Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH MORFOLOGI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

BATANG (CAULIS)

Disusun Oleh:

Ani Satul Mahfudloh (FF07019006)


Aris Imawan (FF07019008)
Dani Tri Setyana (FF07019010)
Salma Febriyani (FF07019030)
Yuda Ardi Wardana (FF07019035)
Eunnike Calselira Damora M (FF07019037)

Kelas : F/Wonosobo – Sore


Program Studi : D3 Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Duta Gama Klaten

2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul
“MAKALAH MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BATANG (CAULIS) “ ini dengan lancar pada mata
kuliah Morfologi Fisiologi Tumbuhan. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, serta Nabi Besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya,
dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak - pihak yang telah membantu penulisan
pembuatan makalah ini, terutama kepada Dosen Pembimbing dan teman teman kelompok yang
telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah ini dan juga berbagai buku-buku
referensi serta sumber sumber lain yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu Penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Wonosobo, Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Batang………………………………………………………3
B. Sifat – Sifat Batang……………………………………………………..7
C. Fungsi Batang…………………………………………………………..8
D. Klasifikasi Batang………………………………………………………8
E. Struktur Anatomi Batang……………………………………………....16
F. Tipe Batang…………………………………………………………….19
G. Hormon – Hormon Batang……………………………………………..24
H. Penyakit pada Batang…………………………………………………..26

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………30

Kritik dan Saran…………………………………………………….....31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan
sumbu tubuh tumbuhan. Seperti kita ketahui bersama bahwa batang merupakan hal
yang sangat vital dari organ-organ yang ada pada suatu tumbuhan pada umumnya,
betapa penting nya dari suatu organ batang,tumbuhan tidak dapat hidup dengan
sempurna tanpa adanya organ yang nama nya batang seperti suatu hal yang tidak
dapat di pisahkan. (Tjitrosoepomo, 2011).
Batang bersifat umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat
pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat
dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup. Terdiri atas
ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah
terdapat daun. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop). Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu
sering dikatakan, bahwa batang mempunnyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
Mengadakan percabangan, dan selama hidupnnya tumbuhan tidak digugurkan,
kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Biasanya tidak berwarna
hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang
masih muda (Azidin, 1986).
Batang sendiri mempunyai beberapa yang menyusun suatu batang tumbuhan
tersebut.dalam makalah ini,kelompok kami akan membahas tentang”anatomi
batang” yang akan membahas tentang beberapa sub pembahasan antara lain
ontogeni batang,tipe stele,batang primer, dan batang sekunder.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami rumuskan masalah dalam


makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan batang pada tumbuhan?

1
2. Apa sajakah sifat – sifat pada batang pada tumbuhan?

3. Bagaimanakah fungsi batang pada tumbuhan ?

4. Apa sajakah klasifikasi batang pada tumbuhan?

5. Bagaimana struktur batang pada tumbuhan ?

6. Bagaimanakah tipe tipe batang pada tumbuhan?

7. Apa sajakah hormon hormon batang tumbuhan?

8. Apa sajakah penyakit pada batang tumbuhan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan maslah tersebut, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi batang pada tumbuhan.


2. Untuk mengetahui sifat-sifat batang pada tumbuhan.
3. Untuk mengetahui fungsi batang pada tumbuhan.
4. Untuk mengetahui klasifikasi batang pada tumbuhan.
5. Untuk mengetahui struktur anatomi batang pada tumbuhan.
6. Untuk mengetahui tipe tipe batang pada tumbuhan.
7. Untuk mengetahui penyakit batang pada tumbuhan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Batang

Menurut Nugroho (2006) batang adalah organ pokok pada tumbuhan di


samping akar dan daun. Batang menopang daun dan biasanya terletak di atas
permukaan tanah

Gambar

Menurut Hidayat (1995), batang merupakan sumbu dengan daun yang


melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi oleh daun
muda dan menjadi terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling
berjauhan, nodus tempat daun melekat pada batang dapat dibedakan dari ruas, yakni
bagian batang di antara dua buku yang berturutan. Di ketiak daun biasanya terdapat
tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam
bentuk tumbuhan. Batang bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan
buku dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letak
daunnya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yanng terjadi jika tunas

3
ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan
habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh dibawah tanah, di dalam air atau di
darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat atau merayap. Ragam lain adalah
susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh menjadi
cabang, serta taraf percabangan bila ada.
Menurut Tjitrosoepomo (2011), batang bagian tubuh tumbuhan yang amat
penting, dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tumbuhan. Batang
dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang
mempunyai sifat-sifat seperti berikut (Tjitrosoepomo, 2011) :
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan
pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya atau matahari.
4. Selal bertambah panjang diujungnya oleh sebab itu sering dikatakan bahwa
batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan
kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek
misalnya rumput dan waktu batang masing muda.
Sebagian dari bagian tumbuh-tumbuhan batang mempunyai tugas untuk :
1. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu: daun,
bunga, dan buah.
2. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan
bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, sehingga dari
segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang
posisi yang paling menguntungkan.
3. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi ke atas ke bawah.
4. Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.

4
Menurut Tjitrosoepomo (2011), jika kita membandingkan berbagai jenis
tumbuhan ada di antaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang
tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan:
1. Tumbuhan yang tidak berbatang (Planta acaulis). Tumbuh-tumbuhan yang
benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja tidak
ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek, sehingga semua
daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu
sama lain merupakan suatu rosert, misalnya lobak pada gambar 1(Raphanus
sativus L.), sawi (Brassica juncea L.). Tumbuhan semacam ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga. Dari tengah-
tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-
daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang, dan mendukung bunga-
bunganya.

Gambar 1
2. Tumbuhan yang jelas berbatang, batang tumbuhan dapat dibedakan seperti
berikut (Tjitrosoepomo, 2011) :
a. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair misalnya
pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (Portulaca oleracea L)
pada gambar 2.

Gambar 2
b. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon

5
dan semak-semak pada umumnya. Pohon adalah tumbuhan yang tinggi
besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang
semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu,
bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah.
Contoh mangga,gambar3 (Mangifera indica L), sidaguri (Sida
rhombifolia L).

c. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras mempunyai ruas-
ruas yang nyata dan seringkali berongga misalnya pada padi (Oryza
sativa L) dan rumput gambar 3 (Gramineae) pada umumnya.

Gambar 3
d. Batang mendong (calamus) pada, gambar 3, seperti batang rumput tetapi
mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong
(Fimbristylis globulosa Kunth.), wlingi (Scirpus grassu L.) dan
tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae), lainnya.

Menurut Rosanti (2012), bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun


demikian, beberapa tumbuhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk

6
batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan. Pada
tumbuh-tumbuhan yang tergolong pada kelas monokotil biasanya mempunyai
batang yang dasarnya dianggap tidak berubah dari pangkal sampai ke ujung.
Sedangkan pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong kelas dikotil bentuk batang pada
umumnya mengecil pada bagian atas, yang dianggap sebagai suatu kerucut sesuai
dengan pertumbuhan ujung batang dan cabang-cabangnya. Bentuk batang sendiri
biasanya dilihat dari penampang melintangnya. Berdasarkan hal ini, bentuk batang
tumbuhan dibedakan yaitu bulat, bersegi, dan pipih. Batang bulat jika penampang
melintangnya menunjukkan bangun lingkaran. Batang bulat dapat ditemukan pada
kebanyakan tumbuhan seperti pada batang bambu. Pada batang bersegi, penampang
melintang batang menunjukkan bangun segitiga dan segi empat. Batang segitiga
dapat ditemukan pada jenis-jenis teki (Cyperus sp). Tumbuhan berbatang segi
empat dapat ditemukan pada tumbuhan markisa (Passiflora quadrangularis),
anggur (Vitis sp), dan sebagainya. Untuk batang pipih, penampang melintang
batang yang terlihat biasanya berbentuk elips atau setengah lingkaran. Batang pipih
biasanya selalu melebar menyerupai daun, sehingga mengambil alih tugas daun
pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan filokladia (Phyllocladium) dan
kladodia (Cladodium). Batang bersifat filokladia jika bentuk batang sangat pipih
dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang. Sedangkan
batang bersifat kladodia, jika batang masih tumbuh terus dan mengadakan
percabangan, misalnya dari jenis-jenis kaktus.
Jadi Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan
mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan. Seperti kita ketahui bersama bahwa batang
merupakan hal yang sangat vital dari organ-organ yang ada pada suatu tumbuhan
pada umumnya, betapa penting nya dari suatu organ batang,tumbuhan tidak dapat
hidup dengan sempurna tanpa adanya organ yang nama nya batang seperti suatu hal
yang tidak dapat di pisahkan.

B. Sifat-sifat Batang
Menurut Nugroho (2006) ada beberapa sifat batang yaitu:
1. Memiliki bagian buku (node) dan ruas (internode)

7
2. Biasanya berbentuk silindris atau yang lain, dan mempunyai penampang
melintang yang bersimetri regular
3. Pertumbuhannya fototropi atau heliotropi
4. Mengalami pertumbuhan di ujung
5. Mengadakan percabangan dari pertumbuhan dan perkembangan kuncup
6. Pada umumnya tidak berwarna hijau

C. Fungsi Batang
Adapun fungsi batang utama batang menurut Nugroho (2006) adalah
mendukung perluasan bidang fotosintesis serta merupakan transportasi utama dari
air, unsur hara, dan bahan organik sebagai fotosintesis. Batang juga berfungsi
mendukung tajuk tumbuhan termasuk daun, bunga, buah, dan biji. Terkadang juga
menjadi tempat penimbunan cadangan makanan.

D. Klasifikasi Batang
Berikut Klasifikasi batang menurut Nugroho (2006)
1. Kuncup (gemma, buding) atau tunas pada batang
a. Kuncup ujung (terminal bud) gambar 4, yaitu kuncup yang terdapat di
ujung batang pokok atau ujung percabangan batang.
b. Kuncup samping (lateral bud) gambar 5, yaitu kuncup yang berada pada
buku batang di ketiak daun, sebagai kuncup utama tumbuh dari
meristem utama
c. Kuncup ujung semu (pseudoterminal bud) gambar 4, yaitu kuncup yang
terletak di pangkal kuncup ujung yang sesungguhnya.
d. Kuncup di kedua sisi kuncup samping (collateral bud) gambar 4, yaitu
kuncup yang berada pada buku batang di ketiak daun, sebagai kuncup
pendamping yang tmbuh di meristem samping.
e. Kuncup di bekas daun (infrapetiolar) gambar 4, kuncup yang tumbuh di
daerah meristem bekas daun.

8
Gambar 4

Gambar 5

2. Klasifikasi batang berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan kuncup


a. Monocaulis, yaitu batang yang pertumbuhannya di dominir oleh kuncup
ujung. Kuncup lateral menjadi perbungaan sehingga terbentuk struktur
batng tunggal. Monocaulis di bagi menjadi dua:
Monocaulis monocarpi, kuncup ujung pada usia tertentu menjadi
perbungaan sehingga pertumbuhan batang terhenti, contoh: pisang
(gambar 6). Monocaulis polycarpi, kuncup ujung berfungsi tetapi
kuncup samping berubah menjadi perbungaan, contoh: kelapa (gambar
6).

Gambar 6
b. Monopodial (gambar 7), yaitu batang yang pertumbuhannya di dominir
oleh kuncup ujung. Kuncup lateral tumbuh tetapi kurang baik. Batang
pokok akan nampak jelas, contoh: sengon.

9
c. Simpodial (gambar 7), batang yang pertumbuhannya di dominir oleh
kuncup samping. Pada kondisi eksterm, saat kuncup ujung mati, tetapi
sepasang kuncup di bagian buku batang pangkal tumbuh secara
bersamaan sehingga terjadi percabangan, seperti: tumbuhan paku resam.

Gambar 7
3. Klasifikasi batang berdasarkan perawakan
a. Batang tumbuhan yang memiliki perawakan basah atau lunak misalnya
bayam.

Gambar 8
b. Batang tumbuhan yang memiliki perawakan batang keras, karena
adanya kandungan kayu yang dominan misalnya tanaman jati.

Gambar 9
c. Batang tumbuhan yang memiliki perawakan berkayu yang memiliki
ruas panjang dapat di bedakan antara tipe batang mendong, ruas batang
panjang dan pejal misalnya rotan.

10
Gambar 10
d. Batang tumbuhan yang memiliki perawakan rumput, ruas batang
panjang dan berongga misalnya padi.

Gambar 11
4. Klasifikasi batang berdasarkan arah tumbuh
1. Arah tumbuh batang pokok
a. Tegak lurus: arah tumbuhnya tegak lurus terhadap dataran tempat
hidupnya. Contoh: batang pokok tanaman pepaya.

Gambar 12

b. Condong atau serong ke atas: batang pokok agak rebah tetapi ujung ke
arah vertikal. Contoh: batang kacang tanah.

11
Gambar 13
c. Berbaring atau mendatar: batang pokok terletak di permukaan tanah,
ujungnya ke atas, dan di buku batang tidak tumbuh akar. Contoh:
batang pokok tanaman semangka

.
Gambar 14
d. Merayap atau menjalar: batang pokok terletak di permukaan tanah,
ujungnya ke atas, dan di buku batang tumbuah akar. Contoh: batang
ketela rambat.

Gambar 15
e. Menggantung: batang tumbuhan di lereng (jurang dan epifit
(menumpang pada bagian tumbuhan lain). Contoh: batang anggrek.

12
Gambar 16
f. Mengangguk: batang pokok tegak lurus ke atas, ujungnya membalik ke
bawah. Contoh: batang pokok bunga matahari.

Gambar 17

2. Cabang batang
Arah tumbuh cabang batang terhadap batang pokok:
a. Tegak: jika cabang batang dan batang pokok arahnya sejajar atau sedikit
serong ke atas. Contoh: cabang batang pinus.

Gambar 18
b. Condong ke atas: jika cabang batang nenbentuk sudut 450 derajat
terhadap batang pokok. Contoh: cabang batang cemara.

13
Gambar 19
c. Mendatar: jika cabang batang tegak lurus terhadap batang pokok.
Contoh: cabang batang randu.

Gambar 20
d. Terkulai: jika cabang batang tegak lurus terhadap batang pokok, tetapi
ujungnya tumbuh ke bawah. Contoh: cabang batang kopi

Gambar 21
e. Menggantung: jika pertumbuhan cabang batang ke arah bawah. Contoh:
cabang batang salik atau bunga hias bunga gantung.

14
Gambar 22
3. Sifat cabang batang:

a. Geragih: cabang batang dengan ruas panjang setiap buku tumbuh


batang dan akar. Contoh: teki

.
Gambar 23
b. Tunas air atau wiwilan: cabang batang tumbuh cepat, beruas panjang
dan bersifat muda. Contoh: tunas air tanaman coklat.

Gambar 24
c. Sirung panjang: cabang batang berdaun dengan ruas panjang dan belum
berbunga (steril)

15
Gambar 25
d. Sirung pendek: cabang batang beruas pendek, berdaun dan berbunga
(fertil).

Gambar 26

E. Struktur Anatomi Batang


Menurut Ophin (2010) menyebutkan bahwa struktur anatomi batang, yaitu :
1. Epiderm : epidermis batang mempunyai sel-sel silika dan sel-sel gabus,
misalnya pada batang tebu (Saccharum officinarum), dan
kadang- kadang di lapisi oleh sel kutikula.
2. Periderm : selaput luar epidermis yang terdapat di sekeliling mulut
membentuk tonjolan berbentuk piala.
3. Kortek : lapisan luar suatu organ, pada tumbuhan di bawah epidermis
sebelah luar silinder pusat, terdiri dari sel – sel parenkim.
4. Floem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
5. Floem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.
6. Kambium : lapisan sel hidup terletak di kulit dan kayu, yang membuat
jaringan kayu baru ke sebelah dalam dan membuat jaringan
kulit baru ke sebelah luar. Fungsinya untuk memperbesar
batang.
7. Xylem sekunder : terdiri dari unsur trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.

16
8. Xylem primer : dibentuk oleh prokambium ujung batang dan akar.
Gambar 27. Struktur Anatomi Batang

Kartini (2010) menjelaskan bahwa perbedaan yang mendasar antara


anatomi batang dan akar terletak pada struktur pembuluh angkutnya. Susunan xilem
dan floem pada akar terletak pada radius yang berbeda dan berseling secara
bergantian, sedang pada batang floem dan xilem terletak dalam satu radius, floem
berada di sebelah luar dan xilem di sebelah dalam. Susunan berkas pengangkut pada
akar disebut radial sedangkan pada batang kolateral. Sifat xilem pada akar disebut
eksark karena letak protoxilem berada di sebelah luar metaxilem sedangkan pada
batang disebut endark karena letak protoxilem di sebelah dalam metaxilem. Floem
dan xilem pada batang membentuk suatu berkas yang tersusun di dalam satu
lingkaran.
Epidermis batang pada umumnya memiliki stoma dan trikoma pada waktu
masih muda sehingga batang dapat berfungsi sebagai organ fotosintesis. Korteks
terdiri dari jaringan parenkimatik yang mungkin di dalamnya ditemukan jaringan
sekretorik misalnya saluran lendir pada batang Hibiscus sp., sel minyak pada batang
Piper betle dan Cinamomum sp., saluran resin pada batang Pinus sp.; kristal
kalsium oksalat pada batang Impatiens balsamina. Jaringan penguat pada batang
dapat berupa kolenkima dan sklerenkima tergantung jenis tumbuhannya.
Kolenkima di korteks dapat membentuk suatu lingkaran utuh atau terdapat dalam
suatu kelompok-kelompok. Kolenkima dapat mengandung kloroplas dan dapat juga
menjadi meristematik kembali membentuk felogen. Sklerenkima yang ditemukan
di korteks dapat berupa serabut atau sel batu. Sel-sel sklerenkima mati dan

17
berdinding tebal, sklerenkima dapat berupa lingkaran utuh yang terletak di bawah
epidermis atau di sebelah dalam korteks. Batas antara korteks dan stele terdiri dari
selapis sel yang disebut endodermis yang seringkali pada waktu batang masih muda
mengandung butir-butir amilum sehingga disebut dengan sarung tepung atau
floeoterma.
Stele terdiri dari tiga bagian yaitu perisikel, berkas pengangkut dan empulur.
Perisikel dapat terdiri dari satu lapis atau beberapa lapis sel yang berupa parenkima
dan sklerenkima atau parenkima saja. Sklerenkima yang terdapat di stele mungkin
terjadi dalam kelompok-kelompok yang terpisah atau membentuk lingkaran utuh
yang berrada di luar berkas pengangkut membentuk garis batas yang jelas antara
korteks dan stele.
Berkas pengangkut pada batang monokotil merupakan berkas yang
terpisah-pisah dan memiliki tipe kolateral tertutup, seringkali dikelilingi oleh
sklerenkima sehingga disebut kolateral tertutup fibrovaskuler. Berkas pengangkut
tersebut tersebar tidak teratur. Berkas pengangkut pada dikotil ada yang berupa
berkas terpisah-pisah tapi tersusun dalam satu lingkaran atau membentuk satu
lingkaran utuh, di antara floem dan xilem ditemukan kambium. Kambium yang
terdapat di dalam berkas pengangkut dinamakan kambium fasikuler. Di antara
berkas pengangkut yang satu dengan yang lain kambiumnya saling berhubungan,
kambium yang menghubungkan dua berkas pengangkut dinamakan kambium
interfasikuler.
Empulur biasanya terdiri dari sel-sel parenkima atau canpuran antara
sklerenkima dan kolenkima. Beberapa tumbuhan empulurnya mengalami
desintegrasi sehingga batangnya berlubang, contohnya pada Ipomoea reptans.
Korteks batang monokotil tidak memiliki batas yang jelas antara korteks dan
stelenya. Berkas pengangkut pada batang monokotil umumnya kolateral tertutup
ada yang dikelilingi oleh sklerenkima baik sebagian atau keseluruhan berkas
sehingga disebut kolateral tertutup fibrovaskuler.

18
F. Tipe Batang
Estiti B. (1995) menyebutkan bahwa tipe batang dibedakan atas batang
konifer, dikotil berkayu, dikotil tidak berkayu (perdu), dikotil merambat, dikotil
dengan pertumbuhan menyimpang, dan monokotil.
1. Batang conifer

Gambar 28
Contoh batang konifer adalah pinus, gambar 28 . Pada keadaan primer batang
menunjukkan sejumlah berkas pembuluh (yang terdiri dari jalan daun dan berkas
batang) yang masing-masing terpisah oleh daerah intervasikuler yang sempit.
Kambium pembuluh yang terdiri dari bagian fasikuler dan interfasikuler
membentuk silinder xylem dan floem skunder yang bersinambungan. Di muka
celah daun, jaringan skunder dibentuk secara bertahap sehingga parenkim celah
menonjol ke arah xylem skunder yang dibentuk sejak awal. Xylem primer mungkin
masih dapat dilihat di dekat empulur, namun floem primer samas sekali lenyap.

19
2. Batang dikotil berkayu

Gambar 29
Pada kebanyakan dikotil yang berbentuk pohon, daerah antar pembuluhnya
sempit, misalnya pada salix, prunus, dan quercus, dan sangat sempit pada tilia. Pada
spesies-spesies tersebut, jaringan sekunder membentuk silinder yang membentang
terus, tidak diputus oleh jari-jari empulur.
Di bawah epidermis terdapat selapis sel parenkim yang kemudian menjadi
beberapa lapisan kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel parenkim yang
berisi klorofil. Endodermis yang berisi tepung disebut floeoterma atau selubung
tepung.
Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi getah (sel getah) yang juga
terdapat pada bagian korteks. Pada batang yang sudah tua, empulur terdiri atas sel
berdinding tebal dan berwarna lebih yang mengandung tepung. Pada floem
sekunder banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh pengangkut dan sel
parenkim.

20
3. Batang dikotil tidak berkayu atau dikotil basah (Herbaceus = Menerna)

Gambar 30
Pada batang muda terdapat epidermis dan masih terdapat pada awal
pertumbuhan sekunder. Pada batang tua akan terbentuk periderm dengan lentisel.
Satu atau dua lapisan korteks di bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan ini
diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan parenkim dengan sel getah. Floem
primer berisi serabut dekat dengan korteks (serabut protofloem). Di dalam floem
sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada metafloem. Kambium pembuluh
memisahkan floem dengan xilem sekunder dengan membentuk silinder. Empulur
terdiri atas sel parenkim yang berisi sel getah. Tepung dan kristal sering terdapat
dalam empulur maupun korteks.
Berkas pengangkut pada batang biasanya kolateral. Solanaceae, misalnya
tomat, kentang, dan tembakau, serta cucurbitaceae, misalnya labu, mempunyai
berkas pengangkut bikolateral. Jadi, selain floem yang terdapat di bagian luar
xilem, juga terdapat floem dalam kambium terdapat diantara floem luar dengan
xilem sehingga pertumbuhan sekunder hanya terdapat di daerah antara floem luar
dan xilem saja. Korteks terdiri atas parenkim dan kolenkim
4. Batang Dikotil Merambat
Pada Aristolochia, jaringan pembuluh primer tersusun kolateral. Jaringan
primer terdiri atas epidermis, korteks yang terdiri atas parenkim dan kolenkim yang

21
mengandung klorofil, dan silinder pusat (stele) terdiri atas serabut yang banyak
mengandung tepung.
Sel yang dibentuk pada akhir masa pertumbuhan relatif lebih kecil. Floem
sekunder tidak berserabut. Apabila diameter batang membesar, setiap berkas
pengangkut juga membesar ke arah luar atau ke arah tepi. Pada beberapa spesies,
beberapa sel parenkim berubah menjadi sel batu. Periderm membentuk sel
kolenkim di bawah epidermis.
Cucurbita mempunyai berkas pangangkut bikolateral. Epidermis uniseriate
dan di bawahnya terdapat kolenkim dan klorenkim. Klorenkim terdapat di bawah
epidermis yang mempunyai stomata. Endodermis mengandung tepung. Ciri khas
batang dikotil merambat adalah terdapatnya sklerenkim di luar berkas pengangkut.

5. Batang dikotil dengan pertumbuhan sekunder yang menyimpang


Pertumbuhan sekunder yang menyimpang digunakan untuk menunjukkan
bentuk keaktifan kambium yang menyimpang dari kebiasaan, yang ditemukan pada
konifer dan tumbuhan dikotil berkayu dari daerah beriklim sedang. Pada beberapa
tumbuhan dengan pertumbuhan menyimpang, kambium pembuluh terdapat pada
kedudukan normal. Namun, tubuh sekunder menunjukkan penyebaran xilem dan
floem yang tidak biasa. Pada Leptadenia, Strychnos, dan Thunbergia, floem
dibentuk tidak hanya ke arah luar, tetapi juga ke arah dalam sehingga floem
sekunder terdapat di dalam xilem sekunder.
Pada Amaranthaceae, Chenopodiaceae, Menispermaceae, dan Nygtaginaceae,
serangkaian kambium pembuluh tersusun dari bagian pusat batang ke arah luar.
Masing-masing kambium menghasilkan xilem ke arah dalam dan floem ke arah luar
sehingga terjadi lapisan yang terdiri atas xilem, kambium, dan floem. Pada batang
Bougaienvillea spectobilis, xilem dan floem membentuk untaian yang tertanan
dalam jaringan parenkim, yang disebut jaringan konjungtif. Jaringan ini merupakan
hasil keaktifan kambium di antara berkas pengangkut yang mirip dengan keaktifan
kambium antarpembuluh, tetapi masa keaktifannya terbatas. Bougainvillea
spectibilis mempunyai kambium yang tidak normal.
Pertumbuhan menyimpang yang lain juga terjadi pada Bignoniaceae. Setelah
silinder kambium biasa terbentuk pada akhir pertumbuhan primer, empat bidang

22
kambium berhenti menghasilkan xilem, tetapi terus melepaskan turunannya ke sisi
floem. Jadi, ada dua jenis kambium, yaitu dipleuris, yang menunjukkan keaktifan
ke dua arah, dan monopleuris, yang keaktifannya hanya satu arah. Dari
pertumbuhan yang menyimpang ini terbentuklah floem yang tertanan dalam xilem.
Setiap panel floem yang tertanam dalam xilem mempunyai kambium yang hanya
menghasilkan floem ke arah luar saja. Diantara xilem dan floem tepi terdapat
kambium yang menghasilkan xilem ke arah dalam dan floem ke arah luar.
Aralia cordeta, yang mempunyai berkas pengangkut bikolateral, juga
mengalami pertumbuhan menyimpang, berkas pengangkut bikolateral biasanya
terdiri atas xilem di bagian tengah dan floem di sebelah luar dan dalam. Pada Aralia
terjadi sebaliknya, yaitu floem terdapat di tengah, dan xilem terdapat di sebelah luar
dan dalam.

6. Batang Monocotyledone

Gambar 31
Batang Poaceae pada penampang melintangnya tampak mempunyai berkas
pengangkut yang tersusun dalam dua lingkaran. Pada rumput-rumputan, berkas
pengangkut yang tersusun melindungi di sebelah luar tertanam dalam jaringan
sklerenkim. Antara berkas pengangkut yang kecil dengan epidermis terdapat
serabut dan klorenkim. Stomata terdapat pada epidermis di dekat klorenkim. Pada

23
batang dengan bekas pengangkut tersebar, tidak terdapat lapisan serabut tepi, akan
tetapi parenkim di bawah epidermis mengalami penskleritan. Pada batang
Monokotil, tidak terjadi pertumbuhan sekunder dan berkas pengangkutnya
mempunyai selubung sklerenkim.
Monocotyledoneae selain Poaceae juga mempunyai berkas pengangkut
tersebar atau melingkar dekat bagian tepi. Potamogeton, tumbuhan Monokotil yang
hidup di air, mempunyai korteks lebar yang terdiri atas jaringan aerenkim. Antara
korteks dan silinder pembuluh dibatasi oleh endodermis yang selnya kecil.
Pada umumnya, monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari
kambium pembuluh, tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal. Misalnya
pada Palmae. Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim
dasar. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan sekunder menyebar (diffuse). Namun
ada juga tumbuhan Monokotil yang mempunyai kambium sehingga mengalami
pertumbuhan sekunder, yaitu pada Liliflorae berkayu (Agave, Aloe, Cordyline,
Draceaena, Sansevieria, dan Yucca). Kambium berasal dari parenkim yang terdapat
di luar berkas pengangkut primer, yang menghasilkan berkas pengangkut sekunder
dan parenkim ke arah dalam, serta sejumlah kecil parenkim ke arah luar.
Perkembangan berkas pengangkut berasal dari sel turunan kambium yang
membelah memanjang, kemudian sel yang dihasilkan membelah memanjang lagi
dua atau tiga kali. Hasil pembelahan ini berdiferensiasi menjadi unsur pembuluh
dan bergabung dengan sel sklerenkim. Sel yang berderet tegak bergabung
membentuk berkas pengangkut. Berkas pengangkut sekunder mungkin kolateral
atau amfivasal.

G. Pengaruh Hormon pada Batang


Layaknya manusia, baik tumbuhan juga memerlukan hormon untuk bertahan
hidup. Meskipun tifak terlalu krusial, keberadaan hormone secara nyata juga tetap
di perlukan. Hal ini sangat membantu dalam perkembangan dan pertumbuhan
menjadi tanaman yang baik dan berkualitas. Tumbuhan dengan keberadaan
hormone yang baik dan cukup, akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
yang unggul dan bagus.

24
Meskipun tubuh tumbuhan secara nyata tidak bisa bergerak, namun sebenarnya
ia bisa merespon lingkungan yang ada di sekitarnya. Tanaman bisa merasakan
gravitasi bumi, bisa merasakan panas cahaya matahari, bisa merasakan sentuhan
manusia (pada tanaman putri malu yang ketika di sentuh langsung menguncup),
bisa paham dan mengerti perubahan musim serta tahun yang sudah berlalu.
Meskipun kita tidak tahu, tapi coba anda belah batang tubuh tanaman yang tinggi,
pasti akan terlihat lingkaran tahun atau annual yang berubah ubah warnanya sesuai
dengan musim.

Ada beberapa jenis hormon yang di miliki oleh tumbuhan, yang berperan bagi
batang tumbuhan :

1. Hormon Auksin
Hormon yang di namakan auksin ini memiliki beberapa kelebihan. Fungsi
hormon auksin yang utama adalah membuat tanaman semakin berkembang dengan
baik dan tumbuh menjadi berkualitas. Beberapa manfaatnya bagi batang adalah :

-Memacu pemanjangan titik sel tumbuh batang

Hormon auksin juga memiliki kelebihan dalam membantu tanaman agar


bisa tumbuh semakin panjang. Dengan begitu pertumbuhannya baik, apalagi dalam
rangka pembentukan buah dan bunga cepat. Sayangnya jika pertumbuhan titik sel
batang cepat, akan mengalami hambatan dalam pemanjangan titik sel akar.

-Membantu peristiwa fototropisme

Peristiwa fototropisme menyebabkan batang tanaman yang berdiri memiliki


condong kearah sinar matahari langsung.

2. Hormon Giberelin

hormon ini berfungsi sinergis dengan hormone auksin. Biasanya di kenal


sebagai hormone yang memiliki fungsi hormon giberelin yang menyebabkan
tanaman menjadi raksasa
-Membantu pertumbuhan tanaman menjadi besar

Banyak yang menyebutkan bahwa keberadaan hormon ini menjadikan


tanaman tumbuh seperti raksasa. Maka beberapa tanaman yang kerdil atau memiliki

25
pertumbuhan lambat dan berbeda dengan tanaman pada umumnya, akan di bantu
dengan pemberian hormon giberelin. Supaya tinggi tanamannya sama dengan yang
lain dengan kata lain akan berpengaruh pada batang tumbuhan yang semakin besar
dan tinggi.

3. Hormon Kalin

Hornon ini sangat erat kaitannya dalam proses organogenesis atau di kenal
dengan mendiferensiasi organ-organ tanaman agar tumbuh dan berkembang sesuai
dengan alat spesifiknya. Hal ini berkaitan dengan kinerja organ tumbuhan agar
lebih baik.

-Kaulokalin

ada beberapa macam hormon kalin salah satunya adalah hormone


kaulokalin Dari namanya sudah kelihatan, bahwa tanaman dengan keberadaan
hormone ini akan membantu perkembangan. Misalnya dalam bentuk organogenesis
batang. Sehingga batang bisa tumbuh dengan baik dan cepat.

4. Hormon Asam Absisat

-Menjaga dan mempertahankan tumbuhan


Salah satu manfaat penting dari hormon ini adalah membantu untuk
menjaga batang dan bgian tanaman lain agar bebas dari tekanan yang berasal dari
lingkungan bebas yang sifatnya bisa merusak
-Aktif dalam proses penuaan
Menghambat terjadinya penuaan batang dalam tanaman

H. Penyakit Penyakit Tanaman pada Batang

1. Jenis Penyebab Penyakit pada batang

Penyakit yang menyerang batang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit

yang menyerang batang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya

26
jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus. (Indriyanto.

2008).

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir

semua bagian tumbuhan, terutama batang. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan

oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. (Elis, Nihayati. 1986).

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya Jika

menyerang bagian ranting menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak

tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh

permukaan ranting kering dan rontok. (Astiani. 2000).

Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit

kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang

terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu

akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. (Elis,

Nihayati. 1986).

Bakteri dapat membusukkan, batang,. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang

bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika

disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang

diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida. (Elis, Nihayati. 1986).

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh

virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan

menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang

sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit

daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV

(Tabacco Mosaic Virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat

menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga. (Abdul Qodir Hadi, dkk. 2011)

27
2. Contoh – Contoh penyakit pada batang

a. Penyakit citrus vein phloem degeration pada suku jeruk jerukkan

Penyakit citrus vein phloem degeration atau sering di sebut dengan CVPD,
Nama internasionalnya adalah huanglongbing HLB dari bahasa Tionghoa,
Karena luasnya serangan penyakit ini, ia dikenal pula sebagai citrus greening
disease, yellow shoot disease, leaf mottle yellows (Filipina), libukin
(Taiwan), dan citrus dieback (India). Penyakit ini kerap sekali menyerang
suku jeruk-jerukan yang mengakibatkan daun menguning dan bahkan
berlubang pada bagian batang tengah daun.

b. Penyakit bercak daun busuk batang pada tanaman anggrek

Busuk batang disebabkan oleh bakteri Erwinia Cypripedii. Penyakit


bercak daun busuk batang seringkali menyerang anggrek pada musim
penghujan. Hal ini dikarenakan jenis bakteri Erwinia Cypripedii menyukai
kondisi lingkungan yang lembab dan basah.

c. Penyakit Diplodia pada batang pohon manga

Penyakit diplodia ini disebabkan oleh jamur Botryodiplodia


Theobromae yang biasa menyerang tanaman mangga pada bagian batang dan
juga ranting.Serangan biasanya muncul karena dipicu oleh adanya luka pada
tanaman yang disebabkan benda tajam atau goresan benda lain, sehingga saat
musim kemarau luka tersebut akan mengeluarkan blendok dan saat musim
hujan luka akan berkembang hingga ke jaringan kayu. Ranting atau batang
yang terserang biasanya kulit luarnya akan tampak pecah-pecah dan
mengeluarkan cairan coklat kehitaman. Semakin lama luka akan melebar dan
kulit mengelupas, lalu pada bagian tanaman di atasnya akan menjadi kering
dan mati.

Gambar 32

28
d. Layu fusarium pada tanaman tomat

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur Fusarium


oxysporum. Jamur ini awalnya menyerang dari akar kemudian berkembang
ke lewat jaringan pembuluh. Tanaman tomat yang terkena penyakit ini akan
berubah menjadi layu dan mati.Jaringan pembuluh yang terserang berwarna
coklat dan menghambat aliran air dari akar ke daun. Sehingga daun dan
batang atas menjadi layu. Pada malam hari tanaman masih terlihat segar,
begitu ada sinar matahari dan terjadi penguapan tanaman dengan cepat
menjadi layu. Pada sore harinya, bisa kembali menjadi segar dan keesokan
harinya akan layu kembali hingga pada akhirnya mati.

e. Penyakit Phytophthora pada batang tanaman cabai.


Serangan Phytophthora juga dapat langsung menyerang batang cabe
yang lebih tua. Gejalanya terlihat jika terdapat batang cabe yang membusuk,
lembek dan berwarna kecoklatan, kulit batang mudah terkelupas. Bagian atas
batang yang terserang akan layu, mengering dan mati.

29
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah dapat di ambil kesimpulan :

Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan
sumbu tubuh tumbuhan. Seperti kita ketahui bersama bahwa batang merupakan hal
yang sangat vital dari organ-organ yang ada pada suatu tumbuhan pada umumnya,
betapa penting nya dari suatu organ batang,tumbuhan tidak dapat hidup dengan
sempurna tanpa adanya organ yang nama nya batang seperti suatu hal yang tidak
dapat di pisahkan.

Dari sifat sifatnya batang memiliki bagian buku dan ruas, berbentuk
silindris, memiliki pertumbuhan fototropi dan heliotropi, tumbuh dari ujung,
terjadinya percabangan, umumnya tidak berwarna hijau.

Adapun fungsinya mendukung fotosintesis dan jalur transportasi utama dari


air, unsur hara dan bahan organic, serta menimbun cadangan makanan.

Memiliki Klasifikasi berdasarkan kuncup, pertumbuhan kuncup dan


perawakannya.

Memiliki Struktur anatomi batang terdiri dari epiderm, periderm, kortek,


floem premier, floem sekunder, xylem premier, xylem sekunder, kambium. Dimana
ada perbedaan floem premier dan xylem premier dibentuk oleh prakambium ujung
batang dan akar. Sedangkan floem sekunder dan xylem sekunder terdiri dari unsur
trakeal, serabut xylem dan parenkim kayu.

Memiliki tipe batang konifer, dikotil berkayu, dikotil tidak berkayu (perdu),
dikotil merambat, dikotil dengan pertumbuhan menyimpang, dan monokotil.

Adanya beberapa hormon seperti auksin, giberelin, kalin untuk


pertumbuhan nya dan dapat terkena penyakit berasal dari jamur, bakteri, dan virus
dari hama ataupun gulma.

30
Kritik dan Saran.

Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan


menambah wawasan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan
lugas, tentunya banyak kekurang dan kelemahan karana terbatasnya materi dan
referensi yang kami peroleh. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,Estiti B.1995.Anatomi tumbuhan berbiji.Bandung:Penerbit ITB Bandung

Tjitrosoepomo,Gembong.2011.Morfologi tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah Mada


University Press

Rosanti,Dewi.2011.Morfologi Tumbuhan.Jakarta:ERLANGGA

Mulyani,Sri.2006.Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta:KANISIUS

L. Hartanto Nugroho, Purnomo, Issirep Sumardi.2006.Struktur dan perkembangan


tumbuhan.Jakarta:Penebar Swadaya

Elis, Nihayati. 1986. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta: Bumi aksara.

Abdul Qodir Hadi, dkk. 2011. 10 Tanaman Investasi Pedulang rupiah. Jakarta:
Grafindo

Ophin. 2010. Anatomi Tumbuhan, (Online),


(http://k4rti3k4.student.umm.ac.id/2010/01/21/anatomi-tumbuhan/),
diakses 29 Oktober 2019

Kartini, Endang. 2010. Batang, (Online), (http://e-learning.um.ac.id/), diakses 29


Oktober 2019

Zainudin.2017.Mengenal Macam – Macam jenis Penyakit Pada Tumbuhan,


(online), (https://www.agrotani.com/penyakit-pada-tumbuhan-dan-jenis-
penyakit-tanaman/), diakses 31 Oktober 2019

GDMinfo.Kenali Dan Cegah Penyakit Bercak Daun Busuk Batang Pada Anggrek,
(online), (https://gdmorganic.com/bercak-daun-busuk-batang-anggrek/),
diakses 31 Oktober 2019

2018.Penyakit Utama pada Tanaman Mangga, (online),


(https://8villages.com/full/petani/article/id/5c244d5459678e677c05aead),
diakses 31 Oktober 2019

32
Redaksi ALAM TANI.Hama dan penyakit tanaman tomat,(online),
(https://alamtani.com/tanaman-tomat/), diakses 31 Oktober 2019

azzamy.2015.Busuk Phytophthora (Busuk batang, busuk daun, busuk kuncup dan


busuk akar) Pada Tanaman Cabai, (https://mitalom.com/busuk-
phytophthora-busuk-batang-busuk-daun-busuk-kuncup-dan-busuk-akar-
pada-tanaman-cabai/), diakses 31 Oktober 2019

33

Anda mungkin juga menyukai