Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIOMATERIAL
Pemanfaatan Serat Bambu Sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Komposit




Disusun oleh :
1. Raenaldo Bagus 125100500111005
2. Nur Aulia 125100501111027
3. Westra Dwipa 125100506111001
4. Maria Novi Purwana Sari 125100507111001
5. Raudlatul Hasanah 125100507111011

KELAS Q

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
I.I Latar Belakang .............................................................................................................. 2
I.II Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
I.III Tujuan ........................................................................................................................ 3
BAB II ISI ................................................................................................................................ 4
II.I Sifat dan Karakteristik Bambu ................................................................................... 4
a. Bambu tali (bambu apus) ........................................................................................... 4
b. Bambu hitam (bambu wulung) ................................................................................... 4
c. Bambu betung ............................................................................................................ 5
d. Bambu tutul ............................................................................................................... 5
II.II Sifat dan Karakteristik Komposit .............................................................................. 7
a. Uji tarik ..................................................................................................................... 7
b. Uji densitas ................................................................................................................ 7
II.III Cara Pengolahan ........................................................................................................ 7
II.IV Kelebihan dan Kekurangan Serat Bambu .................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 10
III.I Kesimpulan .............................................................................................................. 10
III.II Saran ........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11



2

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Banyak penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan performansi material komposit.
Dua dekade terakhir, penelitian mengenai komposit diarahkan kepada komposit serat alam
sebagai alternatif yang sangat menjanjikan untuk mengganti komposit serat gelas. Komposit
ini telah banyak digunakan di deck kapal, mobil dan infrastrukstur. Dibandingkan dengan
serat gelas, serat-serat selulosa seperti serat rami, serat abaca, dan serat bambu menunjukkan
sifat mekanik yang sangat bagus, densitas yang kecil, sifat abrasif yang rendah untuk
permesinan, tidak mahal, mampu terdegradasi dan diproduksi secara alami dan berkelanjutan.
Tujuan dibuatnya komposit yaitu memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu,
mempermudah desain yang sulit pada manufaktur, keleluasaan dalam bentuk atau desain
yang dapat menghemat biaya produksi, dan menjadikan bahan lebih ringan. Komposit yang
digunakan yaitu serat bambu dan bubuk bambu sebagai penguatnya. Serat ini memiliki sifat
bahan yang kuat dan ringan sehingga sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan penguat.
Struktur permukaan serat terbilang halus dan rata, sehingga sangat baik untuk kontak
permukaan dengan matriksnya.
Pengembangan material komposit serat bambu juga didasarkan pada isu lingkungan
saat ini. Penggunaan serat alam menjadi menguntungkan karena serat alam dapat
diperbaharui, ramah lingkungan dan sampahnya dapat didaur ulang. Bandingkan dengan
serat sintesis seperti serat kaca yang hampir semua bahannya tidak dapat diperbaharui dan
sampahnya tidak dapat didaur ulang.
Bambu adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk desain dan
pengembangan komposit polimer. Bambu ditemukan dalam jumlah besar di Asia dan
Amerika Selatan. Di negara Asia banyak bambu belum dieksplorasi sepenuhnya meskipun
dianggap sebagai bahan rekayasa alami. Bambu dunia berada di kawasan Asia Selatan dan
Asia Tenggara yang memiliki genus bambusa. Bambusa paling banyak dan mudah ditemukan
di daerah tropis. Tanaman bambu sebagai salah satu tanaman yang jumlahnya melimpah di
Indonesia, merupakan salah satu tanaman yang seratnya dapat digunakan sebagai bahan dasar
material komposit.


3

I.II Rumusan Masalah
1. Apa sifat dan karakteristik serat bambu?
2. Apa sifat dan karakteristik bahan komposit?
3. Bagaimanakah cara pembuatan komposit berbahan dasar serat bambu?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan serat bambu?
I.III Tujuan
1. Mengetahui sifat dan karakteristik serat bambu
2. Mengetahui sifat dan karakteristik bahan komposit
3. Mengetahui cara pembuatan komposit dengan bahan dasar serat bambu
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan serat bamboo


4

BAB II
ISI
Bambu merupakan tanaman sebangsa rumput yang banyak tumbuh di Indonesia.
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah beriklim panas maupun dingin. Kebanyakan didareah
pedesaan tanaman bambu dibiarkan tumbuh liar, akan tetapi walaupun tidak
mendapatkan perawatan, bambu dapat tumbuh dengan baik. Bambu tumbuh secara
bergerombol membentuk rumpun, tunas-tunas mudanya keluar dari rimpang dan
mementuk tanaman baru. Tanaman baru ini akan tumbuh bersama-sama dengan tanaman
pendahulunya dan akhirnya akan membentuk suatu rumpun dengan banyak buluh bambu
bambu berdaun tunggal tersusun berselang seling diujung buluh atau ranting-rantingnya.
Perakaran bambu sangat kuat, karena rimpangnya bercabang cabang dan punya ikatan
kuat yang sukar dipisahkan. Oleh karena itu bambu banyak ditanam didaerah-daearah
miring atau pinggir-pinggir sungai untuk mencegah erosi atau tanah longsor (Manuputty,
2010).
Bambu digunakan sebagai komposit karena jumlahnya yang sangat berlimpah dan
dapat ditemui di semua wilayah Indonesia. Suatu hasil pengujian tentang sifat mekanis
bambu di Indonesia yang menyatakan bahwa bambu memiliki nilai kekuatan tarik (tegangan
patah untuk tarikan) sebesar 1.000 sampai 4.000 kg/cm
2
yang setara dengan besi baja
berkualitas sedang. Besarnya nilai kekuatan tarik dari bambu merupakan pilihan
alternatif, karena bambu mempunyai potensi yang tinggi, murah, kuat, dan kemampuan
seperti besi baja sebagai tulangan beton (Taufik dkk., 2013).
II.I Sifat dan Karakteristik Bambu
Jenis-jenis bambu:
a. Bambu tali (bambu apus)
Jenis bambu ini umumnya memiliki rumpun yang rapat. Tinggi nya dapat
mencapai ketinggian 10 20 meter, berwarna hijau kekuningan, serta memilki
percabangan yang tidak sama besar. Sifat dari bambu tali yaitu, liat, ulet, dan tidak
mudah patah sehingga bambu jenis ini banyak digunakan sebagai bahan utama
kerajinan anyaman.
b. Bambu hitam (bambu wulung)
Bambu jenis ini memiliki warna buluh hijau kehitaman, rumpunnya agak jarang
namun tegak dan memiliki tinggi mencapai 20 meter. Sifat dari bambu ini yaitu, kurang
kuat, daya lentur nya kurang sehingga mudah pecah dan patah.
5

c. Bambu betung
Bambu jenis ini memilki rumpun agak rapat dan mencapai tinggi 20 meter dan
bergaris tengah 20 cm, berakar pendek tetapi memilki dinding buluh cukup tebal
mencapai 1 1,5 cm. bambu ini banyak tumbuh pada daerah tropis dan banyak
digunakan sebagai bahan bangunan serta buluh nya digunakan sebagai bahan utama
kerajinan anyaman.
d. Bambu tutul
Bambu ini termasuk bambu jenis kuning, memiliki rumput yang tidak rapat,
tetapi tidak teratur dan agak condong. Tingginya mencapai 12 meter, berwarna hijau
ketika masih muda dan berwarna tutul ketika sudah tua. Bambu tutul banyak digunakan
untuk alat alat rumah tangga dan kerajinan tangan.
Sifat Kimia bambu:




6

Sifat Fisis bambu:

Serat yang dihasilkan dari batang bambu memiliki sifat yang kuat, agak kaku, awet,
murah dan cukup banyak tersedia di lingkungan sekitar. Bambu memilki kuat tarik yang tinggi
berkisar 10 40 kg/ cm3 serta keawetannya dapat ditingkatkan dengan cara yang sederhana
yaitu dengan cara merendamnya di dalam air. Bambu yang telah dewasa memilki titik jenuh
serat 20 % - 30 % lebih besar dari pada kayu. Bambu akan menyusut pada permulaan
pengeringan (Chasanah, 2005).
Berikut ini adalah data beberapa nilai karakteristik penting dari serat batang bambu:

(Arma, 2011).






7

II.II Sifat dan Karakteristik Komposit
Spesimen komposit yang siap uji kemudian diuji dengan uji tarik dan uji densitas untuk
memperoleh karakter yang ada pada komposit tersebut.
a. Uji tarik
Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui kekuatan tarik (tensile strength),
kekuatan luluh (yield strength), dan perpanjangan (elongation) dari meterial komposit
polimer/ bambu. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin Wolpert TUZ 100
KN dengan kapasitas beban 100 KN. Bahan komposit polimer/penguat (serat) yang
diuji dibuat sampel
b. Uji densitas
Pengujian densitas merupakan pengujian sifat fisis terhadap spesimen, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kerapatan massa dari spesimen yang diuji.
II.III Cara Pengolahan
1. Persiapan Serat
a. Mula-mula batang bambu dipotong sepanjang ruas/buku (node) dan dibelah
menjadi beberapa bagian.
b. Kemudian kulit bagian luar dikupas.
c. Setelah itu dilakukan proses mengirat/mengiris bambu hingga didapatkan
ukuran serat dengan ketebalan 0,5 mm dan lebar 1,0 mm dan dengan
panjang disesuaikan dengan cetakan.
d. Serat kemudian direndam dengan larutan alkali 5% NaOh selama 2 jam.
e. Serat kemudian dibilas dengan air bersih.
f. Serat kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 40C selama 2 jam.
(Taufik, 2013)
2. Pencetakan Komposit Dan Pressing
Proses pembuatan komposit dilakukan dengan metode hand lay-up. Langkah
langkahnya yaitu:
a. Cetakan kaca yang telah dibentuk dibersihkan, kemudian melapisi
permukaannya dengan mirror glazesecara merata agar komposit tidak
menempel pada cetakan.
b. Membuat campuran resin dengan katalis dengan perbandingan 100:1, kemudian
diaduk secara merata dan didiamkan selama 5 menit agar gelembung udara
yang terkandung di campuran terlepas.
8

c. Langkah berikutnya adalah mengoleskan permukaan cetakan dengan campuran
resin tadi hingga merata.
d. Selanjutnya masukkan serat bambu (orientasi arah serat sejajar) diatasnya
sesuai perbandingan volume yang telah ditentukan dengan mencampurkan resin
diatasnya hingga penuh cetakan.
e. Letakkan kaca diatasnya agar permukaan komposit menjadi rata, kemudian beri
beban diatasnya.
f. Biarkan mengering selama 24 jam.
(Taufik, 2013)
3. Post-Curing dan Finishing Spesimen Uji
Setelah spesimen dikeluarkan dari cetakan, kemudian dilakukan proses post-
curing terhadap spesimen uji dengan menggunakan furnace. Temperatur yang
digunakan dalam proses post-curing ini adalah 62C dengan waktu penahanan
selama 4 jam. Post-curing dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan interface
komposit. Langkah-langkah proses post-curing adalah:
a. Menyiapkan spesimen uji.
b. Memasukkan spesimen ke dalam furnace.
c. Memutar saklar ke posisi ON untuk menghidupkan furnace.
d. Mengatur suhu yang diinginkan dengan kenaikan 5C per menit dan pada
puncaknya ditahan selama empat jam.
e. Memutar saklar pada posisi OFF setelah proses post-curingselesai.
f. Mengeluarkan spesimenuji dari funace.
Setelah post-curing, spesimen kemudian diukur geometrinya agar sesuai dengan
standar yang telah ditentukan. Jika belum sesuai spesimen diampelas dengan
grinder hingga geometrinya sesuai dengan standar yang digunakan. (Taufik, 2013)
II.IV Kelebihan dan Kekurangan Serat Bambu
Kelebihan menggunakan serat bambu yaitu:
- Seratnya lebih murah dibandingkan dengan serat sintetik (syntetic fiber)
- Memiliki berat jenis rendah
- Memiliki kekuatan spesifik yang tinggi
- Mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat di olah kembali
- Kekuatan tarik rata-rata meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan selulosa

9

Kekurangan dari penggunaan serat bambu yaitu:
- Memiliki tingkat kecocokan yang rendah dengan matrik polimerik
Kelebihan pada proses pengolahan serat bambu:
- Peningkatan komposisi serat dapat memperbaiki kelenturan dari bahan komposit
- Penambahan komposisi serat bambu dapat meningkatkan kekuatan tarik
Kekurangan pada proses pengolahan serat bambu:
- Penambahan serat pada setiap bahan dapat menyebabkan turunnya tingkat elastisitas
bahan


10

BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Serat bambu telah banyak digunakan dalam industri komposit untuk pemberdayaan
sosial ekonomi masyarakat. Pembuatan komposit serat berbasis bambu menggunakan matriks
telah mengembangkan biokomposit biaya efektif dan ramah lingkungan yang secara langsung
mempengaruhi nilai pasar dari bambu.
Serat yang dihasilkan dari batang bambu memiliki sifat yang kuat, agak kaku, awet,
murah dan cukup banyak tersedia di lingkungan sekitar. Bambu memilki kuat tarik yang
tinggi berkisar 10 40 kg/ cm3 serta keawetannya dapat ditingkatkan dengan cara yang
sederhana yaitu dengan cara merendamnya di dalam air. Bambu yang telah dewasa memilki
titik jenuh serat 20 % - 30 % lebih besar dari pada kayu. Bambu akan menyusut pada
permulaan pengeringan
Untuk mengetahui karakter komposit perlu dilakukan uji tarik dan uji densitas. Proses
pembuatan komposit melalui beberapa tahap yaitu persiapan serat, pencetakan komposit dan
pressing, dan post-curing serta finishing specimen uji.

III.II Saran
Diperlukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan inovasi di tiap daerah untuk
mengatasi tantangan potensial beberapa tahun yang akan dating. Sehingga akan membuat
hidup lebih mudah untuk semua daerah sesuai dengan kebutuhan komposit.


11

DAFTAR PUSTAKA
Manuputty, M. dan P.T. Berhitu. 2010. Pemanfaatan Material Bambu Sebagai Alternatif
Bahan Komposit Pembuatan Kulit Kapal Pengganti Material Kayu Untuk
Armada Kapal Rakyat Yang Beroperasi Di Maluku. Jurnal TEKNOLOGI,
Volume 7 Nomor 2, 2010 hlm 788-794.
Taufik M. I., Sugiyanto, dan Zulhanif. 2013. Perilaku Creep pada Komposit Polyester
dengan Serat Kulit . Bambu Apus (Gigantochloa Apus). Jurnal FEMA, Volume1,
Nomor 1, Januari 2013. hlm 8-15.
Chasanah M. N., 2005. Pemanfaatan Serat Bambu Dalam Perancangan Struktur Tekstil
Interior. Tugas Akhir. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Arma, L. H., 2011. Analisis Perilaku Mekanik Komposit Laminat Serat Bambu Dengan
Metode Makromekanik. Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik. Universitas
Hasanuddin. Makasar.

Anda mungkin juga menyukai