Anda di halaman 1dari 21

Makalah Pengantar Agribisnis

MANAJEMEN TEKNOLOGI

Dosen Pengampu : Ardhiyan Saputra, S.P., M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 8 :

1. Rada Febriyasti (D1A018008)


2. Indri Setianingsih (D1A018019)
3. M. Hendro Saputra (D1A018031)

AGROEKOTEKNOLOGI (A)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Agribisnis
ini. Kemudian sholawat beserta salam kami curahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup untuk keselamatan
umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Agribisnis di
program studi Agroekoteknologi fakultas pertanian dengan judul “Manajemen
Teknologi”. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ardhiyan
Saputra, S.P., M.Si.sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Agribisnis
yang telah mempercayai kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih memiliki


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar bermanfaat dalam menyempurnakan tugas berikutnya.

Penyusun

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4


1.2 Tujuan.........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemn Teknologi Agribisnis ..................................................6


2.2 Kajian Manajemen Teknologi dan Ruang Lingkup Manajemen
Teknologi ...................................................................................................6
2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen ........................................................................ 11
2.4 Alat Dan Mesin Pertanian ......................................................................... 13
2.5 Penerapan manajemen Teknologi dalam Agribisnis.................................. 18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 20
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya
alam menjadi alat-alat sederhana. Manajemen teknologi pertanian agribisnis
merupakan sebuah kajian atau bahasan yang menghubungkan disiplin ilmu
rekayasa / teknik, ilmu pengetahuan dan manajemen dalam menempatkan
perencanaan, pengembangan dan implementasi kemampuan untuk membentuk
dan menyelesaikan tujuan operasional. Indonesia memiliki keunggulan
komparatif seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah tenaga kerja yang
besar, dan pasar yang besar. Oleh karena itu, sebaiknya dijadikan basis untuk
mengembangkan teknologi dengan kondisi sosial budaya yang tepat. Manajemen
Teknologi Agribisnis” karena kami ingin memaparkan bagaimana pemanfaatan
teknologi dalam Agribisnis dan pentingnya Manajemen dan Teknologi dalam
mengelola Agribisnis. Seperti kita ketahui bahwa di masa global mendatang,
hanya ada Negara-negara yang dapat menguasai teknologi yang baik yang bisa
berada di barisan ekonomi dunia. Oleh karena itu, di abad teknologi ini, peranan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sangat menonjol dalam setiap aspek
kehidupan. Pengelolaan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan
kelembagaan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.
Dengan bantuan teknologi, manusia cenderung mempunyai banyak pilihan
dalam mengembangkan bidang-bidang yang diminatinya. Salah satunya, pilihan
yang dapat ditawarkan untuk pengembangan agroindustri, maupun agribisnis.
Manajemen dalam bidang agribisnis mencakup semua aktivitas yang
menerapkan berbagai prinsip dan pengetahuan umum manajemen yang baku pada
kegiatan agribisnis. Dalam mengelola kegiatan agribisnis, pihak manajemen perlu
berkreasi dalam melakukan suatu terobosan dengan menggunakan keahlian yang
unik. Hal ini dikarenakan sifat agribisnis itu sendiri yang unik.

4
Teknologi secara tidak langsung terkait dengan sistem ekonomi, budaya dan
politik. Perubahan-perubahan teknologi yang terjadi, baik oleh sebab ekonomi,
budaya, maupun politik, dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh.
Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga berkaitan erat dengan kegiatan
operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa bermutu tinggi.

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar dari manajemen
teknologi agribisnis serta ruang lingkupnya, karakteristik dari manajemen
teknologi agribisnis serta fungsi-fungsi yang terdapat dalam manajemen teknologi
agribisnis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Teknologi Agribisnis

Manajemen teknologi adalah disiplin ilmu dan manajemen untuk


perencanaan, pengembangan dan implementasi teknologi kemampuan untuk
membentuk dan mencapai tujuan strategis dan operasional organisasi.

Manajemen teknologi merupakan sebuah kajian atau bahasan yang


menghubungkan disiplin ilmu rekayasa / teknik, ilmu pengetahuan dan
manajemen dalam menempatkan perencanaan, pengembangan dan implementasi
kemampuan untuk membentuk dan menyelesaikan tujuan operasional dan
strategis perusahaan. Jadi sebenarnya bukan semata berkaitan dengan kajian
teknis, misalnya di lantai produksi. Tetapi juga mengenai bagaimana menciptakan
atau membuat teknologi (sciences) dan pengelolaannya (manajemen) di sebuah
organisasi. Maksud dari pengelolaan juga bukan berarti hanya pad atakaran
dimana bagaimana agar proses pembuatan teknologi itu berhasil, tetapi juga
bagaimana implementasi kemanfaatannya terasa di perusahaan. Seperti dijelaskan
dalam pengertian di atas, ada dua tujuan dari kajian atau ilmu manajemen
teknologi. Yakni dipandang secara strategis dan operasional. Strategis maksudnya
berada pada posisi manajemen menengah ke atas dalam perusahaan. Operasional
berkaitan dengan teknis keilmuan teknologi.

2.2 Kajian Manajemen Teknologi dan Ruang Lingkup Manajemen


Teknologi

Manajemen teknologi adalah ilmu yang menjembatani antara kajian


manajemen, rekayasa / teknik dan ilmu pengetahuan (sciences). Manajemen
teknologi merupakan pengerahan (deployment) upaya(sumber daya) secaraefektif
(multidisiplin) dalam perencanaan, pengembangan dan implementasi kemampuan

6
teknologiuntuk pencapaian tujuan strategik dan operasional organisasi. Jika dilihat
dari segi tingkatan ukuran organisasinya adalah sebagai berikut :

1. Tingkat MAKRO

 Satuan analisis: negara

 Tujuan: pemfungsian teknologi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup


suatu bangsa

 Sasaran: berbentuk kebijaksanaan pemerintah yang berlaku secara


nasional

2. Tingkat MESO

 Satuan analisis: sektor atau sub sektor ekonomi (sektorindustri, sub sektor
industri otomotif)

 Instrumen manajemen: kebijaksanaan pemerintah atau kebijaksanaan


suatu departemen atau kementrian yang berkaitan dengan sektor yang
bersangkutan

3. Tingkat MIKRO

 Satuan analisis: tingkat perusahaan

 Kajian manajemen teknologi pada tingkat perusahaan tidak dapat


dipisahkan dari masalah teknologi pada tingkat meso dan makro

 Tujuan manajemen teknologi: menciptakan surplus melalui penciptaan dan


pemfungsian teknologi

7
Ruang lingkup sesuai gambar di atas adalah

1. Pemilihan teknologi yang akan digunakan oleh suatu unit organisasi

2. Transfer & adaptasi teknologi

3. Implementasi teknologi

4. Pengembangan teknologi

a. Teknologi

Teknologi dapat diartikan bermacam-macam. Mulai dari tangible (nampak)


sampai intangible (tidak nampak). Yang nampak adalah alat atau tool dan
bahkan produk itu sendiri. Sedangkan yang seolah tidak nampak adalah berupa
metode, cara atau apapun yang mungkin tidak berupa fisik. Jika dianalogikan
dengan komputer, maka teknologi bisa diartikan sebagai hardware dan software.

Teknologi merupakan sarana untuk melakukan tugas ke arah kehidupan


manusia yang semakin baik dan sejahtera. Teknologi dapat juga dianggap sebagai
pengetahuan dan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Kemudian
terdapat dua kategori umum mengenai teknologi, yaitu
(1) teknologi keras yang diwakili oleh ilmu pengetahuan alam, rekayasa, dan
matematik;

8
(2) teknologi lunak yang diwakili oleh proses bisnis/agribisnis yang diperlukan
untuk menterjemahkan ide dan konsep menjadi produk-produk yang layak
jual.
Teknologi agribisnis merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai
tujuan, efisiensi, serta produktivitas yang tinggi dari perusahaan-perusahaan
agribisnis (Said dan Intan, 2001:127). Sedangkan menurut Tjakraatmadja (1997)
cit Said dan Intan (2000:33) manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan
yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah (value added) suatu
teknologi dengan cara melakukan proses manajemen yang tepat. Dengan adanya
fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan manajemen teknologi
dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai dari perencanaan teknologi
sampai dengan evaluasi teknologi dalam rangka pencapaian value added yang
lebih besar untuk memenuhi kebutuan (needs) dan keinginan (wants) konsumen.
Manajemen teknologi agribisnis merupakan aktivitas kegiatan pada setiap
subsistem agribisnis (subsistem input, subsistem process, subsistem output, dan
suppoting instituion) dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen (planning,
organizing, realization, controlling, dan evaluation) secara terpadu berdasarkan
tujuan yang sudah ditetapkan.

Sistem manajemen teknologi agribisnis dapat mencakup seluruh subsistem


yang ada pada agribisnis, mulai dari sub sistem input (pengadaan dan penyaluran
saprodi ), subsistem proses produksi (usaha tani dan melaut ), sub sistem output
(pengolahan).

9
SUBSISTEM OUTPUT
Pengolahan berupa
Subsistem Input Subsistem process rekayasa produksi dan
(pengadaan dan produksi berupa desain (untuk
penyaluran saprodi) usahatani yaitu produk), rekayasa
berupa teknologi teknologi varietas, manufaktur dan
benih dan bibit. teknologi kultur sel pengawasan mutu
dan jaringan, (untuk proses).
teknologi pemupukan
berimbang. pemasaran produk
Sedangkan melaut melalui internet (e-
yaitu teknologi commerce) dan media
penangkapan berupa lainnya (TV, radio,
perahu motor serta majalah, dsb).
alat tangkapnya

Subsistem jasa
penunjang
(supporting
institution) berupa
teknologi informasi
pertanian (penyuluhan)
dan penelitian
teknologi
pengembagan

Aplikasi Teknologi
(Technology Application)

Gambar 4.9 Sistem Aplikasi Teknologi Agribisnis

10
(1) Subsistem Input (pengadaan dan penyaluran saprodi) berupa teknologi
benih dan bibit.
(2) Subsistem process produksi berupa usahatani yaitu teknologi varietas,
teknologi kultur sel dan jaringan, teknologi pemupukan berimbang.
Sedangkan melaut yaitu teknologi penangkapan berupa perahu motor serta
alat tangkapnya, seperti jaring (trawl, otter trawl, purse seine/pukat cincin,
dan drift gill net) dan pancing (pancing pole and line/huhate, tonda, rawai,
set long line, dan drift long line).
(3) Subsistem output pengolahan dan pemasaran, yaitu pengolahan berupa
rekayasa produksi dan desain (untuk produk), serta rekayasa manufaktur
dan pengawasan mutu (untuk proses). Kemudian pemasaran produk
melalui internet (e-commerce) dan media lainnya (TV, radio, majalah,
dsb).
(4) Subsistem jasa penunjang berupa teknologi informasi pertanian
(penyuluhan) dan penelitian teknologi pengembangan.
Manajemen teknologi agribisnis sebagai salah satu sumberdaya pada berbagai
subsistem agribisnis harus dapat digunakan secara tepat. Oleh karena itu,
diperlukan fungsi manajemen dalam penerapan teknologi agribisnis yang efektif
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan aplikasi, pengawasan, dan
evaluasi.

2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen


1. Perencanaan teknologi (technology planning)
Perencanaan teknologi (technology planning) agribisnis dapat dikaitkan
dengan pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan
pada subsistem agribisnis, mulai dari hulu/input sampai ke hilir serta jasa
penunjangnya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu
a). kemampuan biaya karena melalui riset dan pengembangan membutuhkan
biaya yang relatif besar serta jenis teknologi yang akan dipilih;
b). kemampuan SDM dalam riset dan pengembangan untuk mengembangkan
suatu jenis teknologi;

11
c). skala usaha (kapasitas volume produksi) dan tingkat harga jual yang
dihasilkan oleh teknologi tersebut, serta tingkat persaingan produk di pasar
global;
d). budaya, adat, dan kebiasaan masyarakat dalam menilai teknologi, karena
biasanya masyarakat terkadang menolak teknologi sementara teknologi
tersebut telah diyakini memperbaiki kehidupan masyarakat secara nyata
sehingga perlu langkah strategis agar dapat diterima dan diaplikasikannya
oleh masyarakat.
2. Pengorganisasian teknologi (technology organizing)
Pengorganisasian teknologi (technology organizing) agribisnis adalah
mencakup sumberdaya perusahaan (manusia dan finansial) yang ada secara
tepat dan efisien. Untuk bidang pengembangan teknologi (technology
development) misalnya teknologi pengolahan/ agroindustri melalui research
and development sangat penting untuk mencapai efektif dan efisien.
3. Pelaksanaan aplikasi teknologi (technology application realization)
Pelaksanaan aplikasi teknologi dimulai dari reseach and development
sampai penggunaan teknologi tersebut berdasarkan jangka waktu yang telah
ditetapkan seperti teknologi pengolahan.

4. Pengawasan teknologi (technology controlling)

Pengawasan teknologi dilakukan oleh manejer dan ahli secara terus-


menerus sejak dari perencanaan sampai selesainyape-laksanaan. Pengawasan
tersebut penting sebagai koreksi untuk menghindari terjadinya kesalahan
prosedur di lapangan dan jika betul terjadi kesalahan dapat segera diambil
tindakan.

5. Evaluasi teknologi (technology evaluation)


Evaluasi teknologi dapat dilakukan upaya untuk menilai pelaksanaan atau
kesesuaian antara rencana, pelaksanaan, dan hasil penerapan teknologi
mengenai ada atau tidaknya penyimpangan dan tercapai tidaknya tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

12
2.4 Alat Dan Mesin Pertanian

Alat mesin pertanian adalah susunan dari alat-alat yang kompleks yang saling
terkait dan mempunyai sistem transmisi (perubah gerak), serta mempunyai tujuan
tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan masukan
tenaga (Soekirno, 1999). Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan
pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan
tanah, alat mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya. .
Dengan penggunaan alat mesin pertanian, ketepatan waktu dalam aktivitas
pertanian dapat lebih ditingkatkan, dapat mengurangi kejenuhan dalam pekerjaan
petani, dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani lain atau
kegiatan di sektor lain yang bersifat kontinu.

1. Bajak
Alat dan mesin pertanian paling besar pemanfaatannya pada saat pengolahan
tanah. Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang untuk
memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya
seperti penyebaran benih / penanaman bibit, pemupukan, perlindungan tanaman
dan panen. Oleh karena itu, perkembangan terjadi dalam desain peralatan baik
dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak bukti menunjukkan bahwa bajak
ringan terbuat dari kayu telah digunakan secara besar-besaran di daerah Mesir
dan Sungai Nil sekitar tahun 3000 SM bahkan digunakan sebagai tenaga
penggerak / penarik peralatan pertanian, menyiapkan tanah untuk penanaman
Barley, gandum, dan lain-lain tanaman yang popular pada jaman itu. Bajak
yang digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak singkal yang digunakan
untuk membalik tanah dan membuat parit. Paling tidak peralatan tersebut dapat
berfungsi memecahkan tanah dan menutup benih.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat dari besi yang
diproduksi di Honan Utara China. Pada awalnya alat ini berupa alat kecil yang
ditarik dengan tangan dengan plat besi berbentuk V yang dihubungkan atau
digandengkan dengan pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama sebelum
masehi, kerbau digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah.
Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut triple-shared
plow, plow-and-sow dan garu.

13
Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu tahun. Peralatan
kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari kayu keras (wedge-shaped
hardwood blocks) yang ditarik oleh sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya
dipecahkan ke dalam bentuk gumpalan tetapi tidak dibalik; dan pengolahan
pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran gumpalan dan perataan
tanah dengan alat berupa batang kayu berbentuk empat persegi panjang yang
ditarik oleh sapi.
Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 tahun yang lalu
sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih belum juga ditemukan bajak
singkal yang berfungsi membalik tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau
bajak besi ini ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang
menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan di Italia
Utara pada sekitar tahun 100 M.

Perkembangan terbesar untuk alat dan mesin pertanian terjadi saat revolusi
pertanian di mana terjadi perubahan penggunaan tenaga hewan menjadi tenaga
mesin pertanian. Perubahan tersebut dimulai sekitar abad 18 di Inggris dengan
ditemukannya mesin uap. Melalui mekanisasi hewan seperti kuda, keledai,
lembu digantikan oleh tenaga mesin. Sebagai hasilnya penggunaan mesin
tersebut telah mengurangi jam kerja manusia yang dahulu 56 jam untuk
memproduksi 1 hektare gandum menjadi 2 jam per hektare gandum
menggunakan mesin pertanian.
Perkembangan peralatan pertanian modern dimulai sebelum traktor
menciptakan dampak yang baik di bidang pertanian. Mesin pertanian pertama
yang memberikan dampak penting dalam pertanian adalah mesin tenun, yang
ditemukan oleh Eli Whitney. Tiga tahun kemudian bajak besi dipatenkan oleh
Jethro Wood. Bajak ini bekerja sangat baik di tanah wilayah timur, tetapi tidak
di tanah wilayah Barat. Pada tahun 1837, John Deere yaitu pendiri perusahaan
traktor John Deere membuat bajak pertama dari bilah gergaji dan pada tahun
1846 John memproduksi 1000 bajak baja per tahun. Baja tidak menyusut
secepat besi dan tanah tidak menempel pada bajak terlalu banyak, dengan
demikian petani lebih menyukai bajak terbuat dari baja.

14
2. Era Traktor Bermesin Uap
Penemuan mesin uap memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan
pertanian antara tahun 1850 – 1900. Pada tahun tersebut sekitar 70.000 mesin
uap diciptakan untuk keperluan pertanian. Fase pertama dengan
diperkenalkannya mesin uap adalah penggunaan mesin untuk pertanian
semakin banyak. Fase kedua adalah berupa traktor bermesin uap portable yang
dapat dibawa ke lahan pertanian untuk mengerjakan pekerjaan tertentu,
contohnya mesin perontok gandum. Fase ketiga disebut juga “mesin tarik”.
Mesin ini paling disukai petani sebagai sumber tenaga. Namun mesin ini juga
memiliki beberapa masalah karena mesinnya terlalu berat, memakan tempat,
mahal, dan kegunaannya spesifi k pada pekerjaan tertentu saja.

3. Mesin Bertenaga Pembakaran Internal


Perkembangan mesin pembakaran internal ini memiliki fase pengembangan
yang sama dengan mesin bertenaga uap. Fase pertama adalah mesin yang
diciptakan berukuran kecil dan bersilinder satu dan tidak dapat dipindahkan
sehingga mesin ini digunakan untuk pekerjaan sederhana. Fase kedua, mesin
berukuran besar, bersilinder dua yang dipasangkan pada roda. Fase ketiga
adalah mesin bersilinder dua yang dipasangkan pada roda dan transmisi
sehingga dapat menarik mesin itu sendiri.

4. Traktor

Asal usul kapan pertama kali traktor dibuat dan siapa pembuatnya tidak
pernah diketahui jelas. Namun, sejahrawan R. B. Gray menuliskan bahwa
perusahaan mesin gas Charter telah membuat traktor berbahan bakar bensin
pada tahun 1889. Pada tahun 1890 George Taylor mengaplikasikan suatu bajak
motor. Perkembangan jenis traktor yang digunakan petani dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Traktor Pertama – traktor beroda tiga dan berbahan bakar bensin

Produksi taktor ini meluas cepat di awal tahun 1990-an. Pada masa ini
juga perusahaan traktor berkembang sangat pesat. Namun, traktor jenis
ini memiliki permasalahan yang hampir sama dengan mesin uap, yaitu
mahal, sulit untuk dikendarai, besar, memakan banyak tempat, dan
kegunaan masih terbatas. Pada tahun 1925, Henry Ford memperkenalkan

15
traktor yang berukuran lebih kecil dan lebih murah. Traktor tersebut
merupakan traktor yang diproduksi massal untuk keperluan pasar.
b. Traktor Modern – traktor beroda empat

Traktor jenis ini diperkenalkan antara tahun 1960 – 1970 dan berbahan
bakar solar. Sampai saat ini hampir sekitar 80% traktor menggunakan
solar sebagai bahan bakarnya. Keunggulan dari traktor jenis ini adalah
penggunaan tenaga lebih efi sien, traksi dan fl otasi baik, dan pemadatan
tanah sedikit. Saat ini, traktor roda empat ini merupakan standar traktor
yang biasa digunakan petani, baik dengan jenis traktor kecil, sedang,
maupun besar.
Secara umum, macam alat dan mesin pertanian (alsintan) secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Alat mesin pembukaan lahan

b. Alat mesin untuk produksi pertanian

1) Alat mesin pengolahan tanah

2) Alat mesin penanam

3) Alat mesin pemeliharaan tanaman

c. Alat mesin pemanen

1) Alat mesin processing hasil pertanian (pascapanen)

2) Alat mesin pengering

3) Alat mesin pembersih atau pemisah

4) Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi

Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) ini memiliki manfaat antara
lain :
a. Meningkatkan efi siensi tenaga kerja dan produktivitas;

b. Mengurangi kerja petani dan meningkatkan kenyamanan kerja di


pedesaan;

c. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani;

d. Menjamin kuantitas, kualitas dan peningkatan kapasitas hasil;

e. Mempercepat peralihan pertanian keluarga (subsistence farming);

f. Mempercepat transformasi ekonomi agraris ke ekonomi industri;

16
g. Mengurangi kehilangan hasil pascapanen.

Dari segi tumbuhnya industri kecil di pedesaan, bengkel-bengkel kecil


untuk reparasi dan pembuatan prototype alsintan dapat ditumbuhkembangkan.
Bagi kelompok tani yang mampu (petani individu yang kaya) dapat menjadi
pengusaha penjual jasa alsintan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia
dari zaman ke zaman, cara pengelolaan hasil (panen) pertanian pun tahap demi
tahap berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Alat dan mesin panen
terdiri dari banyak macam dan jenisnya yang digunakan menurut jenis
tanamannya dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional maupun semi
mekanis sampai yang modern. Sebagai contoh adalah menurut jenis tanaman,
alat dan mesin panen digolongkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian,
tebu, rumput-rumput, kapas, dan umbi-umbian. Adapun untuk hasil tanaman
yang berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung dan kacang-
kacangan.

5. Industri Mesin Pertanian


Perusahaan mesin pertanian biasanya diklasifi kasikan menjadi tiga, yaitu
full-line, long-line, dan short-line. Perusahaan full-line adalah jenis perusahaan
yang mendominasi industri mesin pertanian dan memiliki jumlah yang besar.
Perusahaan ini juga memiliki lingkup pasar internasional dengan memiliki
perusahaan tanaman dan pusat distribusi yang tersebar di seluruh dunia.
Adapun perusahaan long-line memiliki lingkup pasar nasional dan short-
line memiliki lingkup pasar secara regional dan lokal. Perusahaan alat
pertanian sangat beragam dan tidak membatasi produk mereka pada alat
pertanian saja. Sejak tahun 1980 telah terjadi merger manufaktur alat pertanian,
pengurangan jumlah dealer, dan perubahan tipe traktor yang diproduksi. Setiap
tahunnya banyak pengguna alat dari bidang non-pertanian yang membeli
produk dari industri alat dan mesin pertanian seperti perusahaan landscape,
kontraktor bangunan, pelatihan gold, dan rumah tangga.
Setelah alat dan mesin pertanian tidak banyak lagi dijual melalui manufaktur,
hal tersebut digantikan oleh perusahaan dagang besar. Mereka memiliki
jaringan langsung ke dealer-dealer. Secara umum. Perusahaan alat dan mesin

17
pertanian ini telah banyak membantu petani dalam meningkatkan
produktivitas dan keuntungan.

2.5 Penerapan manajemen Teknologi dalam Agribisnis

Agribisnis sebagai seluruh kegiatan usaha yang berkaitan (menunjang dan


atau ditunjang) dengan sektor pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan,
perikanan, dan kehutanan) merupakan sektor usaha yang sejalan dengan basis
sumberdaya (resources base) Indonesia (Anonim. 2009) dan karenanya menjadi
satu-satunya sektor usaha yang terbukti memiliki daya tahan tehadap krisis
ekonomi yang. menimpa Indonesia sejak tahun 1997. keberhasilan pengembangan
agribisnis dengan sendirinya akan mewujudkan basis ekonomi rakyat yang kuat
(Wrihatnolo. 2008).

Namun demikian, produk agribisnis Indonesia masih lemah berhadapan


dengan membanjirnya produk dari negara-negara lain sebagai konsekuensi
globalitas dan perdagangan bebas. Karenanya, produk agribisnis Indonesia
haruslah memiliki keunggulan kompetitif disamping keunggulan komparatif agar
mampu bersaing di pasar global.

Contoh penerapan teknologi dalam bidang agribisnis adalah sebagai berikut:


Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri hasil penyulingan dari daun kayu
putih dari spesies Melaleuca cajuput L. yang memiliki aroma/bau yang khas dan
memiliki kadar cineol yang cukup tinggi. Minyak kayu putih banyak disukai
orang dan mempunyai manfaat untuk obat-obatan, wangi-wangian dan insektisida.
Minyak kayu putih biasa digunakan untuk obat sakit perut, obat kulit, obat
reumatik gangguan pencernaan dan ekspektoran. Fungsi tersebut tidak dimiliki
oleh minyak-minyak atsiri yang lain.
Untuk menjadi produk unggulan dan berdaya saing tinggi, maka dalam
menghasilkan produk minyak kayu putih harus dilaksanakan peningkatan
produktivitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi dengan memperhatikan
syarat-syarat dan kriteria mutu yang ditetapkan. Minyak kayu putih harus
memenuhi syarat dan kriteria mutu yang ditetapkan baik untuk dalam negeri
(SNI= Standar Nasional Indonesia)) ataupun untuk ekspor (SPS = Sanitary and
physosanitory Measures ) yang sering disebut proteksi baru dalam bidang

18
perdagangan komoditi hasil pertanian terutama untuk ekspor ke Jepang, Eropa
dan Amerika Serikat. Selain itu berbagai upaya pengendalian hama terpadu dan
pengendalian pupuk organik serta teknologi-teknologi lain yang ramah
lingkungan perlu terus dikembangkan untuk mengisi ceruk pasar kalangan sadar
lingkungan yang semakin luas terutama di luar negeri (Gumbira. 1999). Untuk
memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka penanganan produk minyak kayu
putih bisa dilakukan pada pada beberapa kegiatan pokok, yaitu :
1. Pendekatan teknologi budidaya kayu putih
Dimulai dari teknik pemilihan bibit unggul, teknik pemeliharaan tanaman
kayu putih dengan melakukan intensifikasi pengendalian hama terpadu dan
pengendalian pupuk organik.
2. Pendekatan teknologi produksi minyak kayu putih
Teknologi penyulingan minyak kayu putih menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan mulai penyulingan daun kayu putih sampai dengan
penanganan limbahnya (cair maupun padat). Teknologi penyulingan
dengan pemenuhan syarat dan ketentuan penyulingan mulai dari bahan
baku, bahan penolong maupun peralatan penyulingan yang dapat berjalan
dengan lancar akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk
minyak kayu putih. Teknologi penanganan limbah padat dengan
menggunakannya kembali sebagai bahan baku boiler dan penanganan
limbah cair yang juga dapat dipergunakan kembali untuk air yang
dipanaskan di dalam boiler juga akan meningkatkan efisiensi.
3. Pendekatan teknologi pengemasan
Berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan akan fisik, kimiawi
maupun mikrobiologik, sebagai alat transportasi komoditi maupun alat
promosi dan pemberi informasi. Teknologi pengemasan yang baik akan
meningkatkan daya saing produk terhadap produk-produk lain sejenis.
4. Pendekatan teknologi Pemasaran
Harga jual produk minyak kayu putih yang rendah, teknik pemasaran yang
tepat dan cepat akan meningkatkan daya saing dalam penjualan produk
sehingga bisa menjadi salah satu keunggulan kompetitif.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen teknologi Agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bidang


pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi fungsi
perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan
serta pengendalian dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk
menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal. Agribisnis
sebagai sebuah sistem memiliki 4 subsistem utama, yaitu subsistem penyediaan
sarana dan prasarana usaha tani, subsistem usaha tani/budidaya, subsistem
pengolahan dan penyimpanan, dan subsistem pemasaran. Keempat subsistem
tersebut sekaligus menjadi ruang lingkup atau batasan dalam manajemen
agribisnis. Manajemen teknologi agribisnis menerapkan fungsi-fungsi manajemen
seperti halnya manajemen yang lain, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, pengeavaluasian dan pengendalian.

Teknologi sangat berperan penting dalam membantu para peternak dan petani
dalam mengelola Agribisnis. Tetapi, disisi lain terdapat juga kerugian yang
diakibatkan oleh teknologi. Oleh karena itu, kita harus memiliki manajemen yang
baik dalam Agribisnis.

Dalam agribisnis kita harus bisa menyeimbangkan manajemen dan teknologi


karena diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
manfaat yang diperoleh. Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga berkaitan
erat dengan kegiatan operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa
bermutu tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Said, E.G., dan A.H. Intan, 2000, Manajemen Teknologi Agribisnis, Ghalia
Indonesia dengan Magister Manajemen Agribisnis, Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rahim, Abd dan Hastuti, Diah Retno Dwi. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis.
Makassar: State University of Makassar Press

Andayani, Sri Ayu. 2017. Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen Dalam


Agribisnis. Bandung: Media Cendikia Muslim

Said G, Rachmiyanti dan M Z Muttaqin. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis.


Ghalia. Indonesia Jakarta
Said, E Gumbira. 2001 . Manajemen Teknologi Agribisnis. Ghalia Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai