Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR
“ MORFOLOGI TUMBUHAN ”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Biologi Dasar

Disusun oleh :
Nama : Riska Fitriani
NIM : 4442180031
Kelas : 1A
Kelompok : 3 ( Tiga )

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Biologi Dasar yang
berjudul “Morfologi Tumbuhan” dengan tepat waktu. Terimakasih kepada Ibu
Sulastri Isminingsih, SP., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Biologi
Dasar yang telah memberikan banyak ilmu dan Virgiana Fitri Utari serta Widi
Ayutami sebagai asisten laboratorium Agroekoteknologi yang telah membimbing
dalam pelaksanaan praktikum dan membantu dalam pembuatan laporan praktikum
ini. Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
praktikum pertama dalam mata kuliah Biologi Dasar. Dengan tujuan adanya
praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri morfologi tumbuhan agar dapat
mengidentifikasi serta mengklasifikasikannya.
Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan
dalam penulisan laporan ini. Maka dari itu, saran dan kritik dari pembaca sangat
saya harapkan demi lebih memperbaiki dalam penulisan laporan. Terimakasih.

Serang, Oktober 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………........ 1
1.2. Tujuan………………………………………………………………......
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………
2
2.1 Batang..…….………………………...................……………………….
2
2.1.1 Sifat Umum Batang..................………………………………….......
3
2.1.2 Bentuk Fisik Batang............................................................................
3
2.2 Daun ........................................................................................................ 5
2.3 Akar......................................................................................................... 6
BAB III METODE PRAKTIKUM…………………………………………...... 8
3.1. Tempat dan Waktu…………………………………………………...... 8
3.2. Alat dan Bahan……………………………………………………........
8
3.3. Cara Kerja……………………………………………………………... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...…… 9
4.1. Hasil………………………………………………………..………...... 9
4.2. Pembahasan…………………………………………………………...
11
BAB V PENUTUP………………………………………………………...…….
13
5.1. Simpulan……………………………………………………………... 13

2
5.2. Saran…………………………………………………………………..
13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 14
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Tumbuhan……………………….………. 9

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Batang Dikotil dan Monokotil............................................................... 2


Gambar 2. Struktur Daun........................................................................................ 5
Gambar 3. Bentuk-bentuk Daun............................................................................. 5
Gambar 4. Struktur Akar Dikotil dan Monokotil................................................... 6
Gambar 5. Bentuk Akar......................................................................................... 7

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bila memperhatikan tumbuhan, biasanya yang pertama kali dilihat adalah
batangnya. Dari batang baru dilihat bagaimana keadaan daun. Sebagian besar
tumbuhan memiliki batang yang jelas. Namun demikian, beberapa tumbuhan
tidak memiliki batang yang jelas (Rosanti, 2013).
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat
tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1985).
Batang berfungsi untuk membentuk dan menyangga daun. Batang mempunyai
petumbuhan yang tidak terbatas, berbeda dari daun yang mempunyai
pertumbuhan terbatas dan akhirnya ditinggalkan. Di ujung batang terdapat titik
vegetatif yang meristematik dan mempunyai kemampuan untuk terus-menerus
membentuk sel baru (Tjitrosomo, 1983).
Karena batang memiliki struktur yang cukup kompleks, dalam mengamati
batang suatu tumbuhan, ada beberapa hal penting yang menjadi fokus
pengamatan, misalnya bentuk, cabang-cabang, arah pertumbuhan, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara membedakan tumbuhan dapat dilakukan
melalui struktur batangnya. Oleh karena itu tumbuhan dibedakan menjadi
tumbuhan yang berbatang (planta caulis) dan tumbuhan tidak berbatang (planta
acaulis). Terlepas dari pernyataan tersebut, tumbuh-tumbuhan yang dikategorikan
planta acaulis pada dasarnya memiliki batang, namun tidak tampak jelas terlihat
(Rosanti, 2013).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengumpulkan ciri-ciri morfologi tumbuhan.
2. Mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri morfologi yang
tampak.
3. Mengklasifikasi tumbuhan berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batang
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar dan
daun. Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan rangka pada
manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan
(Rosanti, 2013).
Daerah pada
batang yang
menumbuhkan daun
disebut nodus (buku),
sedangkan antara dua
nodus disebut
internodium (ruas).
Pada beberapa
Gambar 1. Batang dikotil dan monokotil
tumbuhan, buku terdiri
dari sel-sel yang hanya sedikit tumbuh memanjang, sedangkan ruasnya terdiri dari
sel-sel yang jauh lebih panjang (rumput, bambu, tebu). Kadang-kadang nodus
jelas sekali karena daerah ini membengkak (Tjitrosomo, 1983).
Batang akan terlihat dengan jelas pada saat berbunga. Bila tumbuhan
memasuki tahap pembungaan, dari tengah-tengah roset tempat berkumpulnya
daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang tersusun
jarang dan mendukung bunga-bunganya (Rosanti, 2013).
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk:
(Tjitrosoepomo, 1985)
a. Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu: daun,
bunga, dan buah.
b. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi
c. Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan
pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.

2
d. Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

2.1.1 Sifat Umum Batang


Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut: (Tjitrosoepomo,
1985)
a. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya
dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang
setangkup.
b. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku,
dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
c. Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat
fototrop atau heliotrop).
d. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan
bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e. Mengadakan percabangan, dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
f. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya
pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

2.1.2 Bentuk Fisik Batang


Untuk arah tumbuh batang, walaupun seperti telah dikemukakan,
batang umumnya tumbuh ke arah cahaya, meninggalkan tanah dan air, tetapi
mengenai arahnya dapat memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan sifat
ini dibedakan batang yang tumbuhnya: (Tjitrosoepomo, 1985).
a. Tegak lurus (erectus), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya
papaya (Carica papaya L.).
b. Menggantung (dependens, pendulus), ini tentu saja hanya mungkin
untuk tumbuhan-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau
tepi jurang, misalnya Zebrina pendula Schnitzl.

3
c. Berbaring (humifusus), jika batang terletak pada permukaan tanah,
hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, misalnya
pada semangka (Citrullus vulgaris).
d. Menjalar atau merayap (repens), batang berbaring, tetapi dari buku-
bukunya keluar akar-akar, misalnya batang ubi jalar (Ipomoea
batatas).
e. Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti
hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas,
misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea).
f. Mengangguk (nutans), batang tumbuh tegak lurus ke arah atas, tetapi
ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah, misalnya pada bunga
matahari (Helianthus annuus).
g. Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan
menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati
ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang
menggunakan alat-alat khusus untuk berpegangan pada
penunjangnya ini, misalnya dengan akar pelekat, akar pembelit,
cabang pembelit, dan lain sebagainya.
h. Membelit (volubilis), jika batang naik ke atas dengan menggunakan
penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak
dipergunakan alat-alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri
naik dengan melilit penunjangnya.
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga
macam cara percabangan, yaitu secara monopodial, simpodial, dan
menggarpu. Cara menentukan percabangan pada batang adalah dengan
melihat posisi batang pokok terhadap cabang-cabangnya (Rosanti, 2013).
1. Percabangan secara monopodial, jika batang pokok selalu tampak
jelas. Ini disebabkan karena batang pokok lebih besar dan lebih
panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya,
misalnya cemara (Casuarina equisetifolia) dan pinus (Pinus
merkusii).

4
2. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan. Hal ini
disebabkan oleh batang pokok menghentikan pertumbuhannya,
sehingga pertumbuhan cabang lebih dominan. Dengan kata lain
pertumbuhan batang pokok kalah cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan cabang, sehingga batang pokok hanya terlihat di bagian
bawah saja, karena pada bagian atas tumbuhan sudah merupakan
cabang-cabang. Percabangan simpodial dapat ditemukan pada sawo
manila (Achras zapota).
3. Percabangan menggarpu atau dikotom, memiliki cara percabangan
dimana setiap kali bercabang akan terbagi menjadi dua cabang yang
sama besarnya.

2.4 Daun
Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun, dikenal juga
istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji), profil dan lain-lain.
Daun hijau berfungsi
khusus untuk
fotosintesis dan
biasanya berbentuk
pipih mendatar
sehingga mudah
memperoleh sinar
Gambar 2. Struktur daun
matahari dan gas CO2.
katafil adalah sisik pada tunas
atau pada batang dibawah tanah
dan berfungsi sebagai pelindung
atau tempat penyimpan cadangan
makanan. Daun pertama pada
cabang lateral disebut prophyll,
Gambar 3. Bentuk-bentuk daun
pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai. Hipsofil
berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai
pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan

5
mahkota bunga. Kotiledon merupakan daun pertama pada tumbuhan (Hidayat,
1995).
Daun merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan, sebab
disitu terjadi proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan bagi
tumbuhan. Hasil fotosintesis akan didistribusikan ke seluruh organ untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Daun tidak seperti organ lain dari tumbuhan
karena umumnya bersifat sementara. Untuk fotosintesis diperlukan sinar dan
klorofil serta CO2 dan H2O sebagai bahan baku, dengan demikian posisi daun
mempengaruhi strukturnya. Selain itu pengaruh lingkungan yang lain seperti
ketersediaan air, adanya kadar garam yang tinggi dalam air disekitar tumbuhan
juga berpengaruh terhadap struktur luar dan dalam dari daun (Savitri, 2008).
Daun terbagi menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Pada daun majemuk
terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai dun atau panjangannya.
Sumbu bersama itu disebut rakis. Jika anak daun muncul disisi lateral dari rakis,
daun disebut majemuk bersirip, dan kalau semua anak daun muncul di ujung rakis
yang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat di ujung tangkai daun
bersama, maka daun seperti itu disebut daun majemuk menjari (Tjitrosoepomo,
1985).

2.5 Akar
Keragaman
bentuk dan struktur
akar sering terkait
dengan fungsinya.
Dikenal juga
beberapa jenis akar
yang dibedakan secara Gambar 4. Struktur akar dikotil dan monokotil
morfologi sebagai berikut : (Tjitrosoepomo, 1985)
a. Akar gantung (radix aerous) :Akar ini keluar dan menggantung di atas
tanah dan arah tumbuhnya ke dalam tanah. Contohnya pada Beringin
(Ficus benjamin).

6
b. Akar penghisap (haustorium): Terdapat pada tumbuhan yang bersifat
parasit dan berfungsi untuk menyerap zat makanan dari inangnya.
Contohnya pada Endak cacing (Cuscutha aus R. Br.)
c. Akar pelekat (radics adligans) : Akar yang keluar dari buku-buku batang
tumbuhan memanjat. Contohnya pada Lada (Piper nigrum L.)
d. Akar pembelit (cirhus radicalis) : Sama halnya akar pelekat akan tetapi
dengan memeluk penunjangnya. Contohnya pada Panili (Vanilla planifolia
Andr)
e. Akar nafas (pneumatophora) : Merupakan cabang akar yang tumbuh tegak
lurus muncul ke permukaan tanah. Contohnya pada Kayu api (avicennia)
f. Akar tunjang : Akar
yang tumbuh dari
bagian bawah batang
yang seakan menunjang
batang tersebut.
Contohnya pada
Pandan (Pandanus
tectorious Sol.)
g. Akar lutut : Bagian akar Gambar 5. Bentuk akar

yang tumbuh ke atas kemudian membengkok masuk ke dalam tanah.


Contohnya pada Tanjang (Bruguiera parvifolia w. et A.)
h. Akar banir : Berbentuk seperti papan untuk memperkokoh batang yang
umumnya pada pohon berukuran besar. Contohnya pada Kenari
(Canarium commune L.).
Sedangkan secara ontogeni (Asal terbentuknya), akar dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
a. Akar primer, berkembang dari radikula (akar utama yang tumbuh dari biji)
b. Akar adventif, berkembang dari bagian lain dari tumbuhan (misalnya pada
batang, daun, tunas). (Kartasapoetra, 1991).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengamatan Morfologi Tumbuhan ini dilaksanakan di
Laboratorium Bioteknologi, Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa pada hari Senin, 29 Oktober 2018 pukul 07.00 – 09.00
WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas HVS dan pensil. Bahan
yang digunakan adalah tumbuhan paku-pakuan, lumut, bunga mawar, pohon talas,
dan pohon mangga.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Diamati bagian-bagian morfologi tanaman mawar, tanaman paku, tanaman
mangga, dan tanaman talas.
3. Digambar pada kertas HVS bagian-bagian yang telah diamati.
4. Diberi keterangan pada bagian-bagian tanaman tersebut.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi Tumbuhan
No. Gambar Keterangan
1. Lumut (Bryophyta) Kingdom: Plantae
Divisi : Bryophyta

2. Paku-pakuan (Polypodiopsida) Kingdom : Plantae


Divisi : Pterydophyta

9
3. Bunga mawar (Rosa sp) Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Termasuk dalam
Angiospermae dikotil.

4. Pohon mangga (Mangifera indica) Kingdom: Plantae


Divisi : Spermatophyta
Termasuk dalam
Angiospermae dikotil.

5. Pohon talas (Colocasia esculenta) Kingdom: Plantae


Divisi : Spermatophyta
Termasuk dalam
Angiospermae monokotil.

10
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan morfologi tumbuhan.
Dimana morfologi merupakan cabang ilmu dalam Biologi yang mempelajari
struktur bentuk tubuh yang terlihat dibagian luar. Seperti, bentuk batang, bentuk
akar, dan bentuk daun dari suatu tumbuhan. Tumbuhan sendiri masuk kedalam
kingdom Plantae. Dalam kingdom Plantae diklasifikasikan dalam tiga divisi yaitu
Bryophyta (lumut), Pterydophyta (paku-pakuan), dan Spermatophyta (tumbuhan
berbiji).
Dalam praktikum ini kita melakukan pengamatan pada ketiga divisi tersebut
dengan menggunakan tumbuhan lumut, paku, pohon mangga, bunga mawar, dan
pohon talas. Hal yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah dengan
menyiapkan tumbuhan-tumbuhan yang akan diamati tersebut. Setelah itu
menggambarnya pada kertas HVS dengan diberikan penjelasan bagian-bagian
tumbuhan tersebut.
Dari hasil pengamatan tersebut, ketiga divisi dapat dilihat perbedaannya
melalui ciri-ciri yang dimiliki. Yang pertama Bryophyta atau yang biasa dikenal
dengan lumut memiliki ciri-ciri akar semu (rizoid), belum bisa dibedakan bagian
batang, daun, dan akarnya, tumbuh di tempat yang lembab, melakukan proses
metagenesis, tidak memiliki jaringan pembuluh, disebut juga tumbuhan peralihan
karena masih berupa tumbuhan talus dan berkomus.
Yang kedua melakukan pengamatan pada tumbuhan paku (Pterydophyta).
Paku yang digunakan adalah paku sejati. Ciri-ciri Pterydophyta adalah telah
memiliki akar, daun, dan batang sejati, sehingga dapat dibedakan baang, daun, dan
akarnya, memiliki jaringan pembuluh angkut, derkembangbiak sengan spora dan
memiliki habitat di daratan.
Ketiga dilakukan pengamatan pada tumbuhan divisi Spermatophyta yaitu
pada tumbuhan bunga mawar (Rosa sp), pohon mangga (Mangifera indica), dan
pohon talas (Colocasia esculenta). Spermatophyta adalah tumbuhan berbiji.
Tumbuhan berbiji terbagi menjadi dua yaitu biji tertutup (Gymnspermae) dan biji
terbuka (Angiospermae). Pada tumbuhan Gymnospermae biji tidak ditutupi oleh
bakal buah. Sedangkan pada Angiospermae biji terdapat dalam bakal buah.
Angiospermae terbagi lagi menjadi dua, yaitu monokotil dan dikotil.

11
Monokotil adalah biji yang memiliki satu kotiledeon atau berkeping satu,
memiliki akar serabut, batang tidak banyak bercabang dan umumnya tidak
memiliki kambium, adapun yang berkambium namun tidak bercabang (contohnya
pohon kelapa), daun berbentuk sejajar atau melengkung, dan memiliki kelopak
bunga kelipatan 3. Sedangkan dikotil adalah biji yang memiliki dua kotiledon atau
berkeping dua, memiliki akar tunggang, batang bercabang banyak, bentuk daun
menjari atau sejajar, dan memiliki kelopak bunga dengan kelipatan 2, 4, atau 5.
Pada praktikum kali digunakan contoh dari Spermaophyta yaitu bunga mawar dan
pohon mangga, termasuk pada Angiospermae dan dikotil. Serta pohon talas
termasuk dalam Angiospermae dan monokotil.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Morfologi adalah salah satu cabang ilmu Biologi yang mempelajari bentuk
serta bagian makhluk hidup yang tampak terlihat di bagian luar. Tumbuhan
termasuk ke dalam kingdom Plantae. Kingdom Plantae diklasifikasikan dalam
tiga divisi yaitu Bryophyta (lumut) contohnya lumut, Pterydophyta (paku)
contohnya paku sejati dan Spertamophyta (tumbuhan berbiji). Spermatophyta
terbagi atas dua yaitu tumbuhan biji tertutup (Gymnospermae) dan tumbuhan biji
terbuka (Angiospermae). Angiospermae memiliki dua yaitu monokotil (biji
berkepong satu) contohnya talas dan dikotil (biji berkeping dua) contohnya mawar
dan mangga.

5.2 Saran
Dalam melakukan pengamatan morfologi tumbuhan yang terpenting adalah
menyiapkan tumbuhan sampel yang akan diamati. Mengamati dengan teliti setiap
bagian-bagiannya kemudian menggambar dan mencatatnya agar tidak lupa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.


Kartasapoetra, Ir. A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang Sel
dan Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Savitri, Evika Sandi. Sp. Mp. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi
Tumbuhan). Malang : UIN Press.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum I. Bandung: Penerbit Angkasa.

14
LAMPIRAN

Gambar Tumbuhan Paku Gambar Bunga Mawar


Gambar Pohon Talas

Gambar
Gambar
Pohon
Lumut
Mangga

15

Anda mungkin juga menyukai