Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH PERKEMBANGAN TUMBUHAN

DAUN

DOSEN PENGAMPU : 1. Dr. Upik Yelianti, M.S

2. Dra. Muswita, M.Si

3. Raissa Mataniari, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

NAMA KELOMPOK: 1. Lia Anggi Pratiwi (A1C418036)

2. Wulan MayaLita (A1C418046)

3. Ellen Elisabell sinaga (A1C418048)

4. Irna Arissa Sitanggang (A1C418057)

PENDIDIKAN BIOLOGI

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
.........................................................................................................................................

DAFTAR
ISI
.........................................................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
.........................................................................................................................................

1.1.Latar
Belakang
...................................................................................................................................
1.2.Rumusan
Masalah
...................................................................................................................................
1.3.Tujuan
Penulisan
...................................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................

2.1. Morfologi
daun
.........................................................................................................................................

2.2. Histologi
daun
.........................................................................................................................................

2.3. Perkembangan Daun dan


Absisi
.........................................................................................................................................
2.4. Keragaman Struktur
daun
.........................................................................................................................................

BAB III
PENUTUP
.........................................................................................................................................

3.1.
Kesimpulan
.........................................................................................................................................

3.2.
Saran
.........................................................................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA
.........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Daun” dengan baik dan tepat waktu. Rasa terimakasih juga kami ucapakan kepada Ibu
Dra. Muswita M.Si, Selaku dosen mata kuliah Perkembangan Tumbuhan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan kita
mengenai Struktur Perkembngan Daun dan Absisi Daun, kami juga menyadari bahwa
dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, demi penyususnan makalah ini dengan lebih baik
kedepannya mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Jambi, 27 Oktober 2019

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daun merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai fungsi dan
peran penting untuk melangsungkan kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan itu
sendiri. Ciri khas dari daun, pada umumnya berwarna hijau bentuk dari daun bagian
besar adalah melebar, memiliki zat klorofil yang berguna untuk membantu proses
fotosintesis. Daun juga mempunyai mempunyai bagian-bagian yang berperan penting
untuk membantu proses pertumbuhan pada tumbuhan, setelah di pelajari dan di pahami
secara mendalam, maka manusia akan menyadari betapa pentingnya daun pada
tumbuhan. Sehingga secara tidak langsung manusia juga dapat mengetahui batapa
penting dan gunanya tumbuh-tumbuhan dalam hidup. Pada lingkungan informal
manusia secara umum mengetahui bentuk dari daun, namun pada lingkungan ini
manusia tidak mengetahui dan mengenal daun secara spesifik.

Tapi pada lingkungan formal, manusia dapat mengenal dan mengetahui


pentingnya daun pada tumbuhan secar spesifik, sehingga proses pembelajaran dari
setiap lembaga formal yang time scedokan, harus banyak mengarah pada kagiatan
penelitian dan praktikum sehingga proses pedalaman materi pada bidang-bidang
tertentu selalu ada.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Bagaimana Morfologi dan Histologi pada daun


2. Bagaimana Perkembangan Daun dan Absisi
3. Apa saja Keragaman struktur daun

1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Morfologi dan Histologi pada daun


2. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Daun dan Absisi
3. Untuk mengetahui Apa saja Keragaman struktur daun
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Daun


Secara umum daun memiliki struktur morfologi sebagai berikut
(Tjitrosoepomo, 2009) :

1. Helaian daun ( lamina ).


2. Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang
disebut pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak
bertangkai daun, misalnya rumput.
3. Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan
lebar serta membungkus batangnya. Misalnya : pelepah daun pisang dan
pelepah daun talas.

Gambar Struktur luar daun

Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya
daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun
disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.

Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada
empat macam, yaitu:
1. Menyirip, misalnya pada daun mangga,
2. Menjari, misalnya pada daun pepaya,
3. Melengkung, misalnya pada daun gadung,
4. Sejajar, misalnya pada daun jagung,

Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip
dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang
daun sejajar atau melengkung.

Gambar Struktur

2.2 Histologi Daun

Terdapat 3 struktur jaringan penyusun dari daun, diantaranya jaringan


epidermis, jaringan mesofil, dan jaringan pengangkut.
Gambar Jaringan Penyusun Daun

2.2.1. JARINGAN EPIDERMIS

Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat
kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun)
yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja,
misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di
permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan
bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-
alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan
sel kipas (Mulyani, 2006).
Gambar Epidermis dengan stomata
Epidermis daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal jumlah
lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma, serta
adanya sel khusus. Struktur dalamnya biasanya berbentuk pipih. Daun memiliki dua
jenis jaringan epidermis yaitu permukaan atas daun disebut permukaan adaksial dan
permukaan bawah disebut permukaan abaksial. Pada lapisan ini tidak ada ruang antar
sel.

Di antara sel epidermis terdapat sel penjaga yang membentuk stomata. Struktur
stomata yang dapat membuka dan menutup ini berfungsi sebagai tempat terjadinya
pertukaran gas dan air. Sifat terpenting pada jaringan daun ini adalah susunan selnya
yang kompak dan adanya kutikula serta stomata (Campbel, 2005).

2.2.2. JARINGAN MESOFIL

Mesofil merupakan lapisan jaringan dasar yang terletak antara epidermis atas
dan epidermis bawah dan diantara berkas pengangkut. Mesofil dapat tersusun atas
parenkim yang relative homogen atau berdifferensiasi menjadi parenkim palisade dan
parenkim spons. Sesuai dengan fungsinya, parenkim mesofil merupakan daerah
fotosintesis utama karena mengandung kloroplas (Sutrian, 2004).

Parenkim palisade merupakan sel-sel yang bentuknya silindris, tersusun rapat


berjajar seperti pagar. Parenkim palisade umumnya dijumpai pada lapisan atas daun,
menempati sampai ½ hingga 2/3 mesofi, tetapi dapat pula dijumpai pada kedua sisi
permukaan daun. Jumlah lapisan sel palisade dapat satu lapis atau lebih (Hidayat,
1995).

Mesofil terdiri atas jaringan parenkim yang terdapat di sebelah dalam


epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang
berisi kloroplas. Pada kebanyakan tumbuhan terdapat dua jenis parenkim dalam
mesofil, yaitu parenkim palisade dan parenkim spons.

1) Parenkim Palisade

Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang melintangnya tampak


berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Pada tumbuhan tertentu, sel palisade
berbeda bentuknya. Pada Lilium terdapat lobus besar pada sel palisade dan tampak
bercabang (Fahn, 1991).

Gambar Parenkim Palisade


Sel palisade terdapat di bawah epidermis unilateral (selapis) atau multilateral
(berlapis banyak). Seringkali terdapat hipodermis di antara epidermis dan jaringan
palisade. Sel parenkim palisade tersusun atas satu atau lebih lapisan. Apabila tersusun
lebih dari satu lapisan, panjang sel pada tiap lapisan atau sama, atau malah semakin ke
tengah semakin pendek. Jaringan palisade biasanya terdapat pada permukaan abaksial
daun.

Meskipun jaringan palisade tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling
terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang; kloroplas
pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses
fotosintesis dapat berlangsung efesien (Kertasapoetro, 1991).

2) Perenkin Spons

Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur bentuknya. Bentuk sel
parenkim spons dapat berbentuk bermacam-macam. Kekhususannya adalah adanya
lobus (rongga) yang terdapat antara sel satu dan lainnya. Membedakan antara sel
parenkim palisade dengan parenkim spons tidaklah selalu mudah, khususnya apabila
parenkim palisade terdiri atas beberapa lapisan.

Alasannya adalah apabila palisade terdiri atas beberapa lapisan, biasanya lapisan paling
dalam sangat mirip dengan parenkim spons yang ada di dekatnya (Mulyani, 2006).
Gambar Parenkim Spons

2.2.3. JARINGAN PENGANGKUT

Berkas pengangkut ini biasanya terbagi menjadi 2 jenis yaitu, xylem dan floem.
Sel berkas pengangkut ini berdinding tipis untuk memudahkan terjadinya transpor
antar sel, mungkin memiliki kloroplas seperti mesofil. Sering kali terdapat kristal.
Kebanyakan daun Dikotil, parenkim berkas pengangkut memperluas ke arah epidermis
pada satu atau kedua sisi daun. Sel yang mencapai arah epidermis ini berfungsi dalam
pengangkutan pada daun. Bukan hanya pada daun Dikotil saja yang memiliki berkas
pengangkut akan tetapi berkas pengangkut juga terdapat dalam daun Monokotil
(Campbel, 2005).

Gambar Jaringan Pengangkut

2.3. PERKEMBANGAN DAUN


Secara umum perkembangan daun dimulai dari tahap permulaan (inisiasi),
diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun, dan histogenesis
jaringan helai daun.

 Tahap permulaan (Inisiasi)

Inisiasi daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok sel kecil sel
pada sisi pucuk. Jumlah lapisan sel yang mulai membelah dan posisinya pada pucuk
beragam pada tumbuhan yang berbeda. Primordia daun berasal dari lapisan dari lapisan
paling luar pucuk batang (Hidayat, 1995).

Pada semua tumbuhan Dikotil, pembelahan periklin yang pertama tidak terjadi
pada sel lapisan permukaan, tetapi pada sel yang terletak satu ata dua lapisan
dibawahnya. Lapisanpermukaan diperluas dengan adanya pembelahan antiklin
beberapa kali (Hidayat, 1995).

Kasus yang paling sering terjadi, inisiasi dari primordia daun dimulai pada lapisan sel
di bawah lapisan permukaan. Dalam hal ini lapisan sel tunika dan lapisan sel
tetangganya dari korpus ikut serta dalam inisisiasi primordium yang berbeda (Fahn,
1991).

2.3.1. Diferensiasi Awal

Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari


pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papila kecil atau tonjolan.
Penyokong daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh
secara akropetal dan tidak seberapa jauh dari kambium batang (Sumardi, 1993).

2.3.2. Perkembangan Aksis Daun

Pada kebanyakan daun Dikotil dan Gymnospermae, perkembangan aksis daun


mendahului helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordia menjadi bentuk
seperti kerucut yang runcing dengan sisi adaksialpipih (rata). Ujung kerucut ini
merupakan sebagai meristem apikal. Pada tumbuhan tertentu, dari tahpa awal
perkembangan ketika primordium masih berukuran 1 mm, peningkatan atau
perkembangan lebih lanjut akan terjadi karena pembelahan dan pemanjangan sel yang
berjarak dari ujung primordium. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan
interkalar (Sumardi, 1993).

2.3.3. Asal usul Helai Daun

Selama pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi
adaksial terus membelah dengan cepat. Inisial pinggiran adalah sel lapisan paling luar
pada tepi helai daun muda. Pada Angiospermae, biasanya inisial ini akan membelah
hanya ke arah antiklin dan penambahan sel baru terjadi ke arah protoderm abaksial dan
adaksial (Sutrian, 2004).

Pada daun majemuk menjari dan menyirip, helai daun lateral berkembang dari
meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan papila. Pada
tumbuhan lain, perkembangan helai daun ada yang terjadi secara akropetal ataupun
bisepetal (Sutrian, 2004).

2.3.4. Histogenesis Jaringan Helai Daun

Pertumbuhan pinggiran berlangsung terus-menerus lebih panjang dari


pertumbuhan apikal, tetapi berhenti relatif awal. Setelah pertumbuhan pinggiran
berhenti,pertumbuhan lebih lanjut darihelai daun dilakukan oleh pembelahan sel helai
daun. Pembelahan secara antiklin membentuk lempeng meristem. Aktivitas lempeng
meristem menghasilkan peningkatan daerah permukaan, tetapi tidak terjadi penebalan
organ. Pada helai daun, sel meristem berlapis sehingga relatif mudah untuk melacak
asal-usul epidermis, jaringan palisade dan spons, serta berkas pengangkut (Hidayat,
1995).

Pertumbuhan daun ini dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan luar dan dalam. Faktor luar yang memengaruhi daun antara
lain seperti pasokan air, nutrisi, panjang hari, dan intensitas sinar.
Gambar Perkembangan Daun

2.3.5. Pertumbuhan Daun Memanjang dan Melebar

Bakal daun (primordium daun) tumbuh menjadi lebih tinggi dan berbentuk
tonjolan seperti kerucut yang disebut sumbu daun . Seiring dengan pemunculannya,
primordium menjadi dorsi-ventral. Selanjutnya, primordium bertambah tinggi
(panjang) dan bertambah lebar, dan dengan pertumbuhan lebih aktif disisi abaksial dari
pada di sisi adaksial, dihasilkan lengkungan kearah apeks pucuk. Peningkatan lebar
daun meliputi pelebaran dari dasar daun kearah lateral sehingga mengelilingi sebagian
meristem apeks. Penyelubungan seperti itu bergantung kepada keadaan yang
ditemukan pada daun dewasa. Bagian daun yang mengelilingi batang dapat
menghasilkan daun penumpu atau, paa monokotil, menghasilkan pelepah daun.

Pertumbuhan yang menyebabkan perluasan lateral dari primordium kemudian


terpusat di kedua tepi sumbu daun. Di atas bagian dasar, primordium berdeferensiasi
menjadi tulang daun tengah dan dua panel helai daun. . Tulang daun lateral terpola
sebagai jalinan berkas prokambium sewaktu helai daun melebar . Pada daun yang
bertangkai, tangkai itu berkembang diantara helai daun dan dasar daun, Helai daun
dapat tumbuh melebar ke sisi lateral tulang daun tengah atau melengkung kearah
adaksial. Sehingga menyelubungi meristem apeks dan bakal daun yang lebih muda. Di
sisi adaksial, tulang daun tengah sering bertambah tebal dengan adanya pembelahan
periklinan yang teratur sehingga terjadi daerah meristem adaksial. Tangkai daun juga
bertambah tebal dengan adanya meristem adaksial.

Pertumbuhan awal pada daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apical dan
marginal. Pertumbuhan apical terjadi di ujung oleh sel pemula apical dan
mengakibatkan primordium menjadi lebih tinggi (panjang) . Namun, pemula apical
tidak lama aktif. Pertumbuhan marginal diakibatkan oleh pemula marginal dan
menghasilkan pelebaran lateral, membentuk kedua panel helai daun. Jadi, pada
primordium terdapat meristem apical di ujung, an dua meristem marginal yang
berhadapan di sepanjang sumbu. Untuk pelebaran helai daun, del dibawah pemula
marginal (pemula submarginal) akan berperan. Pada pemula tersebut terjadi
pembelahan dalam bidang anticlinal secara berulang kali sehingga dapat disebut terjadi
meristem papan yang mengakibatkan melebarnya helai daun. Seperti halnya meristem
lain, meristem marginal daun juga membentuk pola. Penelitian mengenai pola
pembelahan menunjukkan bahwa berbagai lapisan helai daun dimulai di tepi
(marginal) dan kemudian diperluas oleh meristem papan. Sebab itu, pada dikotil,
lapisan terluar , yakni meristem marginal atau protederm, tumbuh dengan pembelahan
anticlinal dan tak bergantung pada lapisan sel di bawahnya. Jaringan internal, yakni
lapisan submarginal, adalah lapisan di bawah protoderm. Pada beberapa taksa,
terutama monokotil, lapisan terluar dapat menambah sel kea rah dalam dengan
pembelahan periklinal.

Adanya pembagian menjadi pemula apical dan marginal pada daun ternyata
tidak senantiasa dapat diterapkan. Sel dalam posisi subapical dan submargianal kurang
memiliki hubungan yang tepat dengan lapisan sel sel di sebelah bawahnya sebagaimana
di perkirakan semula. Adanya meristem papan yang sel yang mengalami pembelahan
interkalar yang tersebar secara acak paling banyak menyebabkan bertambahnya ukuran
daun. Pertumbuhan itu segera mengikuti pertumbuhan pada apeks dan tepi daun
sehingga tak dapat dipisahkan dari aktivitas pembelahan di kedua tempat itu.

Pembelahan interkalar akan mereda lebih awal di apeks daripada di dasar daun
sehingga jaringan daun berdiferensiasi dan mendewasa dalam arah basipetal. Selain
itu, pembelahan sel mungkin kurang sering terjadi di daerah apical daripada di daerah
yang ada di bawahnya, daun perbedaan ini mengakibatkan bagian bawah daun lebih
lebar. Pendewaran basipel terutama jelas terlihat pada daun monokotil yang panjang
dan ramping. Di sini pembelahan sel akhirnya terkonsentrsi di bagian dasar helai daun
dan daerah pelepah. Disebut meristem interkalar.

Pertumbuhan meristem papan terputus di daerah tempat berkas pembuluh


berdiferensiasi . Di daerah itu pembelahan sel dalam bidang anticlinal , periklinal, dan
miring akan membentuk prokambium dan jaringan yang berasosiasi dengan jaringan
pembuluh, seperti seludung oembuluh atau jaringan dasar bagi tulang daun. Terjadinya
lapisan sel dalam helai daun dianggap sebagai fungsi dari meristem marginal.
2.3.6. Perkembangan Mesofil

Pada daun dikoti bifasial, diferensiasi mesofil terjdi dengan pemanjangan


anticlinal dari bakal sel jaringan tiang yang diiringi dengan pembelahan anticlinal. Sel
jaringan spons juga membelah anticlinal , tetapi kurang sering dibandingkan dengan
sel jaringan tiang. Biasanya sel jaringan spons masih isodiametric. Sementara
pembelahan masih berlangsung di jaringan tiang. Sel epidermis di dekatnya berhenti
membelah dan membesar, terutama dalam bidang sejajar permukaan daun (bidang
paradermal). Peluasan sel epidermis berlangsung lebih lama dan lebih cepat daripada
perluasan jaringan spons. Jadi, akhirnya beberapa sel jaringan tiang tampak melekat
pada sebuah sel epidermis. Baru setelah pembelahan selesai terjadilah pembelahan
antara sel jaringan tiang sepanjang dinding antiklinalnya. Pembentukan ruang antar sel
pada jaringan spons telah terjadi sebelumnya. Hal itu telah di iringi oleh pertumbuhan
di beberapa bagian dari sel yang bersangkutan, sehingga terbentuk sejumlah cabang
yang khas bagi satu sel jaringan spons. Stomata berkembang seiring atau dengan
setelah perkembangan ruang antar sel dalam mesofil. Peluasan dalam permukaan daun
berasosiasi dengan peningkatan jumlah daun ukuran kloroplas serta jumlh klorofil.
2.3.7. Perkembangan Jaringan Pembuluh

Perkembangan jaringan pembuluh pada daun dimulai dengan perkembangan


prokambium dalam bakal tulang daun tengah di saat awal.Prokambium tersebut
berdiferensiasi akropetal dan sinambung dengan prokambium jalan daun dalam sumbu.
Cabang tulang daun tingkat pertama berkembang dari tulang daun utama kea rah tepi
sewaktu daun meluas kearah lateral. Hal itu terjadi juga pada cabang tingkat dua, tiga,
dan seterusnya. Tulang daun paling kecil dibentuk paling belakang. Mula-mula, tulang
daun itu tampak dekat apeks daun, kemudian, secara berturut-turut lebih ke bawah,
sesuai dengan pendewasaan daun yang basipetal. Pembentukan berkas pembuluh yang
baru terjadi selama seluruh stadium pertumbuhan interkalar. Jaringannya secara
bertahap menunjukkan vakuolasi selnya yang lebih besar.

Diferensiasi xylem umumnya terjadi di waktu pendewasaan progresif suatu


unsur trakeal dari tulang daun besar le yang kecil. Namun, kadang-kadang terjadi juga
ketidaksinambungan. Pendewasaan xylem di ujung tulang daun kecil mengikuti
pembentukan prokambium dari bagian apeks daun kea rah dasar daun. Diferensiasi
floem pada prokambium juga terjadi akropetal dan sinambung dalam tulang daun
tengah. Diferensiasi ini berlanjut dalam tulang daun lateral dan berturut-turut dalam
cabang tingkat kedua,ketiga, dan seterusnya sampai pada cabang yang paling kecil.
Hubungan antar tulang daun kadang-kadang terjadi dengan diferensiasi floem kea rah
akropetal dalam berkas penghubung.

Perkembangan jaringan pembuluh berkolersi dengan pendewasaan jaringan


daun yang lain sehingga mengakibatkan pendewasaan jaringan daun yang lain
sehingga mengakibatkan pendewasaan fisiologis dari daun. Setiap daun berkembang
dari stadium heterotroph ke keadaan autotroph , dan mengimpor hasil fotosintesis
selama perluasan yang cepat serta mengekspor hasil fotosintesisn jika kemampuan
untuk berfotosintesis telah tercapai. Ekspor awal terjadi di ujung daun yang lebuh
dahulu dewasa, dan menjauhi daun ketika bagian pangkal daun masih bergantung pada
zat hara dari luar. Impor ke daun yang sedang berkembang dating dari daun yang lebih
tua, yang memasok hasil fotosintesis ke daerah yang khusus pada lamina daun muda,
sesuai dengan hubungan jaringan pembuluh yang mengikuti filotaksis. Perkembangan
stomata, tulang daun minor (kecil), dan ruang antarsel berkolerasi dengan pendewasaan
basipetal dari system fotosintesis dan pertukaran gas serta perkembangan basiperal dari
system kemampuan untuk mengekspor hasil fotosintesis
2.4. Absisi

Pada dasarnya, tanaman tumbuhan diatur oleh sejumlah kecil kelompok bahan
yang terjadi secara alami dan bekerja sebagai hormon dan secara umum disebut sebagai
pengatur tumbuh. Goodman(1986) menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara biologi dikontrol oleh hormonal seperti komponen
endogen yang aktif sebagai 3-indole-acetic acid (IAA, auksin), komponen yang
berhubungan dengan indolat, giberelin, sitokinin, etilen, asam absisat dan sebagainya.
Kandungan komponen dalam tanaman yang normal dapat berubah dengan adanya
serangan patogenik. Kombinasi auksin dan etilen mempengaruhi kebiasaan
pertumbuhan; auksin, asam absisat dan etilen mengontrol absisi daun dan lapisan
semen. Patologi merubah level hormonal yang menyebabkan perubahan pertumbuhan
tanaman dalam keadaan kombinasi seperti diatas, secara berurutan seperti gejala
kerdil, tumorigenesis, epinasti dan keguguran daun prematur.

Sintesis auksin dipusatkan dalam daun muda dan pucuk tunas. Konsentrasi
auksin dalam tanaman hijau bervariasi antara 10 – 0.1 μg/ml dengan gradien yang
menurun dari jaringan muda ke jaringan tua. Pergerakan auksin dalam tanaman cepat,
polar dan secara basipetal dalam floem. Pergerakan mungkin juga terjadi lebih lambat
oleh difusi seluler dan juga basipetal. Auksin diproduksi oleh mikroorganisme dalam
spektrum yang luas, terutama jika prekursor tersedia seperti triptofan. ABA disiapkan
tanaman untuk dormansi. Secara spesifik ABA diaplikasikan pada pertumbuhan batang
yang aktif untuk menginduksi gejala dormansi seperti ruas yang pendek, pembentukan
bud scale, mengurangi aktivitas meristem dan beberapa absisi. Hormon tersebut juga
menghambat pemecahan tunas dan pemanjangan secara genetik tall corn. Hal ini
berlawanan dengan GA dan bertanggung jawab sebagai komponen aktif dalam respon
tanaman pada fotoperiode pendek. Penambahan ABA mempertahankan dormansi biji
yang secara normal berkecambah pada respon GA. ABA sebagai “metabolic brake”
disebabkan oleh pengurangan fotoperiode.
Kloroplas merupakan salah satu dari organel sebagai tempat aksinya. Cara kerja
ABA nampaknya menghambat sintesis RNA spesifik. Sebagai contoh ABA
menghambat sintesis amilase kemungkinan berperan menghambat sintesis ensim
spesifik RNA atau mencegah organisasi sintesis unit ensim. Kloroplas yang menjadi
tua memberikan sejumlah besar prekursor dirubah menjadi ABA. Karena plastid dan
kloroplas tempat utama sintesis GA, secara biologi kedengaran berlawanan sebagai
hormon. ABA berpartisipasi dalam perusakan kloroplas. ABA memacu senesen, etilen
diproduksi oleh organ senesen untuk memicu proses daerah lapisan absisi pada 3-5 sel
yang cepat mensintesis pektin dan selulase.

A. Mekanisme absisi(gugur)

Absisi merupakan proses gugurnya sel, jaringan, organ seperti bunga, daun,
ranting, buah dari tanaman induknya. Absisi dibagi menjadi 3 yaitu absisi normal yang
disebabkan oleh senesen atau ripening(pemasakan), sedangkan absisi abnormal yaitu
yang disebabkan oleh cekaman suhu, kekeringan, hama-penyakit, Absisi fisiologis
disebabkan kerusakan fisiologis seperti kompetisi nutrisi antara bagian tanaman
vegetatif dan generatif. Bagian khusus suatu tanaman tempat terjadinya absisi disebut
daerah absisi( abscission zone).
Hormon yang berperan dalam absisi :
a) Auksin
apabila IAA diberikan dibagian luar dari lapisan absisi, maka proses absisi
dihambat. Tetapi bila IAA diberikan kebagian dalam lapisan absisi, maka
proses absisi dipercepat. Hal ini disebabkan karena kerja enzim celulase,
pektinase, dan katalase yang semakin meningkat dengan kehadiran IAA
sehingga merangsang terbentuknya ABA
b) Etilen
menginduksi dan mensekresikan poliamin , sehingga dinding sel terdegradasi.
c) ABA
ABA yang meningkat akan menghambat transfer IAA dan juga merangsang
aktifitas dehydrolase (enzim yang memacu proses hidrolisa).

 Faktor luar yang mempengaruhi absisi yaitu:


a. Suhu (temperatur)
absisi dapat meningkat ( terjadi) pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah
b. Air ( water),
c. absisi dapat meningkat pada kondisi kekeringan , karena oksidasi IAA dn
kekurangan sitokinin, dan meningkatnya etilen dan ABA.

Keragaman Struktur Daun

2.4.1. Xeromorfi

Salah satu sifat xeromorfi terpenting adalah rasio permukaan luas eksternal
terhadap volumenya, yang bernilai kecil. Berkurangnya luas permukaaan luar diiringi
oleh mengecilnya ukuran sel, bertambah tebal dindingnya, bertambah rapat sistem
jaringan pembuluh dan stomata, bertambahnya jumlah jaringan tiang, sementara
jaringan
spons berkurang. Daun sering ditutupi oleh rambut. Mengecilnya ukuran daun
dianggap sebagai sifat yang berkaitan dengan menurunnya kecepatan transpirasi.
Tumbuhan berdaun kecil lebih umum di habitat kering. Rambutpun amat umum
ditemukan pada xerofit. Air pada daun diangkut tidak hanya melalui berkas pembuluh
dan perluasannya, melainkan juga oleh sel mesofil dan epidermis. Angkutan air menuju
epidermis berlangsung lebih sering dalam jaringan tiang daripada lewat jaringan spons.
Akan tetapi, adanya ruang antarsel, terutama di antara sel tiang, membatasi angkutan
air. Vointerna bebas terhadap permukaan eksterna bagi tumbuhan lingkungan teduh
menunjukkan nilai kecil (6,8-9,9), sedangkan untuk daun xeromorf nilai itu tinggi
(17,2-31,3). Penambahan permukaan
interna mungkin disebabkan oleh peningkatan jumlah jaringan tiang
(Estiti B. Hidayat, 1995: 215).lume ruang antarsel pada daun xerofit lebih kecil
daripada volume pada daun mesofit, yakni daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang
cukup air.

Pada beberapa xerofit, dan secara umum pada halofit (tumbuhan di habitat
berair asin), terdapat jaringan khusus penyimpan air. Jaringan ini terdiri atas sel dengan
vakuola besar yang mengandung cairan vakuola encer atau kental dan berlendir (Estiti
B. Hidayat,
1995: 215). Pada sel-sel itu, sitoplasma tipis melapisi dinding sel, dan dinding sel itu
terdapat kloroplas yang tersebar. Tekanan osmosis dalam sel yang berfotosintesis lebih
tinggi daripada di dalam jaringan nonfotosintesis, dan jika kekurangan air, sel akan
memperolehnya dari jaringan penyimpan air. Akibatnya, sel berdinding tipis
penyimpan air tersebut mengkerut, namun bila keadaan menguntungkan, sel akan
segera kembali ke stadium semula. Sejumlah tanaman kita kenal sebagai tanaman
halofit tumbuh pada lingkungan bergaram/payau contohnya adalah bakau. Bakau dapat
dikatakan juga sebagai xerofit, karena pada tumbuhan xerofit,penyebab keringnya
kondisi lingkungan disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kelembaban yang
rendah baik di dalam tanah maupun udara, intensitas cahaya yang tinggi, angin yang
kencang serta kadar garam yang tinggi (Ratnawati, 1996: 37). Pada tanaman bakau
(halofit) meskipun tanaman tersebut tumbuh pada habitat yang berair tapi tanaman
tersebut mengembangkan struktur yang rumit yang mencegah hilangnya air (James &
McDaniel, 1951: 381).
contoh tanaman xerofit :

gambar 1. tanaman paku

gambar 2. tanaman kaktus

2.4.2. Hidromorfi
Berbeda dengan berbagai jenis xerofit yang memenuhi habitat kering, struktur
yang khas bagi hidrofit tidak terlalu beragam. Hal itu mungkin karena air merupakan
habitat yang lebih homogen. Faktor yang terutama mempengaruhi tanaman air adalah
suhu, udara, dan konsentrasi serta susunan garam dalam air. Sifat struktural yang paling
menonjol pada daun tanaman air adalah berkurangnya jaringan pengokoh dan
pelindung, berkurangnya jumlah jaringan angkut, terutama xilem, dan terdapatnya
banyak rongga udara. Epidermis pada tanaman air tidak memiliki tugas melindungi,
tetapi berperan dalam memperoleh zat hara dari air dan dalam pertukaran gas.
Kutikulanya amat tipis seperti juga dinding selnya, dan sel epidermisnya sering
berkloroplas. Stomata biasanya tak terdapat, tetapi pada daun yang mengapung, di
bagian atas (Estiti B. Hidayat,1995: 214-216).

gambar 3. eceng gondok

2.4.3. kekhasan daun beberapa dikotil


Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun
menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan
tulang daun sejajar atau melengkung.

 Pembuluh xilem banyak tersusun dari metaxilem dan protoxilem


 Stomada hanya ditemui di epidermis bawah (hypostomatic)
 Dorsiventral
 Dan jaringan mesofil dibedakan menjadi jaringan palisade dan parenkim spons
 Selubung berkas pengangkut terbentuk dari kolenkim

gambar 4. daun dikotil

2.5 Struktur Daun dan Rumput-Rumputan

Rumput teki merupakan rumput semu menahun tapi bukan termasuk keluarga
rumput-rumputan. Batang rumputnya berbentuk segitiga (tringularis) (Gambar 1) dan
dapat mencapai ketinggian 10 - 75 cm. Arah tumbuh batangnya tegak lurus. Daunnya
berbentuk pita, berwarna mengkilat dan berjumlah 4 -10 a b 11 yang berkumpul pada
pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun yang tertutup di bawah
tanah. Ujung daun meruncing, lebar helaian daun 2-6 cm (Wijayakusuma, 2000).

Rumput teki terdiri dari helai daun yang ramping serta pelepah yang
menyelubungi batang. Mesofil pada umumnya tidak menunjukkan pembagian menjadi
jaringan tiang dan spons, meskipun lapisan selnya tepat di bawah epidermis. Epidermis
sering mengandung banyak macam sel. Bagian utama terdiri dari sel ramping dan
memanjang. Sel penutup stomata beasosiasi dengan sel disampingnya. Sel silik, sel
gabus dan sel rambut dapat juga ditemukan. Sel epidermis besar dengan dinding
anticlinal tipisyang disebut sel lensaatau sel kipas yang berperan dalam proses
menggulungnya daun. Pada sejumlah rumput-rumputan yang bersifat xeromorf, sel
epidermis yang membesar berada di sepanjang alur adaksial disertai sel mesofilyang
juga membesar yaitu sel engsel, atau keduanya, berkurangnya turgor dan
memungkinkan daun menggulung.

Seludang pembuluh menunjukkan keragaman yang dapat digunakan dalam


klasifikasi dan penentuan jenis fotosintesis yang berlangsung pada spesies. Pada
kelompok poaceae biasanya terdapat dua lubang seludang, yaitu seludang dalam dan
seludang luar. Seludang dalam yaituseludang mestom yang berdindingtebal dengan
plastid yang kecil dan kurang terdeferensiasi. Sedangkan seludang luar yaitu sel yang
berdinding tippis dengan plastid yang besa, namun lebih kecil daripada yang ada dalam
mesofil.

Pada umumnya batang rumput yang mendukung daun-daun dan bulir disebut
tangkai. Bentuknya seperti silinder, umumnya kosong kecuali pada buku-buku yang
terdiri dari jaringan yang padat. Buku-buku merupakan tempat perletakan daun yang
tersusun dalam dua baris berseling pada sisi batang yang berlawanan. Bagian tangkai
yang kosong antara dua buku disebut ruas. Bagian atas daun yang melebar disebut helai
daun dan bagian bawah daun yang membungkus batang disebut pelepah daun. Pada
tempat bertemunya helai daun dan pelepah daun terdapat suatu lapisan tipis disebut
lidah daun atau ligula (Mcilroy,1976).

Daun tunggal, dua baris kadang-kadang seolah-olah berbaris banyak, pelepah


daun berkembang sangat baik, pada batas pelepah dan helaian daun kerap kali terdapat
lidah, helaian daun duduk hampir selalu berbentuk langset atau garis, kedua sisi dari
ibu tulang daun dengan beberapa tulang daun yang sejajar. Bunga tersusun dalam bulir,
yang terdirir dari dua Glumae atau daun yang serupa sisik atau lebih dari dua, yang
duduknya berseling dalam dua baris berhadapan.Sebuah atau dua glumae pada bulir
bagaian bawah tidak berisi bunga, lainnya berisi sebuah mahkota yang berbentuk sisi
atau palea kerap kali dua badan penggelembung, sebuah benang sari atau lebih dan
sebuah bakal buah
2.6 Anatomi Kranz dan Fotosintesis C4

Tumbuhan C4 memiliki anatomi yang terspesialisasi yang diperlukan untuk


metabolisme CO2 dan secara efektif dapat mengeliminasi fotorespirasi serta dapat
meningkatkan kapaasitas asimilasi CO2. Anatomi terspesialisasi ini di karakterisasi
dengaan jaringan pengangkut yang berkembang baik dengan sel-sel bundle sheet yang
mengandung sejumlah besar organel yang dikenal dengan anatomi kranz. Sehingga
tumbuhan C4 memiliki mekanisme pemekatan konsentrasi CO2 di sel seludang
pembuluh.

Ikatan pembuluh dikelilingi oleh dua cincin sel. Cincin bagian dalam disebut
bundel selubung sel mengandung pati yang kaya kloroplas sedikit Grana yang berbeda
dari yang ada di mesofil karena sel hadir sebagai lingkar luar. Anatomi aneh ini disebut
anatomi Kranz dari kata Jerman untuk karangan bunga. Fungsi utama dari anatomi
Kranz adalah untuk menyediakan sebuah tempat di mana CO2 dapat terkonsentrasi di
sekitar rubisco, sehingga mengurangi fotorespirasi . Untuk memudahkan
pengkonsentrasian CO2 yang lebih tinggi secara signifikan pada selubung berkas
dibandingkan dengan mesofil, lapisan batas Kranz memiliki konduktansi rendah untuk
CO2, sebuah properti yang dapat ditingkatkan dengan kehadiran suberin.

Jalur Fotosintesis
Di akhir tahun 1960an, tiga ahli botani (Kortschak, Hatch dan Slack)
menemukan jalur fotosintesis baru, yang disebut C4 atau jalur fotosintesis Hatch-Slack.
Pada dasarnya inilah yang terjadi. Karbon dioksida menyatu dengan sebuah senyawa
yang disebut PEP (Phosfoenolpiruvat), membentuk sebuah senyawa karbon-4, malat.
Malat ditransfer ke sel-sel lapisan buntalan di daun. Senyawa karbon-4 ini memberikan
karbon dioksida, yang memasuki C3 atau siklus Calvin di sel lapisan buntalan
fotosintetik.

Pada tumbuhan C-4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik, yakni :

1). Sel mesofil

2). Sel-sel bundle sheath/ sel seludang-berkas pembuluh.

Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat
disekitar berkas pembuluh. Diantara seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun
terdapat sel mesofil yang tersusun agak longgar. Siklus calvin didahului oleh masuknya
CO2 ke dalam senyawa organic dalam mesofil.

Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP) untuk


membentuk produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, Enzim PEP karboksilase
menambahkan CO2 pada PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel mesofil oleh enzim
PEP karboksilase. Senyawa berkarbon-empat-malat, dalam hal ini menyalurkan atom
CO2 kedalam sel seludang-berkas pembuluh, melalui plasmodesmata. Dalam sel
seludang –berkas pembuluh, senyawa berkarbon empat melepaskan CO2 yang
diasimilasi ulang kedalam materi organic oleh robisco dan siklus Calvin.

Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan


meningkatkan produksi gula. Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas
dengan cahaya matahari yang banyak, dan dilingkungan seperti inilah tumbuhan C4
sering muncul dan tumbuh subur.

Daya ikat yang tinggi terhadap CO2 pada tanaman C4, menyebabkan
perbandingan antara pemasukan CO2 dan konduktivitas stomata (kemampuan stomata
menyalurkan H2O persatuan waktu) optimum. Dengan kata lain, tanaman-tanaman C4
mempunyai efisiensi penggunaan air yang tinggi sehingga jumlah air yang dikeluarkan
untuk sejumlah CO2 yang dimasukkan jauh lebih sedikit pada tanaman C4
dibandingkan dengan tanaman C3. Pada tanaman C3, daya ikat yang rendah terhadap
CO2 menyebabkan tanaman ini boros dalam penggunaan air.

Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman
C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2.
Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang
mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah
terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel di
sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi.

Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak
mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat
kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO 2,
sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. ,
laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2.

2.7. Daun Gymnospermae

Daun sempit, tebal dan kaku. Tulang daun tidak beraneka ragam. Tumbuhan
biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran
menghantar untuk mengangkut air, mineral, makanan dan bahan – bahan
lain. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk
fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan pada tumbuhan.
Gymnospermae daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk, dan
system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda dengan
karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem pertulangannya
beraneka ragam. Contoh :Pynus merkusii.

Kebanyakan Gymnospermae tetpa berwarna hijaudi musim yang kurang


menguntungkan, karena daunnya berifat xeromorf. Jaringan transfuse gymnospermae
mengiringi berkas pembuluh yang terdiri dari trakeid, parenkim, dan sel albumin.

Daun xeromorf berukuran kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi


dengan perubahan struktur dalamnya,misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi
peningkatan ketebalan dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun meningkat.
Daun xeromorf pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan penyimpan air pada
daun pun juga berkembang.
Tumbuhan dengan daun yang kecil yang biasanya mempunyai habitat yang
kering. Pengukuran ukuran daun sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total
daun pada tumbuhan. Daun xeromorf biasanya mempunyai trikoma. Di balik trikoma
inilah stomatanya berada. Trikoma ini selain berfungsi sebagai pelindung atau
mengurangi dari gangguan predator juga berfungsi dalam mengurangi penguapan.
Faktor lingkungan memengaruhi pembentukan kutikula. Pada beberapa
tumbuhan gurun, stomata menjadi tertutup secara tetap selama musim panas.
Penutupan ini diakibatkan karena sel penutup stomata oleh massa yang mengandung
resin atau oleh lapisan lilin. Seperti pada Rumex acetosella resin serta lapisan lilin yang
terbentuk dalam epidermis dan sel di sekeliling tulang daun pada kondisi musim panas.
Air dalam daun diangkut oleh tulang daun, sel mesofil, dan jaringan palisade
daripada jaringan spons. Selain itu juga, jaringan penyimpan air penyimpan air
berkembang baik pada daun. Jaringan penyimpan air pada tumbuhan xerofit terdiri atas
sel besar dengan vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung lendir. Sel ini
mempunyai sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan kloroplasnya
tersebar. Tekanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel yang bukan
untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat air dari
jaringan penyimpan air ini. Sel penyimpan air yang berdinding tipis. Dalam kondisi
kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan cepat sel akan
kembali ke bentuk semula. Contoh dari xeromorf (Atriplex portulacoides).

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Morfologi Daun Secara umum daun memiliki struktur morfologi sebagai


berikut Helaian daun ( lamina ), Tangkai daun ( petiolus ), Pelepah daun
(folius) . Histologi daun Terdapat 3 struktur jaringan penyusun dari daun,
diantaranya jaringan epidermis, jaringan mesofil, dan jaringan pengangkut.
2. Secara umum perkembangan daun dimulai dari tahap permulaan (inisiasi),
diferensiasi awal, perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun, dan
histogenesis jaringan helai daun. Absisi merupakan proses gugurnya sel,
jaringan, organ seperti bunga, daun, ranting, buah dari tanaman induknya.
Absisi dibagi menjadi 3 yaitu absisi normal yang disebabkan oleh senesen atau
ripening(pemasakan), sedangkan absisi abnormal yaitu yang disebabkan oleh
cekaman suhu, kekeringan, hama-penyakit, Absisi fisiologis disebabkan
kerusakan fisiologis seperti kompetisi nutrisi antara bagian tanaman vegetatif
dan generatif.
3. Beberapa macam keragaman struktur daun . Rumput teki merupakan rumput
semu menahun tapi bukan termasuk keluarga rumput-rumputan , Tumbuhan
C4 memiliki anatomi yang terspesialisasi yang diperlukan untuk metabolisme
CO2 dan secara efektif dapat mengeliminasi fotorespirasi serta dapat
meningkatkan kapaasitas asimilasi CO2. Anatomi terspesialisasi ini di
karakterisasi dengaan jaringan pengangkut yang berkembang baik dengan sel-
sel bundle sheet yang mengandung sejumlah besar organel yang dikenal
dengan anatomi kranz. Daun Gymnospermae Daun sempit, tebal dan kaku.
Tulang daun tidak beraneka ragam. Tumbuhan biji mempunyai jaringan
pembuluh yang rumit
3.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah.
Dengan mengetahui makna, fungsi serta struktur pada daun, diharapkan
kita dapat mengambil pelajaran sebagai wawasan ilmu pengetahuan yang dapat
dikembangkan serta di ajarkan kepada orang lain. Sehingga kita semua dapat
mengetahui pentingnya daun dalam kehidupan ini. Sehingga secara tidak
langsung, kita akan ikut merlestarikan serta menjaga daun dan
memanfaatkannya untuk kehidupan.
Kami menyadari bahwa dalam penunjang pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan, maka kami membutuhkan kritikan dan
saran dari semua pihak baik dari teman-teman maupun dosen selalu
pembimbing mata kuliah perkembangan tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A, Neil. 2005. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : UGM Press

Hidayat, B, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press

Kertasapoetra. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta : PT. Rhineka


Cipta

Mulyani. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Sunardi, Isserep. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta : UGM


Press

Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta : PT. Rhineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai