Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

DAUN

Di Susuh Oleh:

1. M Insanul Adi P (1710211002)


2. Dwi Indah Prihastuti (1710211010)
3. Khoiriyah (1710211008)
4. Novie Nuraini (1710211016)
5. Risky Zahiroh Layali (1710211026)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita, sehingga tugas makalah tentang “Daun” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran
bagi kita.

Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan juga kami kutip
dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi dari makalah
ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah
ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................

A. Pengertian Daun .............................................................................................


B. Perkembangan Daun ......................................................................................
C. Struktur Penyusun Daun ................................................................................
a. Struktur Jaringan Luar Daun ....................................................................
b. Tepian Daun .............................................................................................
c. Daun Tunggal dan Daun Majemuk ..........................................................
d. Pertulangan daun ......................................................................................
e. Struktur Jaringan Dalam Daun.................................................................
f. Proses Menutup dan Membuka Stomata Daun ........................................
g. Jenis Daun Terhadap Adaptasi Lingkungan ...........................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang sangat penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya tumbuh dari
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian
batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang dan
tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun
(axilla), umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki
pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan
antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua
kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat
dengan jelas pada daun yang gugur). Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan
dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi
energi kimia.
Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi dan
peran penting untuk melangsugkan kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan itu sendiri.
Ciri khas dari daun, pada umumnya berwarna hijau bentuk dari daun bagian besar adalah
melebar, memiliki zat klorofil yang berguna untuk membantu proses fotosintesis. Daun
juga mempunyai mempunyai bagian-bagian yang berperan penting untuk membantu
proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah di pelajari dan di pahami secara mendalam,
maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada tumbuhan. Sehingga secara
tidak langsung manusia juga dapat mengetahui batapa penting dan gunanya tumbuh-
tumbuhan dalam hidup. Pada lingkungan iformal manusia secara umum mengetahui
bentuk dari daun, namun pada lingkungan ini manusia tidak mengetahui dan mengenal
daun secar spesifik.Tapi pada lingkungan formal, manusia dapat mengenal dan
mengetahui pentingnya daun pada tumbuhan secar spesifik, sehingga proses pembelajaran
dari setiap lembaga formal yang time scedokan, harus banyak mengarah pada kagiatan
penelitian dan praktikum sehingga proses pedalaman materi pada bidang-bidang tertentu
selalu ada.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN DAUN


Daun sebenarnya adalah batang yang telah mengalami modifikasi yang kemudian
berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel dan jaringan seperti yang terdapat pada
batang. Perbedaannya, batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, sedangkan
daun mempunyai pertumbuhan terbatas, yang segera berhenti tumbuh, berfungsi untuk
beberapa musim lalu gugur (Tjitrosomo, 1983). Daun umumnya berbentuk pipih melebar
dan berwarna hijau, tetapi beberapa daun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus
dan berbentuk sisik atau duri seperti pada kaktus (Idarianawaty, 2011).
Organ pembuat makanan ini berbentuk pipih lebar, agar dapat melaksanakantugas
utamanya, yaitu fotosintesis. Bagian daun yang menempel pada batang disebut pangkal
daun. Daun dapat mempunyai tangkai daun (petioles) atau tidak. Daun tanpa tangkai ini
disebut daun duduk (sessilis). Bagian yang pipih lebar disebut helaian daun (lamina).
Pada tanaman monokotil pangkal daun pipih lebar dan membungkus batangnya. Bagian
ini disebut pelepah daun. Contohnya terdapat pada pisang, rumput, tebu. Pada tumbuhan
dikotil pangkal daun sering membengkak dan diapit oleh dua helai daun kecil yang
biasanya lekas tanggal sehingga hanya tinggal bekasnya pada batang. Daun kecilini
disebut daun penumpu (stipula). Pada ercis daun penumpu lebar dan membantu dalam
fotosintesis (Tjitrosomo, 1983).
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa
dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk
daun tersebut biasanya dugunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu
benda. Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk
yang beraneka ragam (Kusdianti,2013).
Helaian daun ditopang oleh rangka daun yang disusun oleh tulang daun.tulang
daun mengandung jaringan pembuluh (xilem dan floem) yang menyalurkan air ke daun
dan hasil-hasil fotosintesis dari daun. Sistem pertulangan daun ada tiga tipe pertulangan
sejajar pada tumbuhan monokotil, pertulangan bersisip pada tumbuhan dikotil, dan
pertulangan dikotom pada paku-pakuan(Tjitrosomo, 1983).Berdasarkan susunan
daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah
daun yang memiliki satu daun pada setiap tangkainya, sedangkan daun majemuk adalah
daun yang memiliki beberapa (lebih dari satu) daun pada satu tangkainya (Idarianawaty,
2011). Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang
sama dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan
anak daun dari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di
bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal
dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu: (Kusdianti, 2011).
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun
dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,sedangkan
anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang

2.2 PERKEMBANGAN DAUN


Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks.
Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika
primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua) telah
melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri.
Interval waktu antara pembentukan primordial daun sebelumnya dengan primordial daun
berikutnya pada meristem apeks disebut plastokron.Primordial daun pada tumbuhan
dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil daridiameter meristem apeks pucuk,
sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daunterbentuk dan berkembang pada
sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk
seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampakseperti kerah baju yang menutupi
seluruh apek pucuk. Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara
berangsur-angsur sehinggamencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran
daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan
ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun,
sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan terbentuknya
bentuk-bentuk daunyang berbeda. Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem
daun menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi
sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi
bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi
tersebut terbatashanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang
berbagimenyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat
tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel. Selain itu,
adanyakematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung
juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah
yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk
geometri daun yang berbeda-beda.
2.3 STRUKTUR JARINGAN PENYUSUN DAUN
Daun berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun ditopang oleh tangkai
daun. Tangkai daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang daun bercabang-cabang
membentuk jaring jaring pembuluh angkut. Struktur daun dibedakan atas struktur luar
dan struktur dalam.
A. Struktur Jaringan luar Daun
Secara morfologi daun terdiri dari:
1. Helaian daun (lamina).
2. Tangkai daun (petiolus), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut
pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai
daun, misalnya rumput.
3. Pelepah daun (folius), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar
serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah
daun talas.

Gambar 1. Struktur luar daun.


Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari
yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar pada palm.
Sekalipun bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian basal yang berkembang menjadi pelepah (vagina),
tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun yang memiliki ketiga
bagian tersebut dinamakan daun lengkap. Pada sebagian besar tumbuhan, daun
hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai dan
helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang
demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap. Pada sebagian besar tumbuhan,
daun hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai
dan helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang
demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap.
Pada bagian basal petiolus terdapat bagian yang membengkak. Bagian ini
disebut sebagai sendi daun (pulvinus). Pulvinus dapat merupakan engsel bagi
pergerakan daun (terutama pada daun majemuk). Pergerakan ini dipengaruhi kadar
air dalam pulvinus. Pada bagian pangkal pulvinus, yaitu bagian yang melekat pada
batang, terdapat lapisan-lapisan sel yang dapat mengalami perubahan struktur
dinding sel, terutama ketika daun mengalami penuaan. Lapisan sel-sel ini disebut
sebagai lapisan absisi. Adanya lapisan absisi ini memungkinkan daun untuk lepas
dari tampat perlekatannya ketika daun telah mengalami penuaan (pelajari
pembentukan lapisan absisi secara anatomi).Selain bagian-bagian di atas, pada
beberapa tumbuhan ditemukan adanya bagian-bagian tambahan, seperti daun
penumpu (stipula), selaput bumbung (ochrea) dan lidah daun (ligula). Stipula
terdapat pada pangkal tangkai daun dan berguna untuk melindungi daun ketika
masih muda. Ochrea melekat pada bagian atas tempat perlekatan daun dan
biasanya menyelubungi ruas batang, sedangkan ligula terdapat di antara vagina
dan lamina. Ligula umum ditemukan pada Graminae.

Bagian-bagian daun secara spesifik terdiri dari:


1. Helaian, apeks dan basal
a. Bentuk helaian daun
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya
tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk
menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-kata yang
umum untuk menyatakan bentuk suatu benda.Pada umumnya, istilah untuk
menyatakan bentuk suatu benda selalu dihubungkan dengan bentuk dua
dimensi (two-dimensional shape) dari benda tersebut dan sebagian besar
didasarkan pada rasioa panjang terhadap lebar (indeks). Selain itu, dalam
menyatakan suatu bentuk, letak bagian yang terlebar perlu diperhatikan.
Apakah bagian terlebar tersebut berada di bawah bagian tengah, di bagian
tengah atau di atas. Dalam menyatakan bentuk suatu daun, selain
memperhatikan indeks dan letak bagian yang terlebar, dapat pula
digunakan bentuk persamaan dengan benda-benda lainnya, seperti bentuk
tombak, panah, dan sebagainya.
2. Apeks dan pangkal
Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan
bentuk yang beraneka ragam. Bentuk apeks daun yang sering dijumpai antara
lain runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat
(rotundus), rompang (truncarus), terbelah (retusus) dan berduri (mucronatus).
Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan bentuk apeks daun pada
umumnya dapat digunakanuntuk menyatakan bentuk pangkal daun. Namun,
pada beberapa tumbuhan, bentuk bentuk pangkal daun berkaitan erat dengan
pelekatan daun tersebut terhadap batangnya.

Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya
daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun
disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu. Pada lembaran
permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Fungsi tulang daun adalah:
1. Memberi kekuatan pada daun seperti tulang manusia dan hewan, karena itu seluruh
tulang-tulang pada daun disebut rangka daun (sceleton).
2. Sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat yaitu:
a. Jalan pengangkutan zat-zat yang diambil tumbuhan dari tanah, berupa air dan
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
b. Jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari daun (tempat pembuatannya) ke
bagian-bagian lain yang memerlukan zat tersebut.
B. Tepian Daun
Bentuk, perbandingan dan struktur dari bagian-bagian daun, khususnya
helaian daun (lamina) sangat bervariasi, baik diantara daun dari spesies yang
berbeda maupun diantara daun dalam satu spesies (khususnya daun-daun pada
kecambah dengan daun-daun pasca-kecambah). Pada daun tunggal atau anak daun
dari daun majemuk, helaian daun dapat bertepi rata (integer/entire) atau bertoreh.
Daun-daun dengan tepi bertoreh, torehan dapat dangkal atau dapat pula besar dan
dalam . Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan merubah bentuk
secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam dapat
mempengaruhi bentuk daun tersebut. Torehan yang besar dan dalam tersebut
biasanya mengikuti pola pertulangannya (menyirip atau menjari).
Daun-daun dengan repi torehan dangkal, bentuknya dapat bergigi
(dentatus), bergerigi (seratus), bergerigi ganda (biseratus), beringgit (crenatus),
dan berombak (repandus). Untuk daun dengan helaian yang bertoreh dalam dapat
berlekuk (lobatus/lobus) bila torehan tersebut dalamnya kuran dari setengah
panjang tulang daun, bercangap (fissus/fidus) bila torehannya mencapai setengah
panjang tulang daun, atau berbagi (partitus) bila torehannya melebihi setengah
panjang tulang daun. Karena terbentuknya torehan (sinus) selalu mengikuti pola
pertulangan daun, maka istilah yang digunakan untuk menamakan tepi daun yang
bertoreh dalam ini merupakan kombinasi antara sifat torehan dengan pola
pertulangan daun. Sebagai contoh, untuk daun dengan pertulangan daun menyirip
dan tepi daun bertoreh hingga mencapai setengah tulang daun diberikan istilah
pinnatifissud atau pinnatifidus.
C. Daun Tunggal dan Daun Majemuk
Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun
tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri
dari satu helai tanpa adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan
daun majemuk adalah daun dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian
terpisah yang berbentuk seperti daun dan disebut anak daun (leaflet). Pada bagian
basal helaian anak daun atau bagian basal petolulus biasanya ditemukan adanya
pulvinulus (persendian daun). Adanya pulvinulus pada anak daun ini menyebabkan
anak daun dapat gugur sendiri-sendiri (tidak bersamaan). Oleh karena setiap anak
daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama dengan daun tunggal,
kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari daun
majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah
dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun
dari daun majemuk, yaitu:

1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak
daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan,
sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.).
Pada daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian sebagai berikut
1. Petiolus (tangkai daun), yaitu tangkai yang terletak di antara batang (dahan)
dengan anak daun terbawah atau rakhila terbawah, disebut juga sebagai bagian
infrayuga serta memiliki pulvinus di bagian pangkalnya.
2. Rakhis, yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah atau rakhila
(rakhis sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di antara dua anak daun
disebut bagian interyuga, sedangkan bagian rakhis yang berada di bawah anak
daun teratas disebut bagian ultrayuga. Pada daun majemuk bergAnda dapat
ditemukan adanya rakhila atau rakhis sekunder, yaitu cabang dari rakhis.
Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut rakhis tertier.
3. Petiolulus, yaitu tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian
yang disebut pulvinulus (pulvinus sekunder).
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul menyirip pada rakhis,
maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menyirip (pinnatus), sedangkan bila
anak daun muncul dari satu titik pada ujung petiolus, maka daun tersebut
dinamakan daun majemuk menjari (palmatus). Daun majemuk menyirip dapat
imparipinnatus bila pada ujung rakhis terdapat satu anak daun, paripinnatus bila
pada ujung rakhis tidak terdapat anak daun, atau interupte-pinnatus bila terdapat
anak daun yang berukuran besar dan kecil yang berselang letaknya sepanjang
rakhis. Daun majemuk menyirip ini dapat pula bipinnatus atau tripinnatus bila dua
atau tuga kali menyirip, atau bila ditemukan adanya rakhis sekunder dan tertier.
Daun majemuk dapat pula berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip
yang disebut daun majemuk digitatopinnatus atau palmatopinnatus. Pada daun
seperti ini, rakhis-rakhis terseusun menjari, sedangkan anak daun terseusun
menyirip pada setiap rakhis.

D. Pertulangan Daun
Pertulangan daun merupakan suatu karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari
segi anatomi, pertulangan daun sebenarnya merupakan suatu susunan ikatan
pembuluh yang berada pada helaian daun. Pola susunan pertulangan daun sering
berbeda untuk setiap spesies atau merupakan karakteristik bagi suatu kelompok
taksonomi yang lebih besar. Pola susunan pertulangan daun sering berbeda untuk
setiap spesies atau merupakan karakteristik bagi suatu kelompok taksonomi yang
lebih besar. Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari:

1. Tulang daun primer (Midrib, Costa, Ibu tulang daun), yaitu tulang daun yang
muncul dari dasar helaian daun dan berakhir pada apeks daun.

2. Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/Nervus lateralis), yaitu cabang


dari tulang daun primer.
3. Tulang daun tertier (Veins), yaitu tulang daun yang beruykuran lebih kecil
dari tulang daun sekunder dan merupakan cabang dari tulang daun primer
atau sekunder.

4. Tulang daun kuarter (Veinlets), yaitu tulang daun yang paling kecil yang
masih dapat dilihat. Tulang daun inilah yang biasanya membentuk susunan
pertulangan daun tertutup bila satu sama lain saling bertemu (anastomosa)
atau susunan pertulangan terbuka bila tidak saling ber-anastomosa.
Pada beberapa daun terdapat cabang tulang daun yang mengarah ke tepi
daun, membelok ke arah atas dan bertemu dengan cabang tulang daun di atasnya,
sehingga tampak kurang lebih sejajar dengan tepi daun. Tulang-tulang daun yang
sejajar dengan tepi daun tersebut dinamakan sebagai tulang daun tepi
(intramarginal nerve). Pada dasarnya terdapat dua pola pertulangan daun yang
umum ditemukan, yaitu pertulangan daun menjala (reticulate) yang merupakan
karakteristik bagi tumbuhan dikotil dan pertulangan daun sejajar (linier/striate)
yang merupakan karakteristik bagi tumbuhan monokotil (gambar 19). Pola
pertulangan daun menjala terbentuk bila tulang daun mengalami percabangan
yang banyak dan satu sama lain saling ber-anastomosa serta ujung-ujungnya
bebas, sedangkan pola pertulangan daun sejajar terbentuk bila suatu daun
mempunyai tiga atau lebih tulang daun primer (dengan satu atau tanpa tulang daun
dominan) yang letaknya kurang lebih sejajar satu sama lain mulai dari dasar helaian
hingga bertemu di bagian apeks daun. Daun dengan pertulangan sejajar biasanya
memiliki sedikit atau tanpa ujung-ujung tulang daun yang bebas. Selanjutnya,
adanya tulang-tulang daun yang sejajar merefleksikan bahwa bagian dasar daun
melekat pada sekeliling batang. Tulang-tulang daun yang sejajar dihubungkan satu
sama lain oleh tulang-tulang daun melintang yang berukuran sangat kecil (halus),
membentuk seperti tangga.

Salah satu tipe dari daun dengan pertulangan daun menjala yaitu dengan
satu tulang daun primer yang dominan dan bercabang membentuk tulang daun
sekunder yang menyirip. Bila tulang daun sekunder yang meryirip sampai ke tepi
daun (gambar 20A), maka daun tersebut termasuk ke dalam tipe
Craspedodromous (kraspedon = tepi, pinggir), tetapi bila tulang daun sekunder
yang menyirip tersebut tidak mencapai tepi daun melainkan membelok ke arah
atas membentuk tulang daun tepi (gambar 20B), maka daun tersebut termasuk ke
dalam tipe Camptodromous/Brachidodromous (Brocos = simpul).
Tepi lain dari daun dengan pertulangan menjala adalah daun dengan tiga
atau lebih tulang daun primer yang menjari, yakni tulang-tulang daun tersebut
menyebar (menjari) dari satu titik pada dasar helaian daun (ujung petiolus) atau
dekat dasar helaian daun hingga mencapai tepi daun. tepi daun seperti ini disebut
sebagai tipe daun Actinodromous (aktinos = lengan yang memancar/menjari).
Jika dua atau lebih tulang daun primer atau sekunder yang menyebar (menjari)
dari satu titik di dasar helaian daun membentuk suatu lengkungan mengikuti lebar
daun dan bertemu kembali di apkes daun, maka daun tersebut termasuk ke dalam
tipe Acrodromous (Akros = ke arah ujung). Selanjutnya, bila tulang-tulang daun
primer atau cabang-cabangnya (tulang daun sekonder) muncul dari satu titik di
dasar helaian daun dan membentuk lengkungan tajam (kurva) sebelum mencapai
apeks daun, maka daun tersebut termasuk ke dalam tipe daun Campylodromous
(kampylo = belokan atau kurva). Secara skematis pembagian tipe daun dari daun
dengan pertulangan menjala.

Pada sebagian kecil tumbuhan dikotil, terdapat pola pertulangan daun yang
lebih unik, yaitu pertulangan daun dikotomi tumbuhan Gymnospermae, seperti
Ginkgo, dan beberapa spesies dari cycas.

Daun-daun dengan pertulangan daun sejajar, tulang-tulang daun yang


muncul bersamaan dari ujung petiolus dapat sejajar sepanjang daun kemudian
berkumpul di daerah apeks dan bertemu di satu titik pada apeks daun, sehingga
tulang-tulang daun tampak benar-benar sejajar (longitudinally-striate), seperti
pada daun Poaceae, tulang-tulang daun dari darun dengan pertulangan sejajar juga
dapat menyebar membentuk lengkungan mengikuti lebar daun dan bertemu di
apeks daun, sehingga pertulangan tampak melengkung atau tulang-tulang daun
tersebut membelok 90o ke arah tepi daun dan membelok kembali ke arah atas,
sehingga bertemu dengan tulang daun daun di atasnya . pertulangan daun pertama
disebut sebagai pertulangan daun yang melengkung semu (arcuate-semu),
sedangkan yang kedua disebut sebagai pertulangan daun menyirip semu (pinnate-
striate). Pada beberapa spesies monokotil, pertulangan membentuk beberapa
kelompok besar yang tampak menjari, seperti pada Arecaea. Pertulangan seperti
ini disebut sebgai pertulangan menjari semu (palmate-striate). Secara skematis
daun-daun dengan pertulangan daun sejajar.
Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya:

1. Ibu Tulang (costa), ialah tulang daun terbesar, merupakan terusan tangkai daun
dan terdapat ditengah-tengah membujur dan membelah daun. Oleh tulang ini
helaian daun umumnya dibagi menjadi dua bagian yang setangkup atau simetris.
Ada pula kalanya daun tumbuhan tidak mempunyai ibu tulang tadi tepat di
tengah helaian, sehingga kedua bagian daun di kanan kiri ibu tulang tadi
menjadi tidak setangkup (asimetris), misalnya pada daun Begonia.

Ada pula daun yang memperlihatkan beberapa tulang yang besar yang
semuanya berpangkalan pada ujung tangkai daun, misalnya pada daun yang
mempunyai bangun perisai atau daun-daun yang bulat seperti pada daun
Jarak (Ricinus communis L.)

Ubi Kayu (Manihot utilissima L.),

2. Tulang Cabang (nervus lateralis), yaitu tulang-tulang yang lebih kecil daripada
ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabang tulang-
tulang ini. Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang dinamakan
tulang cabang tingkat 1, cabang tulang pada cabang tingkat 1 disebut cabang
tingkat 2, demikian seterusnya.
3. Urat Daun (vena), sesungguhnya merupakan tulang-tulang cabang pula, tetapi
yang kecil atau lembut dan satu sama lain beserta tulang-tulang lebih besar
membentuk susunan seperti jala, kisi, atau lainnya.

Sifat-sifat tulang-tulang cabang tingkat 1 yang tumbuh ke samping (ke arah


tepi daun):

Tulang cabang dapat mencapai tepi daun.

Tulang cabang berhenti sebelum mencapai tepi daun.


1. Tulang cabang dekat tepi daun lalu membengkok ke atas, demikian berturut-turut
sehingga sepanjang tepi daun terdapat tulang yang letaknya sejajar dengan tepi
daun, kadang-kadang tampak berombak, disebut Tulang Pinggir. Adanya tulang
pinggir tepi daun menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak,

Daun Kedondong (Spondias dulcis Forst.),

Daun Pisang (Musa paradisiaca L.).

Susunan tulang daun berdasarkan arah tulang cabang yang besar:

1. Daun Bertulang Menyirip (penninervis), jika daun mempunyai satu ibu tulang
yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu
tulang muncul tulang cabang sehingga susunannya mirip tulang pada ikan. Daun
seperti ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil (dicotyledoneae), misalnya
pada daun Mangga (Mangifera indica L.).
Daun Mangga

2. Daun Bertulang Menjari (palminervis), jika dari ujung tangkai daun keluar
beberapa tulang yang memencar, seperti jari-jari tangan. Jumlah tulang ini
lazimnya gasal (ganjil), yaitu di tengah yang paling besar dan paling panjang,
sedang ke samping semakin pendek. Daun seperti ini hanya terdapat pada
tumbuhan dikotil (dicotyledoneae), misalnya pada daun Pepaya (Carica papaya L.),

Daun Jarak (Ricinus communis L.),

Daun Kapas (Gossypium sp.), dll.


3. Daun Bertulang Melengkung (cervinervis), jika daun mempunyai beberapa tulang
besar, satu paling besar di tengah, dan lainnya mengikuti jalannya tepi daun, jadi
semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah (ujung daun), hingga
selain tulang yang di tengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung. Daun
seperti ini hanya terdapat pada tumbuhan monokotil (monocotyledoneae), misalnya
pada daun Genjer (Limnocharis flava Buch.), dan daun gadung (Dioscorea hispida
Dennst).

Daun Genjer (Limnocharis flava Buch.)

Daun Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)


4. Daun Bertulang Sejajar atau Bertulang Lurus (rectinervis), biasanya terdapat pada
daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang mempunyai satu tulang di tengah
yang besar membujur daun, sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan
nampaknya semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulang tadi.
Sebenarnya tulang-tulang kecil tadi seperti pada daun yang bertulang melengkung
semuanya berasal dari pangkal ibu tulang kemudian bertemu kembali pada ujung
daun. Karena daun sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan
melengkung, tetapi lurus dan sejajar satu sama lain. Daun seperti
ini lazimnya terdapat pada tumbuhan monokotil (monocotyledoneae), misalnya
pada semua jenis rumput (Gramineae), dan teki-tekian (Cyperaceae), dll.

Semua jenis rumput (Gramineae)

Teki-tekian (Cyperaceae)

Kesimpulannya dari uraian di atas adalah:

1. Tumbuhan dikotil (dicotyledoneae) mempunyai daun bertulang menyirip atau menjari


2. Tumbuhan monokotil (monocotyledoneae) mempunyai daun bertulang melengkung
atau sejajar.
Pengecualian, golongan tumbuhan dikotil ada pula yang mempunyai daun
bertulang melengkung, misalnya pada daun Sirih (Piper betle L.), pada daun Senggani
(Melastoma polyanthum), dll.

Daun Sirih (Piper betle L.)

Daun Senggani (Melastoma polyanthum)

Sebaliknya golongan tumbuhan monokotil ada pula yang mempunyai daun


bertulang menyirip, misalnya pada daun Pisang (Musa paradisiaca L.), dan daun Tasbih
(Canna Hybrida Hort).

Daun Pisang (Musa paradisiaca L.),


Daun Tasbih (Canna hybrida Hort.).

Ada pula yang mempunyai daun yang bertulang menjari, misalnya pada daun
Siwalan (Borassus flabellifer L.).

E. Struktur Jaringan dalam Daun


Daun juga mempunyai struktur seperti batang yaitu mempunyai epidermis,
jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut (jaringan vaskuler).
a. Epidermis
Pada umumnya daun itu pipih dan lebar, maka untuk melindungi agar
penguapan tidak terlalu banyak daun dilapisi kutikula dan kadang-kadang
mempunyai lapisan lilin. Epidermis daun terletak di permukaan atas dan
permukaan bawah. Pada epidermis bawah ada yang berubah bentuk menjadi
stomata (mulut daun) yang dilengkapi dengan sel penutup gunanya untuk
mengatur transpirasi dan masuknya gas karbondioksida (CO2) pada saat
fotosintesis berlangsung (siang hari) dan keluarnya oksigen sebagai hasil dari
fotosintesis.
b. Jaringan pengangkutan (berkas pengangkutan)
Berkas pengangkutan pada daun berupa xilem dan floem, terdapat pada
tulang daun yang susunannya seperti pada batang.
c. Jaringan parenkim
Jaringan ini terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah yang
disebut mesofil yang berbentuk jaringan pagar (palisade parenkim) dan jaringan
spons (spons parenkim). Pada palisade parenkim banyak mengandung klorofil,
sehingga jaringan ini berperan dalam fotosintesis. Spons parenkim juga
mengandung klorofil tetapi lebih sedikit dibanding palisade parenkim. Spons
parenkim terletak di bawah epidermis dan bentuknya memanjang, dan
spons parenkim di bawahnya bentuknya tidak teratur dan susunan sel-selnya
renggang (terdapat ruang antarsel) maka disebut juga jaringan bunga karang

F. Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Daun


Proses membuka dan menutupnya stomata banyak dipengaruhi oleh
intensitas cahaya di sekitarnya. Jika intensitas cahaya kuat, maka stomata membuka,
sebaliknya juga intensitas cahaya rendah (lemah) atau dalam keadaan gelap, stomata
akan menutup.
Oleh karena itu, pada siang hari stomata lebih banyak terbuka, sehingga proses
transpirasi sangat besar. Gerakan membuka dan menutupnya stomata ini juga
disebabkan oleh mengembang dan mengkerutnya sel pengawal (sel penutup). Pada
saat cahaya kuat, sel pengawal (penutup) menyerap air dari sel tetangga,
yang mengakibatkan sel pengawal mengembang dan tegang. Kondisi ini
mengakibatkan bagian dinding sel yang lentur tertarik di belakang ke arah sel
tetangga dan bagian dinding sel yang berbatasan dengan lubang stomata ikut tertarik.
Hal ini yang menjadikan stomata terbuka sehingga uap air dari dalam rongga
antarsel keluar.
Pada saat cahaya lemah atau gelap, sel pengawal kehilangan air karena air dari
sel pengawal kembali ke sel tetangga. Hal ini mengakibatkan sel pengawal mengerut
dan lemas sehingga stomata tertutup.
1) Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil
Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun, dan urat daunnya
menyirip atau menjari. Struktur daun Dikotil dapat Anda amati pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil


Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan
dalam Tabel 1 berikut
Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri – Ciri

1. Melindungi lapisan sel di


Terdiri dari satu lapis sel
Menyusun lapisan bagian dalam dari
kecuali
a) Epidermis permukaan kekeringan.
tanaman Ficus (tanaman
atas dan bawah daun. 2. Menjaga bentuk daun agar
karet).
tetap.

Zat kutin pada kutikula


Melapisi permukaan
b) Kutikula mencegah penguapan air Penebalan dari zat kutin.
atas dan bawah daun.
melalui permukaan daun.

Melapisi permukaan 1. Sebagai jalan masuk dan Mulut daun pada


c)
Stomata atas dan bawah daun keluarnya udara. epidermis
2.Sel penjaga sebagai dengan dua sel penutup
pengatur
membuka dan
menutupnya stomata.

Rambut
Permukaan atas dan Alat tambahan pada
d) dan Alat pengeluaran.
bawah daun. epidermis
kelenjar

1. Terdiri dari sel


parenkim,
banyak ruang antarsel.
2. Kebanyakan
berdiferensiasi
menjadi palisade
(jaringan tiang) dan
spons (jaringan
bunga karang).
Di antara lapisan
3. Sel-sel jaringan tiang
epidermis Tempat berlangsungnya
e) Mesofil berbentuk
atas dan fotosintesis.
silinder, tersusun rapat,
bawah.
dan mengandung
klorofil.
4. Sel-sel jaringan bunga
karang
bentuknya tidak
teratur, bercabang-
cabang dan berisi
kloroplas, susunannya
renggang.

f) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Menyirip atau menjari.

2) Struktur Jaringan Penyusun Daun Monokotil


Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat lembaran
yang membungkus batang, serta urat daunnya sejajar. Struktur daun Monokotil
dapat Anda amati pada Gambar 5.

Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan penyusun daun


Monokotil, dijelaskan dalam Tabel 2. berikut.
Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya

No Jaringan Letak Fungsi Ciri – Ciri

1. Melindungi lapisan sel


di
Epidermis Lapisan bagian dalam dari Terdiri dari satu sel dengan
a) dan permukaan atas kekeringan. penebalan
kutikula dan bawah daun. 2. Mencegah penguapan dari zat kutin.
air
melalui permukaan daun.

Berderet di antara
Sebagai jalan masuk dan Mulut daun dengan dua sel
b) Stomata urat
keluarnya udara. penutup.
daun.

Tidak mengalami diferensiasi,


Membuat zat makanan bentuknya
Pada cekungan di
c) Mesofil melalui seragam kecuali mesofil berkas
antara urat daun.
fotosintesis. pengangkut lebih besar,
kloroplasnya
lebih sedikit, dindingnya lebih
tebal.

d) Urat daun Pada helai daun. Transportasi zat. Sejajar.

G. Jenis Daun Terhadap Adaptasi Lingkungan

Bentuk Adaptasi Makhluk Hidup Tumbuhan - Sama seperti hewan, tumbuhan


juga beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam kesempatan kali ini kita akan
membahas cpntoh bentuk adaptasi makhluk hidup, terutama pada tumbuhan.
Beberapa contoh tumbuhan beradaptasi dengan cara yang berbeda-beda, misalnya:
pohon cemara, teratai, putri malu, dan lain-lain.

a. Pohon cemara (Cupressus lusitanica)


Pohon cemara mempunyai bentuk daun yang runcing. Daunnya yang
runcingberguna untuk mengurangi penguapan.Bentuk daun tersebut merupakan
adaptasi pohon cemara terhadap lingkungan yang panas.

b. Tumbuhan teratai (Nelumbium nelumbo)


Teratai merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan air. Tumbuhan teratai
mempunyai daun yang berbentuk lebar dan tipis. Daunnya ada yang lebar dan ada
juga tipis, berfungsi untuk memperbanyak penguapan. Bentuk daun tersebut
merupakan bentuk adaptasi teratai terhadap tempat hidupnya.
c. Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica)
Tumbuhan putri malu banyak dijumpai tumbuh di tepi jalan. Tumbuhan putri
malu mempunyai ciri khusus pada daunnya. Daun tumbuhan putri malu akan
mengatup apabila tersentuh sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa putri malu
beradaptasi terhadap rangsang sentuhan.

d. Kaktus (Opuntia spp)


Kaktus merupakan tanaman yang hidup di daerah panas. Batang kaktus tebal dan
berlapis lilin. Batang kaktus yang tebal berfungsi sebagai tempat persediaan air.
Seluruh permukaan batang kaktus tertutup oleh duri. Duri tersebut berguna
sebagai pelindung diri.
e. Kantong semar jenis (Nepenthes edwardsiana)

Disebut “kantung semar / kantong semar” karena tanaman ini memang


mempunyai kantung yang cukup menarik. Bentuknya aneh-aneh dengan warna
yang juga tak kalah indahnya. Ada tanaman untuk dataran tinggi dan ada pula
untuk dataran rendah. Satu jenis tanaman hias yang pantas di perhitungkan.

Kantung semar adalah tanaman pemakan serangga atau disebut insektivora.Pada


waktu tertentu, bunga kantung semar mengeluarkan bau menyengat. Bau tersebut
berguna untuk menarik serangga.Tanaman kantung semar mempunyai cairan
khusus yang ada di dalam kantung. Cairan tersebut untuk mencerna serangga
yang terjebak. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kantung semar beradaptasi
untuk memperoleh makanan

Bentuk Kantung Semar yang bernama ilmiah Nepenthes itu sangat bervariasi dan
bergantung pada masing-masing jenis. Jenis Nepenthes edwardsiana dan
Nepenthes stenophylla, misalnya, mempunyai bentuk-bentuk kantung seperti
silinder, sedang bentuk kantung Nepenthes burbidgeae dan Nepenthes rajah
seperti corong. Kantungnya berbentuk seperti mangkuk yang berisi cairan dan
selalu berdiri tegak. Permukaan dalamnya sangat licin dan mulutnya berliku-liku.

Di atas kantung ada tutup, yang besarnya kira-kira sama dengan mulut kantung.
Permukaan bawahnya penuh dengan kelenjar madu, yang berguna untuk menarik
serangga, supaya hinggap di bibir kantung. Serangga yang sudah terpikat ini
biasanya terpeleset, lalu masuk ke dalam kantung, tanpa mereka sadari. Kantung
itu berisi cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar tertentu, yang ada pada dinding
bagian dalam. Pada kantung yang muda (yang penutupnya belum terbuka) jumlah
cairannya masih banyak, sedangkan pada kantung yang sudah tua, jumlahnya
tinggal separuh saja atau kurang.

Kantong semar memakan serangga untuk apa ? Badan serangga dan binatang
kecil lainnya yang sudah mati, dicerna oleh enzim pencerna yang terkandung
dalam cairan itu. Enzim ini kerja seperti pepsin, yang merombak protein dari
badan serangga menjadi peptida. Peptida diubah lagi menjadi asam amino, yang
dapat diserap oleh kantung semar sebagai sumber Nitrogen dimana nitrogen
tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kemampuannya untuk menyerap
Nitrogen dari tubuh serangga itulah, yang menyebabkan ia kemudian terkenal
sebagai tanaman pemakan serangga.

f. Tumbuhan bakau (Rhizophora apiculata)


Tumbuhan ini hidup di pinggiran pantai. Tumbuhan bakau memiliki akar tunjang
untuk menopang tubuhnya agar tetap kokoh. Akar tunjang merupakan bentuk
adaptasi tumbuhan bakau terhadap lingkungan pantai.

Seringkali kita melihat di beberapa pantai terdapat rawa-rawa. Biasaya di rawa-


rawa ini terdapat pohon bakau yang tumbuh di atas tanah yang lembut karena
selalu kena air laut dan tentunya pohon bakau ini setiap hari dibasahi oleh
gelombang air laut. Faktanya, air asin bisa membahayakan kehidupan tumbuhan.
Kadar garam yang terlalu banyak pada jaringan tumbuhan akan mengganggu
proses metabolisme dan dengan cepat dapat membunuh tumbuhan. Disinilah
keistimewaan bakau dibandingkan tumbuhan lain, pohon bakau mampu bertahan
hidup sekalipun berada di lingkungan yang selalu dibasahi air asin.

Pohon bakau melakukan salah satu dari dua metode untuk beradaptasi dalam air
laut yang memiliki kadar garam yang tinggi. Metode pertama adalah pohon bakau
melakukan ultrafiltrasi atau penyaringan ekstra sehingga dapat menyerap ion
spesifik tertentu saja dari air asin tersebut, sedangkan 97 persen garam yang ada
pada air asin ditinggalkan di akar. Garam yang ditinggalkan ini lalu akan dibuang
melalui proses transpirasi. Metode kedua adalah dengan mengeluarkan garam
dalam larutan terkonsentrasi melalui kelenjar khusus. Larutan ini akan
terkristalisasi disepanjang tubuh pohon bakau dan akan terbuang oleh angin atau
hujan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya
karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun sebenarnya adalah batang
yang telah mengalami modifikasi yang kemudian berbentuk pipih dan juga terdiri dari sel-sel
dan jaringan seperti yang terdapat pada batang. Daun baru berkembang dari primordial daun
yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul
meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya
(yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam
daun itu sendiri. Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun
tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu
helai tanpa adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan daun majemuk
adalah daun dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk
seperti daun dan disebut anak daun (leaflet). Struktur penyusun daun bagian luar terdiri dari
Helaian daun (lamina), Tangkai daun (petiolus), Pelepah daun (folius). Struktur penyusun
daun bagian dalam terdiri dari epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut
(jaringan vaskuler).
DAFTAR PUSTAKA

Hadisunarso. 2013. Morfologi Daun. (online) http://repository.ut.ac.id/4245/2/PEBI4107-


M1.pdf. Diakses pada 09 Desember 2018 pukul 15.57 WIB
Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. (online)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032/R.KU
SDIANTI/Handout_mortum_1.pdf. Diaskes pada 09 Desember 2018 pukul 16.00 WIB
Utami, Debora. 2008. Struktur dan Terminologi Tumbuhan Berbiji. (online)
http://repository.ut.ac.id/4292/1/BIOL4117-M1.pdf. Diaskes pada 10 Desember 2018
pukul 16.15
Latifa, Roimil. 2015. Karakter Morfologi Daun Beberapa Jenis Pohon Penghijauan Hutan
Kota Di Kota Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. (online)
http://biology.umm.ac.id/files/file/667-676%20Roimil%20Latifa.pdf. Diakses pada 08
Desember 2018 pukul 11.10 WIB
Bahriannur, B. 2014. (online) http://digilib.iain-
palangkaraya.ac.id/149/3/BAB%20II%20LANDASAN%20TEORI%20%28BN%29.pdf.
Diakses pada 10 desember 2018 pukul 16.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai