BOTANI FARMASI
ANATOMI DAN
MORFOLOGI BUNGA
Disusun Oleh :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul ............................................................................ i
Kat
a Pengantar........................................................................... ii
Daf
tar Isi ...................................................................................iii
1.
1.Anatomi Bunga................................................................ 1
1
.1.1. Daun Mahkota dan Daun Kelopak ................... 1
1.1.2. Benang Sari....................................................... 3
1.1.3. Pistillum..........................................................
15
1
.2.Morfologi
Daun ............................................................. 29
1
.2.1. Struktur Morfologi Bunga .............................. 29
1
.2.2. Letak Bunga pada Tumbuhan......................... 36
1.2.3. Struktur Benang Sari....................................... 37
1
.2.4. Struktur Putik.................................................. 39
1
.2.5. Perbungaan ..................................................... 41
1
.3.Tugas/Diskusi ...........................................................
..... 48
1
.4.Rangkuman................................................................
.... 48
1
.5.Rujukan
Pengayaan ....................................................... 49
1
.6.Latihan
Soal................................................................... 49
1
ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA
5. Anatomi Bunga
Epidermis (eksotesium)
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel.
Epidermis menjadi memipih dan membentuk tonjolan (papila)
7
Endotesium
Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah
dalam epidermis. Pada kepala sari yang masak
endotesium mengadakan penebalan ke arah radial, tangensial
sebelah dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak
teratur dan menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur
berserabut menyebabkan endotesium mempunyai fungsi untuk
membantu membukanya antera. Dengan adanya struktur yang
berserabut pada dindingnya maka endotesium sering disebut
lamina fibrosa. Endotesium biasanya hanya satu lapis sel,
tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan ada yang terdiri atas
beberapa lapis sel. Pada tumbuhan air biasanya tidak dijumpai
adanya penebalan berserabut pada endotesium. Pada tumbuhan
kleistogam (bunga tidak pemah membuka) serta beberapa jenis
termasuk Hydrochanitaceae, endotesium gagal mengadakan
perkembangan, sehingga mikrospora (butir serbuk sari) keluar
melalui lubang di bagian apikal kepala sari.
Lapisan tengah
Lapisan tengah merupakan lapisanyang
terletak disebelah dalam endotesium, terdiri dan 2-3 lapis
sel atau
lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan
berkembangnya
8
Tapetum
Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan
berkembang mencapai maksimum pada saat
terbentuknya serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi
memberikan seluruh isi selnya selama perkembangan
mikrospora. Tapetum umumnya merupakan derivat lapisan
parietal primer. Namun pada suatu spesies, misalnya pada
Alectra thomsoni, sel-sel tapetum mempunyai 2 tipe
berdasarkan atas sel penyusunnya, yaitu:
1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan
sel-sel konektivum;
2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama,
merupakan derivat dan lapisan parietal primer.
Menurut Maheswari Devi (1963), tapetum pada
Calotropis gigantea terdiri dari beberapa lapis sel.
Menurut Bhojwarn dan Bhatnagar (1999), ada 2 tipe
tapetum, yaitu:
a. Tapetum ameboid (plasmodial)
Pada tipe ini tapetum mengeluarkan seluruh masa
protoplasnya ke dalam lokulus (ruang sari) dan
dinding selnya mengalami lisis. Kemudian protoplas
9
Mikrosporogenesis
Setiap jaringan sporogen kadang- langsung
kadang
berfungsi sebagai sel induk
mungkin
mikrospora, atau mengalami
jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis.
beberapa kali pembelahan mitosis, sehingga
Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami
pembelahan meiosis, menghasilkan mikrospora yang bersifat
haploid.
Sitokinesis
Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel
induk mikrospora dapat terjadi secara susesif atau secara
10
simultan.
Secara susesif
Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang
memisahkan dua inti, sehingga terbentuk stadium 2 sel
(diad). Pembentukan dinding secara sentrifugal (dari bagian
tengah ke tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah
dibentuk dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari
tetrad yang bertipe isobilateral. Misalnya pada Zea mays.
Secara simultan
Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan
dinding, sehingga terdapat stadium 2 inti (binuldeat).
Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan, terbentuk
serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis
winteri
Tetrad Mikrospora
Pada umumnya susunan mukrospora pada tetrad adalah
tetrahidris atau isobilateral. Tetapi pada jenis yang lain
12
Dinding pollen
Dinding pollen berlapis-lapis. Dinding terluar disebut
eksin dan dinding dalam disebut intin. Eksin terdiri atas
ekteksin dan endeksin. Ekteksin tersusun oleh tektum di
bagian luar; bagian dalam adalah lapisan kaki (foot layer)
berbatasan dengan endeksin; dan bakulum yaitu lapisan yang
terdapat antara tektum dan lapisan kaki.
Eksin tersusun atas sporopolenin, merupakan derivat
dan karotenoid yang mengalami polimerisasi oksidatif.
Sporopoleum sangat resisten terhadap faktor fisik dan
15
3. Pistillum
Megasporangium dan Megasporogenesis
Tumbuhan Angiospermae pada umumnya mempunyai
megasporofil (daun buah) yang berkembang ke dalam
suatu pistilum. Pistilum (putik) biasanya mengalami
diferensiasi menjadi 3 bagian yaitu:
1. bagian basal yang menggelembung disebut ovarium
16
(bakal buah).
2. bagian yang memanjang disebut stilus (tangkai putik)
3. bagian ujung stilus disebut stigma (kepala putik)
Di dalam ovarium terdapat dua atau lebth dan dua
ovulum (bakal biji). Ovulum berkembang
(berasal)
1. megasporangium
dan plasenta. Suatu ovulum (kandung lembaga embiyo
terdiri atas: sac)
suatu badan sentral,
2. merupakan hasil perkembangan lebih lanjut dan
megaspora yang berfiingsi.
3. nuselus, yakni jaringan yang menyelubungi badan
sentral. Nuselus diselubungi oleh sath atau dim
integumen.
4. integumen, suatu jaringan yang menyelubungi
nuselus.
5. funikulus, tangkai yang mendukung bakal biji,
dimana bakal biji itu melekat pada plasenta.
Ukuran nuselus, jumlah integumen dan bentuk ovulum
sangat pentmg untuk membedakan ciri khas suatu
ovulum pada kelompok tumbuhan berbunga. Ovulum
digolongkan ke dalam 5 tipe, tergantung aksis ovulum
tersebut, apakah tegak atau melengkung terhadap mikropil dan
funikulus.
17
Megasporogenesis
Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu,
merupakan masa sel yang diselubungi oleh epidermis,
berasal dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel hipodermal
pada nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat
dan ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini
membelah secara perildinal atau langsung berfungsi sebagai
sel induk megaspora. Bila membelah secara periklinal, sel
arkesporial tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen
primer dan ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel
sporogen berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora.
Sel induk megaspora (megasporosit) membelah secara
meiosis membentuk 4 megaspora yang haploid dan
umumnya bertipe linier, tetapi ada yang berbentuk huruf T,
antara lain pada Orchic maculata dan Driniys winteri. Sedang
pada beberapa suku Crassulaceae, Hydrochaitaceae dan
Musaceae dilaporkan mempunyai tipe berturut turut
isobilateral, tetrahidris dan bentuk T. Dari 4 inti megaspora
hasil meiosis yang tersusun linier tersebut hanya satu inti
megaspora yang berfungsi yaitu yang letaknya paling bawah
dari tetrad, tiga lainnya mengalami degenerasi.
19
bagian tengah.
Polinasi
Polinasi adalah jatuhnya butir pollen pada kepala putik.
Pada Gymnospermae karena tidak mempunyai putik,
butir pollen langsung jatuh pada nuselus. Perpindahari pollen
pada Angiospermae ada 2 cara yaitu:
1. Pollen yang jatuh pada kepala putik berasal dari satu
bunga yang sama. Ini disebut penyerbukan sendiri
(autogaini self pollination).
2. Pollen berasal dari bunga lain, ini disebut
penyerbukan silang (cross pollination). Pada tipe ini
dibedakan menjadi 2, yaitu: pollen berasal dari bunga
yang berbeda, tetapi tanaman yang sama.
Penyerbukan semacam ini disebut geitonogaini; dan
pollen berasal dari bunga 2 tanaman yang berbeda.
Tipe demikian disebut xenogami.
Setelah berada pada kepala putik, pollen akan
berkecambah. Lama waktu yang dibutuhkan oleh pollen untuk
berkecambah sangat bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan.
Langkah pertama dari perkecambahan adalah
bertambahnya ukuran pollen, karena mengabsorpsi cairan yang
ada pada permukaan kepala putik (stigma), dan desakan intin
melalui lubang perkecambahari. Suatu buluh kecil tumbuh
memanjang, menembus jaringan stigma dan stilus (tangkai
putik). Pada umumnya buluh pollen bertipe monosifonus.
24
Pembuahan
Setelah berkecambah, buluh menembus jaringan stilus
(pada tipe tertutup) atau membuat jalan pada permukaan
26
dinding sinergid.
2. antara dinding kandung lembaga dan sam sel sinergid.
3. langsung masuk ke dalam salah satu sel sinergid.
Bila langsung masuk ke dalam sel sinergid, buluh
menembus aparatus firiformis, kemudian ujung buluh
pecah, isi sel buluh (sitopasma, inti vegetatif dan sel sperma)
keluar, bergabung dengan sitoplasma sel sinergid. Dua sel
sperma berubah bentuk, kemudian keluar dari sel sinergid.
Satu sel sperma menuju sel telur, dan yang lain mendekati sel
sentral (sel kutub) sel sinergid kemudian mengalami
degenerasi.
Telah dilakukan penelitian, dengan pengecatan khusus
ada 2 badan yang berwarna gelap didalam sel sinergid dan
badan tersebut dinamakan badan x. Menurut Jensen (1972)
telah ditetapkan bahwa satu diantaranya adalah sisa inti
sinergid dan yang lain sisa inti vegetatif, karena mengandung
DNA.
Badan x setelah sperma masuk ke dalam sel telur
terjadilah fusi antara inti sel telur dengan inti sperma. Ini
disebut singami. Sperma yang lain berfusi dengan sel sentral.
Peristiwa ini disebut fusi tripel (tripel fusion). Dengan adanya
dua macam pembuahari tersebut pada Angiospermae dikenal
dengan pembuahan ganda (double fertilization).
Suatu keadaan yang menyimpang, dimana banyak buluh
pollen yang masuk masing-masing membawa 2 sperma, atau
lebih dan sperma dalam satu buluh pollen masuk ke dalam
kandung lembaga. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
28
2. Morfologi Bunga
1. Struktur Morfologi Bunga
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi.
Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim
yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Pembentukan
30
Perbungaan cymosa
Perbungaan simpodial, bunga mekar dari tengah ke tepi,
atau dari atas kebawah (sentrifugal),. Perbungaan ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Pleiokasium atau anak payung bercabang banyak
b. Dikasium atau anak payung menggarpu bercabang dua
c. Monokasium atau anak payung menggarpu bercabang
satu
i. Bunga sekrup (bostrys)
47
Perbungaan lain
a. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster)
b. Lembing (anthela)
c. Tukal ( glomerulus)
d. Cyathium, ditemukan pada Euphorbiaceae.
3. Tugas/Diskusi
4. Rangkuman
5. Rujukan Pengayaan
6. Latihan Soal