Anda di halaman 1dari 19

TATA LETAK DAUN PADA BATANG

(Laporan Praktikum Biologi Pertanian)

RICKY RACHMAT FERDIAN


2010512210005
KELOMPOK 1

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ii

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................. 1


Tujuan .............................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

BAHAN DAN METODE ......................................................................... 7

Alat dan Bahan ................................................................................ 7


Waktu dan Tempat ........................................................................... 7
Prosedur Kerja ................................................................................. 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 8

Hasil ................................................................................................. 8
Pembahasan ..................................................................................... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 15

Kesimpulan ...................................................................................... 15
Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16


DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Singkong (Manihot ut


ilissima) ............................................................................................. 8

2. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Cocor Bebek (Kalanc


hoe pinnata) ...................................................................................... 9

3. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Suji (Pleomele angus


tifolia) ................................................................................................ 10

4. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Alamanda (Allamanda


cathartica) ......................................................................................... 11

5. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Mawar (Rossa sp) .... 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap tanaman memiliki tata letak daun namun tata letak daun itu berbeda-
beda sesuai dengan tanamannya. Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun
disebut buku-buku batang. Dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang
yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu cincin, pada umumnya
duduknya daun pada batang memiliki aturan (Volk, 1984).
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya
berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu daun memiliki struktur mulut daun yang berguna
untuk pertukaran gas O2 CO2 dan uap air dari daun ke alam sekitar dan sebaliknya
(Sumardi, 2010).
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-
cabangnya, ada pula kalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal pada suatu
bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Bagian batang atau
cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-buku batang (nodus), sedangkan
bagian batang antara dua buku disebut ruas (internodium) (Hidayat, 1995).
Tata letak daun (Phyllotaxis) adalah susunan atau pola tata letak daun pada
batang secara teratur. Bentuk batang silinder buku-buku batang sebagai lingkaran
dengan jarak yang teratur dan tempat duduk daun adalah titik pada daun (Volk,
1984).
Tata letak daun (Phyllotaxis) adalah aturan tata letak daun pada batang.
Pada batang dewasa, daun dapat tersusun dalam pola tertentu dan berulang-ulang.
Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun (filotaksis). Istilah
filotaksis sebenarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan urutan
terbentuknya daun pada batang, tetapi dikarenakan urutan daun tersebut tampak
jelas setelah daun maupun batang yang ditempatinya mengalami pendewasaan,
maka istilah tersebut digunakan secara umum untuk menyatakan susunan daun
pada batang. Susunan daun dari suatu tumbuhan biasanya bersifat konstan.
Susunan daun pada batang biasanya turut ditentukan oleh banyaknya helai daun
2

yang terbentuk dalam suatu buku batang (nodus). Untuk itu, daun dapat dibentuk
secara tunggal bila ada satu helai pada setiap buku, berpasangan bila ada dua helai
daun pada setiap buku, atau dalam karangan bila terdapat tiga helai daun atau lebih
pada setiap buku (Tjitrosoepomo, 2007).
Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi penerimaan cahaya
matahari oleh daun-daun tambahan. Tata letak daun ini juga dapat mencerminkan
tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas ketiak. Untuk
mempelajari susunan daun pada batang perlu diperhatikan antara lain berapa
banyak daun yang terdapat pada setiap buku. Bagaimana hubungan tata letak suatu
daun dengan daun pada buku-buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu
daun dengan daun-daun di atasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang
memisahkan buku-buku tempat daun melekat (Arief, 2007).
Jika kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis
tumbuhan, ternyata ada banyak perbedaan, terutama perbedaan itu mengenai aturan
letak daun satu sama lain pada batang tadi. Aturan mengenai letaknya daun inilah
yang dinamakan tata letak daun (Campbell, 2010).

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.


2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambar bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
TINJAUAN PUSTAKA

Daun terbentuk pada meristem apeks batang di dekat bagian yang terujung.
Pembentukan daun dimulai dengan pembelahan periklinal sekelompok di bagian
sisi meristem apeks. Pembelahan awal umumnya terjadi pada lapisan-lapisan sel
di bawah permukaan, walaupun pada tumbuhan tertentu pembelahan dimulai dari
sel lapis terluar dan beberapa lapis dibawahnya. Sementara pembelahan diatas
berlangsung meristem apeks terus berkembang, sehingga menjadi lebih tinggi.
Setelah mencapai tinggi tertentu, di sisi lain terjadi pembelahan periklinal yang
serupa. Perkembangan kelompok sel tersebut membentuk tonjolan-tonjolan, bakal
primordium daun. Letak bakal-bakal daun tersebut mengikuti pola tata letak daun
(filotaksis) tumbuhan yang bersangkutan. Pada tumbuhan dikotil tonjolan bakal
daun tersebut biasanya berbentuk pasak, sedangkan pada monokotil menempati
keliling batang cukup panjang, dan pada dikotil pangkal tersebut sempit (Sumeru,
2004).
Daun pada batang, mempunyai keteraturan susunannya. Daun terdapat pada
buku-buku batang. Daun juga mempunyai susunan yang tetap pada spesies-spesies
tumbuhan. Oleh karena itu tata letak daun sering dipergunakan sebagai salah satu
ciri pengenal bagi tumbuhan. Susunan daun pada batang sangat mempengaruhi
penerimaan cahaya matahari oleh daun-daun tumbuhan. Tata letak daun ini juga
dapat mencerminkan tata letak daun cabang yang akan tumbuh dari tunas-tunas
ketiak. Untuk mempelajari susunan daun pada batang (tata letak daun, filotaksis)
perlu diperhatikan antara lain berapa banyak daun yang terdapat pada setiap buku.
Bagaimana hubungan tata letak suatu daun dengan daun-daun pada buku atau buku-
buku berikutnya. Bagaimana hubungan antara suatu daun dengan daun-daun di
atasnya. Bagaimana keadaan ruas-ruas yang memisahkan buku-buku tempat daun
melekat (Arief, 2007).
Daun biasanya tipis melebar, berwarna hijau karena banyak mengandung
klorofil, merupakan organ pokok dari tumbuhan. Fungsi utama daun adalah untuk
pengambilan zat-zat makanan (reabsorbsi), terutama yang berupa gas (CO2),
pengolahan zat-zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi) dan
pernapasan (respirasi) (Harsidi, 2011).
4

Berdasarkan banyaknya daun pada setiap buku batang, filotaksis dapat


dibedakan menjadi 3 kelompok. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun
saja. Pada setiap buku-buku batang hanya terdapat dua daun yang berhadapan.
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun (Sumeru, 2004).
Pada tiap buku terdapat satu daun. Tersebar (Folia sparsa) jika pada setiap
buku didapatkan satu daun. Tumbuhan dengan susunan ini, dapat terlihat berjejal
seolah-olah terdapat ketinggian yang sama. Kedudukan daun tersebut dinamakan
roset (Rasula) yang disebabkan karena ruas batang pada bagian batang tersebut
sangat pendek (Muzayyinah, 2008).
Pada setiap buku terdapat dua daun. Berhadapan (Folia opposita). Pada
setiap buku terdapat dua daun yang kedudukan terpisah 180°. Pada asoka (Ixora
paludosa kurz), pasangan daun pada suatu buku membentuk sudut 90° dengan
pasangan daun pada buku terdekat. Kedudukan semacam ini sering disebut
berhadapan bersilang (Folia opposita decussate) (Muzayyinah, 2008).
Pada setiap buku terdapat lebih dari dua daun. Berkarang (Folia verticillata),
daun-daun pada karang atau buku yang beraturan letaknya saling berseling
misalnya pada alamanda (Allamanda cathartica). Pada tumbuhan dengan tata letak
daun berhadapan berkarang tidak dapat ditentukan rumus daunnya
(Muzayyinah, 2008).
Apabila batang diandaikan suatu kerucut, maka pada batang pada tata letak
daun tersebar dapat dibuat tiga garis imajinasi. Garis melingkar mendatar yang
dapat ditempatkan sebagai buku tempat melekatnya daun. Garis penghubung
antara suatu daun dengan puncak kerucut yang sering disebut ortostik. Garis
penghubung terdekat antara suatu daun pada suatu buku dengan daun pada buku-
buku berikutnya. Garis ini melingkar spiral dan dinamakan spiral genetik.
Berdasarkan uraian diatas jika dimulai dari suatu daun (daun 0), kemudian
membuat garis penghubung antara daun 0 dengan daun pada buku-buku terdekat
berikutnya, maka garis (spiral genetik) ini pada saat memotong ortostik yang
melalui daun 0 dapat menemukan daun yang tepat di atas daun 0. Jika untuk
mencapai daun yang tepat diatas daun 0 garis spiral genetik perlu melingkari batang
sebanyak a kali, dan dalam perjalanan tersebut setelah meninggalkan daun 0,
5

ditemukan sejumlah b daun, maka dapat disusun suatu pecahan (Tjitrosoepomo,


2007).
Jika ditemukan pecahan, maka pecahan tersebut dapat memberikan
penjelasan untuk mengetahui berapa kali harus mengelilingi batang (pembilang=
a). Untuk mencapai daun yang tepat diatas daun awal, dan dalam perjalanan
tersebut ditemukan beberapa daun (penyebut= b). Pecahan juga digunakan untuk
menetapkan besarnya sudut antara dua ortostik yang berurutan sudut divergensinya.
Sudut divergensi atau sudut pemisah antara dua ortostik terdekat adalah 180°.
Sedangkan sudut divergensi yang menunjukkan satu kali mengelilingi batang,
menjumpai tiga daun, tiga ortostik adalah 120° (Tjitrosoepomo, 2007).
Oleh karena itu pecahan tersebut dapat dinamakan rumus daun atau
divergensi. Untuk mencapai daun yang tepat diatas daun awal diperlukan satu kali
mengelilingi batang dan dalam perjalanan menemukan dua daun. Rumus sudut
divergensi atau sudut pemisah antara dua ortostik terdekat adalah= ..... x 360°= .....°
(Tjitrosoepomo, 2007).
Klasifikasi tanaman singkong menurut (Steenis, 2003) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima
Klasifikasi tanaman cocor bebek menurut (Majaz, 2011) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Saxifragales
Famili : Crasulaceae
Genus : Kalanchoe
6

Spesies : Kalanchoe pinnata


Klasifikasi tanaman suji menurut (Diana, 2013) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena angustifolia
Klasifikasi tanaman terompet menurut (Heyne, 1987) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica
Klasifikasi tanaman mawar menurut (Hidayat, 2006) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa sinensis
BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat

Alat yang digunakan adalah:


Alat tulis untuk mencatat hal-hal penting pada saat praktikum, menulis
laporan sementara, dan menggambar hasil praktikum.
Lembar laporan sementara.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah:


Singkong (Manihot utilissima) digunakan sebagai objek praktikum.
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) digunakan sebagai objek praktikum.
Suji (Pleomele angustifolia) digunakan sebagai objek praktikum.
Alamanda (Allamanda cathartica) digunakan sebagai objek praktikum.
Mawar (Rossa sp) digunakan sebagai objek praktikum.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at 20 November 2020 pada pukul
16:00-17:40 dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom dan youtube.

Prosedur Kerja

1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.


2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-masing
tanaman yang diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum ini berupa beberapa data pengamatan yang dapat
dilihat pada beberapa tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Singkong (Manihot
utilissima)
Bagan Diagram

Keterangan
1. Rumus daun 2/5
2. Sudut divergensi nya 144˚
3. Pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa)
9

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Cocor Bebek (Kalanchoe
Pinnata
Bagan Diagram

Keterangan
1. Rumus daun 1/2
2. Sudut divergensi nya 180˚
3. Pola tata letak daun berhadapan (Folia opposita)
10

Tabel 3. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Suji (Pleomele angustifolia)
Bagan Diagram

Keterangan
1. Rumus daun 3/8
2. Sudut divergensi nya 135˚
3. Pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa)
11

Tabel 4. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Alamanda (Allamanda


cathartica)
Gambar

Keterangan
1. Tidak memiliki rumus tata letak
2. Pola tata letak daun berkarang (Folia verticillata)
12

Tabel 5. Hasil Pengamatan Tata Letak Daun Tanaman Mawar (Rossa sp)
Bagan Diagram

Keterangan
1. Rumus daun 1/3
2. Sudut divergensi nya 120˚
3. Pola tata letak daun tersebar (Folia sparsa)

Pembahasan

Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang disebut tata letak daun.
Tata letak daun terbagi 3, yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun,
yaitu pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan tersebar (Folia
sparsa). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti justru ditemukan adanya
hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu tumbuhan, batangnya dianggap
mempunyai bentuk silinder, maka buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran
dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu
titik pada lingkaran itu. Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun)
sebagai suatu titik tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada di atasnya
13

dengan jarak terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal
di atas pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang
kembali,walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
Pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan. Pada setiap
buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180°).
Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu
silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini
dinamakan berhadapan-bersilang (Folia opposita atau Folia decussata).
Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun. Tata letak daun
dimana pada setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun dinamakan berkarang
(Folia verticillata). Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga duduk daun yang
demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan
daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.
Singkong (Manihot utilissima) memiliki rumus daun 2/5 dengan sudut
divergensinya 2/5 × 360° = 144°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 6,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 7, duduk daun 3 sejajar dengan daun 8, duduk
daun 4 sejajar dengan daun 9, dst. Pada tanaman ini setiap buku batangnya hanya
terdapat satu daun (Folia sparsa).
Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata) memiliki rumus daun 1/2 dengan sudut
divergensinya 1/2 × 360° = 180°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 3,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 4, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, dst. Pada
tanaman ini setik buku batangnya terdapat dua daun yang berhadapan (Folia
opposita).
Suji (Pleomele angustifolia) memiliki rumus daun 3/8 dengan sudut
divergensinya 3/8 × 360° = 135°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 9,
duduk daun 2 sejajar dengan daun 10, duduk daun 3 sejajar dengan daun 11, dst.
Pada tanaman ini setiap buku batangnya terdapat satu daun (Folia sparsa).
Terompet (Allamanda cathartica) tidak memiliki rumus tata letak daun
sehingga sudut divergensinya tidak terdefinisikan. Pada tanaman ini setiap buku
batangnya terdapat lebih dari dua daun (Folia verticillata)
14

Mawar (Rossa sp) memiliki rumus daun 1/3 dengan sudut divergensinya 1/3
× 360° = 120°, sehingga duduk daun 1 sejajar dengan daun 4, duduk daun 2 sejajar
dengan daun 5, duduk daun 3 sejajar dengan daun 6, duduk daun 4 sejajar dengan
daun 8, duduk daun 5 sejajar dengan daun 10, dst. Pada tanaman ini setiap buku
batangnya terdapat satu daun (Folia sparsa).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Tata letak daun adalah duduknya daun pada batang yang memiliki aturan.
2. Jarak sudut antara dua daun berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b ×
360°, disebut sudut divergensi. Tanaman yang memiliki sudut divergensi 144°
adalah singkong, 180° adalah cocor bebek, 135° adalah suji, tanaman terompet
sudut divergensinya tidak terdefinisi, 120° adalah mawar.
3. Tanaman yang memiliki tata letak daun tersebar (Folia sparsa) adalah
singkong, suji, dan mawar, berhadapan-bersilangan (Folia decussata) adalah
cocor bebek, berhadapan-berkarang (Folia verticillata) adalah terompet.
4. Tanaman yang memiliki rumus daun 2/5 adalah singkong, 1/2 adalh cocor
bebek, 3/8 adalh suji, tanaman terompet rumus daunnya tidak terdefinisi, 1/3
adalah mawar.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik dan materi yang disampaikan
oleh asisten praktikum sudah cukup jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Hariana, 2007. Tanaman Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Campbell, Neil, A dan Jane B. Reece. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Diana, Sofiatun. 2013. Manfaat Daun Pandan Wangi.

Harsidi, S. 2011. Morfologi Tumbuhan Daun.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi Ketiga. Badan Penelitian


dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Hidayat, E, B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Jakarta.

Hidayat dan Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami Cara Sehat dan Aman
Membuat Pewarna Makanan dari Bahan Alami. Trubus Agrisarana.
Surabaya.
Majaz, A. Tatiya, A, U. Khursid, M. Nazi, S. 2011. The Miracle Plant
(Kalanchoe pinnata) A Phytochemical and Pharmacological Review. Int. J.
Res. Ayurveda Pharm. 2, 1478-1482.
Muzayyinah. 2008. Terminologi Tumbuhan. UNS Press. Surakarta.

Steenis, C, G, G, J. 2003. Flora hal 233-236. Pradya Paramita. Jakarta

Sumardi, I. Nugroho, H dan Purnomo. 2010. Struktur dan Perkembangan


Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumeru dan Ashari. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-buahan Komersial.
Bayumedia Publishing. Malang.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Erlangga.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai