohon dan satu
individu tingkat tiang dalam 20 plot sampling masing-masing berukuran 40 m x 40 m.
Sementara itu pemanfaatan akar bajur sebagai bahan campuran minuman kesehatan (tuak
bajur) terus meningkat. Bila biasanya hanya terjual di bawah 10 botol (ukuran 600 ml)
per bulan, akhir-akhir ini bisa mencapai 40-50 botol. Kondisi demikian membutuhkan
upaya konservasi bajur agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan baik sebagai bahan
minuman kesehatan tradisional maupun untuk pemanfaatan lainnya. Pterospermum
javanicum Jungh. dikenal dengan Bayur termasuk kelompok famili Sterculiaceae. Bayur
memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembuatan kayu lapis, furnitur, perkapalan, jembatan, pulp dan kertas.
Menurut hidayat (2014) Kayu Bayur termasuk dalam kelas awet IV, sedangkan
menurut Salempa et al. (2014), akar dan kulit Bayur dapat digunakan untuk mengobati
disentri, sakit gigi, bisul dan keseleo. Disamping itu Bayur juga dapat digunakan sebagai
tanaman revegetasi karena Bayur merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang
memerlukan cahaya untuk pertumbuhannya (Martini, 2001). Salah satu faktor yang
menunjang keberhasilan revegetasi adalah ketersediaan bibit yang dapat dihasilkan
melalui perbanyakan vegetatif salah satunya dengan stek pucuk. Stek pucuk adalah
metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas pada media
persemaian sebelum dipindahkan ke lapangan (Mahfudz dan Fauzi, 2006). Stek pucuk
merupakan metoda perbanyakan yang sederhana dan mudah diaplikasikan dengan hasil
yang memuaskan (Noli et al, 2016). Ketersediaan bibit dalam jumlah yang banyak akan
mendukung pelaksanaan revegetasi pada lahan kritis.
B. Pohon Rasamala
Rasamala (Altingia excelsa Noronha) adalah pohon hutan yang dapat tumbuh
sangat tinggi, mencapai 40 hingga 60 meter. Pohon ini bernilai ekonomi karena kayunya
yang kuat dan menghasilkan getah yang berbau harum dan menjadi bahan campuran
pengharum ruangan. Konon, species ini awalnya menyebar dari Himalaya melalui
Burma, menuju Semenanjung Malaysia, Sumatra Sumatra dan Jawa. Di Jawa, pohon ini
hanya ditemukan di bagian barat dengan ketinggian antara 500 dan 1500 m dpl di hutan
bukit dan pegunungan lembab. Sehingga tidak sedikit yang mengatakan bahwa Rasamala
merupakan tanaman lokal Jawa Barat.
Di Sumatera, Rasamala tersebar di Bukit Barisan. Mereka tumbuh secara alami
terutama pada lokasi yang lembab dengan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dan
tanah vulkanik yang subur. Di Indonesia dikenal dengan nama daerah: rasamala, mala,
tulasan dan mandung. Di Birma dipanggil Nantayok, Laos Sop dan Thailand Sop, Hom
serta Sotu. Jenis ini digunakan untuk reboisasi terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Biasanya ditanam pada jarak rapat, karena pohon muda cenderung bercabang jika
mendapat banyak sinar matahari. Pohon Rasamala selalu hijau. Tingginya dapat
mencapai 40-60 m dengan tinggi Bebas cabang 20-35 m. Diameter bisa mencapai hingga
80-150 cm. Kulit kayunya Halus, berwarna abu-abu. Kayunya berwarna merah. Pohon
yang masih muda Bertajuk rapat dan berbentuk pyramid. Bentuk ini berangsur menjadi
bulat seiring bertambahnya umur. Letak daun bergiliran. Bentuknya lonjong dengan
panjang 6 12 cm dan lebar 2,5-5,5 cm. Bentuk khasnya adalah tepi daun yang bergerigi
halus.
C. Pohon Eboni
Eboni {Diospyros celebica Bakh) merupakan Satu di antara jenis-jenis tumbuhan
endemik yang Dijumpai hidup berkelompok di pulau Sulawesi. Mempunyai corak kayu
yang sangat indah yang Tersusun dalam strip hitam dan merah kecoklatan. Karena corak
kayunya yang khas, sangat kuat dan Awet, maka digolongkan ke dalam jenis kayu
Mewah sehingga banyak diminati orang dan merupakan salah satu penyebab
keberadaannya di alam Mulai terbatas. Telah banyak usaha penanaman Kembali
dilakukan pada areal bekas penebangan, Namun tingkat keberhasilan penanaman sangat
Rendah. Kekurangberhasilan tersebut diduga karena Kurangnya pengetahuan tentang
ekologi tempat tumbuh spesies eboni. Eboni dalam kehidupannya tidak dapat hidup
Sendiri sebagai individu atau suatu kelompok Tumbuhan yang terisolasi, namun dalam
perkembangannya akan berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor lingkungan
merupakan suatu kondisi Ekosistem bagi pertumbuhan suatu jenis tumbuhan, Sehingga
lazim dikatakan bahwa perkembangan Suatu jenis tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
Lingkungan tempat tumbuhnya.
Yovita (1993) Mengatakan bahwa, faktor-faktor lingkungan peNunjang
pertumbuhan tanaman antara lain adalah Ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah,
keterSediakan air dan kemiringan lereng. Di Indonesia Eboni ditemui tumbuh secara
alami dan berkelompok yang tersebar di pulau Sulawesi yang termasuk Ke dalam
wilayah Wallacea. Umumnya tumbuh Subur pada tanah yang bersolum dangkal, berbatu
Dan pada kondisi yang berkadar bahan organic Sedang sampai tinggi. Berkaitan dengan
upaya pemulihan dan Konservasi jenis pohon eboni, maka dukungan data Ekologis
berupa kualitas tempat tumbuhnya merupakan pengetahuan dasar dalam pengembangan
Jenis eboni.
D. Pohon Kayu Manis
Tanaman kayu manis yang dikembangkan di Indonesia terutama Adalah
Cinnamomum burmanii B. Dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan
produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii Cassia. Selain itu terdapat
Cinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai Kayu manis Ceylon karena sebagian
besar diproduksi di Srilangka (Ceylon) Dan produknya dikenal sebagai cinnamon. Jenis
kayu manis ini juga Terdapat di Pulau Jawa. Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula
jenis C. Cassia yang terdapat di Cina (Abdullah, 1990). Kulit kayu manis dapat
digunakan langsung dalam bentuk asli atau Bubuk, minyak atsiri dan oleoresin.
Minyak kayu manis dapat diperoleh Dari kulit batang, cabang, ranting dan daun
pohon kayu manis dengan cara Destilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan
cara ekstraksi Kulit kayu manis dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988). Kayu
Manis bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit gangguan Saluran
pencernaan seperti dispepsia, flatulens, diare, dan sebagai Penambah nafsu makan.
Kandungan senyawa aktif biologi yang terdapat Pada kayu manis adalah tanin, flavonoid,
saponin, eugenol, dan minyak Atsiri. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki sifat
antibakteri (Mun’in dan Endang, 2011).
E. Pohon Matoa
Matoa (Pometia pinnata) merupakan salah satu pohon penghasil buah asli Papua,
dengan citarasa yang khas dengan bentuk buah yang mirip buah lengkeng Sehingga
Matoa dikenal masyarakat luar Papua sebagai lengkeng Papua. Dengan Keunggulan
citarasanya tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No.
160/Kpts/SR.120/3/2006, Matoa Papua telah ditetapkan sebagai varitas buah Unggul
yang patut dibudidayakan. Matoa (Pometia pinnata) sebagai jenis pohon Buah lokal
Papua merupakan sumberdaya potensial yang harus dilestarikan dan Ditingkatkan nilai
manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Meskipun Matoa Sudah memberi kontribusi
terhadap pendapatan masyarakat, namun kontribusi Tersebut masih sangat kecil karena
sejauh ini sebagian besar Matoa yang dihasilkan Berasal dari pohon yang tumbuh secara
alami dengan pengelolaan yang masih Sangat minimal.

Untuk meningkatkan peran Matoa dalam peningkatan Kesejahteraan masyarakat


dan sekaligus mempromosikan Matoa sebagai buah Unggulan Papua diperlukan upaya
pembudidayaan Matoa secara intensif sehingga Pohon yang ditanam produktif dengan
buah yang berkualitas. Di Papua dikenal 2 (dua) jenis Matoa, yaitu Matoa Kelapa dan
Matoa Papeda. Ciri yang membedakan Keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya,
Matoa Kelapa dicirikan oleh Daging buah yang kenyal dan mudahterkelupas (nglotok)
seperti rambutan aceh, Diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm.
Sedangkan Matoa Papeda Dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket
dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Dilihat dari jenis warna buahnya, baik Matoa Kelapa
mapun Matoa Papeda dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Matoa merah, kuning, dan
hijau. Di lain pihak, kelezatan buah Matoa yang khas semakin banyak peminatnya,
Bahkan sampai ke luar daerah Papua. Semakin tersedianya sarana transportasi antar
Pulau semakin memudahkan distribusi buah Matoa ke luar Papua. Memperhatikan
Berbagai hal tersebut buah Matoa dinilai cukup potensial untuk dikembangkan dan
Dibudidayakan sebagai buah unggulan lokal Papua. Selain menyediakan alternatif
Sumber pendapatan bagi masyarakat, budidaya juga akan menunjang kelestarian Pohon
Matoa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bajur (Pterospermum javanicum Jungh.) adalah salah satu spesies pohon penghasil
kayu bangunan, namun pemanfaatannya oleh masyarakat desa Sesaot, Lombok Barat
sebagai bahan racikan minuman tradisional untuk mengobati diabetes, mengancam
kelestarian pohon tersebut. Rasamala (Altingia excelsa Noronha) adalah pohon hutan
yang dapat tumbuh sangat tinggi, mencapai 40 hingga 60 meter. Pohon ini bernilai
ekonomi karena kayunya yang kuat dan menghasilkan getah yang berbau harum dan
menjadi bahan campuran pengharum ruangan. Eboni {Diospyros celebica Bakh)
merupakan Satu di antara jenis-jenis tumbuhan endemik yang Dijumpai hidup
berkelompok di pulau Sulawesi. Mempunyai corak kayu yang sangat indah yang
Tersusun dalam strip hitam dan merah kecoklatan. Karena corak kayunya yang khas,
sangat kuat dan Awet, maka digolongkan ke dalam jenis kayu Mewah sehingga
banyak diminati orang dan merupakan salah satu penyebab keberadaannya di alam
Mulai terbatas. Tanaman kayu manis yang dikembangkan di Indonesia terutama
Adalah Cinnamomum burmanii B. Dengan daerah produksinya di Sumatera Barat
dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii Cassia. Matoa
(Pometia pinnata) merupakan salah satu pohon penghasil buah asli Papua, dengan
citarasa yang khas dengan bentuk buah yang mirip buah lengkeng Sehingga Matoa
dikenal masyarakat luar Papua sebagai lengkeng Papua.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai