Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

BANDAR UDARA KOTA KEDIRI

Disusun Oleh:
Ajeng Titis Retnowulan 03211740000049
Hanifah Chesia Fawwaz Majid 03211740000079
Sulthan Muchammad Quds 03211840000034
Bonifasius Mahardika Trihandono 03211840000048

Departemen Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Gambaran Umum Lokasi.............................................................................................................2
1.3 Landasan Hukum.........................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................... 5
LINGKUP KEGIATAN........................................................................................................... 5
2.1 Tujuan dan Kegunaan Studi.........................................................................................................5
2.1.1 Tujuan............................................................................................................................5
2.1.2 Kegunaan Studi..............................................................................................................5
2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan.............................................................................................................5
2.3 Komponen Kegiatan Yang Ditelaah..............................................................................................6
2.4 Lingkup Komponen Lingkungan Yang Ditelaah............................................................................6
2.4.1 Rona Lingkungan Hidup Awal...............................................................................................6
2.4.2 Komponen Lingkungan Hidup Yang Ditelaah........................................................................7
2.5 Isu – Isu Pokok.............................................................................................................................9
2.5.1 Proses Pelingkupan AMDAL........................................................................................9
2.5.2 Lingkup Wilayah Studi.................................................................................................57
BAB III................................................................................................................................. 61
METODA STUDI.................................................................................................................. 61
3.1 Metoda Pengumpulan dan Analisis Data.................................................................................61
a. Data Kualitas Tanah.......................................................................................................61
b. Data Kualias Air...............................................................................................................61
c. Data Kualitas Udara dan Kebisingan.........................................................................62
d. Data Biologi......................................................................................................................63
e. Data Lalu Lintas..............................................................................................................65
f. Data Sosial Ekonomi......................................................................................................65
3.2 Metoda Prakiraan Dampak Penting.........................................................................................67
3.3 Metoda Evaluasi Dampak Penting............................................................................................68
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bandar Udara sebagai prasarana dalam penyelenggaraan penerbangan
merupakan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kebandarudaraan guna
menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya, harus
ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kebandarudaraan yang
handal dan berkemampuan tinggi dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 40 tahun 2012 tentang Pembangunan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup, Bandar Udara sebagai bangunan gedung dengan fungsi
khusus, pembangunannya wajib memperhatikan ketentuan keselamatan dan keamanan
penerbangan, mutu pelayanan jasa Kebandaraan, kelestarian lingkungan, serta
keterpaduan intermoda dan multimoda. Bandar Udara dan Penyelenggara Bandar
Udara wajib menjaga ambang batas kebisingan dan pencemaran lingkungan di Bandar
Udara dan sekitarnya sesuai dengan ambang batas dan baku mutu yang telah
ditetapkan Pemberintah. Untuk menjaga ambang batas kebisingan dan pencemaran
lingkungan, Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara wajib
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Kegiatan operasional bandara diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup disekitarnya, baik dampak yang bersifat positif
maupun negatif. Mengacu pada Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang
Penerbangan, Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutaan No. P.38 tahun 2019 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), maka kegiatan
Pengembangan Bandara tersebut merupakan kegiatan yang wajib Amdal.
Dalam menunjang kegiatan pengoperasian fasilitas bandara diperlukan
pengelolaan bandara yang berwawasan lingkungan, maka perlu disusun dokumen
lingkungan hidup berupa dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL) dan atau Upaya Kelola Lingkungan Hidup (UKL)/ Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) atau adendum dokumen lingkungan hidup.
Sebagaimana kegiatan pada umumnya, pengoperasian Bandara Udara di Kota
Kediri, Provinsi Jawa Timur disadari akan memberikan perubahan-perubahan yang
mendasar kepada lingkungan sekitarnya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif. Apabila pembangunan dan pengembangan tersebut tidak dikelola dan
direncanakan dengan baik, diperkirakan akan timbul dampak negatif terhadap

1
lingkungan sekitarnya, terutama terhadap komponen-komponen lingkungan Fisik-
Kimia, Biologi, Sosial-Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat.
Dokumen Amdal ini akan merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan
dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara optimal, komprehensif untuk
mencegah pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Selanjutnya Amdal ini
akan dijadikan sebagai acuan utama bagi pengoperasian Bandara Udara di Kota Kediri,
Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan bandara yang
berwawasan lingkungan.

1.2 Gambaran Umum Lokasi


Kota Kediri berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas wilayah kota Kediri yaitu
63,40 km2 terbelah oleh Sungai Brantas yang membujur dari selatan ke utara sepanjang
tujuh kilometer. Secara geografis Kota Kediri terletak pada 111 o5’ hingga 112o03’ Bujut
Timur dan 7o45’ hingga 7o55’ Lintang Selatan. Kemiringan tanah rata – rata di Kota Kediri
sebesar 0 – 0,2 % dengan arah aliran mengarah dari selatan ke utara. Kemudian, dari aspek
topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan
tingkat kemiringan 0-40%. Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh
sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Sebanyak 7 (tujuh) sungai mengalir di
Kota Kediri, yaitu Sungai Kresek sepanjang 5,87 km, Sungai Parang 3,00 km, Sungai Kedak
5,84 km, Sungai Brantas 7,11 km, dan Sungai Ngampel 1,38 km, sungai Tawang 7,46 km
dan sungai Bruno 1,93 km. Kota Kediri merupakan salah satu Kota di Jawa Timur yang
secara adminisraif dibagi menjadi tiga kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Kota, dengan luas wilayah 14,900 Km2 terdiri dari 17 Kelurahan
2. Kecamatan Pesantren, dengan luas wilayah 23,903 Km2 tediri dari 15 Kelurahan
3. Kecamatan Mojoroto, dengan luas wilayah 24,601 Km2 tediri dari 14 Kelurahan
Seluruh Wilayah Kota Kediri dibatasi oleh wilayah Kabupaten Kediri, batas wilayah kota
Kediri:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gampengrejo
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wates dan Gurah
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kandat dan Ngadiluwih
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Grogol dan Semen.

1.3 Landasan Hukum


Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) didasarkan
pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut.

2
Undang-undang:
1) Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2) Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
3) Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

Peraturan Pemerintah:
1) Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup

Peraturan Presiden:
1) Peraturan Presiden No. 40 tahun 2015 tentang Kementrian Perhubungan

Peraturan Menteri:
1) Peraturan Menteri Kesehatan No. KEP-416/Menkes/1990 tentang Kriteria Air Bersih
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 tahun 2017 tentang Standar
Baku mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk keperluan
Higine Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum
3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.49/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Getaran
5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.30/MENLH/10/1999 tentang
Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan
6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.26 tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penilaian serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup
dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Secara Elektronik
7) Peraturan Meteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 39 tahun 2019 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional
8) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutaan No. P.38 tahun 2019 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup

Keputusan Kepala Bapedal:


1) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.056 tahun 1994
tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting

3
2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.299/11/1996
tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkung
3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.08 tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis
mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Keputuan Dirjen Perhubungan Udara:


1) Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 109 tahun 2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Kebisingan Bandar Udara
2) Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 110 tahun 2000 Tentang Pembuatan Batas-
Batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan disekitar Bandar Udara.

Peraturan Internasional:
 Annex 14 Part IV about Standard and Recommended Aerodrome Operations.
 ICAO; Annex 16 Environmental Management.
 Airport Planing Manual Part 2 about Land Use and Environmental Control.

Peraturan Daerah:
 Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 19 thun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien
dan Emisi Sumber Tidak Bergerak
 Meliputi peraturan daerah yang relevan dan terkait dengan studi ini yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

4
BAB II
LINGKUP KEGIATAN

2.1 Tujuan dan Kegunaan Studi


2.1.1 Tujuan
Tujuan penyusunan AMDAL kegiatan pengoperasian Bandara Kediri, Kota
Kediri, Jawa Timur, adalah:
a. Mengidentifikasi kegiatan pembagunan dan pengoperasian Bandara Kediri yang
berpotensi menumbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan terkena
dampak penting akibat kegiatan pembangunan dan pengoperasian Bandara
Kediri.
c. Melakukan kajian mendalam terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang telah direncanakan.
d. Mengkaji dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan pembangunan dan
pengoperasian Bandara Kediri yang sedang dan akan berjalan.
2.1.2 Kegunaan Studi
Kegunaan penyusunan AMDAL kegiatan kebanaraudaraan adalah:
a. Sebagai dasar upaya pencegahan kerusakan lingkungan baik didalam areal
bandara maupun diluar area bandara yang mungkin terjadi, yang disebabkan oleh
kegiatan pembangunan dan operasional Bandara Kediri.
b. Sebagai pedoman bagi pengelola Bandara Kediri dalam membuat keputusan-
keputusan kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Sebagai pedoman bagi pengelola Bandara Kediri untuk melaksanakan
pengelolaan lingkungan di dalam areal bandara dan daerah sekitarnya terutama
untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif.
d. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum yang berlaku.

2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (Amdal) adalah menyusun sampai dengan pengesahan dokumen AMDAL
kegiatan pembangunan bandara baru, Bandara Kediri.
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan AMDAL terdiri dari:
a. Persiapan
b. Inventarisasi kegiatan pembangunan Bandara
c. Kajian terhadap kegiatan yang telah dan akan berjalan serta kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan

5
d. Inventarisasi penanganan permasalahan kuantitatif dan kualitatif
e. Pengujian sampel analisis dan uji laboratorium faktor geofisik-kimia (kualitas
udara, kualitas air dan sebagainya), biologi, sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat
f. Penyusunan laporan dan pengesahan AMDAL
Dalam pelaksanaan penyusunan studi tersebut, disetiap tahapan pekerjaannya
konsultan pelaksana selalu berkoordinasi dan melibatkan Dinas Perhubungan
Udara, termasuk kegiatas survei lapangan (pengambilan sampel, dan lainnnya).

2.3 Komponen Kegiatan Yang Ditelaah


Berdasarkan sifat dan karakteristik kegiatan, maka komponen kegiatan yang
ditelaa karena diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, pada tahap pembangunan bandara adalah sebagi berikut:
 Tahap Pra-konstruksi
a. Pengurusan izin
b. Publikasi rencana pembangunan
c. Pengadaan tanah
 Tahap Konstruksi
a. Penerimaan tenaga kerja konstruksi
b. Pengangkutan material
c. Pemadatan lahan
d. Mobilisasi alat
e. Proses pembangunan bandara
f. Pembangunan jalan
g. Pemasangan saluran dan penerangan
h. Pemutusan tenaga kerja konstruksi
 Tahap Operasi
a. Pengoperasian fasilitas sisi udara
b. Pengoperasian fasilitas sisi darat

2.4 Lingkup Komponen Lingkungan Yang Ditelaah


2.4.1 Rona Lingkungan Hidup Awal
a) Komponen Geofisik-kimia
1. Kehilangan tanah
2. Kualitas tanah
3. Erosi tanah

6
4. Kualitas air permukaan
5. Kualitas udara
6. Kebisingan
b) Komponen Biologi
Kondisi flora dan fauna di wilayah studi
c) Komponen Sosial Ekonomi Budaya
1. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2. Peluang berusaha
3. Pendapatan masyarakat
4. Kesempatan kerja
d) Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
e) Komponen Transportasi (Lalu Lintas)
Berkaitan dengan keselamatan dan keamanan berlalu lintas
2.4.2 Komponen Lingkungan Hidup Yang Ditelaah
Komponen lingkungan hidup yang ditelaah adalah komponen lingkungan
hidup diwilayah studi yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, yaitu:
a.) Komponen Geofisik-Kimia
1. Kehilangan Tanah, Konstruksi bandara pada umumnya memerlukan
pemindahan tanah dan bahan konstruksi dalam jumlah besar. Kehilangan
tanah disebabkan karena pemindahan tanah untuk bahan urugan dan
penutupan (pengaspalan, pemadatan tanah)
2. Kualitas Tanah, Di bandara terdapat banyak zat yang berbahaya terhadap air.
Berasal dari zat berbahaya yang disimpan, dipindahkan, dan dipakai. Seperti
bahan bakar, minyak alam, bahan pembersih kimia, dan bahan pelarut.
3. Erosi tanah, Pembersihan lahan yang tidak tepat, gagal memperhatikan
karakteristik mekanika tanah dari tanah yang ada, penilaian keliru dari
kestabilan potongan atau kemiringan yang dipadatkan. Kelalaian total hal
dasar ini, dapat mengakibatkan longsoran tanah pada jalan teraspal tersebut
atau daerah langsung sekitarnya.
4. Kualitas Air Permukaan, Risiko terjadinya Polusi pada air permukaan tidak
dapat dipungkiri. Air hujan dapat terkontaminasi dengan permukaan aspal
pada lokasi bandara dimana terdapat zat zat pencemar yang tidak mungkin
dapat dihindarkan, terutama: oil residues, fuel residues, cleaning agents.
5. Kualitas udara, aktifitas pesawat terbang di udara tentu menimbulkan polusi.
Kenaikan polusi (HC, CO, NOx) dapat memberi dampak pada daerah

7
lingkungan sekitar bandara dikarenakan terdapat banyak pergerakan
pesawat, terutama pada wilayah yang pola cuacanya tidak banyak berubah.
6. Kebisingan, bunyi pesawat sering kali dianggap sebagai kebisingan terburuk
yang susah untuk dihindari. Tidak hanya itu, kegiatan lalu lintas disekitar
bandara juga bisa menjadi salah satu penyebab kebisingan.
b.) Komponen Biologi
1. Gangguan terhadap satwa liar, pencegahan khusus diperlukan di bandara
untuk mengurangi risiko terhadap lalu lintas udara yang disebabkan oleh
gangguan burung (bird strike).
2. Gangguan terhadap vegetasi, akan terjadi pemindahan tumbuhan pada
daerah yang secara langsung terdampak oleh aktivitas konsturksi fasilitas dan
sarana infrastruktur Bandara tidak dapat dihindarkan. Hal ini juga dapat
mengancam keberagaman hayati yang terdapat di daerah setempat.
3. Gangguan terhadap biota perairan, pada proses pembangunan bandara akan
terdapat air sisa pembersihan yang kemungkinan akan mengalir ke air
permukaan. Selain itu, pada tahap pengoperasian fasilitas sisi darat akan
semakin meningkat aktivitas di sekitar bandara yang mengakibatkan
meningkatnya intensitas air limbah yang akan dihasilkan dan dapat
menurunkan kualitas air permukaan. Penurunan kualitas air permukaan ini
akan mengakibatkan meningkatnya kekeruhan dan mempengaruhi biota
perairan di dalamnya.
c.) Komponen Sosial Ekonomi Budaya
1. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat, bila sebuah bandara dibangun di
dekat pemukiman, dampak yang menganggu adalah kebisingan, getaran dan
emisi gas buangan. Dengan dampak sosial yang sangat berat, pemindahan
penduduk sebaiknya dihindari dengan perencanaan yang tepat.
2. Terbukanya kesempatan kerja, dengan adanya kegiatan di bandara tersebut
akan terjadi penyerapan tenaga kerja baik di tahap konstruksi maupun tahap
operasi.
3. Terbukanya peluang membuka usaha, dengan adanya kegiatan yang
berlangsung di bandara akan meningkatkan peluang untuk membuka usaha
dikarenakan meningkatnya keramaian di sekitar bandara.
4. Peningkatan pendapatan masyarakat, dengan bertambahnya aktivitas di
sekitar bandara akan terjadi penyerapan tenaga kerja dan juga meningkatnya
peluang membuka usaha yang berpengaruh pada pendapatan masyarakat
setempat.
d.) Komponen Kesehatan Masyarakat

8
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dalam tahapan konstruksi dan operasi
akan membutuhkan tenaga kerja pendukung demi memperlancar kegiatan.
Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan maupun dampak
kesehatan pada tenaga kerja yang dilibatkan.
e.) Komponen Transportasi (Lalu Lintas)
1. Resiko Kecelakaan, dengan adanya bandara yang berdekatan dengan tol ini,
memberbesar kemungkinan penampahan jumlah kendaraan yang akan
melaju disekitar bandara, hal ini tentunya berbanding lurus dengan
peningkatan resiko kecelakaan lalu lintas yang akan terjadi. Risiko terhadap
keselamatan harus dikurangi sebanyak mungkin dengan perencanaan dini
2. Perubahan akses transportasi, bandara baru ini dapat menyebabkan
perubahan terhadap arus lalu lintas, dan juga jalur transportasi (jalan) lainnya.
Dapat merubah system transportasi jalan masuk, seringkali dapat menopang
atau memulai perkembangan ekonomi. Atau sebaliknya dapat mempersulit
jalan masuk kalau misalnya jalur terportong oleh daerah baru untuk bandara.
2.5 Isu – Isu Pokok
Uraian isu-isu pokok yang dapat ditimbulkan akibat rencana atau usaha
dan/atau kegiatan sesuai dengan pelingkupan. Tata cara perlingkungan
sebagaimana dimaksud di dalam penjelasan umum.
2.5.1 Proses Pelingkupan AMDAL
Penentuan isu-isu pokok pembangunan Bandara Kediri dilakukan melalui
serangkain proses pelingkupan AMDAL sebagai berikut:
1. Identifikasi Dampak Potensial
Identifikasi yang dilakukan adalah dengan mempertimbangkan dan
memperkirakan dampak-dampak potensial apa saja yang sekiranya dapat terjadi
padatahap pra-konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasional

Tabel 2.1 Identifikasi Dampak Potensial


NO TAHAPAN DAMPAK POTENSIAL
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Pengurusan izin Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2 Publikasi Rencana Pembangunan Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
3 Pengadaan tanah Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
TAHAP KONSTRUKSI
1 Penerimaan tenaga kerja 1. Terbukanya kesempatan kerja
konstruksi 2. Peningkatan pendapatan masyarakat
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2 Pengangkutan material 1. Kehilangan tanah
2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

9
3. Peningkatan erosi
4. Penurunan kualitas udara
5. Peningkatan intensitas kebisingan
6. Kehilangan flora/fauna
7. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
8. Perubahan akses transportasi karena lalu-
lalang alat berat
3 Pemadatan lahan 1. Peningkatan erosi
2. Penurunan kualitas udara
3. Peningkatan intensitas kebisingan
4. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
5. Perubahan akses transportasi karena lalu-
lalang alat berat
4 Mobilisasi alat 1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan intensitas kebisingan
3. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
4. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
5. Perubahan akses transportasi karena lalu-
lalang alat berat
5 Proses pembangunan bandara 1. Penurunan kualitas tanah
2. Penurunan kualitas air permukaan
3. Gangguan terhadap biota perairan
4. Penurunan kualitas udara
5. Peningkatan intensitas kebisingan
6. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
7. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
6 Pembangunan jalan 1. Penurunan kualitas air permukaan
2. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan intensitas kebisingan
4. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
5. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
6. Perubahan akses transportasi karena lalu-
lalang alat berat
7 Pemasangan saluran dan 1. Penurunan kualitas tanah
penerangan 2. Penurunan kualitas udara
3. Peningkatan intensitas kebisingan
4. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
5. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
6. Perubahan akses transportasi karena lalu-
lalang alat berat

10
8 Pemutusan Tenaga Kerja
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Konstruksi
TAHAP OPERASI
1 Pengoperasian Fasilitas Sisi Udara 1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan intensitas kebisingan
3. Gangguan terhadap satwa liar
4. Gangguan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
5. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2 Pengoperasian Fasilitas Sisi Darat 1. Penurunan kualitas air permukaan
2. Gangguan terhadap biota perairan
3. Terbukanya peluang membuka usaha
4. Peningkatan pendapatan masyarakat

11
Tabel 2.2 Matriks Checklist
SUMBER DAMPAK
PRA KONSTRUKSI KONSTRUKSI TAHAP OPERASI
Rencana Persiapan Reklamasi Pembangunan Operasional
a b c d e f g h i j k l m

Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Pemasangan Saluran dan Penerangan

Pemutusan Tenaga Kerja Konstruksi


KOMPONEN PENERIMA

Pengoperasian Fasilitas Sisi Udara


Pengangkutan Material Reklamasi

Pengoperasian Fasilitas Sisi Darat


Publikasi Rencana Pembangunan
DAMPAK

Proses Pembangunan Bandara

Pembangunan Jalan
Pengadaan Tanah

Pemadatan Lahan
Pengurusan Izin

Mobilisasi Alat
Geofisik-kimia
1 Kehilangan tanah x x
2 Kualitas tanah x x
3 Erosi x x
4 Pencemaran Air x x x x
5 Kualitas udara x x x x x x
6 Kebisingan x x x x x x x
Biologi x
7 Biota Perairan x
8 Satwa Liar x
Sosial Ekonomi Budaya
9 Kesempatan kerja x x
10 Persepsi dan sikap masyarakat x x x x x x x x x
11 Peluang berusaha x
12 Pendapatan masyarakat x x
Kesehatan Masyarakat
13 Keselamatan dan Kesehatan Keja (K3) x x x x x x x
Transportasi (Lalu Lintas)
14 Kelancaran dan Keselamatan Lalu Lintas x x x x x x x

12
Kemudian dari identifikasi dan matriks checklist tersebut, dapat dibuat bagan alir:

Gambar 2.1 Bagan Alir Tahap Pra-Konstruksi

13
Gambar 2.2 Bagan Alir Tahap Konstruksi

14
Gambar 2.3 Bagan Alir Tahap Operasi

Kemudian dari matriks checklist dan bagan alir, dapat dikombinasikan dan
melakukan pembobotan prioritas untuk memilih dan memusatkan dampak besar dan
dampak penting hipotesis.

2. Evaluasi Dampak Potensial


Dampak-dampak potensial yang sudah dijabarkan pada tahap identifikasi,
kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan mana yang merupakan dampak
besar dan dampak penting hipotesis (DPH). Evaluasi masing-masing dampak
dampak dilihat pada tabel berikut :

15
Tabel 2.3 Perlingkungan Dampak Penting

Pengelolaan Batas
Deskripsi
Lingkungan Pelingkupan Waktu
Rencana
yang Komponen Kajian
Kegiatan yag
No Direncanakan Lingkungan
Berpotensi Dampak
. Sejak Awal Terkena
Menimbulkan Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah
Sebagai Bagian Dampak
Dampak Potensial Potensial Hipotetik Studi
dari Rencana
Lingkungan (DPH)
Kegiatan
Tahap Pra Konstruksi
1 Pengurusan Pasal 1 angka 1 Status Keresahan Harus mengantongi izin DPH Masyarakat 1 tahun,
Izin Peraturan kepemilikan Masyarakat dari semua tanah yang Kota Kediri dimulai dari
Pemerintah lahan oleh akan digunakan, khususnya saat
Nomor 27 tahun masyarakat meskipun sebelumnya yang dekat sosialisasi
2012 tentang tanah tersebut adalah dengan area hingga
Izin Lingkungan tanah negara, tanah pembangunan penyelesaia
komunitas, maupun (Batas n masalah
tanah perorangan. Administratif)
Penting sebelum
melakukan tindakan lain
yang lebih lanjut.

2 Publikasi Undang-undang Sikap dan Perubahan Bisa menimbulkan 2 DPH Masyarakat 2 tahun,

16
Rencana No. 14 Tahun persepsi sikap dan persepsi berbeda. Sikap Kota Kediri dimulai dari
Pembangunan 2008 tentang masyarakat persepsi positif dan menerima khususnya saat
Keterbukaan masyarakat rencana pembangunan yang dekat sosialisasi
Informasi Publik maupun sikap negatif dengan area hingga
yang cenderung untuk pembangunan penyelesaian
menolak rencana. Perlu (Batas masalah
dikaji karena Administratif)
menentukan ada
tidaknya persetujuan
dari masyarakat.
3 Pengadaan Peraturan terkait Penguasaan Perubahan Lahan harus terbebas DPH Masyarakat 2 tahun,
Tanah pembebasan dan pemilikan penguasaan dari penguasaan dan yang memiliki dimulai dari
lahan SDA dan pemanfaatan lain selain tanah di saat
pemilikan untuk usaha kawasan sosialisasi
SDA penerbangan. pembangunan hingga
Masyarakat harus bandara (Batas penyelesaian
melepaskan haknyabaik Proyek) masalah dan
hak menguasai maupun realisasinya
hak pemanfaatannya
sumber daya yang ada
diatasnya.
Tahap Konstruksi
1 Penerimaan Tenaga kerja Kesempatan Terbukanya Perusahaan akan DPH Masyarakat 5 tahun,
Tenaga Kerja yang direkrut kerja dan Kesempatan melakukan pembinaan yang memiliki dimulai saat

17
Konstruksi diprioritaskan pendapatan Kerja yang khusus yang tanah di penerimaan
70% dari tenaga diberikan kepada tenaga kawasan lapangan
kerja lokal yang kerja setempat, maka pembangunan kerja pada
bermukim di peluang tersebut akan bandara (Batas pra
area sekitar. semakin meningkat Proyek) konstruksi.
Apabila belum sehingga diharapkan Tahun ke 3
mencukupi, pada saatnya nanti diadakan
direkrut di target 70% tenaga kerja tahap
tingkat local dapat dipenuhi. konstruksi.
kecamatan dan Jika kesempatan ini
kabupaten tapi hanya dimanfaatkan
tidak menutup oleh warga pendatang
untuk tenaga maka kehadiran
kerja di luar perusahaan berpotensi
daerah. menimbulkan persoalan
kecemburuan sosial.
Kecemburuan sosial,
jika tidak tertangani
dengan baik berpotensi
menimbulkan konflik.
      Pendapatan Peningkatan Ada dampak turunan DPH Masyarakat 5 tahun,
Masyarakat Pendapatan berupa peningkatan yang terlibat dimulai saat
Masyarakat pendapatan,terutama dalam kegiatan penerimaan
bagi keluarga yang Bandara (Batas lapangan

18
anggotanya bekerja di Sosial) kerja pada
bandara. Besarnya pra
peningkatan tersebut konstruksi
minimal setara dengan selama 3
UMP Provinsi Jawa tahun
Timur. Perputaran uang pertama,
yang terjadi dilokasi kemudian
dalam jangka panjang dilanjut
diperkirakan dapat tahap
merangsang konstruksi.
pertumbuhan ekonomi di
wilayah ini dengan
tumbuhnya
perdagangan dan jasa.
2. Pengangkutan Pengangkutan Kebutuhan Pengambilan Kegiatan penambangan Tidak DPH Area dimana Selama
Material material oleh tanah Tanah Urug tanah urug harus sudah tanah urug tahap
kendaraan mendapatkan izin dari berasal dan konstruksi
dilakukan tidak area asal. rute perjalanan
melebihi Pengangkutan juga menuju area
kecepatan, harus dilakukan serapih pembanguan
kapasitas dan mungkin untuk bandara (Batas
ditutup dengan menghinari ceceran. Proyek)
plastik atau
terpal untuk

19
menghindari
ceceran
material. Apabila
tidak dikelola
dengan baik,
material ini akan
menyebabkan
pengotoran
lingkungan,
serta
membahayakan
masyarakat
sekitar.
      Tanah Peningkatan Kegiatan pengupasan DPH Lokasi Selama
menjadi tidak Erosi tanah diprakirakan akan pembanguan tahap
stabil mengakibatkan bandara (Batas konstruksi
penurunan kesuburan Proyek)
tanah sehingga
menyebabkan tanah
rawan erosi.

20
      Satwa liar Gangguan Kehidupan satwa liar DPH Lokasi Selama
yang Satwa Liar sangat dipengaruhi oleh pembanguan tahap
sebelumnya kondisi daerah yang bandara (Batas konstruksi
telah ada di ditempatinya. Proyek) hingga
area Perubahan lahan akan operasi.
pembanguna menyebabkan
n perubahan kehidupan
satwa liar, beberapa
akan mati karena tidak
bisa beradaptasi, dan
beberapa lainnya akan
menjadi lebih sensitif
karena wilayahnya
berubah. perlu disiapkan
tempat pemindahan.
      Vegetasi yang Gangguan Konversi lahan yang Tidak DPH Lokasi Selama
telah ada Terhadap menjadi bandara mau pembanguan tahap
sebelumnya Vegetasi tidak mau pasti akan bandara (Batas konstruksi
menimbulkan dampak Proyek) hingga
bagi vegetasi di area operasi.
pembangunan. Harus
melakukan tindakan
yang sepadan untuk
mengembalikan

21
kesetimbangan alam,
misalnya reboisasi.
      Kualitas Penurunan Kegiatan demobilisasi DPH Lokasi Selama
Udara Kualitas alat berat dan material pembanguan tahap
Udara akan mengakibatkan bandara (Batas konstruksi.
peningkatan kadar debu Ekologis)
udara ambien disekitar
area pembangunan.
Harus diperhatikan agar
tidak mengganggu
kesehatan warga
sekitar.
      Kebisingan Peningkatan Sumber kebisingan DPH Lokasi Selama
Intensitas adalah dari suara mesin pembanguan tahap
Kebisingan saat konstruksi bandara dan konstruksi
berlangsung. Namun sekitarnya hingga
dampak kbisingan ini (Batas Sosial) operasi.
bisa terus berlanjut
mengingat mesin
pesawat juga
menimbulkan
kebisingan. Kebisingan
ini harus selalu
dimonitor agar tidak

22
melebihin ambang dan
tidak membahayakan
masyarakat sekitar.
      Keselamatan Gangguan Aktifitas konstruksi DPH Lokasi Selama
dan Keselamatan apapun pasti akan pembanguan tahap
Kesehatan dan berpotensi menimbulkan bandara (Batas konstruksi.
Kerja (K3) Kesehatan gangguan keselamatan Proyek)
Kerja (K3) dan kesehatan kerja
terutama bagi para
pekerja.
      Lalu Lintas Gangguan Kegiatan demobilisasi Tidak DPH, Lokasi Selama
Kelancaran alat berat yang keluar dapat diatasi pembanguan tahap
dan masuk area konstruksi dengan bandara (Batas konstruksi.
Keselamatan bandara melalui jalan bantuan Proyek)
Lalu Lintas umum dapat rambu-
membahayakan rambu lalu
pengguna jalan lain. lintas /
menyediaka
n orang yang
dapat
mengatur
keluar-
masuknya
kendaraan di

23
area
konstruksi
bandara
3 Pemadatan Memilih alat dan Kualitas dan Peningkatan Adanya pemadatan DPH Lokasi Selama
Lahan metode yang Struktur Erosi lahan yang merubah pembanguan tahap
sesuai untuk Tanah Tanah jarak antar partikel tanah bandara (Batas konstruksi
pemadatan dan Kualitas semakin kecil. Ekologis)
tanah yang Air Kemudian, kemungkinan
diperlukan. akan terjadi erosi
Kemudian dimana permukaan
dilakukan tanah atas dapat terkikis
pengujian oleh kejadian alami dari
dengan megacu angin maupun air.
pada SNI 03- Kemudian dampaknya
1742-1989 dapat menyebabkan
(kepadatan tanah menjadi tidak
ringan tanah) produktiv dan
dan SNI 03- mempengaruhi kualitas
1743--1989 air tanah.
(kepadatan
berat tanah)
      Kualitas Penurunan Kegiatan pemadatan DPH Lokasi Selama
Udara Kualitas lahan dapat pembanguan tahap
Udara meningkatkan jumlah bandara (Batas konstruksi

24
debu di udara ambien Ekologis)
dan akhirnya dapat
menurunkan kualitas
udara ambien hingga ke
daerah sekitar lokasi
      Kebisingan Peningkatan Dalam melakukan DPH Lokasi Selama
Intensitas kegiatan pemadatan pembangunan tahap
Kebisingan lahan, tentunya bandara dan konstruksi
dibutuhkan banyak alat- sekitarnya hingga
alat berat yang (Batas Sosial) operasi.
sekiranya dapat
meningkatkan
kebisingan di daerah
sekitar. Kebisingan ini
dapat berlanjut hingga
tahap operasional
dikarenakan aktivitas
pesawat.
      Keselamatan Gangguan Aktivitas pemdatan DPH Lokasi Selama
dan Keselamatan lahan tentunya pembangunan tahap
Kesehatan dan menggunakan tenaga bandara (Batas konstruksi
Kerja (K3) Kesehatan pekerja yang tentunya Proyek)
Kerja (K3) dapat berpotensi
menimbulkan gangguan

25
K3.
      Lalu Lintas Gangguan Alat besar yang keluar- Tidak DPH, Lokasi Selama
Kelancaran masuk bandara saat dapat diatasi pembangunan tahap
dan proses pemadatan lahan dengan bandara (Batas konstruksi
Keselamatan dapat berpotensi bantuan Proyek)
Lalu Lintas menyebabkan gangguan rambu-
lalu lintas. rambu lalu
lintas /
menyediaka
n orang yang
dapat
mengatur
keluar-
masuknya
kendaraan di
area
konstruksi
bandara
4 Mobilisasi alat Tidak ada Kualitas Penurunan Dalam tahap mobilisasi DPH Lokasi Selama
dan bahan Udara Kualitas peralatan dan bahan pembangunan tahap
Udara untuk konstruksi, bandara (Batas konstruksi
dibutuhkan banyak Ekologis)
transportasi yang dapat
meningkatkan debu

26
pada udara ambien.
Penurunan kualitas
udara ini terjadi di
beberapa aktivitas,
tertutama pada tahap
konsturksi.
      Kebisingan Peningkatan Transportasi yang lalu DPH Lokasi Selaama
Intensitas lalang dalam proses pembangunan tahap
Kebisingan mobilisasi alat dan bandara dan konstruksi
bahan dapat sekitarnya hingga
meningkatkan (Batas Sosial) operasi
kebisingan pada area
sekitar bandara.
      Sikap dan Perubahan Mobilisasi alat dan Tidak DPH Lokasi Selama
persepsi sikap dan bahan merupakan tahap pembangunan tahap
masyarakat persepsi awal dalam langkah bandara (Batas konstruksi
masyarakat pembangunan bandara, Proyek)
adanya transportasi
yang membawa alat dan
bahan ke lokasi
konstruksi dapat
menimbulkan persepsi
dan ekspektasi
masyarakat terhadap

27
tahap tahap berikutnya.
      Keselamatan Gangguan Alat dan bahan yang DPH Lokasi Selama
dan Keselamatan dibawa pada saat tahap pembangunan tahap
Kesehatan dan mobilisasi ada banyak bandara (Batas konstruksi
Kerja (K3) Kesehatan jumlahnya, dan Proyek)
Kerja (K3) beberapa diantaranya
ada alat berat dan
bahan yang berpotensi
menimbulkan adanya
gangguan K3.
      Lalu Lintas Gannguan Kendaraan yang Tidak DPH, Lokasi Selama
Kelancaran digunakan dalam dapat diatasi pembangunan tahap
dan mobilisasi jumlahnya dengan (Batas Proyek) konstruksi
Keselamatan banyak dan ukurannya bantuan
Lalu Lintas cukup besar, sehingga rambu-
dapat meningkatkan rambu lalu
resiko kecelakaan dan lintas /
membahayakan menyediaka
pengendara lainnya n orang yang
dapat
mengatur
keluar-
masuknya
kendaraan di

28
area
konstruksi
bandara
5 Pembangunan   Kualitas tanah Penurunan Proses pambangunan DPH Masyarakat Selama
Bandara kualitas membutuhkan material, Kota Kediri masa
tanah beberapa material khususnya konstruksi.
memiliki kandungan zat yang di sekitar
berbahaya yang area
disimpan, dipindahkan, pembangunan
dan dipakai.
  Kualitas air Penurunan Apablila aktivitas DPH Masyarakat Selama
permukaan kualitas air pembangunan bandara Kota Kediri masa
permukaan dapat menggunakan air khususnya konstruksi.
untuk pembersihan alat, yang di sekitar
bahan campuran area
material, sehingga pembangunan
kegiatan ini akan
menghasilkan air limbah
yang banyak.
  Satwa liar Gangguan Proses pambangunan DTPH Lokasi Selama
yang satwa liar dan perubahan vegetasi pembangunan masa
sebelumnya akan menyebabkan bandara konstruksi.
telah ada di hilangnya habitat,
area sehingga fauna harus
pembanguna bermigrasi untuk

29
n memperoleh habitat
baru, namun karena
kondisi lingkungan
sekitar masih terdapat
semak dan hutan,
sehingga fauna yang
ada dapat mudah
mencari habitat baru.
  Kualitas Penurunan Kegiatan demobilisasi DPH Masyarakat Selama
udara kualitas alat berat dan material Kota Kediri masa
udara akan mengakibatkan khususnya konstruksi.
peningkatan debu yang yang di sekitar
cukup besar dan area
mengemisikan gas pembangunan
buang sehingga
menyebabkan
penurunan kualitas
udara. Penurunan
kualitas udara dapat
menyebabkan gangguan
pernapasan masyarakat
sekitar.

30
  Kebisingan Peningkatan Sumber kebisingan dan DPH Masyarakat Selama
kebisingan getaran berasal dari yang berada di masa
suara mesin saat sekitar area konstruksi.
konstruksi dan proses pembangunan
pemasangan tiang
pancang.

  Sikap dan Perubahan Proses pembangunan DPH Masyarakat Selama


persepsi sikap dan bandara akan yang berada di masa
masyarakat persepsi menimbulkan kebisingan sekitar area konstruksi.
masyarkat dan getaran di lokasi pembangunan
pembangunan dan di
sekitar bandara.

31
  Keselamatan Gangguan Alat dan bahan yang DPH Lokasi Selama
dan Keselamatan dibawa pada saat tahap pembangunan masa
Kesehatan dan mobilisasi ada banyak bandara konstruksi.
Kerja (K3) Kesehatan jumlahnya, dan
Kerja (K3) beberapa diantaranya
ada alat berat dan
bahan yang berpotensi
menimbulkan adanya
gangguan K3.
6 Pembangunan   Kualitas air Penurunan Apablila aktivitas DPH Masyarakat Selama
Jalan permukaan kualitas air pembangunan bandara Kota Kediri masa
permukaan dapat menggunakan air khususnya konstruksi.
untuk pembersihan alat, yang di sekitar
sehingga kegiatan ini area
akan menghasilkan air pembangunan
limbah yang bercampur
dengan residu zat pada
aspal..

32
  Kualitas Penurunan Kegiatan demobilisasi DPH Masyarakat Selama
udara kualitas alat berat dan material Kota Kediri masa
udara akan mengakibatkan khususnya konstruksi.
peningkatan debu yang yang di sekitar
cukup besar dan area
mengemisikan gas pembangunan
buang sehingga
menyebabkan
penurunan kualitas
udara. Penurunan
kualitas udara dapat
menyebabkan gangguan
pernapasan masyarakat
sekitar.

33
  Kebisingan Peningkatan Sumber kebisingan dan DPH Masyarakat Selama
kebisingan getaran berasal dari yang berada di masa
suara mesin saat sekitar area konstruksi.
konstruksi berlangsung pembangunan

34
  Sikap dan Perubahan Proses pembangunan DPH Masyarakat Selama
persepsi sikap dan bandara akan yang berada di masa
masyarakat persepsi menimbulkan kebisingan sekitar area konstruksi.
masyarkat dan getaran di lokasi pembangunan
pembangunan dan di
sekitar bandara.

  Keselamatan Gangguan Alat dan bahan yang DPH Lokasi Selama


dan Kesehatan dibawa pada saat tahap pembangunan masa
Kesehatan dan mobilisasi ada banyak bandara konstruksi.
Kerja (K3) Keselamatan jumlahnya, dan
Kerja (K3) beberapa diantaranya
ada alat berat dan
bahan yang berpotensi
menimbulkan adanya
gangguan K3.

35
  Lalu Lintas Gangguan Pada tahap ini akan DTPH Lokasi Selama
Kelancaran dibutuhkan mobilisasi pembangunan masa
dan kendaraan pengangkut bandara konstruksi.
Keselamatan sehingga ada
Lalu Lintas kemungkinan
terganggunya lalu lintas
darat di sekitar proyek
dan keselamatan
pengendara.

36
7 Pemasangan Peraturan Kualitas tanah Penurunan Penggalian tanah DTPH Area tapak Selama
Saluran dan Pemerintah RI kualitas secara tidak bijak akan proyek dan konstruksi
Penerangan Nomor 4 Tahun tanah mengakibatkan sekitar tapak
2001 tentang berubahnya struktur proyek.
Pengendalian tanah yang kemudian
Kerusakan dan akan beresiko
atau menimbulkan masalah
Pencemaran seperti erosi dan
Linkungan Hidup meningkatnya air larian
yang Berkaitan (runoff). Hal ini dapat
dengan dicegah dengan
Kebakaran memperhatikan
Hutan dan atau peraturan yang ada,
Lahan. sehingga dampak ini
merupakan DTPH yang
dikelola dan dipantau
    SOP Kualitas Penurunan Pengeboran tanah serta DTPH Area tapak Selama
Pemrakarsa dan udara kualitas mobilisasi kendaraan proyek dan konstruksi
peraturan yang udara yang tinggi dapat sekitar tapak
berlaku menurunkan kualitas proyek.
udara dikarenakan
polusi dan debu yang
timbul. Maka dari itu
perlu dilakukan upaya

37
meminimalisir dampak
sesuai dengan SOP
yang telah disiapkan
pemrakarsa. Sehingga
dampak ini merupakan
DTPH dikelola dan
dipantau
    - Intensitas Peningkatan Kebisingan yang timbul DTPH Area tapak Selama
kebisingan intensitas akibat alat-alat proyek dan konstruksi
kebisingan penunjang serta sekitar tapak
kendaraan yang berada proyek.
di sekitar proyek dapat
membahayakan jika
tidak diperhatikan
tingkat kebisingannya.
Sehingga perlu
dilakukan pemantauan
serta perawatan
maksimal pada alat-alat
penunjang. Sehingga
dampak ini merupakan
DTPH tidak dikelola dan
dipantau
    - Sosial budaya Perubahan Menurunnya kualitas DTPH Area tapak Selama

38
sikap dan tanah dan udara, serta proyek dan konstruksi
persepsi meningkatnya tingkat sekitar tapak
masyarakat kebisingan dapat proyek.
mengubah persepsi
masyarakat tentang
kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Sehingga
diperlukan upaya
maksimal untuk
meminimalisir dampak
tersebut sehingga
masyarakat tidak sangsi
akan kegiatan tersebut.
Sehingga dampak ini
merupakan DTPH tidak
    - Kesehatan Gangguan Pemasangan saluran DTPH Area tapak Selama
masyarakat Keselamatan dan penerangan proyek dan konstruksi
dan membutuhkan alat-alat sekitar tapak
Kesehatan penunjang yang proyek.
Kerja (K3) beresiko
membahayakan
keselamatan pekerja,
serta debu dan polusi
yang tinggi. Dampak ini

39
dapat diminimalisir
dengan penggunaan
Alat Pelindung Diri
(APD) yang menunjang.
Sehingga dampak ini
merupakan DTPH tidak
dikelola dan dipantau.
    - Transportasi Gangguan Pada tahap ini akan DTPH Area tapak Selama
kelancaran dibutuhkan mobilisasi proyek dan konstruksi
dan kendaraan pengangkut sekitar tapak
keselamatan sehingga ada proyek.
lalu lintas kemungkinan
terganggunya lalu lintas
darat di sekitar proyek
dan keselamatan
pengendara. Hal ini
dapat dicegah dengan
melakukan rekayasa lalu
lintas dalam waktu
singkat sehingga lalu
lintas darat tetap lancar.
Sehingga dampak ini
merupakan DTPH yang
tidak dikelola dan

40
dipantau.
8 Pemutusan - Sosial Perubahan Dengan berakhirnya DPH - -
Tenaga Kerja ekonomi sikap dan tahap konstruksi, maka
Konstruksi persepsi tenaga kerja lokal yang
masyarakat dikaryakan berupa
unskilled labor akan
diputus kontrak
kerjanya. Hal ini
tentunya telah
disampaikan sejak awal
pada masyarakat yang
dilibatkan pada tahap
konstruksi, sehingga
mereka tau akan hal
tersebut. Namun
pemutusan tenaga kerja
ini akan membuat
masyarakat kembali
melakukan aktivitas
sebelum diadakannya
kegiatan konstruksi.
Tahap Operasi

41
1 Pengoperasia Pengelolaan Kualitas Penurunan Dengan beroperasinya DPH Area sekitar Selama
n Fasilitas Sisi berdasarkan udara kualitas bandara … , akan bandara dan operasi
Udara Permenhub udara terjadinya frekuensi lalu area pada
No.54 tahun lintas pesawat sehingga masyarakat
2017 tentang menimbulkan emisi yang Kelurahan/Des
pengelolaan akan menurunkan a … (yang
limbah dan zat kualitas udara ambien. berada dalam
kimia Hal ini dapat radius tertentu
pengoperasian mempengaruhi dari wilayah
pesawat udara kesehatan masyarakat bandara)
dan bandar yang berada dalam
udara telah wilayah bandara
mengatur maupun masyarakat
Pembangunan sekitar bandara. Untuk
Dan Pelestarian meminimalisir dampak
Lingkungan tersebut, perlu dilakukan
Hidup Bandar pengelolaan
Udara berdasarkan Permenhub
No.54 tahun 2017
tentang pengelolaan
limbah dan zat kimia

    Peraturan Intensitas Peningkatan Lalu lintas pesawat DPH Area sekitar Selama
Pemerintah RI kebisingan intensitas tentunya akan bandara dan operasi

42
Nomor 40 Tahun kebisingan menimbulkan area pada
2012 tentang kebisingan, sehingga masyarakat
Pembangunan perlu dilakukan Kelurahan/Des
dan Pelestarian pengecekan tingkat a … (yang
Lingkungan kebisingan eksisting dan berada dalam
Hidup Bandara disesuaikan dengan radius tertentu
ambang batas yang dari wilayah
telah ditetapkan pada bandara)
peraturan yang belaku.
    Peraturan Satwa liar Gangguan Kegiatan operasional DTPH Area sekitar Selama
Menteri terhadap bandara dapat bandara … operasi
Perhubungan satwa liar mengambil wilayah terutama pada
Republik hidup satwa liar fasilitas sisi
Indonesia terutama burung dan udara
Nomor: PM 55 lain-lain. Selain itu lalu
Tahun 2015 lintas pesawat juga
Tentang dapat menyebabkan
Peraturan kemungkinan terjadinya
Keselamatan tabrakan antara pesawat
Penerbangan terbang dan burung. Hal
Sipil Bagian 139 ini sudah diatur
(Civil Aviation Peraturan Menteri
Safety Perhubungan Republik
Regulations Part Indonesia Nomor: PM

43
139) Tentang 55 Tahun 2015 tentang
Bandar Udara Peraturan Keselamatan
(Aerodrome). Penerbangan Sipil,
sehingga dampak ini
dikategorikan sebagai
DTPH yang tidak
dikelola dan dipantau
    - Kesehatan Gangguan Pada tahap DPH Area sekitar Selama
masyarakat Keselamatan pengoperasian bandara, bandara … operasi
dan akan muncul resiko terutama pada
Kesehatan terhadap tenaga kerja fasilitas sisi
Kerja (K3) penunjang di area udara
bandara seperti
kebisingan yang tinggi
serta kualitas udara
ambien yang menurun.

44
    - Sosial Perubahan Pengoperasian bandara DPH Area sekitar Selama
ekonomi sikap dan yang dapat menurunkan bandara dan operasi
persepsi kualitas udara serta area pada
masyarakat menimbulkan masyarakat
kebisingan, dapat Kelurahan/Des
menimbulkan perubahan a … (yang
persepsi oleh berada dalam
masyarakat sekitar yang radius tertentu
terkena dampak. dari wilayah
bandara)
2 Pengoperasia Tidak ada Kualitas Air Penurunan Apablila aktivitas DPH Lokasi Selama
n Fasilitas Sisi Permukaan Kualitas Air pengoperasian fasilitas pembangunan tahap
Darat Permukaan fasilitas sisi darat bandara dan operasi
bandara dapat sekitarnya
menghasilkan air limbah (Batas
yang banyak ekologis)

      Biota Air Gangguan Hal ini sangat DPH Lokasi Selama


terhadap bergantung pada pembangunan tahap
biota aktivitas di bandara, bandara dan operasi
perairan tergantuk sekitarnya

45
banyak/tidaknya air (Batas
limbah yang dihasilkan ekologis)
pada pengoperasian
fasilitas sisi darat.
      Peluang Terbukanya Dengan dibangunnya DPH Lokasi Selama
usaha dan peluang bandara, maka semakin pembangunan tahap
pendapatan membuka banyak pula penumpang bandara dan operasi
usaha dan pengunjung yang sekitarnya
datang. Hal tersebut, (Batas Sosial)
dapat dimanfaatkan
masyarakat sekitar
untuk membuka usaha
menjual barang/jasa
untuk meningkatkan
pendapatan
      Pendapatan Peningkatan Hal ini tentu saja DPH Lokasi Selama
Masyarakat Pendapatan berbanding lurus pembangunan tahap
Masyarakat dengan dibukanya bandara dan operasi
peluang membuka sekitarnya
usaha, sehingga wilayah (Batas Sosial)
disekitar andara akan
mengalami
pertumbuhan di sektor
ekonomi, hal ini

46
merupakan saah satu
dampak positif yang
dapat dirasakan secara
langsung oleh
masyarakat

47
3. Pemusatan Dampak Besar dan Dampak Penting Hipotesis
Berdasarkan evaluasi dan pelingkupan yang telah dilakukan, maka Dampak
Penting Hipotesis (DPH) dapat diperingkas berdasarkan tahapan sebagai berikut :
A. Tahap Pra-Konstruksi
1) Keresahan masyarakat terkait pengurusan izin
2) Perubahan sikap dan persepsi masyarakat terkait publikasi rencana
pembangunan
3) Perubahan penguasaan dan kepemilikan lahan tanah
B. Tahap Konstruksi
1) Terbentuknya kesempatan kerja untuk konstruksi
2) Peningkatan pendapatan masyarakat
3) Peningkatan erosi yang menyebabkan tanah tidak stabil
4) Gangguan terhadap satwa liar sekitar
5) Penurunan kualitas udara
6) Kebisingan yang terjadi selama tahap konstruksi
7) Gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap pekerja
8) Penurunan kualitas tanah
9) Penurunan kualitas air pemukaan
10) Perubahan sikap dan persepsi masyarakat akibat pemutusan tenaga kerja
konstruksi
C. Tahap Operasi
1) Penurunan kualitas udara
2) Peningkatan intensitas kebisingan
3) Gangguan keselamatan dan kesehatan masyarakat (K3)
4) Perubahan sikap dan persepsi masyarakatat
5) Penurunan kualitas air permukaan
6) Gangguan terhadap biota perairan
7) Peningkatan peluang membuka usaha
8) Peningkatan pendapatan masyarakat
Kemudian apabila diprakirakan sifat dari masing-masing dampak, dampak dilihat
dalam tabel berikut

48
Tabel 2.4 Sifat Dampak Penting Hipotesis

Kualitas Lingkungan Setelah Ada Rata-


Kualitas Prakiraan Sifat Dampak
Kualitas Proyek Rata
Rona
Komponen Penerima Dampak/ Rona
Lingkungan
Dampak Penting Lingkungan Tahap
Tanpa Tahap Tahap
Awal (a) Pra-
Proyek (b) Konstruks Operasi (c-b) (d-b) (e-b)
Konstruks
i (d) (e)
i (c)
Geofisik-Kimia                    
1. Peningkatan kemungkinan
5 5   3     -2   -2 Penting Negatif
terjadi erosi
2. Penurunan kualitas udara 4 4   2 2   -2 -2 -2 Penting Negatif
3. Penurunan kualitas tanah 5 5   2     -3     Penting Negatif
4. Penurunan kualitas air 4 4   2 3   -2 -1 -1.5 Penting Negatif
5. Kebisingan 4 4   1 2   -3 -2 -2.5 Penting Negatif
Biologis                    
1. Gangguan terhadap satwa liar 5 5   2     -3   -3 Penting Negatif
2. Gangguan terhadap biota
Penting Negatif
perairan 5 5     4     -1 -1
Sosial Ekonomi Budaya                    
1. Keresahan masyarakat 5 5 2     -3     -3 Penting Negatif
2. Perubahan sikap dan persepsi Penting Negatif
masyarakat 5 5 2     -3     -3
3. Perubahan penguasan dan
kepemilikan lahan 5 5 1     -4     -4 Penting Negatif
4. Terbentuk kesempatan kerja 2 2   4     2   2 Penitng Positif
5. Peningkatan pendapatan
masyarakat 2 2   4 5   2 3 2.5 Penitng Positif
6. Peningkatan peluang
membuka usaha 1 1     5     4 4 Penitng Positif
Kesehatan Masyarakat                    
1. Gangguan K3 5 5   2 3   -3 -2 -2.5 Penting Negatif

49
Setelah dilakukannya penjabaran sifat dari setiap DPH yang ada, didapatkan 3 DPH
positif yang perlu dimaksimalkan dalam rencana pembangunan Bandara Kediri ini. Tentunya
yang utama yaitu peningkatan pendapatan masyarakat sekitar lokasi rencana pembangunan.
Dalam proses konstruksi tentu akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang berupa unskilled
worker, yang kemudian prioritas tenaga kerja yang diserap ialah penduduk sekitar lokasi yang
terkena dampak pembangunan. Selanjutnya, pada tahap operasi pun akan dibutuhkan tenaga
kerja baik berupa unskilled worker maupun skilled worker . Jika dirasa target penyerapan
tenaga kerja terhadap penduduk sekitar rencana pembangunan belum tercapai, dapat
dilakukan proses pelatihan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan operasional bandara.
Selain itu, dengan berdirinya bandara berpotensi meningkatkan kunjungan masyarakat sekitar
Kota Kediri ke daerah rencana pembangunan. Hal ini berpotensi menciptakan peluang usaha
bagi masyarakat sekitar berupa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang tentunya
dapat meningkatkan lapangan pekerjaan terhadap masyarakat sekitar lokasi rencana
pembangunan.
Berdasarkan potensi-potensi dampak positif yang telah disebutkan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa rencana pembangunan Bandara Kediri ini sangat penting untuk dilanjutkan.
Dengan tujuan utama menunjang transportasi agar mobilitas masyarakat menjadi lebih mudah,
serta beberapa potensi bertumbuhnya ekonomi masyarakat khususnya masyarakat sekitar
lokasi rencana pembangunan Bandar Kediri ini.

50
2.5.2 Lingkup Wilayah Studi
Wilayah studi AMDAL pembangunan dan pengoperasian Bandara Kediri, Kota
Kediri, Provinsi Jawa Timur, ditentukan dengan mempertimbangkan:
1. Batas Tapak Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan/atau kegiatan akan
melakukan kegiatan pra-konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk
dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
Pada proyek ini, batas proyek berada pada bandar udara kediri yang berada di
daerah Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan, Kediri Jawa Timur, yang memiliki koordinat
7o44’32.6”S 111o57’04.1”E.

Gambar 2.4 Batas Proyek


2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau usaha kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara), dimana proses
alami yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Pada kegiatan pembagunan Bandara Kediri ini, diperkirakan bats ekologis
berada pada radius 500 m dari batas proyek,

51
Gambar 2.5 Batas Ekologis
3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interasi sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam pembangunan Bandara Kediri ini, yang masuk ke dalam batas sosial
adalah wilayah Desa Bulusari, Desa Sawah, Desa Cerme, Desa Pojok dan Desa
Kalirong.

Gambar 2.6 Batas Sosial


4. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Pada pembangunan
Bandara Kediri ini, yang menjadi daerah administratif adalah Kecamatan Grogol dan
Kecamatan Tarokan.

Gambar 2.7 Batas Administratif


5. Batas Wilayah Studi
Batas ruang lingkup wilayah studi ANDAL adalah ruang yang menurpakan
kesatuan dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif. Ruang
lingkup wlayah studi ini bertitik tolak pada ruang bagi rencana usaha dan/atau kegiatan,
kemudian diperluas ke ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih
luas.
Gambar 2.8 Batas Wilayah Studi
BAB III
METODA STUDI

3.1 Metoda Pengumpulan dan Analisis Data


Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data menyesuaikan dengan
komponen penerima dampak. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi, pengukuran langsung dan
pengambilan sampel serta wawancara langsung dengan responden di lapangan. Data
sekunder dikumpulkan dari berbagai pustaka dan data yang tersedia di beberapa instansi
terkait.
a. Data Kualitas Tanah
1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
Intensitas hujan, erosivitas, erodibilitas, faktor panjang lereng, faktor
kemiringan lereng, faktor tutupan lahan dan faktor konservasi.
- Jumlah dan Lokasi Sampling
Sampel yang diperlukan ada 2 atau lebih titik lokasi yang terdapat di dalam
lokasi rencana kegiatan.
- Teknik Pengukuran
Melakukan observasi di lapangan dan pengukuran sampel di laboratorium.
2. Metode Analisis Data
Q = 0,00278. C. I. A
3
Q= debit limpasan (m /dt)
C= koefisien air larian (0 s/d 1)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A= luas daerah yang dipelajari (ha)
A = R.K.L.S.C.P
A= Besar erosi tanah (ton/ha/tahun)
R= Faktor erosivitas curah hujan
K= Faktor erodibilitas tanah
L = Faktor panjang lereng
S= Faktor kemiringan lereng
C= Faktor tutupan lahan
P= Faktor konservasi

55
b. Data Kualias Air
1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
Konsentrasi parameter kualitas air, debut badan air, debit limbah.
- Jumlah dan Lokasi Sampling
Sampel yang diperlukan ada 2 atau lebih titik lokasi yang terdapat di dalam
lokasi rencana kegiatan.
- Teknik Pengukuran
Didapat dari hasil pengambilan sampel di berbagai titik kemudian dilakukan
analisa laboratorium untuk menentukan kualias airnya baik saat ini maupun
proyeksi masa depan. Menggunakan acuan beberapa aturan kualitas air
yang berlaku.
2. Metode Analisis Data
(Ca x Qa)+(CbxQb)
Cm=
Qa+Qb
Dimana :
Cm : Konsentrasi parameter kualitas air, badan air setelah bercampur dengan
limbah cair kegiatan (mg/l)
Ca : Konsentrasi parameter kualitas air, badan air setelah bercampur dengan
limbah cair kegiatan (mg/l)
Cb : Konsentrasi parameter kualitas air limbah cair kegiatan (mg/l)
Qa : Debit badan air sebelum bercampur dengan limbah kegiatan (m3/detik)
Qb : Debit limbah cair kegiatan (m3/detik)

c. Data Kualitas Udara dan Kebisingan


1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
konsentrasi SO2, NO2, CO dan TSP di udara.
- Jumlah dan Lokasi Sampling
Sampel yang diperlukan ada 2 atau lebih titik lokasi, yaitu di tapak proyek
dan permukiman penduduk.
- Teknik Pengukuran
Data kualitas udara ambien diukur langsung di lapangan maupun
pengukuran sampel di laboratorium. Sampel gas CO dilakukan analisis

56
menggunakan alat NDIR Analyzer (CO meter) menggunakan metode NIDR.
Sampel gas SO2 dan NO2 diambil dengan alat gas sampler menggunakan
penjerap dalam multiple impinger lalu dianalisis di laboratorium
menggunakan alat spektrofotometer. Sedangkan TSP dikumpulkan dengan
menggunakan High Volume Air Sampler (HVAS) dan dianalisis secara
gravimetrik menggunakan neraca analitik.
2. Metode Analisis Data
Parameter kualitas udara yang telah diukur tersebut, selanjutnya dianalisis di
laboratorium dan hasilnya akan dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien
Nasional yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Leq = Lw-8-2 log1+10 log (p l/d tg 2 p l/d) + ad +al
Dimana :
Lw : Rata-rata yang ditimbulkan oleh satu kendaraan (86+0.2 V+10 log (al+5a2)
V : Kecepatan rata-rata (km/jam)
N : Rata-rata volume lalu lintas (kendaraan/jam)
D : Rata-rata spacing d = 1000 V/N
L : Jarak minimum dari sumber ke titik perkiraan
ad : Nilai terkoreksi untuk difraksi damping
a1 : Nilai terkoreksi untuk berbagai faktor

d. Data Biologi
1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
Nama jenis, jumlah jenis dan diameter tiang-pohon.
- Jumlah dan Lokasi Sampling
Observasi langsung ke seluruh area yang terdampak
- Teknik Pengukuran
Observasi visual dengan menggunakan adalah GPS, meteran, daftar isian
dan camera digital. Kemudian mengecek status kelangkaannya mengacu
pada Status Konservasi menurut IUCN (International Union for Conservation
of Nature and Natural Resources) Red List dan Status Perlindungan sesuai
dengan PP No. 7 th 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa.

57
2. Metode Analisis Data
Menganalisis hasil pengamatan dengan menggunakan rumus baku sehingga
diperoleh nilai Indeks Nilai Penting (INP) dan Keanekaragaman Jenis (H')
INP = FR + KR + DR
Keterangan:
INP = Indeks Nilai Penting
FR = Frekuensi relatif suatu jenis
KR = Kerapatan relatif suatu jenis
DR = Dominansi relatif suatu jenis

Frekuensi Suatu Jenis


FR (%) = x 100 %
Frekuensi Semua Jenis
Jumlah Petak Terisi Suatu Jenis
Frekuensi =
Jumlah Seluruh Petak
Kerapatan Suatu Jenis
KR (%) = x 100 %
Kerapatan Seluruh Jenis
Jumlah individu suatu jenis
Kerapatan (phn/ha) =
Luas seluruh plot
Dominansi Suatu Jenis
DR (%) = x 100 %
Dominansi Seluruh Jenis
Basal Area Suatu Jenis
Dominansi (m2/Ha) =
Luas Seluruh Plot

H’ = -∑ Pi log Pi
Keterangan:
H’ = Keanekaragaman Jenis
Pi = Kelimpahan jenis
ni/N = (ni = jumlah individu suatu jenis; N = jumlah individu seluruh jenis).

Besarnya Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) menurut Shannon-Wiener dalam


Fachrul (2007), adalah sebagai berikut:
1) Nilai H' > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies adalah
melimpah tinggi;

58
2) Nilai H', 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies adalah
sedang melimpah;
3) Nilai H' < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies adalah sedikit
atau rendah.
e. Data Lalu Lintas
1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
Besarnya arus lalu lintas maksimum.
- Jumlah dan Lokasi Sampling
akses jalan masuk lokasi rencana usaha/kegiatan Bandar Udara Kediri.
- Teknik Pengukuran
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan pendataan
penghitungan lalu lintas di lokasi sampling dengan cara menghitung
kendaraan-kendaraan yang lewat pada pos-pos survai yang telah
ditentukan.
2. Metode Analisis Data
Menentukan kapasitas jalan untuk mengetahui padat atau tidaknya suatu jalan
dengan rumus:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf
Dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan

Selanjutnyan untuk memperlihatkan kelayakan pelayanan suatu jalan


berdasarkan kapasitas jalan diatas, maka digunakan nilai Derajat Kejenuhan
(DS) yang didefinisikan sebagai rasio arus (Q) terhadap kapasitas (C).
DS = Q/C

f. Data Sosial Ekonomi


1. Pengumpulan Data
- Parameter yang Dikaji
Data kependudukan dan perekonomian (mata pencaharian), Data penduduk

59
berdasarkan angkatan kerja, Jumlah kebutuhan tenaga kerja proyek,
Kualifikasi tenaga kerja proyek, Jumlah penduduk menurut tingkat
pendidikan, Jumlah penduduk usia produktif, dan Data penduduk yang
diterima bekerja di lokasi kegiatan.

60
- Jumlah dan Lokasi Sampling
Random sampling meliputi anggota masyarakat dari berbagai kelompok
(petani, pedagang, ibu-ibu, remaja dsb) yang ditentukan secara berimbang.
- Teknik Pengukuran
Pengamatan lapangan dan wawancara secara langsung dengan masyarakat
di daerah sekitar proyek.
2. Metode Analisis Data
Melalui anggota masyarakat yang telah terpilih, dilakukan analisis sosial ekonomi
dengan menggunakan angka beban ketergantungan.
Jumlah penduduk yang tidak produktif ¿ ¿
dimana:
DR = angka beban tanggungan (%)
P15- = jumlah penduduk usia 0–14 tahun
P65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas
P15-64 = jumlah penduduk usia 15–64 tahun
K = konstanta (100)
Dan menggunakan metode Non-Formal, berupal wawancara yang hasilnya
bisa digunakan untuk menentukan strategi memajukan ekonomi masyarakat lokal
yang terdampak, maupun menentukan persiapan yang bisa dilakukan guna
menunjang kesehatan masyarakat di masa mendatang.

3.2 Metoda Prakiraan Dampak Penting


Besaran dampak dapat dihitung dengan cara menganalisis perbedaan kualitas
lingkungan hidup antara sebelum dan setelah adanya kegiatan pembangunan Bandara
dengan menggunakan metoda formal ataupun metode non formal.
a. Metode Formal
Melalui metoda ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan pengaruh kegiatan
proyek terhadap perubahan komponen lingkungan tertentu dirumuskan dalam bentuk
persamaan persamaan matematik. Metode formal digunakan sebagai metoda analisis
data kualitas tanah, kualitas air, kualitas udaha dan kebisingan, data biologi, lalu lintas,
serta data sosial ekonomi.

61
b. Metode Non-Formal
Metoda non formal digunakan untuk parameter-parameter lingkungan yang tidak dapat
dikuantifikasi, sehingga untuk memperkirakan dampak dilakukan dengan analogi
maupun professional judgment. Contohnya untuk mendapatkan data persepsi
masyarakat yang perlu mempertimbangkan saran, tanggapan, dan pendapat dari
masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan..

3.3 Metoda Evaluasi Dampak Penting


Evaluasi dampak besar dan penting bertujuan untuk melakukan kajian secara
komprehensif atas seluruh dampak besar dan penting yang timbul, serta mengkaji sebab
akibat terjadinya dampak besar dan penting tersebut. Hasil evaluasi ini selanjutnya menjadi
masukan bagi instansi yang berwenang untuk memutuskan kelayakan lingkungan dari
rencana usaha/kegiatan.
Prakiraan mengenai ukuran tingkat penting dampak berpedoman pada Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
pasal 22, serta berpedoman pada Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan Penjelasan Pasal 3 Ayat (1). Tingkat kepentingan dampak dan
faktor penentu dampak disajikan dalam bentuk matriks, dan dikelompokkan atas 2 jenis
kepentingan dampak, yakni tidak penting (TP) dan penting (P). Penetapan dampak penting
dilakukan berdasarkan 7 kriteria tingkat dampak sebagai berikut.
No. Komponen Keterangan Tingkat Penting Dampak
1. Banyaknya jumlah Dianggap penting bila terjadi perubahan pada sendi-
penduduk yang akan sendi kehidupan masyarakat ≥ 1 (satu) orang
terkena dampak penduduk terkena dampak di wilayah studi ANDAL
rencana usaha yang tidak menikmati usaha dan/atau rencana
dan/atau kegiatan kegiatan di wilayah studi atau penduduk yang
terkena dampak.
2. Luas wilayah Dianggap penting bila terjadi perubahan mendasar
penyebaran dampak pada suatu wilayah dari segi intensitas dampak, dan
berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak; ada
wilayah yang keseimbangan lingkungannya berubah
secara mendasar baik lingkungan alami maupun
binaan, luas sebaran dampak lebih atau sama
dengan 50% dari wilayah studi terkena dampak.
3. Intensitas dan lamanya Dianggap penting jika perubahan lingkungan

62
dampak berlangsung melebihi baku mutu, bagi yang tidak memiliki baku
mutu untuk komponen Biologi menggunakan indeks
Shannon Wienner, untuk komponen sosekbud, untuk
peningkatan pendapatan masyarakat maka dari
UMR setempat. Untuk kesempatan kerja dilihat dari
kesempatan kerja tanpa dan dengan kegiatan.
Demikian pula dengan peluang usaha.
4. Banyaknya komponen Dianggap penting bila dampak yang ditimbulkan oleh
lingkungan hidup lain rencana usaha dan/atau kegiatan menimbulkan 2
yang akan terkena atau lebih dampak lanjutan lainnya.
dampak
5. Sifat kumulatif dampak Dianggap penting bila dampak bersifat
akumulasi/bertambah, bertumpuk atau bertimbun
dan saling memperkuat atau bersifat sinergik.
6. Berbalik atau tidak Dianggap penting penting bila perubahan yang akan
berbaliknya dampak dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat
dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia.
7. Kriteria lain sesuai Dianggap penting bila dampak yang timbul
dengan perkembangan memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
ilmu pengetahuan dan
teknologi
Keterangan: Berdasarkan 7 parameter penentu tingkat penting dampak maka maka
dampak dianggap penting apabila:
 Komponen 1 mempunyai tingkat dampak penting, dan/atau
 Komponen 2 s.d 7 mempunyai tingkat dampak penting ≥ 2 komponen.

Hasil evaluasi dampak besar dan penting ini dipakai sebagai dasar untuk
melakukan pengelolaan lingkungan dari rencana kegiatan
pembangunan/pengembangan bandara. Penanganan dampak besar dan penting
dilakukan dengan merumuskan dan atau memformulasikan pencegahan dan atau
mitigasi dampak yang timbul, dan metoda penanganannya.

63
Data
Metode
Dampa Metode Informasi Metode
N Analisis Metode
k Perkiraan yang Pengumpula
o Perkiraan Evaluasi
Penting Dampak Dibutuhka n Data
Dampak
n
1. Kualita Menggunakan Intensitas Melakukan Klasifikasi Telaah
s Metode Formal, hujan, observasi di kemungkinan menggunaka
Tanah Q = 0,00278. C. erosivitas, lapangan terjadinya n metode
I. A erodibilitas dan hasil erosi. matrik untuk
Q= debit , faktor sampel yang menentukan
limpasan (m3/dt) panjang didapat besarnya
C = koefisien air lereng, digunakan dampak.
larian (0 s/d 1) faktor untuk
I = intensitas kemiringan pengukuran
hujan (mm/jam) lereng, di
A = luas daerah faktor laboratorium.
yang dipelajari tutupan
(ha) lahan dan
A = R.K.L.S.C.P faktor
A = Besar erosi konservasi
tanah .
(ton/ha/tahun)
R = Faktor
erosivitas curah
hujan
K = Faktor
erodibilitas tanah
L = Faktor
panjang lereng
S = Faktor
kemiringan
lereng
C = Faktor
tutupan lahan

64
P = Faktor
konservasi
2. Kualita Menggunakan Konsentra Melakukan Dilakukan Telaah
s Air Metode Formal, si sampling di 2 analisa menggunaka
Cm=((Ca x Qa) + parameter atau lebih laboratorium n metode
(CbxQb))/(Qa+Q kualitas titik lokasi untuk matrik untuk
b) air, debut yang menentukan menentukan
Dimana : badan air, terdapat di kualias besarnya
Cm : Konsentrasi debit dalam lokasi airnya baik dampak.
parameter limbah, rencana saat ini
kualitas air, kandungan kegiatan. maupun
badan air setelah limbah. proyeksi
bercampur masa depan.
dengan limbah Menggunaka
cair kegiatan n acuan
(mg/l) beberapa
Ca : Konsentrasi aturan
parameter kualitas air
kualitas air, yang berlaku.
badan air setelah
bercampur
dengan limbah
cair kegiatan
(mg/l)
Cb : Konsentrasi
parameter
kualitas air
limbah cair
kegiatan (mg/l)
Qa : Debit badan
air sebelum
bercampur
dengan limbah
kegiatan

65
(m3/detik)
Qb : Debit limbah
cair kegiatan
(m3/detik)
Data
Metode
Dampa Metode Informasi Metode
N Analisis Metode
k Perkiraan yang Pengumpula
o Perkiraan Evaluasi
Penting Dampak Dibutuhka n Data
Dampak
n
3. Kualita Menggunakan kebisingan Diukur Parameter Telaah
s Udara Metode Formal, , langsung di kualitas menggunaka
Leq = Lw-8-2 konsentras lapangan udara yang n metode
log1+10 log (p l/d i SO2, NO2, maupun telah diukur matrik untuk
tg 2 p l/d) + ad CO dan pengukuran tersebut, menentukan
+al TSP di sampel di selanjutnya besarnya
Dimana : udara. laboratorium. dianalisis di dampak.
Lw : Rata-rata Sampel gas laboratorium
yang ditimbulkan CO dilakukan dan hasilnya
oleh satu analisis akan
kendaraan menggunaka dibandingkan
(86+0.2 V+10 log n alat NDIR dengan Baku
(al+5a2) Analyzer (CO Mutu Udara
V : Kecepatan meter) Ambien
rata-rata menggunaka Nasional
(km/jam) n metode yang
N : Rata-rata NIDR. tercantum di
volume lalu lintas Sampel gas dalam
(kendaraan/jam) SO2 dan Peraturan
D : Rata-rata NO2 diambil Pemerintah
spacing d = 1000 dengan alat Republik
V/N gas sampler Indonesia
L : Jarak menggunaka No. 41
minimum dari n penjerap Tahun 1999
sumber ke titik dalam tentang
perkiraan multiple Pengendalia

66
ad : Nilai impinger lalu n
terkoreksi untuk dianalisis di Pencemaran
difraksi damping laboratorium. Udara.
a1 : Nilai
terkoreksi untuk
berbagai faktor

67
Data
Metode
Metode Informasi Metode
N Dampak Analisis Metode
Perkiraan yang Pengumpula
o Penting Perkiraan Evaluasi
Dampak Dibutuhka n Data
Dampak
n
4. Ganggua Menggunakan Nama Observasi Observasi Telaah
n Metode Formal, jenis, langsung ke visual dengan menggunaka
vegetasi INP = FR + KR jumlah seluruh area menggunaka n metode
+ DR jenis dan yang n adalah matrik untuk
Keterangan: diameter terdampak GPS, menentukan
INP = Indeks tiang- meteran, besarnya
Nilai Penting pohon. daftar isian dampak.
FR = Frekuensi dan camera
relatif suatu digital.
jenis Kemudian
KR = Kerapatan mengecek
relatif suatu status
jenis kelangkaanny
DR = Dominansi a mengacu
relatif suatu pada Status
jenis Konservasi
H’ = -∑ Pi log Pi menurut
Keterangan: IUCN
H’ = (International
Keanekaragama Union for
n Jenis Conservation
Pi = Kelimpahan of Nature and
jenis Natural
Resources)
Red List dan
Status
Perlindungan
sesuai
dengan

68
PP No. 7 th
1999 tentang
Pengawetan
Jenis
Tumbuhan
Dan Satwa.

69
Data
Metode
Metode Informasi Metode
N Dampak Analisis Metode
Perkiraan yang Pengumpulan
o Penting Perkiraan Evaluasi
Dampak Dibutuhka Data
Dampak
n
5. Kelancara Menggunakan Besarnya Observasi Pengumpula Telaah
n Lalu Metode arus lalu langsung ke n data menggunaka
Lintas Formal, lintas akses jalan dilakukan n metode
C = Co x FCw maksimu masuk lokasi melalui matrik untuk
x FCsp x FCsf m. rencana pengamatan menentukan
Dimana: usaha/kegiata dan besarnya
C = kapasitas n Bandar pendataan dampak.
(smp/jam) Udara Kediri. penghitunga
Co = kapasitas n lalu lintas
dasar di lokasi
(smp/jam) sampling
FCw = faktor dengan cara
penyesuaian menghitung
lebar jalan kendaraan-
FCsp = faktor kendaraan
penyesuaian yang lewat
pemisahan pada pos-
arah pos survai
FCsf = faktor yang telah
penyesuaian ditentukan.
hambatan Kemudian
samping dan dilakukan
bahu jalan perhitungan
Selanjutnyan terhadap
untuk lebar atau
memperlihatka kepasitas
n kelayakan jalan untuk
pelayanan mengetahui
suatu jalan tingkat

70
berdasarkan kepadatan
kapasitas jalan lalu lintas.
diatas, maka
digunakan nilai
Derajat
Kejenuhan
(DS) yang
didefinisikan
sebagai rasio
arus (Q)
terhadap
kapasitas (C).
DS = Q/C

71
Data Metode
Dampa Metode Metode
N Informasi Analisis Metode
k Perkiraan Pengumpula
o yang Perkiraan Evaluasi
Penting Dampak n Data
Dibutuhkan Dampak
6. Sosial Menggunakan Data Random Melakukan Telaah
Ekonom Metode kependuduka sampling metode menggunaka
i Formal, n dan meliputi formal untuk n metode
(Jumlah perekonomia anggota mengetahui matrik untuk
penduduk n (mata masyarakat kemampuan menentukan
yang tidak pencaharian), dari berbagai ekonomidari besarnya
produktif (15- Data kelompok area dampak.
+65+))/(Jumla penduduk (petani, terdampak.
h penduduk berdasarkan pedagang, Menggunaka
usia produktif angkatan ibu-ibu, n metode
(15-64)) x K kerja, Jumlah remaja dsb) Non-Formal
dimana: kebutuhan yang dengan
DR = angka tenaga kerja ditentukan wawancara
beban proyek, secara kepada
tanggungan Kualifikasi berimbang masyarakat
(%) tenaga kerja yang terlibat
P15- = jumlah proyek, dalam
penduduk Jumlah random
usia 0–14 penduduk sampling,
tahun menurut hasilnya bisa
P65+ = jumlah tingkat digunakan
penduduk pendidikan, untuk
usia 65 tahun Jumlah menentukan
ke atas penduduk strategi
P15-64 = usia produktif, memajukan
jumlah dan Data ekonomi
penduduk penduduk masyarakat
usia 15–64 yang diterima lokal yang
tahun bekerja di terdampak,
K = konstanta lokasi maupun

72
(100) kegiatan. menentukan
Dan persiapan
menggunakan yang bisa
metode Non- dilakukan
Formal, guna
berupa menunjang
wawancara kesehatan
masyarakat
di masa
mendatang.

73

Anda mungkin juga menyukai