Anda di halaman 1dari 52

MODUL

BOTANI FARMASI

ANATOMI DAN
MORFOLOGI BUNGA

Disusun Oleh :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.

BAGIAN BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


segala nikmat kepada kami sehingga penyusunan modul kuliah ini
dapat diselesaikan sebagai mana mestinya.
Modul kuliah ini dimaksudkan sebagai bahan ajar yang akan
mendukung kelancaran proses pembelajaran pada Mata Kuliah
BOTANI FARMASI pada Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Materi-materi yang disajikan dalam modul ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mendalam mengenai Anatomi dan
Morfologi Bunga yang penting sebagai dasar bagi mata kuliah
semester-semester berikutnya.
Sebagai sebuah karya keilmiaan, kami berharap semoga
modul ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja
yang membaca dan mempelajarinya. Dan sebagai sebuah karya pula
maka kami menyadari bahwa sudah pasti terdapat kekurangan
ataupun kejanggalan di berbagai tempat dalam buku ini. Oleh sebab
itu, demi kesempurnaannya di masa mendatang, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Jember, Januari 2016

PENYUSUN
DAFTAR ISI

Hal.
Halaman Judul ............................................................................ i
Kat
a Pengantar........................................................................... ii
Daf
tar Isi ...................................................................................iii
1.
1.Anatomi Bunga................................................................ 1
1
.1.1. Daun Mahkota dan Daun Kelopak ................... 1
1.1.2. Benang Sari....................................................... 3
1.1.3. Pistillum..........................................................
15
1
.2.Morfologi
Daun ............................................................. 29
1
.2.1. Struktur Morfologi Bunga .............................. 29
1
.2.2. Letak Bunga pada Tumbuhan......................... 36
1.2.3. Struktur Benang Sari....................................... 37
1
.2.4. Struktur Putik.................................................. 39
1
.2.5. Perbungaan ..................................................... 41
1
.3.Tugas/Diskusi ...........................................................
..... 48
1
.4.Rangkuman................................................................
.... 48
1
.5.Rujukan
Pengayaan ....................................................... 49
1
.6.Latihan
Soal................................................................... 49
1
ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA

A. Capaian Pembelajaran (LO) Prodi


Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam
perancangan, pembuatan dan penjaminan mutu sediaan
farmasi bahan alam.

B. Capaian Pembelajaran (LO) MK


Memahami anatomi dan morfologi bunga dalam rangka
mendukung pembuatan sediaan farmasi bahan alam yang
berkualitas.

C. Kompetensi yang Diharapkan


1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian anatomi
dari organ bunga suatu tanaman beserta fungsinya.
2. Mahasiswa mampu mengenali dan
membedakan tanaman berdasarkan struktur anatomi
bunga.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian morfologi
dari organ bunga suatu tanaman beserta fungsinya.
4. Mahasiswa mampu mengenali dan
membedakan
tanaman berdasarkan struktur morfologi bunga.

5. Anatomi Bunga

Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga


dikatakan lengkap apabila mempunyai daun kelopak, daun
mahkota, benang sari, putik atau daun buah. Bunga terdiri atas
bagian fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta bagian
yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota.

1. Daun Mahkota dan Daun Kelopak

Secara anatomi daun mahkota dan daun kelopak


mempunyai struktur yang sama, terdiri atas sel-sel
2

parenkimatis. Parenkim dasar terletak di antara epidermis atas


dan epidermis bawah. Jaringan ini juga disebut mesofil. Sistem
pembuluh terdapat pada jaringan dasar. Pada jaringan dasar
mungkin terdapat sel-sel yang mengandung kristal idioblas
atau saluran getah/ sel getah. Sel-sel tersebut berhubungan
dengan unsur pembuluh. Daun kelopak suku Geraniacea
mempunyai hipodermis yang berdinding tebal, masing-masmg
dengan kristal drusen. Sel-sel daun kelopak mengandung
kloroplas. Epidermis daun kelopak dilapisi kutin pada bagian
luarnya, serta terdapat stomata dan trikomata seperti pada daun.
Struktur sistem pembuluh seperti pada daun hanya kurang
jelas strukturnya.

Gambar 1. Diagram struktur anatomi petala beberapa jenis


tumbuhan. Keterangan: A. Amelanchia laevis; B.
Lysimachia nummularia; C. Pinguicula vulgaris; t.
trikoma kelenjar; u. ruang sekretoris (Eames &
McDaniels, 1953)

Daun mahkota mempunyai satu atau banyak pembuluh


berukuran kecil. Epidermis bentuknya khusus, merupakan
tonjolan yang disebut papila, dilapisi oleh kutikula. Adanya
3

warna yang bermacam-macam pada daun mahkota disebabkan


oleh adanya kromoplas atau pigmen tambahan yang terdapat
pada cairan sel. Zat tepung sering dibentuk pada daun mahkota
yang masih muda. Minyak volatil yang karakteristik pada
bunga umumnya terdapat pada sel-sel epidermis.

1.1.2. Benang Sari

Benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari.


Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel
parenkimatis yang mempunyai vakuola, tanpa ruang antar sel.
Sel-sel ini sering mengandung pigmen. Epidermis dengan
kutikula, trikoma atau mungkin stomata. Kepala sari
mempunyai struktur yang sangat kompleks, terdiri atas
dinding yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdapat
loculus/ruang sari (mikrosporangium) yang berisi butir-butir
serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap
jems tumbuhan bervariasi.

Struktur kepala sari (antera)


Pada umumnya suatu antera terdiri atas 4
mikrosporangia (4 lokuli). Pada waktu matang, 2 sporangia
dan masing-masing sisi akan menyatukan diri menjadi
teka, sehingga ada 2 teka. Suatu keadaan yang berbeda,
bahwa
pada antera terdapat jaringan steril yang disebut septa,
memisahkan deretan lobus, misalnya pada beberapa anggota
4

suku Inimosacea. Pada jenis lain seperti Viscum, masing-


masing polen dikelilingi oleh jaringan pelindung, dan letaknya
berderet-deret, secara horizontal dan vertikal, sehingga
masing-masing antera mempunyai 50 lokuli.

Gambar 2. Struktur kepala sari pada bunga Lilium sp. en.


Endotesium; ep. Epidermis; js. Jaringan sporogen
(sel induk mikrospora); k. konektivum; 1. lapisan
tengah; ss. Serbuk sari (pollen); st. stoinium; ts.
Sisa tapetum; t. tapetum. (Foster & Gifford, 1974;
Maheswari, 1950)

Terdapat dua jenis kepala sari, yaitu:


a) Penampang melintang kepala sari muda
Kepala sari terdiri atas 4 lobi (lokuli), tapetum menyelubungi
jaringan sporogen.
5

b) Penampang melintang kepala sari dewasa (masak)


Antera masak dengan serbuk sari yang banyak.
Kedua lobi pada masing- masing sisi mengadakan
persatuan, disebut teka. Lamina fibrosa
(endotesium) tampak tebal,
menipis. lebih epidermis

Perkembangan kepala sari (antera)


Suatu antera yang muda terdiri atas suatu masa sel yang
homogen yang dikelilingi oleh lapisan epidermis. Selama
perkembangan antera menghasilkan 4 lobi dan setiap
lobus beberapa sel hipodermal menjadi lebih menarik
perhatian
dibanding yang lain karena ukurannya yang besar,
bentuk selnya memanjang ke arah radial dan intinya jelas.
Sel-sel ini
adalah sel arkesponum. Sel-sel arkesporium membelah
dengan dinding perikimal (sejajar permukaan) menghasilkan
sel-sel
parietal primer di sebelah luar dan sel-sel sp rogen
primer di sebelah dalam. Sel-sel parietal primer membelah
lagi secara
periklinal menghasilkan lapisan parietal sekunder.
Lapisan parietal sekunder inilah yang nantinya akan
menghasilkan
dinding antera.
Sel sporogen primer membelah-belah lagi secara
mitosis, dan sel-sel hasil pembelahan mitosis menjadi sel
6

menghasilkan tetrad mikrospora. Selanjutnya sel-sel dalam


tetrad memisahkan diri menjadi sel mikrospora yang soliter.

Lapisan dinding kepala sari dan mikrospora berasal dari


jaringan arkesporium.

Gambar 3. Struktur dan perkembangan kepala sari pada


tumbuhan Angiospermae, Keterangan: A, B.
Jaringan meristematis dikelilingi epidermis; C.
Sel-sel hipodermal terdiferensiasi menjadi sel-
sel arkesporium; D. Lapisan parietal primer dan
sel spongen primer telah terbentuk; E. Lapisan
parietal primer mulal membelah; e: epidermis, m:
lapisan tengah, sp: sel sporogen primer, t: sel
induk tapetum.

Menurut Bhojwani & Bhatnagar (1978, 1999) kepala


sari mempunyai lapisan dinding sebagai berikut:

Epidermis (eksotesium)
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel.
Epidermis menjadi memipih dan membentuk tonjolan (papila)
7

pada kepala sari yang masak, dan berfungsi sebagai pelindung


epidermis. Disebut eksotesium apabila sel-selnya mengalami
penebalan berserabut.

Endotesium
Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah
dalam epidermis. Pada kepala sari yang masak
endotesium mengadakan penebalan ke arah radial, tangensial
sebelah dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak
teratur dan menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur
berserabut menyebabkan endotesium mempunyai fungsi untuk
membantu membukanya antera. Dengan adanya struktur yang
berserabut pada dindingnya maka endotesium sering disebut
lamina fibrosa. Endotesium biasanya hanya satu lapis sel,
tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan ada yang terdiri atas
beberapa lapis sel. Pada tumbuhan air biasanya tidak dijumpai
adanya penebalan berserabut pada endotesium. Pada tumbuhan
kleistogam (bunga tidak pemah membuka) serta beberapa jenis
termasuk Hydrochanitaceae, endotesium gagal mengadakan
perkembangan, sehingga mikrospora (butir serbuk sari) keluar
melalui lubang di bagian apikal kepala sari.

Lapisan tengah
Lapisan tengah merupakan lapisanyang
terletak disebelah dalam endotesium, terdiri dan 2-3 lapis
sel atau
lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan
berkembangnya
8

antera sel-selnya menjadi tertekan dan memipih, karena


terdesak oleh endotesium, sehingga sering pula disebut lapisan
tertekan. Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora
(sporosit) mengalami pembelahan meiosis. Pada tumbuhan
tertentu tidak dijumpai adanya lapisan tertekan.

Tapetum
Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan
berkembang mencapai maksimum pada saat
terbentuknya serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi
memberikan seluruh isi selnya selama perkembangan
mikrospora. Tapetum umumnya merupakan derivat lapisan
parietal primer. Namun pada suatu spesies, misalnya pada
Alectra thomsoni, sel-sel tapetum mempunyai 2 tipe
berdasarkan atas sel penyusunnya, yaitu:
1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan
sel-sel konektivum;
2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama,
merupakan derivat dan lapisan parietal primer.
Menurut Maheswari Devi (1963), tapetum pada
Calotropis gigantea terdiri dari beberapa lapis sel.
Menurut Bhojwarn dan Bhatnagar (1999), ada 2 tipe
tapetum, yaitu:
a. Tapetum ameboid (plasmodial)
Pada tipe ini tapetum mengeluarkan seluruh masa
protoplasnya ke dalam lokulus (ruang sari) dan
dinding selnya mengalami lisis. Kemudian protoplas
9

tapetum ini menggabungkan diri dengan protoplas


yang ada di da!am lokulus, se!anjutnya protoplas
tersebut bergerak menyelubungi sel induk spora.
Tapetum tipe ini biasanya dijumpai pada tumbuhan
Monocotyledoneae dan Dycotyledoneae tingkat
rendah.
b. Tapetum sekresi (glandular)

Tapetum menge!uarkan isi selnya secara berkala,


sedikit demi sedikit. Dinding selnya tidak
mengalami lisis, dan sisa selnya masih dapat dilihat
selama perkembangan mikrospora. Tipe ini
dijumpai pada tumbuhan Angiospermae yang telah
maju tingkatannya.

Mikrosporogenesis
Setiap jaringan sporogen kadang- langsung
kadang
berfungsi sebagai sel induk
mungkin
mikrospora, atau mengalami
jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis.
beberapa kali pembelahan mitosis, sehingga
Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami
pembelahan meiosis, menghasilkan mikrospora yang bersifat
haploid.

Sitokinesis
Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel
induk mikrospora dapat terjadi secara susesif atau secara
10

simultan.

Secara susesif
Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang
memisahkan dua inti, sehingga terbentuk stadium 2 sel
(diad). Pembentukan dinding secara sentrifugal (dari bagian
tengah ke tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah
dibentuk dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari
tetrad yang bertipe isobilateral. Misalnya pada Zea mays.

Secara simultan
Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan
dinding, sehingga terdapat stadium 2 inti (binuldeat).
Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan, terbentuk
serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis
winteri

Gambar 4. Pembentukan dinding pollen secara susesif


menghasilkan tipe tetrad isobilateral.
Keterangan: A. sel induk mikrospora; B.
pembelahan meiosis I; C. awal pembelahan
meiosis II; D. fase anafase pembelahan meiosis
II; E. akhir pembelahan meiosis II, dthasilkan 4
sel (tetraci) mikrospora.
11

Gambar 5. Pembentukan dinding pollen setelah pembelahan


sel induk mikrospora tipe simultan. Keterangan: A
- D. pembelahan meiosis I tanpa dinding sekat; E
- I. Pembelahan meiosis II; E, F. diantara inti
terdapat vakuola kecil, terjadi ikatan longgar (lihat
daerah yang berwarna putth); G-I. mulai terbentuk
dinding pemisah dari bagian tepi ke tengah.

Tetrad Mikrospora
Pada umumnya susunan mukrospora pada tetrad adalah
tetrahidris atau isobilateral. Tetapi pada jenis yang lain
12

susunan tetrad mikrospora adalah: dekusata, linier, bentuk


huruf T.

Gambar 6. Tipe tetrad mikrospora pada Angioispermae.


Keterangan: 1. tetrahedral; 2. isobilateral; 3.
dekusata; 4. bentuk T ; 5. linier.

Perkembangan Gametofit Jantan


Mikrospora merupakan awal dari generasi gametofit
jantan. Mikrospora dewasa yang telah lepas dari tetrad,
dikenal sebagai butir pollen (serbuk sari).
Serbuk sari mempunyai 2 lapisan dinding yaitu eksin
merupakan lapisan terluar dari intin lapisan dalam. Eksin
tersusun dari sporopolenin, sedang intin tersusun dan
polisakarida. Serbuk sari yang baru terbentuk mempunyai
sitoplasma yang padat, dengan inti di bagian tengahnya.
Setelah antera masak, pollen keluar melalui lubang yang
disebut stomium. Epidermis yang letaknya berdekatan dengan
stomium dinding mengalami penebalan membentuk struktur
yang khusus.
13

Perkembangan pollen (Inikrogametogenesis)


Pollen yang baru dibentuk umumnya mempunyai
sitoplasma yang padat. Selnya secara cepat bertambah
volumenya, diikuti oleh vakuolisasi dan perpindahan inti dari
bagian tengah menuju ke bagian yang berdekatan dengan
dinding sel. Pada tanaman tropis, biasanya inti segera
membelah tetapi pada tanaman yang hidup di daerah dingin
terdapat fase istirahat beberapa han sampai beberapa minggu.
Pada Tradescantia reflexa fase istirahat 4 hari atau kurang dari
4 hari, sedang pada Himantoglossum hircinum 2 sampai
3 minggu.

Pembentukan sel vegetatif dan sel generatif

Gambar 7. Perkembangan gametofit jantan. Keterangan: A.


Serbuk sari yang baru terbentuk dengan 1 inti; B.
14

Serbuk sari membesar, inti pindah ke bagian tepi,


dan di bagian tengah terbentuk vakuola; C. Inti
serbuk sari mengadakan pembelahan; D. Stadium
2 inti pada serbuk sari. Inti sel vegetatif lebih
besar ukurannya dan terletak di bagian tengah. Sel-
sel generatif letaknya dekat dengan dinding sel; E.
Inti sel generatif mulai kehilangan kontak dengan
dinding sel, dan bentuknya berubah menjadi bulat;
F. Inti sel generatif terdapat bebas pada sitoplasma;
G-H. Inti sel generatif mulai mengadakan
pembelahan dan dan hasil pembelahan terbentuk 2
sel sperma; I-J. Inti sel generatif membelah di
dalam buluh serbuk sari.

Pada awal gametogenesis inti serbuk sari membelah


menjadi dua sel, yaitu sel vegetatif dan sel generatif. Kedua sel
tersebut ukurannya tidak sama. Sel vegetatif lebih besar
dibanding sel generatif Selanjutnya Sel generatif membelah
secara mitosis menghasilkan 2 sel sperma.

Dinding pollen
Dinding pollen berlapis-lapis. Dinding terluar disebut
eksin dan dinding dalam disebut intin. Eksin terdiri atas
ekteksin dan endeksin. Ekteksin tersusun oleh tektum di
bagian luar; bagian dalam adalah lapisan kaki (foot layer)
berbatasan dengan endeksin; dan bakulum yaitu lapisan yang
terdapat antara tektum dan lapisan kaki.
Eksin tersusun atas sporopolenin, merupakan derivat
dan karotenoid yang mengalami polimerisasi oksidatif.
Sporopoleum sangat resisten terhadap faktor fisik dan
15

dekomposisi biologik. Lapisan intin terdiri atas pektosellulose.


Struktur selulose terdiri atas inikrofiblir yang tersusun paralel
terhadap permukaan dinding.

Gambar 8. Struktur sel pollen pada Angiospermae.


Keterangan: A. sel pollen dilindungi oleh
dinding yang tebal, dengan 2 inti yang jelas,
yaitu inti vegetatif(besar) dan inti generative
(kecil); B. Perbesaran. b: bakulum; ek: eksin;
in : intin; en : endeksin; t tektum; k: lapisan
kaki.

3. Pistillum
Megasporangium dan Megasporogenesis
Tumbuhan Angiospermae pada umumnya mempunyai
megasporofil (daun buah) yang berkembang ke dalam
suatu pistilum. Pistilum (putik) biasanya mengalami
diferensiasi menjadi 3 bagian yaitu:
1. bagian basal yang menggelembung disebut ovarium
16

(bakal buah).
2. bagian yang memanjang disebut stilus (tangkai putik)
3. bagian ujung stilus disebut stigma (kepala putik)
Di dalam ovarium terdapat dua atau lebth dan dua
ovulum (bakal biji). Ovulum berkembang
(berasal)
1. megasporangium
dan plasenta. Suatu ovulum (kandung lembaga embiyo
terdiri atas: sac)
suatu badan sentral,
2. merupakan hasil perkembangan lebih lanjut dan
megaspora yang berfiingsi.
3. nuselus, yakni jaringan yang menyelubungi badan
sentral. Nuselus diselubungi oleh sath atau dim
integumen.
4. integumen, suatu jaringan yang menyelubungi
nuselus.
5. funikulus, tangkai yang mendukung bakal biji,
dimana bakal biji itu melekat pada plasenta.
Ukuran nuselus, jumlah integumen dan bentuk ovulum
sangat pentmg untuk membedakan ciri khas suatu
ovulum pada kelompok tumbuhan berbunga. Ovulum
digolongkan ke dalam 5 tipe, tergantung aksis ovulum
tersebut, apakah tegak atau melengkung terhadap mikropil dan
funikulus.
17

Tipe ovulum tersebut adalah:


1. orthotropus : Mikropil menghadap ke atas
terletak segaris dengan hilus.
2. Anatropus : Mikropil dan hilus
letalmya
sangat berdekatan.
3. Kampilotropus : ovulum berbentuk kurva.
4. Heinianatropus : apabila nuselus dan intigumen
18

terletak kurang lebih di sudut funikulus.


5. amfitropus: ovulum berbentuk seperti sepatu kuda.

Megasporogenesis
Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu,
merupakan masa sel yang diselubungi oleh epidermis,
berasal dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel hipodermal
pada nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat
dan ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini
membelah secara perildinal atau langsung berfungsi sebagai
sel induk megaspora. Bila membelah secara periklinal, sel
arkesporial tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen
primer dan ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel
sporogen berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora.
Sel induk megaspora (megasporosit) membelah secara
meiosis membentuk 4 megaspora yang haploid dan
umumnya bertipe linier, tetapi ada yang berbentuk huruf T,
antara lain pada Orchic maculata dan Driniys winteri. Sedang
pada beberapa suku Crassulaceae, Hydrochaitaceae dan
Musaceae dilaporkan mempunyai tipe berturut turut
isobilateral, tetrahidris dan bentuk T. Dari 4 inti megaspora
hasil meiosis yang tersusun linier tersebut hanya satu inti
megaspora yang berfungsi yaitu yang letaknya paling bawah
dari tetrad, tiga lainnya mengalami degenerasi.
19

Perkembangan gametofit betina (Megagametogenesis)

Gambar 9. Megasporogenesis dan perkembangan kandung


lembaga (megagametofit) tipe Normal
(polygonum) pada Angiosperm.

Gametofit betina (kantong embrio) yang dewasa terdiri


atas 7 sel, yaitu sel sentral yang besar dengan 2 inti kutub, di
bagian mikrofil 2 sel sinergid dan 1 sel telur serta di bagian
khalaza 3 sel antipoda. Perkembangan kantong embrio dimulai
20

dengan memanjangnya inti megaspora yang berfungsi.


Tergantung jumlah inti megaspora yang berperan dalam
pembentukannya, gametofit betina (kantong embrio) mungkin
bertipe monosporik, bisporik atau tetrasponik. Masing-masing
kelompok tersebut mempunyai lebih dari satu tipe. Tipe
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Monosporik
Pada tipe ini inti megaspora yang berperan selama
perkembangan gametofit jumlahnya satu. Tipe ini
merupakan tipe normal (tipe Polygonium) Tipe kedua yaitu
Oenothera*, pada tipe ini hanya terjadi 2 kali pembelahan inti
megaspora, sehingga hanya ada 4 inti di bagian mikrofil.
2. Bisporik
Inti megaspora yang berfungsi pada perkembangan
gametofit betina ada 2. Setelah meiosis pertama pada
proses megasporogeilesis terbentuk 2 set, dan 2 sel tersebut
hariya satu, sel yang melanjutkan meiosis II, sedang yang lain
mengalami degenerasi. Pada pembelahan meiosis II tidak
terjadi pembentukan dinding sekat, dan kedua inti megaspora
berperan dalam pembentukan kandung lembaga. Dua inti ini
kemudian membelah mitosis 3 kali, menghasilkan 8 inti.
Akhirnya orgamsasi kandung lembaga seperti pada tipe normal
(Polygonum). Tipe bisporik dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. tipe Allium
Pada tipe ini megaspora yang berfungsi adalah
yang berada di bagian khalaza, sedang yang ada di
bagian
21

mikrofil mengalami degenerasi setelah meiosis 1.


b. tipe Endyinion
Megaspora yang berfungsi pada tipe ini adalah yang
ada di bagian mikrofil. Inti megaspora yang ada di
bagian khalaza mengalami degenerasi.
3. Tetrasporik
22

Pada tipe ini pembelahan meiosis dari sel induk


megaspora selama megasporogenesis tidak diikuti oleh
pembentukan dinding sekat, sehingga pada akhir meiosis 4 inti
haploid tetap di dalam sitoplasma sel yang sama (terjadi
pembelahan inti bebas).
Pola organisasi kandung lembaga tetrasporik ini sangat
bervariasi. Susunan kandung lembaga sebelum mengalami
mitosis adalah sebagai berikut:
a. Terdiri 4 inti yang tersusun 1+1+1+1, masing-
masing ada di bagian mikrofil, khalaza dan di bagian
lateral kandung lembaga. Misalnya pada tipe
Peperoinia, Penae dan Plumbago.
b. Terdiri dari 4 inti tersusun 1+3. Satu ini bagian
mikrofil 3 di bagian khalaza. Pada tipe ini 3 inti di
khalaza ada yang mengadakan fusi seperti tipe
Fritillaria dan Plumbagela, sedang pada tipe Drusa
tidak tenjadi fusi.
c. Terdiri dari 4 inti dengan susunan 2+2, dua inti di
bagian mikrofil, dua inti di bagian khalaza. Misalnya
tipe Adoxa.
d. Suatu tipe perkembangan kandung lembaga
tetrasporik yang spesifik di jumpai pada
Chrysanthemum cinerariaefolium. Perkembangan
tipe ini setelah stadium 4 inti, pada akhir meiosis,
dengan susunan 1+2+1. 3 inti terletak di bagian
khalaza dan mikrofil, sedang 2 inti terletak di
23

bagian tengah.

Polinasi
Polinasi adalah jatuhnya butir pollen pada kepala putik.
Pada Gymnospermae karena tidak mempunyai putik,
butir pollen langsung jatuh pada nuselus. Perpindahari pollen
pada Angiospermae ada 2 cara yaitu:
1. Pollen yang jatuh pada kepala putik berasal dari satu
bunga yang sama. Ini disebut penyerbukan sendiri
(autogaini self pollination).
2. Pollen berasal dari bunga lain, ini disebut
penyerbukan silang (cross pollination). Pada tipe ini
dibedakan menjadi 2, yaitu: pollen berasal dari bunga
yang berbeda, tetapi tanaman yang sama.
Penyerbukan semacam ini disebut geitonogaini; dan
pollen berasal dari bunga 2 tanaman yang berbeda.
Tipe demikian disebut xenogami.
Setelah berada pada kepala putik, pollen akan
berkecambah. Lama waktu yang dibutuhkan oleh pollen untuk
berkecambah sangat bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan.
Langkah pertama dari perkecambahan adalah
bertambahnya ukuran pollen, karena mengabsorpsi cairan yang
ada pada permukaan kepala putik (stigma), dan desakan intin
melalui lubang perkecambahari. Suatu buluh kecil tumbuh
memanjang, menembus jaringan stigma dan stilus (tangkai
putik). Pada umumnya buluh pollen bertipe monosifonus.
24

(Sam buluh), tetapi ada yang mempunyai buluh banyak,


seperti pada Malvaceae, Cucurbitaceae dan Campanulaceae.
Keadaan ini disebut polisifonus. Pada Althaea rosea
mempunyai 10 buluh pollen, sedang pada Malva neglecta 14
buluh. Stigma merupakan bagian yang berperanan penting
dalam perkecambahan pollen.
Setelah buluh muncul dari butir pollen, buluh tersebut
mencari jalan pada permukaan papila stigma, misalnya pada
Gossypium atau melalui lapisan dinding stigma yang sel-
selnya terdiri atas pektoselulosa misalnya pada Lilium, ke
dalam jaringan stilus. Dinding buluh pollen terdiri atas 3
lapisan yaitu terluar terdiri atas pektin, lapisan tengah dan
pektoselulosa, dengan struktur fibriler yang kaya akan β-1,4
linked glucan. Sitoplasma pada buluh kaya akan mitokondria
dan badan golgi, retikulum endosplasma halus dan kasar,
vesikel, amiloplas dan badan lipid. Vesikel kaya akan
polisakarida atau RNA.
Berdasarkan keadaan morfologi ada 3 tipe stilus:
1. tertutup ; banyak dijumpai terutama pada tumbuhan
dikotil.
2. terbuka ; dijumpai adanya saluran stilus yang lebar
(tidak ada jaringan transmisi), epidermis berfungsi
nutritif. Sel-sel saluran stilus diselubungi oleh zona
sekretoris.
3. setengah tertutup; saluran stilus tidak lebar
dikelilingi oleh jaringan transinisi yang rudimenter
25

terdiri atas 2-3 lapisan sel kelenjar (sekresi).

Gambar 10. Tipe-tipe stilus pada Angiospermae. Keterangan:


A. Potongan bujur pistihini; B. Potongan bujur
bagian atas dan stigma; C. Potongan bujur stilus
tipe terbuka; D. Potongan lmtang stilus tipe
tertutup; E. Serbuk sari yang telah berkecambah.

Pembuahan
Setelah berkecambah, buluh menembus jaringan stilus
(pada tipe tertutup) atau membuat jalan pada permukaan
26

epidermis yang membatasi saluran stilus (pada tipe terbuka)


yang kemudian masuk ke dalam janingan stilus. Akhirnya
buluh sampai di dalam ovarium, dan segera menuju ovulum.
Masuknya buluh pollen ke dalam ovulum kemungkinansecara:
1. poligami, ini merupakan cara yang umum, yaitu buluh
melalui mikrofil.

2. khalazogaimi, buluh melalui ujung khalaza, misalnya


pada Casuarina.

3. misogami, buluh masuk melalui funikulus misalnya


Pistacia, atau melalui integumen seperti pada
Cucurbita.

Gambar 11. Skema Pola masuknya buluh pollen ke dalam


ovulum

Buluh pollen yang membawa sperma, setelah sampai di


mikrofil masuk ke dalam kandung lembaga dengan 3 cara
yaitu:
1. buluh pollen masuk di antara dmding sel telur
dan
27

dinding sinergid.
2. antara dinding kandung lembaga dan sam sel sinergid.
3. langsung masuk ke dalam salah satu sel sinergid.
Bila langsung masuk ke dalam sel sinergid, buluh
menembus aparatus firiformis, kemudian ujung buluh
pecah, isi sel buluh (sitopasma, inti vegetatif dan sel sperma)
keluar, bergabung dengan sitoplasma sel sinergid. Dua sel
sperma berubah bentuk, kemudian keluar dari sel sinergid.
Satu sel sperma menuju sel telur, dan yang lain mendekati sel
sentral (sel kutub) sel sinergid kemudian mengalami
degenerasi.
Telah dilakukan penelitian, dengan pengecatan khusus
ada 2 badan yang berwarna gelap didalam sel sinergid dan
badan tersebut dinamakan badan x. Menurut Jensen (1972)
telah ditetapkan bahwa satu diantaranya adalah sisa inti
sinergid dan yang lain sisa inti vegetatif, karena mengandung
DNA.
Badan x setelah sperma masuk ke dalam sel telur
terjadilah fusi antara inti sel telur dengan inti sperma. Ini
disebut singami. Sperma yang lain berfusi dengan sel sentral.
Peristiwa ini disebut fusi tripel (tripel fusion). Dengan adanya
dua macam pembuahari tersebut pada Angiospermae dikenal
dengan pembuahan ganda (double fertilization).
Suatu keadaan yang menyimpang, dimana banyak buluh
pollen yang masuk masing-masing membawa 2 sperma, atau
lebih dan sperma dalam satu buluh pollen masuk ke dalam
kandung lembaga. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
28

polispermi. Polispermi adalah suatu keadaan dimana satu sel


telur dibuahi lebih dan satu gamet

Hasil peleburan (fusi) sel gamet jantan dengan sel telur


adalah zigot, dan sel gamet jantan dengan inti kutub adalah
endosperm. Endosperm pada umumnya berkembang lebih
dahulu dari pada zigot. Fungsi endosperm memberi makan
embrio. Ploidi endosperm pada Angiospermae adalah 3n
sedang pada Gymnospermae n (haploid).
29

Gambar 12. Pembuahan ganda pada Lilium martagon.


Keterangan: A. Kandung lembaga yang masak; B.
Buluh serbuk sari (bs) masuk ke dalam kantong embrio
yang masak; salah satu sperma mendekati inti telur, dan
yang lain mengadakan kontak dengan inti kutub. Salah
satu inti sinergid mengalami degenerasi (d); C. Inti
sperma mengadakan kontak dengan inti telur dan sel
sentral; D. Perkembangan lebih lanjut dan pembuahari;
E-H. Fusi antara inti telur dengan sperma; I-N. (Fusi
antara inti sperma dengan kedua inti kutub (tripel
fusion).

2. Morfologi Bunga
1. Struktur Morfologi Bunga
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi.
Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim
yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Pembentukan
30

bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak


jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu
rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (Harsidi 2011).
Bunga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat
dihasilkan alat- alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya
bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang
merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penghasil alat perkembangbiakan. Pada umumnya, bunga
mempunyai sifat- sifat seperti Mempunyai warna yang menarik,
umumnya mempunyai bau yang harum, memiliki bentuk yang
bermacam- macam dan biasanya mengandung madu. Struktur
bunga dapat diamati melalui gambar bunga sebagai berikut:

Gambar 13. Struktur Morfologi Bunga


31

a) Ibu tangkai bunga (pedunculus,pedunculus


communis atau rhacis), yaitu bagian yang biasanya
merupakan terusan batang atau cabang yang
mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai ini
dapat bercabang ,dan cabang-cabangnya bercabang
lagi,dapat pula sama sekali tak bercabang.
b) Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian dari
bunga yang masih jelas bersifat batang, pada
tangkai bunga ini biasannya terdapat daun-daun
peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai
daun dan berwarna hijau.
c) Dasar Bunga (receptaculum), yaitu ujung dari
tangkai batang yang berhenti pertumbuhannya yang
seringkali melebar, menebal, dengan ruas- ruas
yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah
mengalami metamorphosis menjadi bagian- bagian
bunga duduk amat rapat satu sama lain, bahkan
biasannya lalu nampak duduk dalam satu
lingkaran. Dasar bunga (receptaculum) merupakan
ujung tangkai bunga tempat melekatnya bagian-
bagian bunga seperti calyx, corola, stamen, dan
ovarium. Bentuk dasar bunga bermacam-macam
bentuknya sesuai dengan bentuk metamorphosis
bagian bunga tersebut (Mesuji 2013).
d) Perhiasan Bunga (perianthium), yaitu bagian bunga
yang merupakan penjelmaan dari daun yang masih
32

Nampak berbentuk lembaran dengan tulang atau


urat daun yang maasih jelas. Biasannya perhiasan
bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang
masing-masing duduk dalam satu lingkaran, jadi
bagian-bagian dari perhiasan bunga itu umumnya
tersusun dalam dua lingkaran yaitu:
1) Kelopak (Calyk)
Yaitu bagian dari perhiasan bunga yang merupakan
lingkaran luar, biasannya berwarna hijau dan
sewaktu bunga masih kuncup merupakan
selubungnya yang berfungsi sebagai pelindung
kuncup terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Kelopak terdiri dari daun-daun kelopak (Sepala).
Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan
satu sama lain, atau pula terpisah-pisah dalam
lingkaran bunga.
2) Tajuk Bunga atau mahkota bunga (corolla)
Yaitu bagian perhiasan bunga yang merupakan
lingkaran dalam, biasanya tidaklah berwarna hijau
lagi dan warna dari bagian inilah yang lazimnya
merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri
dari daun mahkota (Petala), seperti halnya dau-
daun kelopak, tajuk bunga juga bisa berlekatan
atau terpisah.
3) Tenda Bunga (Perigonium)
33

Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati


perhiasan bunganya, bunga yang demikian
dinamakan bunga telanjang (flos nudus), atau
perhiasan dari bunga tadi tidak dapat dibedakan
menjadi kelopak dan mahkotannya, dengan kata
lain kelopak dan mahkotannya sama, baik bentuk
maupun warnannya. Tenda bunga (Perigonium)
terdiri dari sejumlah daun-daun tenda bunga
(tepala). Misalnya pada bunga atau kembang
sungsang dan lilia gereja.
e) Kelamin Bunga
Yaitu merupakan bagian terpenting dari bunga,
karena dengan adanya alat-alat (jantan dan betina)
tersebut dapat kemudian dihasilkan alat-alat
perkembangbiakan dan selanjutnya berkembang
menjadi tanaman baru.
1) Alat kelamin jantan (androecium)
Bagian dari alat kelamin jantan sesungguhnya
merupakan metamorphosis dari daun yang
menghasilakan serbuk sari. Androecium terdiri dari
sejumlah benang-benang sari (stamen). Pada bunga
benang sarinnya dapat pula bebas atau berlekatan,
ada yang tersususn dalam satu lingkaran ada pula
yang dalam dua lingkaran. Bagian ini merupakan
penjelmaan dari daun masih dapat terlihat misalnya
pada bunga tasbih (Canna hybrida), dimana
34

benang sarinya yang mandul berbentuk lembaran-


lembaran menyerupai daun-daun mahkota. Pada
benang sari dapat dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu:
Tangkai Sari (Filamentum), yaitu bagian yang
berbentuk benang dengan penampang melintang
yang umumnya berbentuk bulat.
 Kepala sari (Anthera) yaitu bagian dari
benang sari yang terdapat pada ujung dari tangkai
sari. Bagian ini didalamnya biasannya mempunyai
2 ruang (theca), masing-masing ruang sari semula
terdiri dari dua rungan kecil (loculus atau
loculumentum). Dalam ruang sari ini terdapat
serbuk sari. Adakalanya serbuk sari tidak terbentuk
atau serbuk sari tidak bisa melakukan
penyerbukan. Benang sari yang demikian
dinamakan benang sari yang mandul.
 Penghubung ruang sari (connectivum),
bagian ini merupakan lanjutan dari tangkai
sariyang menjadi penghubung dari kedua bagian
dari kepala sari yang terdapat dibagian kanan dan
kiri dari penghubung ini.
2) Alat kelamin betina (Gynaecium)
Alat kelamin betina pada bunga biasa disebut
dengan putik (Pistillum). Putik merupakan
metamorphosis dari daun yang disebut daun buah
35

(carpella). Pistilum (putik) terdiri dari ovarium,


stilus dan stigma. Ovarium disusun oleh karpel
atau daun buah. Umumnya berjumlah lebih dari
satu. Jika bunga memiliki satu karpel arau lebih
yang semuanya bersatu maka karpel tesebut
disebut pistilum. Didalam ovarium terdapat bakal
biji (ovulum). Pada bunga dapat diketemukan satu
atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri
dari beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya
terdiri dari satu daun buah. Pada putik dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
 Bakal buah (Ovarium) yaitu, bagian yang
membesar dari putik dan biasannya terletak
ditengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah
terdapat bakal biji (Ovulum), dan bakal biji itu
teratur dalam tempat-tempat tertentu dalam bakal
buah tadi. Tempat-tempat yang merupakan
pendukung dari bakal biji disebut papan biji
(Placenta).
 Tangkai Putik (Stylus) yaitu, bagian dari
putik yang biasannya berbentuk benang yang
merupakan lanjutan dari bakal buah ke atas.
Tangkai putik biasannya berongga yang biasannya
mempunyai saluran tangkai putik (Canalis
stylinus) tau tidak. Tangkai putik ada yang
bercabang atau tidak, dan jika bercabang maka
36

pada tiap ujung cabang tangkai putik itu


mendukung satu klepala putik, jadi pada tangkai
putik yang bercabang terdapat lebih banyak kepala
putik.
Kepala Putik (Stigma), kepala putik adalah
bagian dari putik yang paling atas. Bagian ini
berguna untuk menangkap serbuk sari, oleh karena
itu bentuk dan sifatnya disesuaikan pula dengan
tugasnya tadi. Jika kepala putik sudah siap maka
biasannya berperekat sehingga jika ada serbuk sari
yang jatuh tidak akan berpindah lagi (Suena 2005).
f) Kelenjar Madu (Nectarium), madu atau nectar
yang dihasilkan oleh bunga berguna untuk menarik
perhatian dari serangga atau binatang yang dapat
membantu proses penyerbukan. Kelenjar madu
merupakan metamorphosis dari salah satu bagian
bunga yang dapat berasal dari daun mahkota,
benang sari atau bagian bunga yang lain. Letak
kelenjar madu pada bunga sesuai dengan letak
bagian bunga yang berubah menjadi kelenjar madu
itu.

1.2.2. Letak Bunga pada Tumbuhan


Letak bunga pada tumbuhan disebut
anthotaxis.
Berdasarkan posisi bunga terhadap bunga lain, dibedakan menjadi
tiga macam antotaxis, yaitu :
37

1. Hanya satu bunga (planta uniflora) seperti bunga coklat


(Zephyranthes rosea) dan lili (Lilium longiflorum)
2. Kuntum bunga tersebar dan terdapat sendiri-sendiri
( flores sparsa). Bunga soliter, letaknya terminal di
ujung ranting atau aksiler, seperti bunga Cucurbita
3. Perbungaan (inflorescentia) terdiri dari satu sumbu
bersama tempat melekat sejumlah kuntum bunga
sehingga menghasilkan satu kesatuan.

1.2.3. Struktur Benang Sari


Dalam satu bunga jumlah benang sari bervariasi.
Berdasarkan panjangnya dapat dibedakan menjadi benang sari
didinamus (2 panjang, 2 pendek) dan tetradinamus (4
panjang, 2
pendek).

Gambar 14. Benangsari tetradinamus dan didinamus

Benang sari dapat terpisah atau berlekatan satu dengan


yang lain. Benang sari yang berlekatan dapat dibedakan menjadi :
1. Monadelfus, terdiri dari 1 tukal, seperti pada
Hibiscus sp
38

2. Diadelfus, memilki 2 tukal (1+9), seperti


pada Papilionaceae
3. Polyadelfus, lebih dari 2 tukal, seperti pada Calliandra
sp.

Gambar 15. Pelekatan benangsari

Kepala sari dapat terpisah atau berlekatan (syngenesis).


Tangkai sari umumnya berbentuk silindris, tetapi ada stamen
yang seperti lembaran dan biasanya steril, misalnya dapat
ditemukan pada bunga Canna hybrida.

Gambar 16. Kepala sari yang berlekatan


39

1.2.4. Struktur Putik


Berdasarkan letak ovarium terhadap dasar bunga, dapat
dibedakan menjadi : ovarium menumpang (superum), ovarium
tenggelam (inferum), dan ovarium
setengah tenggelam (hemi/semi inferum).
Berdasarkan letak ovarium terhadap
perhiasan bunga, dapat dibedakan menjadi ovarium
epiginus, ovarium periginus, dan ovarium hipoginus.

Gambar 17. Letak ovarium terhadap perhiasan bunga

Putik tersusun dari karpel, karpel ini dapat terpisah-pisah


(apokarp) atau bersatu (sinkarp). Ruang pada karpel dapat
dibedakan menjadi beruang satu (unilokular), bilokular, dan
multilokular. Ovulum melekat pada dinding
trilokular,melalui plasenta (tembuni). Berdasarkan tempat
ovarium
melekatnya dapat dibedakan menjadi marginalis, parietalus,
aksilaris, sentralis, basalis, dan apikal.
Beberapa jenis bunga ada yang memiliki perhiasan bunga
yang tidak dapat dibedakan antara kaliks dan korola,
disebut tenda bunga (perigonium), helaiannya disebut tepal.
Tepal ini dapat ersusun terpisah (perigonium choripetalum/p.
pleiopetalum) atau saling berlekatan (p. sintepalum/p.
gamotepalum). Jika
40

tenda bunga ini memiliki ciri seperti korola disebut p.


petaloid/corrolina sedangkan jika mirip dengan kaliks disebut
p.sepaloid / p. calisinus.

Gambar 18. Tipe plasentasi

Gambar 19. Androfore dan ginofore


41

Pada beberapa tumbuhan terdapat jarak antara mahkota


dengan benang sari dan putik. Jarak tersebut terbentuk akibat
pemanjangan dasar bunga disebut androginophore (andro =
jantan; gyna = bentina; phore = tangkai). Jika dasar bunga yang
mengalami pemanjangan hanya diantara benang sari dan putik
disebut ginofore, sedangkan jika pemanjangan diantara mahkota
dengan benang sari disebut androfore.

1.2.5. Perbungaan (Bunga Majemuk atau Inflorecentia)


Perbungaan terdiri dari suatu sumbu bersama tempat
melekat sejumlah kuntum bunga sehingga
menghasilkan
suatu kesatuan bagian-bagian perbungaan terdiri dari :
a. Bagian yang bersifat seperti batang, seperti tangkai
perbungaan (peduncullus), sumbu primer atau rakhis, sumbu
sekunder, tangkai bunga (pedicellus), dan reseptakulum.
b. Bagian yang bersifat seperti daun, seperti daun pelindung atau
brachte, seludang bunga (spatha), daun tangkai atau
brachteola, kelopak tambahan (epicalix), daun pembalut
(brachtea involucrum) dan daun bunga (calix, corolla,
stamen dan putik).
Secara garis besar perbungaan dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Perbungaan rasemosa, dengan sumbu utama
tumbuh
tak terbatas, monopodial dan bunga mekar dari bawah ke
atas atau dari tepi ke tengah (sentripetal)
2. Perbungaan simosa, dengan sumbu tumbuh berbatas,
42

simpodial, dan bunga mekar dari tengah ke tepi


(sentrifugal)
3. Perbungaan campuran, yang bagian-bagiannya tidak
mengikuti pola perkembangan yang seragam, ada yang
bersifat simosa, dan ada pula yang bersifat rasemosa

Gambar 20. Perbungaan rasemosa dan cymosa

Perbungaan rasemosa (inflorecentia racemosa, botryoides


atau centripeta)
Arah mekarnya kuntum bunga dari bawah keatas, atau
seperti pada perbungaan bongkol atau payung dari tepi
luar ke arah dalam. Perbungaan ini dibedakan antara sumbu utama
yang tak bercabang serta yang bercabang.
a. Sumbu utama tak bercabang
1. Tandan (racemus atau botrys) adalah perbungaan
yang terdiri dari sumbu utama yang panjang dengan
kuntum bunga bertangkai melekat padanya, contoh
bunga merak (Caesalpinia pulcherrima)
2. Bulir (spica) , bunga duduk pada sumbu yang panjang
3. Untai (amentum) merupakan bulir dengan bunga
43

uniseksual yaitu bunga yang memiliki benang sari saja


pada bunga jantan atau putik saja pada bunga betina.

Gambar 21. Perbungaan rasemosa

4. Tongkol (spadix) adalah bulir yang memiliki


tangkai dan rakis tebal dan berdaging, contoh pada
Araceae

Gambar 22. Perbungaan rasemosa

5. Cawan (anthodium) memiliki dasar perbungaan


yang lebar dan datar seperti cawan. Dapat
44

dibedakan menjadi bunga tepi, ditepi perbungaan


dan bunga tabung yang terdapat di tengah cawan.
Bunga tabung memiliki benang sari dan putik,
sehingga dapat menghasilkan buah.

Gambar 23. Perbungaan cawan

6. Payung (umbella) adalah perbungaan dengan


sumbu utama amat pendek dan tangkai bunga sama
panjang melekat pada ujung sumbu utama. Oleh
karena setiap kuntum bunga berada diketiak
braktenya dan sumbu utama amat pendek, seluruh
brakte terhimpun disatu tempat dan dapat disebut
daun pembalut, contoh pada Umbelliferae
45

Gambar 23. Perbungaan corymbus dan umbella

7. Gundung (corymbus simplex) adalah serupa


tandan, tetapi dengan semua kuntum bunga berada
pada bidang datar yang sama, hal ini karena tangkai
bunga tidak sama panjang.
8. Bonggol (capitulum). Pada perbungaan ini sumbu
utama bersama amat pendek dan baisanya melebar
dan menebal, Kuntum bunga bersama membentuk
kesatuan yang berbentuk bola atau sedikit
memanjang, contohnya pada petai cina (Lamtoro
glauca)
9. Bunga periuk (hipantodium) terjadi bila dasar
bunga berdaging serta berongga, tanpa daun
pembalut. Dalam rongga itu terdapat kuntum
bunga, sehingga tidak terlihat dari luar, contoh pada
beberapa Moraceae.
46

b. Sumbu utama bercabang sekali atau berulang kali


1. Malai (panicula). Sumbu utama bercabang
berulang kali. Cabang- cabang di sebelah bawah
lebih panjang dan lebih bawah lebih panjng dan
lebih banyak mengalami percabangan dibanding
cabang dibagian atas sumbu, contoh perbungaan
mangga (Manggifera indica)
2. Malai rata (corymbus ramosus), cabang paling
bawah lebih panjang dari cabang yang berada
diatas sehingga semua bunga berada pada bidang
sama yang rata, misalnya bunga soka (Ixora
grandiflora)
3. Perbungaan dengan pola dasar berulang atau
majemuk.

Perbungaan cymosa
Perbungaan simpodial, bunga mekar dari tengah ke tepi,
atau dari atas kebawah (sentrifugal),. Perbungaan ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pleiokasium atau anak payung bercabang banyak
b. Dikasium atau anak payung menggarpu bercabang dua
c. Monokasium atau anak payung menggarpu bercabang
satu
i. Bunga sekrup (bostrys)
47

ii. Bunga tangga (cincinus)


iii. Sabit (drepanium)
iv. Kipas (rhipidium)

Gambar 24. Perbungaan majemuk

Gambar 25. Perbungaan cymosa


48

Perbungaan lain
a. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster)
b. Lembing (anthela)
c. Tukal ( glomerulus)
d. Cyathium, ditemukan pada Euphorbiaceae.

Gambar 25. Perbungaan cyathium

3. Tugas/Diskusi

Buatlah deskripsi anatomi dan morfologi bunga dari


tumbuhan monokotil dan dikotil, kemudian buatlah kesimpulan.

4. Rangkuman

Bunga merupakan organ tumbuhan yang penting dalam


reproduksi. Hal ini berkaitan dengan fungsi bagian fertil dari
bunga dan proses polinasi. Dari proses tersebut nantinya dapat
dihasilkan biji dan buah. Selain berupa bunga tunggal, juga
49

terdapat berbagai macam jenis bunga majemuk yang menjadi


karakteristik bagi tumbuhan tertentu.

5. Rujukan Pengayaan

Tjitrosoepomo, G., 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press..
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Hadmadi, MM., 1980. Botani I. Jakarta : CV. Yasaguna.
Kimball, JW., 1983. Biologi. IPB, Jakarta : Erlangga.
Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.
Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Van Steenis, C.G.G.J., 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia.
Jakarta : Paramita.

6. Latihan Soal

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas!


1. Jelaskan jaringan-jaringan yang menyusun bunga!
2. Jelaskan proses polinasi pada tumbuhan!
3. Jelaskan bagian-bagian dari struktur morfologi bunga!
4. Jelaskan jenis-jenis bunga majemuk!

Anda mungkin juga menyukai