Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MORFOLOGI TUMBUHAN

MATERI : BATANG (CAULIS)

Oleh :

Nama : M. Syeh Maulana


NIM : 2030801049

Dosen Pengampuh : Ike Apriani, M. Si.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
ABSTRAK

Batang (Caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat penting,


mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang sering
dikatakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan. Batang tumbuh pada titik tumbuh,
yaitu pada meristem apeks (pucuk). Batang berperan sebagai tempat lintasan
makanan hasil fotosintesis yang akan diproduksi oleh daun, sebagian hasil
fotosintesis tersebut dibawa ke seluruh tubuh dan sebagian lagi di simpan pada
batang sebagai cadangan makanan. Jenis dan karakteristik batang pada setiap
tumbuhan sangat berbeda satu sama lain, tergantung pada jenis tumbuhan apa dan
dari kelas mana. Keberagaman jenis batang tersebut menjadi fokus pengamatan
pada praktikum Morfologi Tumbuhan kali ini, yaitu materi mengenai Batang
(Caulis). Pada praktikum ini, digunakan beberapa specimen dari jenis tumbuhan
yang mempunyai karakteristik batang yang berbeda, yaitu tumbuhan dari jenis
lignosus, herbaceous, calmus, dan calamus. Hasil pengamatan akan
didokumentasikan dengan kamera dan kertas putih yang foto-fotonya akan
dilampirkan pada laporan praktikum ini. Pada praktikum kali ini, akan dibahas
juga mengenai jenis batang, bentuk batang, permukaan batang, arah tumbuh
batang, dan percabangan batang.

Keywords: Caulis, Lignosus, Herbaceous, Calmus, dan Calamus.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan penting. Mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang sering
dikatakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan. Batang sebagian besar
tumbuhan terletak di permukaan tanah, namun ada pula batang yang
terdapat di dalam tanah, bahkan ada tumbuhan yang tampak tidak
berbatang (planta acaulis) walaupun sesungguhnya berbatang hanya sangat
pendek sekali sehingga seolah-olah tidak berbatang (Haryani, 2012) dalam
(Riastuti, 2020). Tumbuh-tumbuhan yang tidak berbatang, sesungguhnya
tidak ada, hanya tampaknya saja yang tidak ada. Hal ini disebabkan karena
morfologi batang amat pendek sehingga semua daunnya seakan-akan
keluar dari atas akarnya dan tersusunrapatsatu sama lain, atau karena
batang tumbuhan tersebut bermetamorfosis/berubah bentuk
(Tjitrosoepomo, 2012).
Batang merupakan salah satu bagian penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat
disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang
mempunyai sifat-sifat berikut :
 Umumnya berbentuk panang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
 Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku
dan di situlah terdapat daun.
 Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya matahari atau bersifat
fototrop atau heliotrope.
 Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
 Mengadakan percabangan dan selalu hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
 Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
Batang juga mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut :
 Untuk mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah,
yaitu : daun, bunga, dan buah.
 Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan
bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari
segi kepentingan tumbuhan bagaian-bagian tadi terdapat dalam posisi
yang paling menguntungkan.
 Sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke
atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
 Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan beberapa masalah dari latar belakang di atas, yaitu
sebagai berikut :
1. Bagimana cara mengenal dan membedakan bagian-bagian Batang
(Caulis) dengan bagian-bagian tumbuhannya?
2. Apa itu deskripsi dari morfologi Batang (Caulis)?
3. Apa itu deskripsi dari bagian-bagian Batang (Caulis) pada spesimen
yang akan di amati?
4. Apa saja pengelompokkan jenis batang, permukaan batang, arah
tumbuh batang, percabangan batang, dan arah tumbuh batang pada
spesimen yang akan diamati?

C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Mengenal dan membedakan bagian-bagian Batang (Caulis) dengan
bagian-bagian tumbuhannya.
2. Mendeskripsikan morfologi Batang (Caulis).
3. Mendeskripsikan bagian-bagian Batang (Caulis) pada spesimen yang
akan di amati.
4. Mendeskripsikan pengelompokkan jenis batang, permukaan batang,
arah tumbuh batang, percabangan batang, dan arah tumbuh batang
pada spesimen yang akan diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Batang (Caulis)


Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan
akar dan daun. Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan
rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan
sumbu tubuh tumbuhan (Rosanti, 2013).
Batang tumbuh pada titik tumbuh, yaitu pada meristem apeks
(pucuk). Dari meristem tersebut dihasilkan pula bakal daun yang mula-
mula berbentuk tonjolan, kemudian berkembang lebih cepat dari ujung
batang itu sendiri, sehingga bakal daun menutupi meristem apeks
(Kusdianti, 2013).
Batang merupakan organ tempat lintasan makanan hasil
fotosintesis yang diproduksi oleh daun, sebagian hasil fotosintesis tersebut
dibawa ke seluruh tubuh dan sebagian lagi di simpan pada batang sebagai
cadangan makanan (Idarianawaty, 2011).

B. Karakteristik Batang
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan, ada di
antarannya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang
tampaknya tidak berbatang, oleh sebab itu kita membedakannya menjadi :
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis) tumbuhan yang
benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja
tidak ada. Hal ini di sebabkan karena batang amat pendek, sehingga
daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun
rapat satu sama lain merupakan suatu roset (rosula), seperti pada lobak
(Raphanus sativus L.) dan sawi (Brassica juncea L.) . Tumbuhan ini
akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga dari
tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat
dengan daun-daun yang jarang- jarang.
2. Tumbuhan yang jelas berbatang
Batang tumbuhan yang jelas berbatang dapat dibedakan seperti
berikut ini :
a. Batang basah (herbaceous), yaitu batang yang lunak dan berair,
misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L. ), dan krokot
(Portulaca oleracea L. ).
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-
pohon (arbores) dan semak-semak (flutices) pada umumnya.
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan
bercabang jauh dari permukaan tanah, sedangkan Semak adalah
tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, atau malahan
dalam tanah. Misalnya pohon mangga (Mangifera indica L.), semak ;
sidaguri (Sida rhombifolla L.).
c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai
ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi
(Orzya sativa L).
d. Batang mendong (calamus), batang rumput tetapi mempunyai ruas-
ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis
globulosa kunth.), wlingi (Actinoscirpus grossus L.) dan tumbuhan
sebangsa teki (cyperaceae).

C. Bentuk Batang
Menurut Tjitrosoepomo (1989), Dilihat dari sudut bentuk
penampang melintangnya dibedakan menjadi macam-macam bentuk
batang, yaitu sebagai berikut :
a) Bulat (teres), misalnya bambu (Bambusa sp), kelapa (Cocos nucifera
L).
b) Bersegi (angularis), dalam hal ini ada kemungkinan :
 Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang teki (Cyperus
rotundus).
 Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisa (Passiflora
quadrangularis L.), iler (Coleus scutellarioides Benth.).
c) Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih
tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian di namakan :
 Filokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai
pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia
platyclada Meissn.).
 Kladodia (cladodium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan
perkecabangan, misalnya kaktus (Opuntia vulgaris Mill.).

D. Permukaan Batang
Menurut Tjitrosoepomo (1989), Permukaan batang dapat
dibedakan menjadi :
a. Licin (laevis), misalnya pada jagung (Zea mays L.).
b. Berusuk (costatus), jika pada permukaan terdapat rigi-rigi yang
membujur, misalnya iler (Coleus scutellarioides Benth.).
c. Beralur (sulcatus). Jika membujur batang terdapat alur-alur yang
jelas, misalnya pada Cereus perivianus L.
d. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada
sudut-sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi
(Dioscorea alata L.) dan markisa (Passiflora quadrangularis). Selain
dari itu permukaan batang dapat dilihat pula menjadi :
e. Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana
tabacum L.).
f. Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp.).
g. Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya (Carica
papaya L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.).
h. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misalnya : nangka
(Artocarpus integra Merr.) dan keluwih (Artocarpus communis Forst.)
i. Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon (Albizzia
stipulate Bolv.).
j. Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang
mati) seperti terlihat pada jambu biji (Psidium guanjava L.) dan pohon
kayu putih (Melaleuca leucadendron L.).

E. Arah Tumbuh Batang


Menurut Tjitrosoepomo (1989), Arah tumbuh batang yang sering
dijumpai adalah sebagai berikut :
a. Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya
papaya (Carica papaya L.).
b. Menggantung (dependens pendulus), ini tentu saja hanya mungkin
untuk tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi
jurang, misalnya Zebrine pendula schnitzel atau tumbuh-tumbuhan
yang hidup di atas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek
(Orchidaceae).
c. Berbaring (himifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja sedikit membengkok ke atas, misalnya pada
semangka (Citrullus vulgaria schrad).
d. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring, tetapi dari buku-
bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea batatas
Poir.).
e. Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti
hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,
misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi
ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah , misalnya pada bunga
matahari (Helianthus annuus L.).
g. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan
menggunakan penunjang, penunjang dapat berupa benda mati ataupun
tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunkan alat-
h. alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya
dengan :
 Akar pelekat, contohnya sirih (Piper betle L).
 Akar pembelit, misalnya panili (Vanilla planifolia andr ).
 Cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera L)
 Daun pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang
(Gloriosa superba L).
 Tangkai pembelit, misalnya pada kapri (Pisum sativum L).
 Duri, misalnya mawar (Rosa sp), bugenvil (Bougainvillea
spectabillis wild)
 Duri daun, misalnya rotan (Calamus caesius).
 Kait, misalnya gambir (Uncaria gambir roxb).
i. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan
penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak
dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik
dengan melilit penunjangnya. Menurut arah melilitnya, dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Membelit ke kiri (sinistrorsum volibilis), jika dilihat dari atas arah
belitan berlawanan dengan arah putaran jarum jam dapat pula
dikatakan demikian : jika kita mengikuti jalannya batang yang
membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah kiri kita. Batang
yang membelit ke kiri, misalnya pada kembang telang (Clitoria
ternatea L.).
2. Membelit ke kanan (dextrorsum volubillis), jika arah belitannya
sama dengan arah gerakan jarum jam, atau jika mengikuti arah belitan
penunjang akan selalu di sebelah kanan kita, batang tumbuhan yang
membelit ke kanan tidak banyak di temukan, contoh : Gadung
(Dioscorea hispida Dennst.).
F. Percabangan pada Batang
Menurut Tjitrosoepomo (1989), Cara percabangan pada batang ada
3 macam, yaitu sebagai berikut :
a. Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak
jelas. Karena lebih besar dan lebih panjang atau lebih cepat
pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya, misalnya pada pohon
cemara (Casuaria equisetifolia L.).
b. Cara percabangan simpodial, yaitu jika batang pokok sukar
ditentukan, dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu
menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya, misalnya pada
Sawo Manila (Archas zapota L.).
c. Cara percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu jika batang setiap
kali menjadi dua cabang yang sama besarnya, misalnya pada paku
Andam (Gleichena linearis Clarke).
Berdasarkan macam-macam sifatnya, cabang-cabang dapat
dibedakan menjadi seperti di bawah ini :
a. Geragih (fllagelium stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang
tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan
ke bawah tumbuh akar-akar. Cabang ini dibedakan menjadi 2 macam :
1. Merayap di atas tanah, misalnya pada tanaman kaki kuda
(Centella asiatica Urb.) dan arbe (Frangraria vesca L.).
2. Merayap di bawah tanah, misalnya tanaman sebangsa teki
(Cyperus rotundus L.) dan kentang (Solanum tuberosum L.).
b. Wiwilan atau Tunas Air (virga singularis), yaitu cabang yang biasnya
tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal
dari kuncup yang tidur dan kuncup-kuncup liar seringkali terdapat
pada kopi (Coffea sp.) dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
c. Sirung panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya
merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang
cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah
dihasillakan bunga, oleh sebab itu sering di sebut cabang yang mandul
(steril).
d. Sirung pendek (virgule atau virgule sucrescens), yaitu cabang-cabang
kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya
merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat
menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut
cabang yang subur (fertil).

G. Arah Tumbuh Cabang


Menurut Tjitrosoepomo (1989), Umumnya orang membedakan
arah tumbuh cabang seperti berikut :
a. Tegak (fastigiatus), yaitu jika sudut antara batang dan cabang amat
kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja
sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang
pokoknya, misalnya wiwilan pada kopi (Coffea sp.).
b. Condong ke atas (patens), jika cabang dengan batang pokok
membentuk sudut kurang lebih dari 45 derajat, misalnya pada pohon
cemara (Casuarina equisetifolia L.).
c. Mendatar (horinzotalis), jika cabang dengan batang pokok
membentuk sudut sebesar kurang lebih 90 derajat, misalnya pada
pohon randu (Ceiba pentadra Gaertn.).
d. Terkulai (declinatus), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi
ujungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta (Coffea
robusta Lindl.).
e. Bergantung (pendulus), cabang-cabang yang tumbuhnya ke bawah,
misalnya cabang-cabang tertentu pada salix.
H. Umur Batang
Menurut Tjitrosoepomo (1989), panjang atau pendeknya umur
batang dapat dibedakan menjadi :
a. Tumbuhan annual (annuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,
umumnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat
mencapai umur satu tahun. Misalnya pada tumbuhan jagung (Zea
mays L.), kedelai (Soja max piper), kacang tanah (Arachis hypogea L.).
b. Tumbuhan bienal atau dua tahun (biennis), yaitu tumbuhan yang
untuk hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan
baru) memerlukan waktu dua tahun. Misalnya pada biet (Beta vulgaris
L.) dan Digitalis (Digitalis purpurea L.).
c. Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu tumbuhan yang
dapat mencapai umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan
ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan tahun. Misalnya pada
empon-empon (Zingiberaceae).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan Praktikum Morfologi Tumbuhan tentang
Batang (Caulis) ini yang dilaksanakan pada tanggal 27 April 2021 yang
dilakukan secara daring (online) dari masing-masing rumah
mahasiswa/mahasiswi. Sebelum praktikum, telah dijelaskan terlebih
dahulu mengenai pelaksanan praktikum via Zoom Meeting oleh Dosen
Pengampu Mata Kuliah Praktikum Morfologi Tumbuhan, Ibu Ike Apriani,
M. Si.

B. Alat dan Bahan


Alat : Kamera, Lembar Kerja, dan Pisau Cutter.
Bahan : Coleus scutellarioides Benth., Bougainvillea spectabilis Willd.,
Sataria magna, dan Actinoscirpus grossus.

C. Prosedur Kerja
Adapun beberapa Langkah Kerja yang harus diperhatikan pada saat
praktikum, yaitu sebagai berikut :
1. Tentukan tanaman yang akan digunakan sebanyak 4 spesies yang
terdiri dari 1 spesies tanaman berkayu (lignosus), 1 spesies tanaman
batang basah (herbaceous), 1 spesies batang rumput (calmus), dan 1
spesies berbatang mendong (calamus). Tentukan jenis/spesiesnya
kemudian cari literatur mengenai klasifikasi tumbuhan tersebut.
2. Ambil sebuah tanaman utuh (tanaman lignosus, herbaceous, calmus,
dan calamus), kemudian foto tanaman tersebut dengan posisi batang
yang jelas sehingga dapat menjelaskan jenis batang, arah tumbuh
batang dan percabangan batang. Kemudian pindahkan foto tersebut
pada lembar Ms. word dan beri keterangan bagian-bagian tumbuhan
3. tersebut. Deskripsikan apakah batang tersebut termasuk lignosus,
herbaceous, calmus, atau calamus? Deskripsikan arah tumbuh batang
dan percabangan batang!
4. Ambil foto yang dapat menunjukkan bentuk batang dan permukaan
batang kemudian mendeskripsikan bentuk dan permukaan batang
tersebut!
5. Deskripsikan masing-masing foto tumbuhan tersebut!
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tumbuhan Iler (Coleus scutellarioides Benth.)


Tanaman iler merupakan tumbuhan semak herba tegak dan
merayap, tinggi 30-150 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang
batangnya mudah patah. Daun tunggal, helaian daun berbentuk hati,
pangkal membalut, atau melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap
tepinya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis yang bersambungan. Permukaan
daun agak mengkilap, berambut halus, panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm,
berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Tulang daun menyirip
berupa alur, ujung meruncing dan didukung tangkai daun dengan panjang
3-4 cm. Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada
masingmasing sisinya, berambut, percabangan banyak, berwarna ungu
kemerahan (Emerensiana, 2018).

A)_Virga
singularis
B)_Lamina
Daun
C)_Petiolus

D) Caulis

Gambar 1. Morfologi Tumbuhan Iler


(Coleus scutellarioides Benth.)
Klasifikasi dari tanaman iler (Coleus scutellarioides Benth.) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus scutellarioides L. Benth.

A) Percabangan
Batang (Patens)

B) Caulis berbentuk
quadrangularis

Gambar 2. Morfologi Batang pada Tumbuhan


Iler (Coleus scutellarioides Benth.)
Berdasarkan hasil pengamatan saya, batang Tumbuhan Iler
mempunyai bentuk bersegi (angularis), lebih tepatnya berbentuk segi
empat (quadrangularis). Tumbuhan Iler termasuk dalam kelompok
tumbuhan yang memiliki batang basah (herbaceous), karena nampak
sifatnya berair dan batangnya yang lunak. Tumbuhan Iler juga mempunyai
arah tumbuh batang yang condong ke atas (ascendens). Arah tumbuh
cabang batangnya condong ke atas (patens).
B. Tumbuhan Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.)
Di Indonesia terdapat banyak jenis tanaman tropis, salah satunya
yaitu tanaman bugenvil atau kembang kertas. Tanaman bugenvil memiliki
ragam varietas yang cukup banyak, namun tanaman bugenvil
dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu Bougainvillea spectabilis
Willd., speciosa, glabra chois, dan variegata. Daun-daun dari tanaman
bugenvil tumbuh rimbun secara tunggal, berbentuk seperti jantung hati
yang dasarnya bulat dengan berbagai warna seperti hijau-tua, hijau putih,
dan hijau bercampur kuning-kuningan (Anggani dan Sri, 2013).
Bunga bugenvil / bunga kertas merupakan tanaman yang terdiri
dari daun, bunga, batang, dan akar. Pada bagian akar, memiliki cirinya
tunggang, tumbuh secara vertikal, berserabut dan melebar, akar ini bisa
menembus media tanah mencapai ke dalam sekitar 50 – 80 cm, pada
bagian daun berupa bulat oval memanjang dengan panjang 1 – 4 cm,
bagian tepi permukaan daun rata, pertulangan menyirip antara 3 – 5
bahkan lebih, daun berwarna kehijauan muda hingga tua, daun tanaman ini
juga memiliki pertangkaian pendek dengan panjang 0,5 – 1 cm berwarna
kecoklatan muda, pada bagian batang bunga kertas perdu, tegak lurus
mencapai ketinggian 2 – 3 m, dengan permukaan batang halus hingga
kasar, berwarna kecoklatan dan ada beberapa batang juga berkayu,
berbentuk bulat memanjang dan berduri kecil serta memiliki percabangan
banyak, pada bagian bunga kertas merupakan bunga yang tidak lengkap,
yang terdiri dari beberapa macam diantaranya tangkai, tenda bunga, kepala
putik, tangkai putik, benang sari dan tangkai sari. Bunga ini biasanya
muncul pada ketiak daun, dengan berbentuk majemuk atau payung yang
tersusun, bunga kertas ini juga tersusun dalam anakan payung yang
bertangkai dengan jumlah 1 – 7 anakan, setiap anakan memiliki 3 bunga.
Pada umumnya, bunga kertas ini memiliki warna yang sangat beragam,
mulai dari putih, merah mudah dan tua, jingga, ungu dan lainnya (Van
Steenis et al, 2005).
A)_Stamen
B)_Daun
Pemikat
C)_Lamina
D)_Petiolus
E)_Caulis

Gambar 3. Morfologi Tumbuhan Bugenvil


(Bougainvillea spectabilis Willd.)
Klasifikasi dari tanaman bugenvil (Bougainvillea spectabilis
Willd.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Apetalae / Monochlamydeae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea spectabilis Willd. (Tjitrosoepomo, 2007).
A)_Percabangan
Monopodial

B)_Arah
Tumbuh
Scandens

C)_Spina

Gambar 4. Morfologi Batang pada Tumbuhan


Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.)
Berdasarkan hasil pengamatan saya, batang Tumbuhan Bugenvil
berbentuk bulat (teres) dan kaku. Tumbuhan Bugenvil termasuk dalam
kelompok tumbuhan yang memiliki batang kayu (lignosus), karena
nampak sifatnya kuat dan batangnya yang keras. Tumbuhan Bugenvil juga
mempunyai arah tumbuh batang yang memanjat (scandens). Tumbuhan
Bugenvil memiliki percabangan batang yang monopodial (batang pokok
kelihatan dengan jelas).

C. Rumput Setaria (Sataria magna)


Rumput setaria merupakan salah satu rumput hijauan yang
biasanya digunakan untuk pakan ternak, terutamanya ternak ruminansia
seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan juga lainnya. Rumput setaria ini
berasal dari dari Afrika tropik, dan menyebar luas ke berbagai wilayah
dengan cepat. Selain itu, rumput ini memiliki siklus hidup parenial dan
juga dapat berkembangbiak dengan cepat curah hujan 750 – 100 mm/
tahun dan juga dengan ketinggian 1.000 – 3.000 mdpl (Saharudin, 2019).

A)_Lamina

B)_Petiolus

C)_Caulis

D)_Radix

Gambar 5. Morfologi Rumput Setaria (Sataria magna)


Klasifikasi dari rumput setaria (Sataria magna) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Kelas : Spermatophyta
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Setaria
Spesies : Setaria sphacelata

A)_Percabangan
declinatus

B)_Arah
Tumbuh nutans
Monopodial

Gambar 6. Morfologi Batang Rumput Setaria


(Sataria magna)
Berdasarkan hasil pengamatan saya, batang Rumput Setaria
berbentuk bulat (teres). Rumput Setaria termasuk dalam kelompok
tumbuhan yang memiliki batang rumput (calmus), karena nampak sifatnya
berongga dan batangnya yang tidak keras. Rumput Setaria juga
mempunyai arah tumbuh batang yang mengangguk (nutans). Arah tumbuh
cabang batangnya cenderung terkulai (declinatus).
D. Rumput Wlingi (Actinoscirpus grossus)
Actinoscirpus grossus L. atau biasa di kenal dengan mensiang atau
rumput wlingi merupakan satu dari banyak jenis rumput-rumputan yang
ada di Indonesia. Mensiang terdapat melimpah di lokasi yang terendam air
atau rawa, kolam, selokan, sawah, dari permukaan laut sampai ketinggian
900 m. Di Indonesia, mensiang dianggap sebagai gulma di sawah dimana
hal ini dapat dikontrol secara manual dengan cara pembajakan atau dengan
herbisida. Mensiang biasa digunakan untuk memproduksi tikar atau tas
yang memiliki tekstur yang kuat dan tahan lama namun harga yang murah.
Pengolahan pasca panen dari mensiang adalah dengan mengambil batang
tumbuhan, dikeringkan dibawah sinar matahari, dan dilakukan proses
selanjutnya untuk pembuatan produk (Brink, 2016).

A)_Flos

B)_Lamina

C)_Petioulus

Gambar 7. Morfologi Rumput Wlingi


(Actinoscirpus grossus)
Klasifikasi dari rumput wlingi (Actinoscirpus grossus) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Actinoscirpus
Spesies : Actinoscirpus grossus L.

A)_Lamina

B)_Percabangan
patens

C)_Arah tumbuh
erectus

D)_Radix

Gambar 8. Morfologi Batang Rumput


Wlingi (Actinoscirpus grossus)
Berdasarkan hasil pengamatan saya, batang Rumput Wlingi
mempunyai bentuk bersegi (angularis), lebih tepatnya bersegi tiga
(triangularis). Rumput Wlingi termasuk dalam kelompok tumbuhan yang
memiliki batang mendong (calamus), karena nampak sifatnya seperti
rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang. Rumput Wlingi
juga mempunyai arah tumbuh batang yang tegak lurus (erectus). Arah
tumbuh cabang batangnya cenderung condong ke atas (patens), yang
membentuk sudut kurang lebih 45º.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum struktur morfologi
batang, dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut :
1. Pada hasil pengamatan Tumbuhan Iler (Coleus scutellarioides
Benth.), dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut :
 Tumbuhan yang berbatang basah (herbaceous).
 Bentuk batang segi empat (quadrangularis).
 Memiliki permukaan batang yang berusuk (costatus).
 Arah tumbuh batang yang serong atau condong ke atas
(ascendens).
 Percabangan batang yang simpodial (cabang bisa saja lebih besar
daripada batang pokok)
 Bercabang dengan tunas air (virga singularis).
 Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens), yang membentuk
sudut kurang lebih 45º.
2. Pada hasil pengamatan Tumbuhan Bugenvil atau Bunga Kertas
(Bougainvillea spectabilis), dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Tumbuhan yang berbatang kayu (lignosus).
 Bentuk batang bulat (teres).
 Memiliki permukaan batang yang berduri (spinosus).
 Arah tumbuh batang yang memanjat (scandens).
 Percabangan batang yang monopodial (batang pokok kelihatan
dengan jelas).
 Bercabang dengan duri (spina).
 Arah tumbuh cabang mendatar (horizontalis), yang membentuk
sudut kurang lebih 90º.
3. Pada hasil pengamatan Tumbuhan Rumput Setaria (Sataria magna),
dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut :
 Tumbuhan yang berbatang rumput (calmus).
 Bentuk batang bulat (teres).
 Memiliki permukaan batang yang bersayap (alatus).
 Arah tumbuh batang yang mengangguk (nutans).
 Percabangan batang yang simpodial (cabang bisa saja lebih besar
daripada batang pokok).
 Bercabang dengan geragih (flagellum / stolo).
 Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens), yang membentuk
sudut kurang lebih 45º.
4. Pada hasil pengamatan Tumbuhan Rumput Wlingi (Actinoscirpus
grossus), dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut :
 Tumbuhan yang berbatang mendong (calamus).
 Bentuk batang bersegi tiga (triangularis).
 Memiliki permukaan batang yang licin (laevis).
 Arah tumbuh batang yang serong atau condong ke atas
(ascendens).
 Percabangan batang yang simpodial (cabang bisa saja lebih besar
daripada batang pokok)
 Bercabang dengan geragih (flagellum / stolo).
 Arah tumbuh cabang condong ke atas (patens), yang membentuk
sudut kurang lebih 45º.
B. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum, hendaknya dilakukan dengan
sangat teliti karena sulit untuk membedakan bagian-bagian dari suatu jenis
batang dan setiap mahasiswa hendaknya mempunyai buku atau junal
rujukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelompokkan suatu batang.
Oleh karena itu, kemungkinan terjadi kekeliruan penamaan karena hampir
mempunyai kesamaan yang mengakibatkan kesalahan dalam pembuatan
laporan praktikum ini. Untuk pengambilan foto juga harus berfokus pada
pokok materi yaitu materi batang (caulis).
DAFTAR PUSTAKA

Emerensiana, Monika . 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Iler
(Coleus Scutellarioides L. Benth) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus. Kupang : Poltekkes Kemenkes Kupang. ← KTI

Brink, M., Ramolemana, G.M., Sibuga, K.P. 2016. In : Brink M, Belay G, editors.
Vigna subterranea (L.) Verdcourt. Plant Resources of Tropical African
Cereals and Pulses ; Wagenigen, Netherlands. Wagenigen (NL) : PROTA
Foundation. ← Jurnal Internasional

Haryani, T.S. 2012. Organo Nutritivum (Daun, Batang dan Akar).


http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEBI4312-
M1.pdf. Retrieved 18 Mei 2020. ← Artikel

Idarianawaty. 2011. Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. http://idarianawaty


.files.wordpress.com/2011/07/struktur-fungsi-organ-tumbuhan-pdf.pdf.
Diakses tanggal 16 Mei 2021. ← Artikel

Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. http://file.upi.edu/Direktori/


FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032-
R._KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf. Diakses pada tanggal 17 Mei
2021. ← Artikel

Riastuti, Reny Dwi, dkk. 2020. Keragaman Morfologi Modifikasi Batang (Caulis)
di Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Lubuklinggau. Jurnal Biosilampari :
Jurnal Biologi 2(2) : 67-73. ← Jurnal

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga. ← Buku


Saharuddin. 2019. Identifikasi Gulma Air di Sepanjang Aliran Sungai di Desa
Lambur Luar Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jambi : UIN Sultan Thaha
Saifuddin. ← Skripsi

Tjitrosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Fakultas Biologi : Universitas


Gadjah Mada : UGM PRESS. ← Buku

Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum : Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.


Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. ← Buku

Tjitrosoepomo, G. 2012. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press. ← Buku

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press. ← Buku
LAMPIRAN

Gambar 9. Tumbuhan Iler Gambar 10. Tumbuhan Bugenvil


(Coleus scutellarioides Benth.) (Bougainvillea spectabilis Willd.)

Gambar 11. Rumput Setaria Gambar 12. Rumput Wlingi


(Sataria magna) (Actinoscirpus grossus)

Anda mungkin juga menyukai