Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERTANIAN

TATA LETAK DAUN PADA BATANG

Oleh :
NAMA : MUHAMMAD LUTFHI FAWWAZ
NIM : 2210514110012
KELOMPOK : GINGER
ASISTEN : SITI MAISYAROH

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
BANJARBARU
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL..................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

III. METODOLOGI.................................................................................. 10

Waktu dan Tempat........................................................................... 10


Bahan dan Alat................................................................................. 10
Bahan.................................................................................... 10
Alat....................................................................................... 10
Pelaksanaan Praktikum.................................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 12

V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 18

Kesimpulan...................................................................................... 18
Saran................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 20
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil pengamatan tata letak daun singkong................................... 12

2. Hasil pengamatan tata letak daun cocor bebek.............................. 13

3. Hasil pengamatan tata letak daun suji........................................... 14

4. Hasil pengamatan tata letak daun alamanda.................................. 15

5. Hasil pengamatan tata letak daun mawar...................................... 16


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keanekaragaman tumbuhan dapat ditinjau dari struktur morfologinya, baik


daun, batang, akar, bunga, dan organ modifikasi, morfologi tumbuhan merupakan
salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari mengenai susunan tubuh serta
bentuk tumbuhan yang terbagi atas morfologi luar dan morfologi dalam yang
dikenal sebagai anatomi. Morfologi dari suatu jenis tumbuhan merupakan salah
satu ciri yang mudah untuk diamati (Hadiyanti et al., 2018).
Proses klasifikasi tanaman dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
gambar bentuk daun dari tanaman. Dengan cara tersebut dapat dilakukan
langkah-langkah pengenalan pola daun dengan mengenali karakteristik
daun seperti bentuk dan tekstur sebuah daun. Metode untuk melakukan
pemrosesan terhadap citra masukan dengan pemanfaatan teknik pengolahan citra
dilakukan untuk menganalisa karakteristik daun. Teknik pengolahan citra
dilakukan pada tahapan praproses citra sampai diperoleh bentuk tepian dan
ciri dari masing-masing daun. Metode yang digunakan pada ekstraksi fitur ini
adalah pengenalan fitur morfologi daun (Manik et al., 2016).
Karakter morfologi lain yang dapat diamati dari tumbuhan adalah tata
letak daun pada batang (phyllotaxis atau disposition foliorum). Sebelum
menentukan tata letak daun, harus menentukan dahulu berapa jumlah daun yang
tersebar pada buku-buku batang yang memiliki kemungkinan hanya terdapat satu
daun saja, dua daun, atau lebih dari dua daun. Tata letak daun dihitung dengan
menggunakan rumus yang disebut dengan deret Fibonanci berdasarkan karakter
yang dimiliki oleh daun (Tjitrosomo, 2019).
Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai
perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama lain pada batang. Aturan
mengenai tata letak daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun dapat
digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis
mempunyai tata letak daun yang sama (Asmara, 2015).
2

Batang biasanya terdiri atas sumbu, epikotil, yang beberapa ruas, yang
tidak memanjang, dan beberapa primordial daun. Pada saat perkecambahan biji
embrio melebar dan mulai tumbuh meristem apical pada pucuk daun muda
menambah lagi primordial daun dan memanjanglah ruas diantara primordial yang
lebih bawah, yang dalam pada itu menjauh dari ujung. Kuncup berkembang pada
ketiak daun yang berkembang dan menghasilkan pucuk yang bercabang. Pada
tumbuhan dewasa, perkembangan primordial daun pada ujung pucuk dan
pemanjangan ujung yang dibawahnya sama seperti pertumbuhan embrio biji yang
berkecambah, urutan munculnya dan susunan daun pada batang lebih kurang
karakteristik bagi setiap spesies (Saefuddin, 2017).
Penelitian tentang tata letak daun pada batang memiliki implikasi praktis
yang signifikan dalam bidang pertanian dan kehutanan. Pemahaman tentang tata
letak daun dapat membantu dalam pemilihan varietas tanaman yang lebih
produktif dan tahan terhadap stres lingkungan, seperti kekeringan atau serangan
hama dan penyakit. Pola tata letak daun juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam pemantauan kualitas lingkungan dan perubahan iklim, karakteristik penting
dalam morfologi tumbuhan yang mempengaruhi kinerja fisiologis dan adaptasi
tumbuhan terhadap lingkungan. Pola tata letak daun pada batang tidak hanya
mencerminkan evolusi dan diversifikasi tumbuhan, tetapi juga memengaruhi
efisiensi fotosintesis, transpirasi, dan penyerapan cahaya pada tingkat individu.
Pemahaman tentang tata letak daun pada batang penting dalam mengungkapkan
strategi adaptasi tumbuhan terhadap tekanan lingkungan, seperti pencahayaan,
persaingan sumber daya, dan interaksi organisme lain (Purnomo, 2018).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum tata letak daun pada batang adalah sebagai berikut :
1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.
2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambarkan bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya


dengan akar. Setiap tumbuhan pada umumya memiliki daun. Daun dikenal dengan
nama ilmiah Folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helai,
berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan mempunyai
perbedaan mengenai aturan letak daun satu sama lain pada batang. Aturan
mengenai tata letak daun tersebut disebut tata letak daun. Tata letak daun dapat
digunakan sebagai tanda pengenal suatu tumbuhan karena tumbuhan yang sejenis
mempunyai tata letak daun yang sama (Liunokas, 2021).
Dalam bagan berikut ini batang tumbuhan digambarkan berbentuk bulat
panjang seperti pipa. Garis ortostik yang merupakan garis sumbu projeksi daun
digambarkan dengan garis membujur (angka romami), sedangkan spiral genetik
digambarkan dengan garis spiral. Garis putus-putus menggambarkan bahwa garis
tersebut terdapat di bagian belakang batang. Nomor 1, 2, 3, dan seterusnya
merupakan nomor daun secara berurutan dari bawah ke atas (Hadisunarso, 2013).
Pada diagram tata letak daun kita melihat tata letak daun dilihat dari atas.
Batang tumbuhan digambarkan sebagai kerucut. Buku-buku tempat melekatnya
daun digambarkan dalam bentuk lingkaran- lingkaran. Lingkaran terluar
menggambarkan buku pada pangkal batang, sedangkan lingkaran terdalam
merupakan bagian buku termuda. Garis tebal menunjukkan garis ortostik. Garis
putus-putus menggambarkan garis spiral genetic (Hadisunarso, 2013).
Pada tumbuhan yang tumbuh tegak ke atas, kita dengan mudah dapat
menentukan garis ortostik dan spiral genetik. Pada tumbuhan tertentu, garis
ortostiknya dapat mengalami perubahan arah sehingga tidak vertikal, melainkan
membentuk spiral sehingga penentuan garis spiral genetik menjadi lebih sukar.
Tata letak daunnya masih mengikuti garis ortostik yang berubah membentuk
spiral sehingga dinamakan spirostik (Hadisunarso, 2013).
Suatu daun dikatakan tersebar (Folia sparsa) bila pada setiap buku batang
hanya terdapat satu daun saja, misal daun kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis). Dikatakan duduk dan berhadapan bila pada setiap buku batang terdapat
dua daun
4

yang berhadapan. Apabila pada buku berikutnya kedua daun yang terbentuk
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya, sehingga dikatakan duduk
daun berhadapan - bersilang (follia opposita, folia decussata), misal pada tanaman
soka (Ixora javanica), mengkudu (Morinda citrifolia). Dikatakan sebagai duduk
daun berkarang (folia verticillata) bila setiap buku batang terdapat lebih dari dua
daun, misal oleander (Nerium oleander L) (Haryani, 2016).
Tata letak daun tersebar bila kita teliti benar akan memperlihatkan halhal
yang beraturan. Bila kita pilih satu daun sembarang (sebagai titik tolak) pada
batang maka akan terdapat satu daun yang letaknya terdapat pada garis vertikal di
atas daun tadi. Antara dua daun tersebut terdapat sepuluh daun yang bila diikuti
secara beruntun akan mengikuti garis spiral (Haryani, 2016).
Menurut Jurni (2020), tanaman singkong dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Utilisima C.
Menurut Latief (2012), tanaman cocor bebek dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Spesies : Kalanchoe pinnata
5

Menurut Prangdimurti (2016), tanaman suji hijau dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Ordo : Liliopsida
Kelas : Liliaceae
Famili : Asparagaceae
Genus : Pleomele
Spesies : Pleomele angustifolia
Menurut Arundhina (2014), tanaman alamanda dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L.
Menurut Hidayat (2016), tanaman mawar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Roseceae
Genus : Rosa
Species : Rosa sp.
III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Mei 2023. Di Ruang


Hambawang, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Bahan dan Alat

Bahan

Singkong (Manihot utilissima). Bagian yang digunakan adalah daun dan


batang.
Cocor bebek (Kalanchoe pinnata). Bagian yang digunakan adalah daun
dan batang.
Suji hijau (Pleomele angustifola). Bagian yang digunakan adalah daun
dan batang.
Bunga terompet emas (Allamanda cathartica). Bagian yang digunakan
adalah daun dan batang.
Bunga mawar (Rossa sp.). Bagian yang digunakan adalah daun dan
batang.

Alat

Alat tulis. Alat tulis sebagai media untuk menulis laporan sementara dan
menggambar objek yang telah diamati.
Lembar laporan sementara. Lembar laporan sementara sebagai hasil
sementara yang didapat dalam suatu penelitian dan akan diperbaiki sesuai
kebutuhan penelitian.
8

Pelaksanaan Praktikum

1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.


2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram
batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-masing
tanaman yang diamati.
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari praktikum yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil pengamatan tata letak daun singkong


Diagram Bagan

Keterangan
2
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-5
5
2
 Sudut divergensi : ×360 °=144 °
5
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas daun singkong (Manihot utilissima) memiliki


2
rumus daun . Yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
5
permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyakk 2 kali dan
jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Daun pada
tanaman singkong letaknya berselang-seling dan pada setiap buku-buku batang
tanaman ini hanya terdapat satu daun (tersebar). Besar sudut antara dua daun
2
tanaman singkong yaitu (sudut divergensi) : ×360 °=144 °.
5
12

Tabel 2. Hasil pengamatan tata letak daun cocor bebek


Diagram Bagan

Keterangan
1
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-2
2
1
 Sudut divergensi : ×360 °=180 °
2
 Termasuk folia opposita (berhadapan-bersilang)

Berdasarkan tabel diatas tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata)


1
memiliki rumus daun dimana dalam satu putaran terdapat 2 daun dengan sudut
2
divergensi 180° . Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) termasuk folia opposite
karena pada setiap buku-buku batang terdapat dua daun saling berhadapan.
Duduk daun 1 sejajar dengan duduk daun 3, 5, 7. Duduk daun 2 sejajar dengan
duduk daun 4, 6 dan 8.
13

Tabel 3. Hasil pengamatan tata letak daun suji hijau


Diagram Bagan

Keterangan
3
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-8
8
3
 Sudut divergensi : × 360°=135°
8
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas tanaman suji hijau (Pleomele angustifolia)


3
memiliki rumus daun dimana untuk mempertemukan daun yang satu dengan
8
yang lain yang terletak dalam satu gaaris yang sama harus mengelilingi batang
sebanyak 3 putaran dan pada saat melakukan 3 kali putaran jumlah daun yang
dilaluinya adalah berjumlah 8 daun dengan sudut divergensi 135° . Tanaman suji
hijau (Pleomele angustifolia) termasuk folia sparsa karena pada setiap buku-buku
batang hanya terdapat satu daun (tersebar). Duduk daun 1 sejajar dengan duduk
daun 9, 17 dan 25. Dudukdaun 2 sejajar dengan duduk daun 10, 18 dan 26.
14

Tabel 4. Hasil pengamatan tata letak daun alamanda


Gambar Sketsa

Keterangan
 Rumus daun : Tidak dapat ditentukan
 Sudut divergensi : Tidak ada
 Termasuk folia verticillata (berkarang)

Berdasarkan tabel diatas daun alamanda (Allamanda cathartica) letaknya


berkarang, yaitu terdapat lebih dari dua daun pada tiap buku-buku batang, dalam
hal ini terdapat empat daun pada tiap buku batang. Karena tata letak daunnya
yang berkarang, maka rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
15

Tabel 5. Hasil pengamatan tata letak daun mawar


Diagram Bagan

Keterangan
1
 Rumus daun : , karena daun ke-1 yang sejajar dengan daun ke-3
3
1
 Sudut divergensi : ×360 °=120 °
3
 Termasuk folia sparsa (tersebar)

Berdasarkan tabel diatas tanaman mawar (Rossa sp.) memiliki rumus daun
1
dimana dalam 1 putaran terdapat 3 daun dengan sudut divergensi 120° .
3
Tanaman mawar (Rossa sp.) termasuk folia sparsa karena pada setiap buku-buku
batang hanya terdapat satu daun (tersebar). Duduk daun 1 sejajar dengan duduk
daun 4,7 dan 10. Duduk daun 2 sejajar dengan duduk daun 5,8 dan 11. Duduk
daun 3 sejajar dengan duduk daun 6, 9 dan 12.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Tata letak daun atau duduk daun (Phyllotaxis: disposition folioeum)
adalah aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun
pada setiap bukunya, terdapat 4 macam duduk daun, yaitu duduk daun
tersebar (sparasa), duduk daun berseling (disticha), duduk daun
berhadapan (opposite), dan duduk daun berkarang (verticillata).
2. Tata letak daun terbagi menjadi folio sparsa (tersebar) seperti singkong
(Manihot utilissima), suji (Pleomele angustifolia), mawar (Rossa sp). folio
opposite (berhadapan) seperti cocor bebek (Kalanchoe pinnata). folio
verticillata (berkarang) seperti alamanda (Allamanda cathartica).
3. Praktikum ini dilakukan untuk mengenal berbagai tata letak daun pada
batang, menentukan rumus daun, menggambar bagian dan diagram daun,
mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Lebih diperjelas lagi penjelasannya dan tidak terlalu banyak memberikan
pertanyaan, kalau bisa pertanyaan diadakan selesai penjelasan.
2. Memperhatikan manajemen waktu agar tidak banyak waktu yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanti, N., Supriyadi, S., & Pardono, P. (2018). Keragaman Beberapa


Tumbuhan Ciplukan (Physalis Spp.) di Lereng Gunung Kelud, Jawa
Timur. Berita Biologi,17(2), 61-66.

Herliani. (2020). Plant Morphology. Mulawarman University Press. Samarinda.

Indriani Y. (2015). Gizi dan Pangan. Aura. Bandar Lampung.

Komarayanti, S. (2017). Ensiklopedia Buah-Buah Lokal Berbasis Potensi Alam


Jember. Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 2(1),61-75.

Liunokas, A. B., & Billik, A. H. S. (2021). Karakteristik Morfologi Tumbuhan.


Deepublish. Yogyakarta.

Pratama, R, E & Mulyati, S. (2020). Pembelajaran Daring dan Luring pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Gagasan Pendidikan Indonesia, 1(2), 44-59.

Rahayu, A., S. Susanto, B.S. Purwoko & I.S. Dewi. (2012). Karakteristik
Morfologi dan Kimia Kultivar Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Berbiji
dan Tidak Berbiji. J.Agron. Indonesia, 40(1), 48 – 55.

Rina. (2015). Manfaat Unsur N, P, K Bagi Tanaman. Badan Litbang Pertanian,


Kalimantan Timur.

Rosanti, D. (2013). Morfologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Rukmana, R. (2013). Budi Daya Nangka. Kanisius. Yogyakarta.

Safitri, A.A. (2012). Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Fakultas


Pertanian. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Soedarya, A. P. (2013). Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Nanas. Pustaka


Grafika. Bandung.

Ziraluo & Duha. (2020). Diversity Study Of Fruit Producer Plant In Nias Island.
Jurnal Inovasi Penelitian, 1(4),683-694.

Anda mungkin juga menyukai