Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyla


disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin "ruminare"
yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora atau
pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose
dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini disebut
juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan
terpenting dalam mencerna serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam proses
pencernaan ruminansia, maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi.
Pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada
pencernaan mekanik melibatkan organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif
terjadi dengan bantuan mikroba (bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik
melibatkan enzim pencernaan untuk mencerna pakan yang masuk.
Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo
membranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan
makanan, menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya
yang berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam
makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan
sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme.
Pencernaan merupakan rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai
memungkinkan terjadinya penyerapan.
Perut sejati pada sistem pencernaan ruminansia diawali oleh tiga bagian perut atau
divertikula (diselaputi oleh epitel-epitel squamous berstrata), dimana makanan dicerna
oleh mikroorganisme sebelum bergerak ke saluran pencernaan berikutnya. Rumen,
retikulum, dan omasum pada ruminansia, secara bersama-sama disebut perut depan
(forestomach atau proventrikulus). Bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut,
oesophagus, forestomach (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus, usus
besar, anus, serta glandula aksesori, yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

1
Secara umum makhluk hidup tidak terlepas dari makan. Sama dengan ternak
memerlukan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan
produksinya, untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut diberikan pemberian makanan
yang secara berkala agar pertumbuhan mikrobial dalam rumen ternak dapat bekerja
secara baik, bahan pangan yang dapat mempertahankan mikrobial dalam rumen ternak
meliputi kebutuhan akan sumber energi, sumber protein dan sumber vitamin. Pemberian
bahan Pakan sesuai dengan kebutuhan dapat membantu tumbuh dan kembang ternak
secara maksimal. Formulasi ransum adalah salah satu cara pemenuhan gizi pakan yang
berkualitas dan dicari harga yang ekonomis dengan cara menggabungkan bahan pakan
yang mempunyai keunggulan disatukan menjadi sebuah formula. Formula dasar yang
biasa digunakan adalah penggabungan dari hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada ternak baik
organik maupun non organik untuk memenuhi kebutuhan ternak. Bahan pakan terdiri dari
berbagai macam yaitu bahan pakan sumber protein (hewani dan nabati), energi (biji-
bijian, lemak/minyak, dan hijauan), vitamin dan mineral. Tingginya konsumsi ternak
terhadap pakan membuat para peternak sapi, ayam, kambing, maupun hewan ternak
lainnya mencari alternative pakan selain hijauan dan dedak padi pada umumnya. Dengan
berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun limbah
dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe atau tahu dapat kita olah sebagai pakan
ternak yang berguna sebagai sumber protein, energi, mineral dan lain sebagainya.
Bahan pakan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap ternak. Sebagian besar
bahan pakan terdiri dari unsur-unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak dan
protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh hewan ternak dan manusia untuk pertumbuhan,
produksi, reproduksi dan hidup pokok. Secara umum makhluk hidup tidak terlepas dari
makan. Sama dengan ternak memerlukan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan kebutuhan produksinya, untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut
diberikan pemberian makanan yang secara berkala agar pertumbuhan mikrobial dalam
rumen ternak dapat bekerja secara baik, bahan pangan yang dapat mempertahankan
mikrobial dalam rumen ternak meliputi kebutuhan akan sumber energi, sumber protein
dan sumber vitamin. Pemberian bahan pakan sesuai dengan kebutuhan dapat membantu
tumbuh dan kembang ternak secara maksimal.
Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan
tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Ransum dicampur dari bahan-
bahan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan

2
mineral. Semakin banyak ragam suatu ransum, kualitas ransum akan semakin baik
terutama dari sumber protein hewani. Pada dasarnya mencampur ransum merupakan
suatu kegiatan mengkombinasi berbagai macam bahan makanan. Nutrisi Ternak Potong
merupakan materi kuliah yang mempelajari berbagai jenis bahan pakan yang dapat
dimakan oleh ternak dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak itu
sendiri serta mempelajari cara-cara dalam penanganan bahan pakan tersebut. Pada
praktikum Nutrisi Ternak Potong kali ini, materi yang dibahas yaitu tentang mencampur
ransum, dimana proses pencampuran dilakukan secara manual. ternak untuk memenuhi
kebutuhan ternak akan zat makanan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi alat pencernaan ?
2. Apa itu bahan makanan dan bagaimana penyusunan ransum ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui anatomi alat pencernaan.
2. Untuk mengetahui bahan makanan dan penyusunan ransum.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Alat Pencernaan

3
.
Gambar 1. Alat Pencernaan sapi

Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam


saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada
pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan khemis dan dipengaruhi oleh
banyak faktor.

2.1.1 Organ Pencernaan Sapi

1. Mulut
Mulut digunakan terutama untuk menggiling makanan serta mencampurnya dengan
saliva, serta berperan dalam mekanisme prehensik (menggigit). Bagian dari mulut terdiri
dari gigi, lidah serta bibir, pipi, rahan dan langit-langit mulut.
a. Gigi
Berdasarkan jenisnya gigi dapaat dibedakan menjadi dua macam yaitu jenis gigi
pemotong atau pengoyak (gigi taring dan gigi seri) dan jenis gigi penggiling
(premolar dan molar).
Setiap jenis ternak mengalami pergantian gigi dari gigi susu diganti dengan gigi
tetap. Gigi susu (desiduous) adalah gigi yang muncul pertama kali dan akan
digantikan dengan gigi tetap. Ternak ruminansia memiliki susunan gigi yang
berbeda dengan jenis ternak lainnya. Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi susu
dan gigi tetap sebagai berikut:

Susunan gigi susu:


3 0 0 0 0 3 Rahang atas
D D D D D D Jenis gigi
P C I I C P
3 0 4 4 0 3 Rahang bawah

4
Susunan gigi tetap:
3 3 - - - - 3 3 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 - 4 4 - 3 3 Rahang bawah
Keterangan:
D = Desiduous = Gigi susu
I = Insisivus = gigi seri
C = Caninus = gigi taring
P = Premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa pada susunan gigi susu
dimulai dengan huruf D = desiduous (gigi susu), untuk membedakan dengan susunan
gigi tetapnya. Pada sapi (ternak ruminansia) tidak terdapat gigi susu molar. Gigi
molar hanya terdapat sebagai gigi tetap.
Sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki
gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya
untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang
terdiri atas 50% selulosa.
Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk sedemikian rupa yang berguna untuk
menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput. Geraham belakang (Molar)
memiliki bentuk datar dan lebar. Rahang dapat bergerak menyamping untuk
menggiling makanan.

b. Lidah

Lidah tersusun atas suatu masa otot yang tertutup oleh membrane mucosa.
Ternak mempergunakan lidah sebagai organ untuk membantu proses menggigit dan
mengunyah makanan.

c. Bibir, pipi, rahang dan langit-langit mulut.

Bibir ternak kambing, domba bersifat lunak dan fleksibel. Dan berperan
membantu dalam pengambilan makanan. Sedangkan bibir pada sapi lebih bersifat
keras dan kurang fleksibel sehingga hanya berperan untuk menutup mulut. Bibir
5
pada bagian luar tertutup oleh kulit sedangkan pada bagian dalam tertutup oleh
membran mucosa.
Pipi merupakan suati struktur otot yang tertutup kulit dan bagian dalamnya
terselimuti oleh membran mukosa. Pipi berperan membantu lidah dalam
menempatkan makanan diantara gigi-gigi pada saat mengunyah.
Rahang, ditutupi oleh otot-otot yang kuat, salah satunya adalah otot pterigoit,
yang berperan dalam gerakan menggiling makanan dengan cara menjulurkan rahang
dan menggerakkannya dari sisi ke sisi.
Langit –langit mulut terdiri dari dua macam, yaitu langit – langit keras yang
membentuk rongga mulut sampai kearah dorsal ke baian yang lunak yang
memisahkan antara mulut dan nasofarinks.

2. Farink

Farinks merupakan saluran umum, baik untuk lewatnya makanan ataupun udara.
Dilapisi oleh membran mukosa dan dikelilingi oleh otot-otot. Beberapa saluran yang
menuju farinks adalah mulut, dua lubang hidung kaudal, dua saluran eustasian
(telinga), esophagus dan larinks. Udara yang dihirup akan masuk ke rongga hidung
terus ke lubang hidung kaudal. Udara selanjutnya melewati farinks masuk ke larinks.
Dengan adanya saluran eustasian memungkinkan terjadinya pertukaran udara antara
farinks dan telinga bagian tengah, sehingga tekanan udara pada kedua sisi membran
timphani (drum telinga) akan seimbang.
Makanan dari mulut masuk ke farinks, kemudian didorong masuk ke dalam
esophagus melalui kontraksi otot-otot faringeal. Selama periode ini secara reflek larinks
akan tertutup.
3. Esophagus

Esophagus merupakan kelanjutan langsung dari farinks. Merupakan suatu saluran


musculer yang membentang dari farinks menuju ke perut. Dinding esophagus terdiri dari
dua lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya membentuk lapis
sirkuler. Esophagus (kerongkongan) pada sapi pendek dan lebar serta lebih mampu
berdilatasi (membesar).

4. Lambung

6
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada
lambung terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik.
Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan terutama
pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan pencernaan
hidrolitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan.
Karakteristik dari alat pencernaan ternak ruminansia terletak pada lambungnya,
yang terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
(Setiadai, A. Et. Al., 2003).
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu, retikulum, rumen, omasum, dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Retikulum,
rumen dan omasum secara bersama sama disebut dengan lambung bagian depan
(forestomach atau proventriculus)

a. Retikulum

Gambar 2. Retikulum

Retikulum merupakan bagian perut yang paling cranial. Bagian dalam dari
reticulum diselaputi oleh membrane mukosa yang mengandung “intersecting ridge”
yang membagi permukaaan bagian dalam tersebut menjadi permukaan yang
menyerupai sarang lebah, sehingga retikulum sering disebut sebagai perut jala atau
hardware stomach, honeycomb (rumah lebah), waterbag, atau pace setter.
Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi
rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya
tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya
berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.

b. Rumen

7
Gambar 3. Rumen

Pada sapi dewasa rumen merupakan bagian yang mempunyai proporsi yang
tinggi dibandingkan dengan proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga
abdominal bagian kiri. Rumen disebut juga paunch atau ruang fermentasi. Rumen
disebut juga dengan perut beludru, hal tersebut karena pada permukaan rumen
terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan
mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara
fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri dan jenis protozoa tertentu.

c. Omasum

Gambar 4. Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya
berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan
abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice, dan disinilah
terdapat susunan lipatan membrane mukosa yang disebut “vela terminalia” yang
berfungsi untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke abomasums kembali
menuju ke omasum.

d. Abomasum

8
Gambar 4. Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Ph pada abomasum asam
yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan
jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Bagian terminal dari abomasum terdapat ”pilorus”, merupakan suatu
spinter (penebalan serabut otot) pada pertautan antara abomasum dengan usus.
Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk
melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel
mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen
bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus
berjalan secara otokatalitik.

5. Usus Halus

Sebagian besar pencernaan dan absorbsi nutrisi terjadi di dalam usus halus. Proses
pencernaan dibantu oleh kelenjar intestinal yang mengahasilkan mucin berfungsi sebagai
pelicin dan enzim sukrase memecah sukrosa menjadi glukosa, fruktosa, maltase memecah
maltosa menjadi glukose, eripsin memecah bentuk intermediet protein menjadi asam
amino.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan illeum.
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Saluran yang berasal dari hati dan
saluran pankreas menyatu dalam duodenum pada jarak yang pendek dibelakang pilorus.
Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum. Jejenum bermula dari kira-kira
pada posisi dari mesentri mulai kelihatan memanjang. Jejenum dan ileum itu bersambung
dan tidak ada batas yang jelas diantaranya. Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya
dirombak oleh mikroba rumen, sebagian ada yang lolos dan masuk ke abomasum, terus
mengalir ke usus halus. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Usus halus
berfungsi sebagai berikut :
9
 Tempat terjadi pencernaan dan penyerapan karbohidrat dalam bentuk
monosakarida.
 Tempat terjadinya perombakan peptida-peptida menjadi asam amino bebas dan
kemudian diserap.
 Tempat terjadinya perombakan lemak menjadi gliserida dan asam lemak bebas
(VFA) dan diabsorbsi.

6. Usus Besar

Usus besar memiliki selaput lendir relatif lebih tebal, tidak memiliki vili, lebih
banyak sel mangkok dari pada usus halus. Sebagian air diserap oleh selaput mukosa usus
besar dan pada usus besar ini dikeluarkan lendir yang berfungsi sebagai pelicin.
Ruminansia memiliki usus besar yang terdiri dari sekum, kolon, dan rektum.

7. Sekum dan kolon

Sekum merupakan suatu kantong buntu dan kolon yang terdiri dari bagian naik,
mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rektum dan anus. Usus buntu
bersama kolon berfungsi sebagai tempat fermentasi selulosa dan karbohidrat lainnya yang
tidak di fermentasi dalam rumen, pada ruminansia alat pencernaan jauh lebih besar.

8. Rektum

Rektum adalah saluran pendek terdiri dari garis otot polos dengan membran
mukosa dan mempunyai saluran serosa pada interior dan berakhir pada anus. Rektum
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan feses selama menunggu saat yang tepat untuk
dikeluarkan. Bagian turun akan berakhir di rektum dan anus.

2.1.3 Proses Yang Terjadi Di Saluran Pencernaan

1. Prehensi.

Prehensi merupakan gerakan pengambilan pakan dari luar masuk ke mulut untuk
dikunyah. Alat-alat yang penting untuk prehensi yaitu : bibir, lidah dan gigi.

2. Mastikasi

10
Mastikasi yaitu proses pengunyahan pakan secara mekanis menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil, sebagai kelanjutan pada prehensi. Pada mastikasi yang berrperan adalah
gigi. Walaupun ruminansia telah dilengkapi dengan gigi untuk mengunyah pakan, tetapi
biasanya mereka tidak melakukan pengunyahan sewaktu makan. Bahan-bahan pakan
tersebut hanya dicampur dengan saliva. Frekuensi mastikasi rata-rata 94 kali per menit.

3. Ensalivasi

Yaitu pencampuran pakan dengan saliva dan untuk kemudian ditelan dalam bentuk
bolus. Pencampuran ini bertujuan untuk mempermudah penelanan pakan. Saliva yang
dikeluarkan ada tipe yaitu mucous yang mengandung mucim, bentuknya kental sehingga
bersifat viscous dan yang kedua adalah serous, bentuknya cair (Watery) berjumlah banyak
dan mengandung senyawa bikarbonat yang berfungsi membafer (lob viscous).

4. Degluitasi

Bolus-bolus yang terbentuk akan ditelan dan masuk ke dalam rumen bagian
interior. Bolus-bolus rumput kering akan terapung, sedangkan bolus konsentrat karena
lebih berat akan tenggelam. Bolus yang terjadi di dalam mulut akan ditempelkan diujung
lidah, kemudian dibawah keatas sampai kelangit-langit mulut selanjutnya di bawah
kebelakang, akibatnya epiglotis membuka dan dengan dorongan lidah bolus masuk ke
dalam faring. Setelah masuk faring, terjadi stimulasi pada faring, akibatnya trachea akan
menutup dan dengan dorongan basa lidah, bolus masuk ke esophagus. Dorongan basa
lidah juga diperkuat oleh muskulus faring. Akhirnya bolus secara peristalik akan masuk
ke dalam rumen lewat kardia.

5. Eruktasi

Eruktasi merupakan gerakan pengeluaran gas CO2 dan CH4 hasil fermentasi
rumen lewat esophagus. Gas tersebut dikeluarkan dari rumen sewaktu rumen distensi,
sehingga tekanan didalam rumen turun, akibatnya gas akan keluar dari bagian dorsal ke
depan.

6. Ruminasi

Ruminasi merupakan gerakan yang komplek, berurutan dan terkoordinir, yang


meliputi gerakan-gerakan :

 Regurgitasi
Merupakan pengeluaran kembali pakan yang sudah sedikit dicerna dari rumen
kerongga mulut yang diatur oleh susunan syaraf. Syaraf yang berperan dalam
11
gerakan regurgitasi adalah muskulus spinter dan muskulus faringeal. Regusgitasi
dimulai dari kontraksi retikulum yang diikuti rumen bagian bawah, akibatnya ingesta
akan dibawa keatas, yang kemudian akan disusul oleh pengembangan rongga dada
berkurang, dengan adanya stimulasi bolus yang bergerak, kardia akan terbuka dan
ingesta didorong masuk esophagus. Adanya gerakan anti peristaktik, ingesta yang
masih kasar akan terdorong masuk kemulut. Setelah ingesta sampai dimulut maka
akan dimastikasi kembali.

 Remastikasi
Adalah pengunyahan kembali ingesta. Gerakannya biasanya lebih lama
dibandingan mastikasi dan diatur oleh syaraf vagus. Frekuensi remastikasi lebih
kurang 55 kali per menit.

 Reensavilasi
Proses reenvilasi, saliva yang dikeluarkan lebih banyak dari ensalivasi.

 Redeglutasi
Adalah penelanan kembali pakan langsung ke retikulum.

7. Usus Halus

Usus terjadi proses pencernaan akhir, artinya semua zat yang masih bermolekul
ganda atau masih berantai panjang akan dirombak menjadi zat yang labih sederhana yang
umumnya bermolekul tunggal. Zat ini baru akan diabsorbsi dalam usus. Proses ini
jejunum. Doedenum dan ileum mempunyai fungsi yang hampir sama. Sedikit perbedaan
ialah pada jumlah kelenjar yang terdapat didalam bagian usus halus tersebut. Sepanjang
usus halus terdapat banyak kelenjar Brunner yang terletak pada puncak kelenjar mucosa.
Bagian ujung belakang jejenum, semakin ke belakang semakin jarang, sehingga akhirnya
pada ujung belakang ileum sangat jarang.

8. Usus Besar

Meskipun air yang diminum dan air yang terdapat dalam saliva serta caiaran
gastrointestinlis sebagian besar telah diserap dalam usus besar masih banyak
mengandung banyak air. Saat bahan makanan tertentu melewati kolon terjadilah absorbsi
cairan. Sehingga apabila beban makanan tersebut melewati colon dalam waktu singkat
maka kolon tidak sempat mengabsorbsi cairan lebih banyak dan feses yang keluar
nantinya masih banyak mengandung airnya. Keadaan ini sering disebut diare, sebaliknya
sembelit akan terjadi apabila bahan makanan terlalu lama tinggal di kolon.

12
2.2 Bahan Makanan Dan Penyusunan Ransum

2.2.1 Bahan Pakan

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak. (Subekti, 2009).
Bahan makanan ternak akan selalu terdiri dari zat-zat makanan yang terutama diperlukan
oleh ternak dan harus kita sediakan. Zat makanan utama antara lain protein, lemak dan
karbohidrat perlu diketahui sebelum menyusun formulasi ransum (Agustono, et al.,
2017). Usaha peningkatan dan perbaikan produksi dilakukan dengan perbaikan mutu
genetik dan perbaikan menejem pakan. Alternatif menejemen pakan adalah disusunnya
formula pakan konsentrat yang mempunyai kandungan nutrien lengkap sehingga mampu
mensuplai kebutuhan pakan sapi (Astuti, et al., 2009). Kualitas nutrisi bahan pakan
ternak merupakan faktor utama dalam menentukan kebijakan dalam pemilihan dan
penggunaan bahan makanan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan produksi (Agustono, et al., 2017).
Konsentrat adalah bahan pakan yang rendah kandungan serat kasar dan tinggi
kandungan nutriennya. Pangan demikian dapat dinyatakan pula bahwa bahan pakan
konsentrat adalah setiap bahan pakan yang kandungan serat kasarnya kurang dari 18%
dan TDN-nya di atas 60% berdasarkan bahan kering. Dalam penggolongan bahan
makanan secara internasional, ada dua golongan konsentrat berdasarkan kadar
proteinnya, yaitu sumber energi dan sumber protein. Termasuk dalam kelompok
konsentrat sumber energi adalah bahan-bahan dengan protein kasar kurang dari 20%,
serat kasar kurang dari 18% dab dinding sel kurang dari 35%. Sebagai contoh konsentrat
sumber energi adalah biji-bijian, limbah penggilingan, buah-buahan, kacang-kacangan,
akar-akaran, serta umbi-umbian. Termasuk dalam konsentrat sumber protein adalah
bahan-bahan yang mengandung protein kasar 20% atau lebih dari bahan yang berasal dari
hewan maupun berasal dari bungkil, bekatul, dan lain-lain.
Hijauan merupakan makanan utama kambing atau bagi ternak ruminansia lainnya
dan berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.
Untuk penyediaan hijauan yang berkelanjutan maka pembudidayaan hijauan makanan
ternak yang unggul perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya mutu hijauan
yang diberikan dapat dilakukan secara cepat dengan memperhatikan beberapa kriteria
sebagai patokan, seperti lembut atau tidaknya permukaan bahan pakan tersebut, bentuk

13
bahan pakan dan waktu potong bahan pakan atau hijauan tersebut. Adapun hijauan
unggul yang sudah banyak dikenal antara lain rumput gajah, kolonjono, Gliricideae
maculata, lamtoro, kaliandra.
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang spesifik sesuai dengan kegunaannya maka
bahan pakan dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelas yaitu:

Kelas 1: Hijauan kering dan jerami kering


Kelas 1, meliputi berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan,
dan juga berbagai jerami kering yang sengaja dipanen dan dirawat. Kelas 1 ini
mengandung serat kasar dan dinding sel yang tinggi yaitu masing - masing >
18% dan > 35 % dalam bahan kering, sehingga rendah kandungan energi tersedia
per unit bobot.

Kelas 2: Hijauan segar dan jerami segar


Kelas 2, meliputi berbagai hijauan pakan dan jerami yang belum ataupun sudah
dipanen dan diberikan kepada ternak masih dalam keadaan segar.

Kelas 3: Silase (silage)


Kelas 3, meliputi berbagai hijauan pakan yang telah dipotong-potong dan telah
mengalami proses fermentasi terkontrol, tidak termasuk silase ikan, butir-butiran
sebangsa padi, biji-bijian sebangsa legum , dan umbi-umbian.

Kelas 4: Sumber Energi


Kelas 4, meliputi berbagai bahan pakan yang mengandung protein kasar <
20% dan serat kasar < 18% atau dinding sel < 35% dalam bahan kering. Kelas 4
ini termasuk pula sumber energi yang telah mengalami proses fermentasi (silase).

Kelas 5: Sumber Protein


Kelas 5, meliputi berbagai bahan pakan yang mengandung protein kasar ³ 20%
dalam bahan kering. Kelas 5 ini ada yang berasal dari hewan dan ada yang berasal
dari tanaman. Sumber protein ini disebut pula sebagai konsentrat protein.

Kelas 6: Sumber Mineral


Kelas 6, meliputi berbagai bahan pakan yang tinggi kandungan mineralnya. Kelas
ini ada yang sebagai sumber mineral makro dan ada yang sebagai sumber mineral
14
mikro, baik yang mengandung satu macam atau lebih dari satu macam mineral.
Sumber mineral ini disebut pula sebagai konsentrat mineral.

Kelas 7: Sumber Vitamin


Kelas 7, meliputi berbagai bahan pakan yang tinggi kandungan vitaminnya dan
termasuk pula preparat vitamin. Kelas 7 ini ada yang mengandung satu macam
vitamin ataupun lebih dari satu macam vitamin. Sumber vitamin ini disebut pula
sebagai konsentrat vitamin.

Kelas 8: Additif pakan


Kelas 8, meliputi berbagai bahan yang tidak berfungsi sebagai sumber nutrien
atau non nutrien. Penggunaannya adalah dengan cara ditambahkan atau
diimbuhkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu.
Misalnya untuk memacu pertumbuhan, memacu produksi, memberi warna,
memberi bau ataupun sebagai bahan pengisi.

2.2.2 Menyusun Ransum Sapi Perah

Ransum adalah makanan dengan campuran beberapa bahan pakan yang disediakan
bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrien yang seimbang dan tepat selama 24
jam. Ransum merupakan campuran 2 atau beberapa baahan pakan yang disusun dan
dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang
diperlukan oleh ternak. (Agustono, et al., 2017).
Menyusun Ransum merupakan kegiatan pencampuran bahan pakan dengan
memperhatikan upaya-upaya dalam mengefisienkan penggunaan input bahan-bahan
pakan yang tersedia dengan perbandingan pakan, baik jumlah pakan maupun mutu dari
pakan tertentu agar campuran tersebut dapat memenuhi pemeliharaan ternak yang akan
mengkonsumsinya, yang tentu saja akan memperbaiki pendapatan kebutuhan ternak
tersebut agar dapat berproduksi dengan baik.
Kebutuhan ternak akan nutrisi gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan
kebutuhan untuk produksi. Zat-zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah
yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat-zat pakan dalam ransum sangat
berpengaruh terhadap daya cerna (Umela dan Bulontio, 2016). Dalam menyusun ransum
tentunya kita akan memakai ransum yang baik dan berkualitas, ransum dapat dinyatakan
berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara tepat, baik
jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak. Ransum yang berkualitas baik
15
berpengaruh pada proses metabolisme tubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan
daging yang sesuai dengan potensinya. Ransum disusun sedemikian rupa dengan
formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak.

2.2.2.1 Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan sapi perah

Empat hal harus diperhatikan dalam pemberian pakan sapi perah yaitu menunjang
pertumbuhan, produksi, reproduksi dan kesehatan ternak. Pakan adalah campuran dari
beberapa bahan pakan yang disusun sedemikian rupa dengan komposisi tertentu dan
siap disajikan pada ternak sesuai dengan kebutuhannya dalam waktu tertentu Pakan
yang baik adalah pakan yang mengandung zat-zat pakan dalam komposisi seimbang
sesuai dengan kebutuhan ternak. biaya pakan hampir 60-70% dari biaya produksi
Empat hal yang harus diperhatikan pemberian pakan sapi perah yaitu:
 ketersediaan bahan harus kontinyu,
 palatabilitas (tingkat kesukaan sapi)
 harga pakan
 produksi susu yang dihasilkan yaitu sapi yang berproduksi tinggi harus
diberikan pakan sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam menyusun pakan sapi perah harus memperhatikan
nilai gizi bahan pakan. Diperkirakan dan digambarkan dari jumlah zat pakan yang
terkandung dalam setiap massa pakan yang biasanya diketahui dalam bentuk
perkilogram bahan kering (dry matter). Kebutuhan zat gizi ternak. Diperkirakan dalam
jumlah zat pakan yang akan dipergunakan untuk pokok hidup (maintenance), tumbuh,
bunting, dan produksi susu (karena energi protein, mineral serta vitamin juga
terkandung dalam air susu). Perbandingan formulasi. Perbandingan bahan pakan
sehingga diperoleh komposisi zat pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Kemungkinan terjadinya gangguan metabolisme akibat pemberian pakan tersebut.
Kecernaan pakan. Tingkat kecernaan suatu bahan pakan harus dipertimbangkan,
demikian juga tingkat degradasi zat pakan (terutama protein) oleh mikroba rumen.
Cara memilih hijauan berdasarkan kualitasnya, yaitu :
1. Kelompok hijauan berkualitas rendah dengan karakteristik: Kandungan protein
kasar hijauan di bawah 4% dari bahan kering. Kandungan energi di bawah 40%
TDN dari bahan kering. Sedikit atau tidak ada vitamin. Hijauan yang termasuk
dalam kelompok ini diantaranya jerami padi, jerami jagung dan pucuk daun tebu.

16
2. Kelompok hijauan berkualitas sedang dengan karakteristik: Kandungan protein
kasar berkisar antara % dari bahan kering. Kandungan energi TDN berkisar antara
% dari bahan kering. Kandungan kalsium 0,3%. hijauan yang termasuk dalam
golongan ini diantaranya rumput alam, rumput lapangan, rumput gajah, rumput
benggala dan rumput kultur lainnya.
3. Kelompok hijauan yang berkualitas tinggi dengan karakteristik Kandungan
protein kasar di atas 10% dari bahan kering. Kandungan energi TDN di atas 50%
Kandungan kalsium di atas 1,0%. Kandungan vitamin A tinggi. Hijauan yang
termasuk dalam kelompok ini diantaranya golongan legume (daun kacang tanah,
lamtoro, kaliandra, alfalfa, gliricidae dan daun kacang-kacangan).
Peningkatan frekuensi pemberian pakan dari satu kali menjadi empat kali dapat
meningkatkan kecernaan bahan kering 63,9% menjadi 67,1% dan penyediaan protein
rumen meningkat dari 2,2 gr menjadi 3,19 gr/hari. Pemberian konsentrat yang hampir
bersamaan waktunya dengan pemberian hijauan berakibat pada menurunnya
kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan. Pemberian konsentrat yang
dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik. Hal ini terjadi konsentrat yang kaya akan pati sebagian
besar sudah dicerna oleh mikroba dalam rumen Dalam hubungan ini pemberian pakan
dapat dilakukan dengan mendahulukan pemberian konsentrat minimal dua jam
sebelum pemberian hijauan secara bertahap.

2.2.2.2 Menyusun ransum

Ransum seimbang atau ransum serasi (balanced ration) adalah ransum yang
mengandung semua nutrien yang dibutuhkan ternak sesuai dengan tujuan
pemeliharaan. Kegunaan dari formulasi ransum adalah untuk menuangkan
pengetahuan tentang zat atau bebrapa zat makanan, bahan atau beberapa bahan
makanan menjadi suatu bahan makanan (ransum) yang dapat memenuhi kebutuhan
ternak yang mempunyai tingkat produksi tertentu yang dikehendaki oleh peternak
Tipe ransum yang diberikan ada dua yaitu complete feed (ransum lengkap) dan
pemberian terpisah antara konsentrat dan hijauan. Complete feed (ransum lengkap)
adalah ransum yang disusun sedemikian rupa sehingga tidak membutuhkan lagi
tambahan bahan makanan atau zat makanan apapun dari luar; siap diberikan kepada
ternak untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.

17
Membuat atau menyusun ransum ternak yang seimbang dibutuhkan data yang
meliputi :
1. Kebutuhan ternak, dapat menggunakan data dari Nutrient Requerment of Goat
(NRC, 1981).
2. Komposisi bahan pakan atau kandungan gizi bahan pakan. Dapat diperoleh dari
publikasi ilmiah misal Hari Hartadi et., al (1980), atau hasil analisis yang ada di
referensi lain.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun ransum adalah sebagai
berikut:
 Menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan dalam menyusun
ransum.
 Mengetahui kandungan nutrien masing-masing bahan pakan. Kandungan
nutrien dapat dilihat pada NRC (1994), hasil analisis laboratorium, peneliti,
lembaga penelitian ternak atau yang lainya.
 Mencari data kebutuhan standar ternak. Hal ini dapat dilihat pada tabel NRC
(1994), ARC (British), INRA (Prancis), Morrison’s Feeding Standar, Lembaga
penelitian atau tabel lainnya.
 Mengetahui harga bahan pakan per kg.
Formulasi ransum dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain:
a. metode coba-coba (Trial and Error Method)
b. metode bujur sangkar (square method)
c. metode eksak (exact method)
d. simultaneous equation method
e. linier programing method

2.2.2.3 Pencampuran ransum

Pencampuran atau Mixing merupakan proses pencampuran bahan pakan yang


mencakup proses pengadukan dan pengacakan. Pengadukan berarti meningkatkan
keseragaman, sedang pengacakan berarti meningkatkan keragaman. Pencampuran
bahan pakan menggunakan mixer horisontal dan mixer vertikal. Teknik pencampuran
konsentrat dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga mekanis (mixer) maupun
manual. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencampuran konsentrat maupun
ransum yaitu: kestabilan bahan pakan, jarak waktu pencampuran dengan penggunaan
dan peralatan yang digunakan.
18
Dalam formulasi ransum tujuan pencampuran adalah untuk
mengkombinasikan kedua proses diatas yaitu pengacakan komponen pakan yang
berbeda menjadi satu bentuk campuran. Pencampuran pakan melibatkan kombinasi
pencampuran antara bahan bentuk padat dan padat-cair. Bahan pakan utama dicampur
pertama kali kemudian diikuti dengan material cair. Vitamin dan berbagai mineral
ditambahkan setelah premix. Berbagai tipe pencampuran pakan ditujukan agar bahan
pakan dapat tercampur menjadi campuran yang homogen.
Prinsip pencampuran yaitu menggabungkan beberapa bahan dengan cara
menyebarkan bahan sehingga pada jumlah tertentu dari campuran terdapat komponen
bahan dalam perbandingan tetap. Kualitas mixing dipengaruhi oleh ukuran partikel,
bentuk partikel, berat spesifik, higroskopisitas dari partikel, kepekaan terhadap muatan
elektronik, daya rekat sejati pada permukaan yang kasar atau ditimbulkan akibat
penambahan minyak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa
organ yang bertanggung jawab terhadap pengambilan, penerimaan, pencernaan dan
absorbsi zat makanan. Pencernaan pada ruminansia dimulai dari mulut, esofagus, rumen,
retikulum, kembali lagi ke mulut, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar
dan anus.
Dalam proses penyusunan ransum kita harus teliti agar bahan-bahan yang
digunakan sesuai dengan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak, karena ransum
merupakan sumber zat nutrisi utama yang digunakan oleh ternak untuk tumbuh dan
berkembang serta menjalankan proses metabolisme yang berlangsung didalam tubuhnya.
Ransum berupa sumber energi yang dapat diperoleh dari bahan baku seperti jagung,
sedangkan sumber protein diperoleh dari bungkil kedele ( soybean meala).
19
3.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan kiranya pembaca dari makalah ini bisa
membaca dengan baik serta dapat mengaplikasikan dalam dunia akademik maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Makanan ternak merupakan hal yang sangat penting dalam tubuh
ternak itu sendiri terkhusus untuk reproduki, oleh karena itu sangat penting bagi kita
untuk mengetahui lebih dalam tentang pakan dan nutrisinya

20

Anda mungkin juga menyukai