1. 1. TUGAS I HASIL HUTAN BUKAN KAYU BAMBU NAMA : OPU AFFAN
GIFARY NIM : M 111 13 503 KELAS : C FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 2. 2. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya dan rido-Nyalah penulisan makalah dengan judul “Bambu” ini dapat diselesaikan. Bermacam halangan terkadang menghambat pembuatan makalah ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan laporan penelitian ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan masyarakat yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Makassar, 6 September 2014 Penulis 3. 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1 I.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1 I.3. Tujuan ............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN II.1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu.................................................................3 II.1.1. Pengertian Bambu...........................................................................3 II.1.2. Klasifikasi Bambu...........................................................................3 II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu..........................................................................4 II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan......................................................6 II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia...............................................................6 II.3.2. Jenis Bambu yang sering dimanfaatkan.........................................6 II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu...................................................................15 II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari...........................15 II.4.2. Kegunaan Bambu dalam dalam Teknologi Konstruksi................16 II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu...........................................................19 II.5.1. Kelebihan Bambu.........................................................................19 II.5.2. Kekurangan Bambu......................................................................19 II.6. Proses Pengolahan Bambu...........................................................................20 II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap..................................21 II.6.2. Cara merawat furnitur bambu.......................................................21 BAB III PENUTUP...........................................................................................22 III.1. Kesimpulan....................................................................................22 III.2. Saran..............................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA 4. 4. BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbagai kebutuhan bahan bangunan dari masa ke masa semakin varian. Selain dari segi kenyamanan, keamanan, kesehatan dan juga nilai keawetan, pemilihan bahan bangunan merupakan standar syarat dari rumah hunian yang sehat. Rumah hunian sekarang pun memprioritaskan bahan-bahan yang ramah lingkungan, yang sering kita dengar dengan istilah green house. Karakter tempat hunian yang memiliki nuansa alam kerap menjadi pilihan yang paling diminati pasar saat ini, guratan-guratan alam di setiap bagian ruangan menjadi pemandangan yang diimpikan oleh setiap penghuni rumah, nilai aksennya pun bertambah dengan membubuhkan berbagai macam bahan-bahan alam, seperti batu alam, kolam hias, taman-taman kecil di dalam ruangan, dan yang paling utama adalah kayu. Hutan saat ini semakin memprihatinkan, hal ini berdampak langsung akan ketersediaan bahan baku alami(kayu), yang semakin langka dan menjadi barang mewah. Luas tutupan hutan di Indonesia semakin berkurang, hingga kini hanya sekitar 40% an, tahun 1950 seluas 180 juta ha, tahun 1985 seluas 120 juta ha, tahun 2009 seluas 87 juta ha, dan tahun 2020 hutan diperkirakan hanya 10% saja. Dari semakin sulitnya ketersediaan kayu jati, rakyat memerlukan material bahan pengganti bahan kayu alami, dewasa ini yang ketersediaannya melimpah di alam adalah bambu. Bambu adalah kayu masa depan, selain harganya ekonomis, bambu tidak kalah menariknya dengan kayu, memiliki serat-serat yang khas dan bernilai aksen tinggi juga, pertumbuhan bambu pun sangat cepat, hanya membutuhkan 3 sampai 5 tahun untuk siap panen serta dapat tumbuh di berbagai lahan, berbeda dengan kayu jati yang harus menunggu 10 sampai 15 tahun untuk panennya. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari pola tanamnya, diperlukan sedikit perlakuan khusus, yaitu dengan penjarahan rumput di sekitar bambu, agar bambu dapat tumbuh lurus dan terhindar dari serangan jamur. I. 2. Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian dan klasifikasi bambu ! 2. Bagaimana sifat fisik mekanik bambu? 3. Apa saja jenis bambu yang umum dimanfaatkan? 4. Apa saja kegunaan dan manfaat bambu? 5. Apa saja kelebihan dan kekurangan bambu? 6. Bagaimana cara pengolahan bambu? 5. 5. I. 3. Tujuan 1. Mengetahui definisi bambu dan klasifikasi ilmiah 2. Mengetahui sifat fisik mekanik kayu 3. Mengetahui jenis bambu yang umum dimanfaatkan 4. Mengetahui kegunaan dan manfaat bambu 5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bambu 6. Memahami proses pengolahan bambu 6. 6. BAB II PEMBAHASAN II. 1. Pengertian dan Klasifikasi Bambu II.1.1 Pengertian Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 inchi) atau bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah, dan kondisi iklim dan cuaca tempat ia ditanam. Bambu/tiying/Bambusa sp, memiliki tinggi 5- 15 m, berkayu bulat berlubang, beruas – ruas, daun tunggal berseling berpelepah lanset ujung runcing tepi rata, bunga majemuk bentuk malai. Tumbuh liar pada lahan tegalan, terutama daerah lembab dari pantai hingga ketinggian 1000 m dpl. Memiliki adaptasi yang sangat luas terhadap berbagai jenis tanah dan musim. System perakaran yang intensif dapat mempertahankan atau menutup butiran tanah sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan. Oleh karena itu, bambu sering digunakan atau ditanam di pinggir sungai sebagai penahan erosi tanah. Sebagai jenis tanaman rumput – rumputan, bambu tumbuh menggunakan rimpang batang yang mengandung ruas dan mata cabang sehingga dapat menghasilkan batang baru atau rebung untuk tingkat pertumbuhan selanjutnya. Setiap rumpun menghasilkan 8-14 batang setiap tahun, sekitar 2-3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian batang mencapai tinggi maksimum. Fungsi kelestarian rumpun tersebut dapat dipertahankan dengan cara hanya menebang atau memanen batang yang telah dewasa. II.1.2 Klasifikasi Bambu Secara umum bambu dibagi dalam 5 famili yaitu : 1. Dendrocalaminae 2. Melocanninae 3. Bambusinae 4. Arundinaeiinae 7. 7. 5. Puellinae Dan jumlah dari famili bambu dan spesiesnya adalah, Pada tahun 1903 Sporry : 45 famili Pada tahun 1912 perancis : 230 spesies Pada tahun 1931 Ueda : 47 famili /1250 spesies. Pada tahun 1954 Sineath/Daughtery : 60 famili /1000 spesies. Pada tahun 1956 Raizada/Chatterji : 30 famili /500 spesies. Pada tahun 1959Hutchinson: 45 famili. Pada tahun 1967 Lubke : 500 spesies. II.2. Sifat Fisik Mekanika Bambu Adapun sifat fisik mekanika bambu meliputi antara lain : 1. Sifat bambu a) Titik jenuh serat bambu 20-30%. Bagian dalam bambu lebih banyak mengandung lengas (air bebas), daripada bagian luar, b) Bagian buku-buku (nodes) mengandung +10% lebih sedikit kadar airnya dari pada bagian ruasnya, c) Bambu kurang tahan jika dipergunakan sebagai tulangan beton karena daya serap airnya bisa mencapai 300%, d) Bambu perlu diawetkan agar dapat mencapai mutu dan umur yang diharapkan, e) Penggunaan pada konstruksi bangunan harus dihindarkan dari hujan dan panas matahari langsung, agar tidak mudah rapuh dan membusuk. 2. Tipe bambu 8. 8. Bambu terdiri dari dua tipe yaitu : a) Bambu monopodial dengan batang yang panjang dan lurus serta tumbuhnya sendiri-sendiri. Bambu ini tumbuh di daerah yang mempunyai 4 musim seperti, Jepang, China, Amerika dll, b) Bambu simpodial dengan batang yang lebih pendek serta bambu rambat yang tumbuhnya tidak beraturan. Bambu ini tumbuh di daerah tropis seperti, Indonesia, Philipina, Thailand, India, Amerika Selatan, Afrika dll. Beberapa jenis juga tumbuh dengan merambat pada pohon yang ada di sekitarnya seperti layaknya rotan. 3. Kondisi iklim 9. 9. Kebanyakan bambu tumbuh pada temperatur 8.8° C sampai 36° C. Moso dan bambu Ma yang tumbuh di Jepang dapat tumbuh pada temperatur – 10° C. Ketinggian tanah dimana bambu tumbuh dapat mencapai 3.600 m di atas permukaan laut seperti bambu yang tumbuh di Ekuador. 4. Kondisi tanah Bambu umumnya tumbuh pada tanah yang berpasir (sandy loam) sampai di tanah liat (kuning, coklat kekuning-kuningan atau merah kekuning-kunigan). Kualitas tanah tidak penting bagi pertumbuhan bambu. 5. Properti dari bambu Moisture content bambu, phisikal propertis, mekanikal/teknikal propertis sebagaimana juga dalam penggunaan bambu sebagai bahan baku atau komponen bangunan tergantung dari kadar airnya (moisture content). Kadar air bambu pada buku dan batang sangat tergantung pada umur dan musim. Pada batang antar buku dapat mencapai 25% dibandingkan dengan pada bagian buku sedangkan pada bagian dasar sangat bervariasi. Pada daerah subtropical musim sangat mempengaruhi moisture content (kandungan air) bambu dan pada musim hujan dapat mencapai dua kalinya. Kandungan air bambu ini sangat mempengaruhi kualitas bambu terutama pada saat akan dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. 6. Pemuaian dan penyusutan bambu Pemuaian dan penyusutan bambu hampir sama dengan kayu. Perubahan yang terjadi pada panjang, lebar serta tebal kurang lebih proporsional dengan kadar air yang dikandung. Pada penggunaan konstruksi yang seluruhnya menggunakan bambu kondisi ini tidak begitu berpengaruh pada konstruksi, berbeda dengan konstruksi yang menggunakan kombinasi antara bambu dan kayu kemungkinan terlepasnya sambungan sangat besar. 7. Ketahanan terhadap api Dibandingkan dengan kayu lunak sejenis spruce (famili pinus) maka bambu mempunya daya rambat yang lebih baikSpruce terbakar lebih cepat sedangkan bambu dua kali lebih lama. Kulit bambu yang mengandung silisic acid sangat membantu menahan rambatan api shingga proses terbakarnya lebih lama dibandingkan spruce. Komponen yang dipasang secara horizontal lebih tahan dibandingkan dengan yang posisinya vertikal. 10. 10. 8. Kekuatan bambu a) Kekuatan tarik (tegangan patah untuk tarik bumi) 1.000 – 4.000 Kg/cm2. b) Kekuatan tekan (tegangan patah untuk tekanan) 250 – 1.000 Kg/cm2 c) Modulus kenyal untuk tarikan 100.000 – 300.000 Kg/cm2 d) Tegangan izib tarik = 300 kg/cm2 a. Tegangan izin tarik = 80 kg/cm2 b. Tegangan izin lentur = 100 kg/cm2 c. Modulus kenyal untuk tarikan dan tekanan = 200.000 kg/cm2 II.3. Jenis Bambu yang Umum Dimanfaatkan II.3.1. Jenis Bambu di Indonesia Berikut adalah jenis bambu di Indonesia antara lain : No. Nama botani Nama local Daerah ditemukan 1. Arundinaria japonica Sieb & Zuc ex Stend. - Jawa 2. Bambusa arundinacea (Retz.) Wild. Pring ori Jawa, Sulawesi 3. Bambusa atra Lindl. Loleba Maluku 4. Bambusa balcooa Roxb. - Jawa 5. Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. Bambu duri Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara 6. Bambusa glaucescens (Wild) Sieb ex Munro Bambu pagar, cendani Jawa 7. Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa 8. Bambusa polymorpha Munro. - Jawa 9. Bambusa tulda Munro. - Jawa 11. 11. 10. Bambusa vulgaris Schard. Awi ampel, haur Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku 11. Dendrocalamus asper Bambu petung Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi 12. Dendrocalamus giganteus Munro. Bambu sembilang Jawa 13. Dendrocalamus strictur (Roxb) Ness. Bambu batu Jawa 14. Dinochloa scandens O.K. Bambu cangkoreh, Kadalan Jawa 15. Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa 16. Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam, wulung Jawa 17. Gigantochloa atter Bambu ater, jawa benel, buluh Jawa 18. Gigantochloa achmadii Widjaja. Buluh apus Sumatera 19. Gigantochloa hasskarliana Bambu lengka tali Jawa, Bali, Sumatera 20. Gigantochloa levis (Blanco) Merr. Buluh suluk Kalimantan 21. Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Jawa 22. Gigantochloa nigrocillata Kurz Bambu lengka, terung terasi Jawa 23. Gigantochloa pruriens Buluh rengen Sumatera 12. 12. 24. Gigantochloa psedoarundinaceae Bambu andong, gambang surat Jawa 25. Gigantochloa ridleyi Holtum. Tiyang kaas Bali 26. Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan, temen serit Jawa, Bali, Sumatera 27. Gigantochloa waryi Gamble Buluh dabo Sumatera 28. Melocanna bacifera (Roxb) Kurz. - Jawa 29. Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. Bambu eul-eul Jawa 30. Phyllostachys aurea A&Ch. Riviera bambu uncea Jawa 31. Schizotachyum blunei Ness. Bambu wuluh, tamiang Jawa, NTT, NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Maluku. 32. Schizotachyum brachycladum Kuez. Buluh nehe, awi buluh, ute wanat, tomula Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku 33. Schizotachyum candatum Backer ex Heyne Buluh bungkok Sumatera 34. Schizotachyum lima (Blanco) Merr. Bambu toi Sulawesi, Maluku, Irian Jaya 35. Schizotachyum longispiculata Kurz. Bambu jalur Jawa, Sumatera, Kalimantan 36. Schizotachyum zollingeri Stend. Bambu jala, cakeutreuk Jawa, Sumatera 37. Thryrsostachys siamensis Gamble. - Jawa 13. 13. II.3.2. Jenis bambu yang sering dimanfaatkan Berikut adalah jenis bambu yang sering digunakan/dimanfaatkan antara lain : 1) Bambusa bambos (L.) Voss Mempunyai nama lokal yaitu bambu ori, jawa: pring ori. Mempunyai tinggi mencapai 30 m, dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal, diameter 15-18 cm, jarak buku 20-40 cm dan warna hijau muda pada batang. Tempat tumbuh di tanah basah, di sepanjang sungai. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga menyulitkan dalam pemanenan. Penebangan dapat dilakukan dengan memotong setinggi 2 m dari atas tanah. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi. Hindari pengambilan risoma untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun. Produktivitas tahunan dapat mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha. Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : rebungnya digunakan sebagai sayuran, daunnya dijadikan sebagai makanan ternak, dan bibitnya (bahan makanan sekunder) sampai dengan batangnya digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan. Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batangnya dipakai untuk industri pulp, kertas dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon 14. 14. dan kertas kraft tahan air. Rendaman daun bambunya dipakai untuk penyejuk mata dan mengobati penyakit (bronkitis, demam, dan gonorrhoea). 2) Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland Mempunyai nama lokal yaitu pring ampel, bambu ampel, haur. Mempunyai tinggi mencapai 10-20 m, batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm, diameter 4-10, jarak buku 20-45cm, warna hijau tua pada batang. Dan memiliki tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam sekitar pada jarak ± 8 m x 4 m (312 rumpun/ha). Dalam pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatlkan hasil. Memberikan dosis pupuk per ha sekitar 20-30 kg N,0- 15 kg P, 10- 15 kg K dan 20-30 kg Si. Melakukan pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan meningkatkan produksi batang bambu dan mempermudah pemanenan. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari permukaan. Satu rumpun dalam setahun dapat menghasilkan 3-4 batang baru. Produksi tahunan diperkirakan menghasilkan sekitar 2250 batang atau 20 ton berat kering/ha. Jenis bambu ini memiliki manfaat antara lain : air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk baha baku kertas. 15. 15. 3) Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne Mempunyai nama lokal yaitu petung, buluh betung, bulu jawa, betho. Memiliki tinggi mencapai 20-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 11-36 mm, diameter 8-20 cm, jarak antar buku 10- 20 cm, warna coklat tua pada batang. Tempat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian antara 400-500 m dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8m x 4m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk meningkatkan hasil dengan dosis pupuk setiap tahun adalah sekitar 100-300 kg/ha NPK (15:15:15) dan untuk memperbanyak rebung baru sangat dianjurkan untuk memberikan seresah di sekitar rumpun. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 5-6 tahun; untuk pemanenan rebung dilakukan satu minggu setelah rebung muncul ke permukaan. Satu rumpun dewasa dapat menghasilkan 10-12 batang baru per tahun (dengan 400 rumpun menghasilkan sekitar 4500-4800 batang/ha). Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 to rebung/ha dan untuk 400 rumpun per ha dapat mencapai 20 ton rebung. Jenis bambu ini memiliki manfaat yaitu rebung dari jenis ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan (perumahan dan jembatan), peralatan memasak, 16. 16. bahkan juga untuk penampung air. Banyak digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-tindih, dan dinding dengan cara dipecah dibuat plupu. 4) Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees Mempunyai nama lokal yaitu bambu batu. Mempunyai tinggi mencapai sekitar 8-16 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 1 cm, diameter 2.5-12.5 cm, jarak buku 30-45 cm, warna hijau atau kekuningan atau buram pada batang. Memiliki tempat tumbuh di segala jenis tanah, khususnya tanah liat berpasir dengan drainase yang baik dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 1200 dengan curah hujan optimal per tahun 1000- 3000 mm. Cara membudidayakannya yaitu Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini. Jika tanahnya miskin hara atau terlalu kering atau kena penyakit akan mempengaruhi elastisitas bambu (mudah patah) dan bisa menyebabkan kerontokan daun. Suhu haruslah berkisar antara 20-30 derajat C (min 5 derajat C, maks 45 derajat C). Aplikasi penyubur NPK sangat dianjurkan (misal campuran 15:15:15 untuk 200 kg/ha). Jarak tanam 3-5 m x 3-5 m (400-1000 rumpun/ha). Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 3-4 tahun. Pemotongan dapat dilakukan kurang dari 30 cm di atas tanah dan atau diatas jarak buku ke dua. Produktivitas tahunan dari penanaman 400 rumpun bisa mencapai sekitar ± 3,5 ton bamboo atau dengan 200 rumpun bisa mencapai sekitar ± 2,8 ton bamboo. 17. 17. Jenis bambu ini dimanfaatkan untuk bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya digunakan untuk makanan ternak. 5) Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz Mempunyai nama lokal yaitu apus, pring apus, peri. Memiliki tinggi mencapai 8-30 m , batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm, berdiameter 4-13 cm, jarak buku 20-75 cm, memiliki warna hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap pada batang. Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai dengan 1500 m. Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir. Cara membudidayakannya yaitu penanaman jenis ini sebaiknya dilakukan antara bulan Desember sampai Maret. Untuk meningkatkan produktivitasnya dapat diberi pupuk kompos atau pupuk kimia, dengan memberikan jarak tanam 5- 7 m2. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah 1-3 tahun pada musim kering (antara April sampai Oktober) pada batang yang sudah berumur lebih dari 2 tahun. Produktivitas dalam satu rumpun adalah 6 batang. Produktivitas tahunannya dapat menghasilkan sekitar 1000 batang/ha. Jenis bambu ini biasanya digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat dipakai sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan 18. 18. memancing, kerajinan tangan (rak buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin kencang (wind-break). 6) Gigantochloa atroviolacea Widjaja Mempunyai nama lokal yaitu bambu hitam, pring wulung, peri laka. Memilki tinggi mencapai 2 m, batang berbulu tipis/halus dan tebal, dinding batang hingga 8 mm, berdiameter 6-8 cm, jarak buku 40-50 cm, memiliki warna hijau atau coklat tua, atau keunguan atau hitam pada batang. Jenis ini mempunyai tumbuh di tanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai 1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32 derajat C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah. Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan semakin jelas. Cara membudidayakannya yaitu memberikan jarak tanam 8 m x 7 m (200 rumpun/ha). Dianjurkan untuk selalu memperhatikan tentang pengairan, pembersihan gulma dan penggemburan tanah secara terus-menerus selama 2-3 tahun setelah awal penanaman. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan meningkatkan produksi rebung. 19. 19. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 tahun dengan hasil produksi 20 batang per 3 tahun atau dengan kata lain setiap 200 rumpun/ha dapat menghasilkan sekitar 4000 batang/ha dalam 3 tahun. Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung, gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel. Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. 7) Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja Mempunyai nama lokal yaitu bambu andong, gambang surat, peri. Mempunyai tinggi mencapai 7-30 m, batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm, berdiamter 5-13 cm, jarak buku 40-45 cm, memiliki warna hijau kenuningan, atau hijau muda, tau kuning kehijauan pada batang. Memiliki tempat tumbuh di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32 derajat C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%. Cara membudidayakannya yaitu Jarak tanam 8 m x 8 m. Pemberian pupuk organik maupun pupuk kompos pada awal penanaman sangat berguna sekali bagi peningkatan produksi. Juga dianjurkan untuk dilakukan pembersihan gulma, 20. 20. diperhatikan tentang pengairan serta penggemburan tanah. Pembersihan dasar rumpun tua dan penggalian ulang tanah akan memacu pertumbuhan batang baru. Dalam tahap pamenan hasil jenis bambu ini dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat di atas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya. Untuk regenerasi batang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar batang sisa panen dengan plastik. Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpun/ha menghasilkan sekitar 1650 batang/ha atau 6 batang/rumpun. Jenis bambu ini biasanya digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, mebel, peralatan rumah tangga, sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik. Rebungnya dapat dimasak menjadi sayuran. II.4. Kegunaan dan Manfaat Bambu II.4.1. Kegunaan Bambu dalam Kehidupan sehari-hari Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1) Pertama kegunaan bambu luas, adalah spesies tumbuhan yang baik suatu Negara yang kuat dan kaya. Bambu memiliki tekstur yang lurus, halus dan kokoh, merupakan bahan penting untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga. Dalam bidang indusrti, kegunaannya lebih luas, sudah menjadi hampir ratusan jenis barang, seperti panel bambu, pulp, arang bambu, karbon aktif, dsb. Sekuat tenaga mengembangkan sumber daya bambu, menyebarkan ‘bambu menggantikan kayu’, kegunaan bambu perlahan-lahan akan menjadi penyelesaian dari berbagai masalah penggunaan hutan. Bambu akan menjadi produk pengganti kayu yang paling berpotensi. 2) Rebung bambu sebagai salah satu jenis makanan hijau alami, tidak hanya enak rasanya, tapi juga kaya akan nutrisi, merupakan mutiara gunung yang amat segar. Memiliki nilai konsumsi dan nilai pengobatan yang tinggi. Menurut penelitian. Rebung mengandung protein 2.65-3.28%, lemak 0.49%, total gula 2.5% , crude fiber 0.68%, masih ada lagi phosphorus, magnesium, calcium, iron dan elemen-elemen lainnya serta vitamin B1, B2, C, dan 17 macam asam amino. Benar-benar makanan hijau yang kaya akan protein, rendah lemak, dapat membantu pencernaan dan pengeluaran kotoran, sering mengkonsumsi rebung bisa 21. 21. mengurangi dan menyerap zat berbahaya yang tertinggal dalam tubuh, memiliki fungsi anti-kanker dan pendietan. II.4.2. Kegunaan Bambu dalam Teknologi Konstruksi Kegunaan bambu dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1) Jembatan Bambu 2) Bambu Laminasi Penelitian mengenai bambu lamina telah dilakukan oleh Sulastiningsih et al., 1996. Penelitian ditekankan pada pengaruh jumlah lapisan dalam pembuatan bambu lamina. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sifat fisis dan mekanis bambu lamina dari bambu betung tidak dipengaruhi oleh jumlah lapisan (2 - 5 lapis) kecuali keteguhan rekat berdasarkan uji geser tarik dalam keadaan kering (makin banyak jumlah lapisan keteguhan geser tariknya makin tinggi). Selain itu berdasarkan kerapatan, keteguhan lentur dan keteguhan tekan bambu lamina dapat disetarakan dengan kayu kelas kuat II. Adapun besarnya nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina adalah seperti terdapat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai sifat fisis dan mekanis bambu lamina No. Sifat Jumlah lapisan 2 3 4 5 22. 22. 1. Kadar air (%) 10,90 11,45 12,17 11,86 2. Kerapatan (g/cm3) 0,66 0,73 0,67 0,69 3. Keteguhan lentur sejajar serat (kg/cm2) - Modulus patah (MOR) 1089,35 1031,25 999,84 961,74 - Modulus elastisitas (MOE) 146763 175592 177863 146907 4. Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm2) 463,46 506,16 441,84 521,55 5. Keteguhan rekat (kg/cm2) a. Uji geser tekan - Uji kering 85,46 107,68 95,98 105,52 - Uji basah 63,63 57,26 69,45 71,40 b. Uji geser tarik - Uji kering 67,20 71,10 84,59 99,83 - Uji basah 26,88 22,77 23,81 28,27 6. Delaminasi (cm) 0 0 0 0 Sumber : Sulastiningsih et al. (1996) Bambu laminasi memiliki sifat perekatan yang cukup baik. Apabila dalam pemakaian bambu laminasi tidak memperhatikan faktor ketebalan, maka disarankan untuk menggunakan bambu lamina 2 lapis. Informasi mengenai pengaruh posisi sepanjang kolom dan jumlah bahan pengawet yang dilaburkan, terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lamina telah dilaporkan oleh Sulastiningsih et.al. (1998). Penelitian tersebut dilakukan pada bambu lamina 3 lapis dari jenis bambu andong Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaya. yang direkat dengan perekat urea formaldehyde dan dilaburi dengan cuprinol. Hasilnya menunjukkan bahwa berat jenis bambu tidak dipengaruhi oleh posisi kolom dan kuantitas pelaburan dengan variasi berat jenis berkisar 0,68 - 0,78 g/cm3. Kuantitas pelaburan berpengaruh pada nilai modulus patah (MOR), yaitu semakin banyak pelaburan, makan nilai MOR-nya semakin menurun. Nilai MOR bervariasi antara 630,20 - 1.111,43 kg/cm2. Posisi kolom bambu mempengaruhi 23. 23. modulus elastisitas (MOE), yaitu semakin ke bawah, nilai MOE bambu lamina semakin besar. Pada umumnya kekuatan perekatan dari bambu lamina adalah baik, tetapi kekuatan perekatan akan menurun bila kuantitas pelaburan bertambah. Berdasarkan berat jenis dan nilai kekuatan perekatan, maka bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas II, sementara bila dilaburi dengan Cuprinol sebanyak 3 kali, kualitasnya dapat disejajarkan dengan kayu kelas kuat III. 3) Papan Semen Berdasarkan penelitian hydratasi, bahan bambu adalah termasuk golongan bahan yang kurang baik sebagai bahan papan wol kayu, tetapi percobaan dengan direndam dahulu selama 2 hari, memperlihatkan hasil yang baik, yaitu dengan suhu maksimum 56°C dalam tempo 9 jam. Percobaan pembuatan papan dengan serutannya direndam dahulu dalam air selama 48 jam menghasilkan keteguhan rekat papan semen 21,3% dan keteguhan lengkung 6,4 kg/cm2 (Kamil, 1970). Bahan yang dipergunakan adalah 500 bambu, 500 kg semen dan 200 gr air kapur. Berat jenis papn menjadi 0,42 kekuatan tidak dapat disamakan dengan kayu sebab kekuatan lenturnya sendiri adalah berlainan. 4) Rumah Bambu 24. 24. Sistem rangka batang bambu merupakan struktur bangunan yang sangat efisien terhadap penurunan dan getarn tanah. (Gempa bumi) dan terhadap tekanan dinamis (angin sebagai gaya horizontal). Sebagai konstruksi ringan (bobot konstruksi lantai, dinding, maupun atap ) menjadi sedikit dan dengan titik buhul pada sistem rangka batang yang bekerja sebagai engsel, semua batang dapat bergerak sedikit tanpa mempengaruhi kestabilan konstruksi. Bahan bangunan bambu serta strukturnya dapat berubah- ubah bentuknya secara luas dan dengan demikian akan menghasilkan pemusnahan energi. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka sistem rangka batang bambu dapat diterapkan untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, pelat lantai, maupun atap. Bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai tulangan beton. Selain untuk bahan bangunan struktur, bambu dapat digunakan sebagai perlengkapan bangunan seperti pintu dan jendela maupun perlindungan pembukaan dinding terhadap matahari (sirip, krepyak, kerai(, pipa dan pompa air serta konstruksi pagar. Dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya. 5) Furniture Perabotan bambu bukanlah barang baru di negeri ini. Sejak dulu bambu sudah dijadikan kursi atau lincak di pulau jawa, mulai dari bentuk paling sederhanya hingga yang lebih inovatif dan di desain dengan unik. Selain di pulau jawa, pemanfaatan bahan bambu sebagai furniture juga dapat ditemui di Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Sumatera. Saat ini ada banyak jenis perabotan yang dibuat dari bahan bambu, mulai dari bambu yang bentuknya masih untuk bulat, hingga bambu yang sudah 25. 25. dijadikan papan atau dibentuk dengan teknologi pres supaya bisa melengkung dan berpola sesuai dengan kebutuhan. Diantara produk perabotan bambu dapat berupa: set kursi dan meja tamu, sofa besar, kursi dan meja teras, rak tv, rak buku, lemari pakaian, bed frame, kursi santai/ kursi malas dan masih banyak lagi. Semua jenis produk furniture yang dapat dibuat dengan kayu, juga dapat dibuat dengan bahan bambu. II.5. Kelebihan Dan Kekurangan Bambu II.5.1. Kelebihan Bambu Bambu memiliki kelebihan antara lain : a. Bambu memiliki nilai seni yang tinggi dan merupakan sumber daya pariwisata yang sangat penting. b. Bambu mudah dikeringkan dengan alat sederhana, dan dapat diawetkan agar dapat dipakai dalam waktu yang lama c. Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa d. Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bsa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu. e. Bahan alami yang dapat diperbaharui f. Kulit bambu licin, bersih, dan kuat serta bersifat ringan g. Seluruh bagian bambu termasuk batangnya dapat dimanfaatkan, rebung untuk dimakan, daun untuk makanan ternak, dan ranting dapat dipakai sebagai bahan sapu atau kayu bakar. h. Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang) i. Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang. j. Bahan konstruksi yang murah. II.5.2. Kekurangan Bambu 26. 26. Bambu memiliki kekurangan antara lain : a. Bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Bambu memiliki 50 - 55% lebih banyak selulosa daripada kayu. Tanpa perhatian pada pengawetan maka konstruksi bambu tahan lama 2- 3 tahun saja. sedangkan dengan pengawetan dan pemeliharaan yang memadai dapat tahan lama > 15 tahun. Bambu harus tua, berwarna kuning jernih atau hijau tua, dalam hal terakhi. b. Memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan,terutama untuk bahan konstruksi(perlu proses laminasi). c. Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu). d. Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai pangkalnya. II.6. Proses Pengolahan Bambu Berikut adalah cara-cara(treatment) dalam pengolahan bambu untuk menghasilkan bahan material yang berkualitas baik antara lain : 1. Bambu yang dipilih harus sebaiknya yang sudah matang (4-5 tahun). Dari segi fisik dapat dilihat dari warna daun, kelopak, dan jika dipukul terdengar bunyi yang cukup nyaring (tanda sudah tua dan kering). 2. Tanda bambu yang matang bisa juga diukur dengan menggunakan alat pengukur kepadatan batang (density test ). Alatnya berupa jarum yang ditembakan ke dalam batang bambu. Cukup akurat, tetapi alatnya masih sangat mahal. 3. Setelah ditebang, sebaiknya bambu didiamkan beberapa hari diatas sebuah alas dengan posisi tegak, alas batu, misalnya. Tujuannya untuk menurunkan semua cairan alami yang terdapat dalam bambu. Alas berfungsi juga untuk mencegah kelembaban tanah tidak masuk kembali ke serat batang bambu. 4. Sebaiknya bambu yang sudah dipilih dibersihkan dari kotoran yang melekat pada permukaan batang bambu 27. 27. 5. Bambu matang mempunyai kerapatan daging batang yang baik, sehingga tidak menyebabkan kisut jika sudah kering. II.6.1. Cara mencegah bambu dari serangan rayap Cara mencegah bambu dari serangan rayap antara lain : 1. Anda bisa mengeluarkan zat glukosa --yang digemari rayap-- ke dalam bambu dengan cairan garam (acid) yang tidak disukai rayap. Metodenya dan bahannya bisa bermacam2.Orang di zaman dahulu merendamkan bambu ke dalam lumpur sungai atau pantai. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama ( 3-6 bulan). 2. Perajin bambu sekarang kebanyakan menggunakan minyak tanah atau oli bekas sebagai bahas pengawetnya. 3. Metode yang sedang dikembangkan sekarang adalah dengan menggunakan Borax-boric acid, dengan metode kolam perendaman, vertical soak diffusion (VSD) atau menggunakan injeksi ke setiap batang bambu. 4. Setelah melalui proses pengawetan, bambu kemudian di keringkan. Susun bambu secara vertikal dan terlindung dari sinar matahari. Dengan dikeringkan di luar, kita memanfaatkan aliran udara alami. Proses ini bisa memakan waktu 2 minggu, tergantung dari cuaca. 5. Setelah kering, bambu bisa digunakan baik untuk konstruksi bangunan maupun untuk furnitur. II.6.2. Cara merawat furnitur bambu. Cara mencegah merawat furnitur bambu antara lain : 1. Sebaiknya bambu tidak diekspos langsung terkena matahari dan air hujan. 2. Bambu sangat sensitif dengan perubahan suhu mengakibatkan bambu mudah retak. Keretakan bisa menjalar keseluruh batang bambu karena seratnya yang lurus. 3. Bambu jangan langsung bersentuhan dengan tanah karena mengakibatkan masuknya kelembaban ke dalam serat. Kelembapan tanah bisa menimbulkan jamur pada batang bambu. Hal ini bisa mengurangi kekuatannya. Tampilan pun jadi jelek. 28. 28. 4. Sebaiknya bahan bambu dilapisi cairan finishing (water base ) sebagai bantuan lapisan proteksi, selain itu jika terkena air atau hujan, segera diseka sehingga tidak memberi kesempatan air dapat meresap ke batang. 29. 29. BAB III PENUTUP III.1. Kesimpulan Kebutuhan akan ketersediaan kayu sebagai bahan bangunan semakin lama semakin pesat yang menyebabkan ketersediaan kayu yang semakin menipis yang menimbulkan berbagai persoalan. Dan hadirlah Bambu sebagai salah satu solusi untuk masalah ini dikarenakan selain harganya murah dan ketersediaannya pun banyak juga bahan alam ini memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri (hasil peninjauan dan pengujian) dibanding bahan bangunan lainnya. Bambu memiliki keunggulan tersendiri, antara lain : bambu memiliki nilai seni yang tinggi, sehingga berpotensi sebagai sumber daya pariwisata yang sangat penting; Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa; Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bisa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu; bahan alami yang dapat diperbaharui; sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang); Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang; Ringan; Bahan konstruksi yang murah. Disamping kelebihannya tersebut bambu juga memiliki beberapa kekurangan seperti : bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh rayap, memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan bangunan terutama untuk bahan konstruksi (perlu proses laminasi); Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu); Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari pangkal sampai ujungnya. Selain itu bambu bukan hanya sering dimanfaatkan untuk furniture semata, melainkan juga sebagai bahan untuk membuat alat musik, kerajinan seni, alat olahraga dan juga kebutuhan konstruksi seperti kolom, balok, plat, jembatan dan lain-lain. III.2. Saran Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam kata-kata maupun penyajian data karena minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. 30. 30. DAFTAR PUSTAKA www.wikipedia.com/Bambu. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.00 WITA. www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu/. Diakses pada 5 September 2014 pukul 20.30 WITA. Purwito. 2012. Produk dari Bambu dan Turunannya. bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/. Diakses pada tanggal 5 September 2014 pukul 21.44 WITA. Pradipto, Unggul. 2012. Makalah Teknologi Bahan Bangunan Bambu. hmtsunsoed.files.wordpress.com/2012/04/kelompok-2-tbb-bambu.docx. Diakses pada tanggal 6 September 2014 pukul 07.00 WITA