Anda di halaman 1dari 42

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SALURAN IRIGASI

TERBUKA DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI


(SUBANG, JAWA BARAT)

AHMAD SIDIK

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan dan Perancangan


Saluran Irigasi Terbuka di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa
Barat) adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing, dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015

Ahmad Sidik
F44110041
ABSTRAK
AHMAD SIDIK. Perencanaan dan Perancangan Saluran Irigasi Terbuka di Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat). Dibimbing oleh PROF. DR.
IR. BUDI INDRA SETIAWAN, M.AGR

Teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang,
dan tepat waktu dengan cara yang efektif, ekonomis, dan efisien. Perencanaan dan
perancangan sistem irigasi yang mengacu pada kondisi kontur lahan dan sistem
pola aliran sangat diperlukan. Sehingga akan berdampak pada peningkatan
produktifitas dan kualitas mutu panen. Penempatan saluran irigasi berdampingan
dengan lokasi jalan usaha tani, dimaksudkan agar memiliki elevasi yang lebih
tinggi dengan lahan pertanian. Perencanaan saluran irigasi sekunder sepanjang
4196.47 m dengan cabang saluran tersier rata-rata memiliki panjang 400-800 m.
Dengan luas lahan pertanian total 343.89 ha yang terdiri dari zone 1, 2 , dan tiga.
Kebutuhan air irigasi dengan menggunakan saluran terbuka dengan penampang
trapesium dan menggunakan metode perancangan Strickler dibutuhkan debit
sebesar 0.6043 m3/det dengan koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1.46
l/det/ha. Hasil perancangan saluran berhasil dilakukan sesuai pada lampiran 3 ,
pada cross section 2 saluran sekunder yang digunakan untuk menampung debit
irigasi sebesar 0.5868 m3/det, k = 35, m = 1, n = 2, b = 1.142 m, y = 0.571 m, v =
0.6 m/det, dan I = 0.0012. Berdasarkan hasil pemodelan menggunakan software
HEC-RAS 4.1 pada saluran irigasi dapat dikatakan aman, dan mampu
menampung debit irigasi sesuai kebutuhan sebesar 0.6043 m3/det dengan input
nilai n (kekasaran manning) sebesar 0.025 dan efisiensi saluran sekunder 90 %
dan saluran tersier 95%.

Kata kunci: perancangan, perencanaan, irigasi, HEC-RAS

ABSTRACT

AHMAD SIDIK. Planning and Design Irrigation Open Channel in Central Rice
Research ( Subang , West Java ). Supervised by PROF. DR. IR. BUDI INDRA
SETIAWAN, M.AGR

Irrigation techniques provides water with the right conditions, the right
space, and timely in a way that is effective, economical, and efficient. Planning
and design of irrigation system refers to the contour of the land and the flow
pattern of the system is needed. So it will impact in increase of productivity and
quality of the harvest quality. Placement of irrigation channel adjoining the
location of the farm, intended to have a higher elevation with farmland. The
planning of secondary irrigation channels along the branches 4196.47 m with
tertiary channels have an average 400-800 m length. With an area of 343.89 ha of
agricultural land in total consisting of zone 1, 2, and three. Irrigation water
requirements by using an open channel with trapezoidal cross-section and use the
design method of Strickler required discharge of 0.6043 m3 / s with a coefficient
of crop water 1,46 l / s / ha. The results of channel design successfully done
according to the appendix 3, in cross section two secondary channels are used to
accommodate the irrigation discharge of 0.6043 m3 / s, k = 35, m = 1, n = 2, b =
1,142 m, y = 0,571 m, v = 0,6 m / s, and I = 0,0012. Based on the results of
modeling using HEC-RAS software 4.1 on irrigation channels can be said to be
safe, and able to accommodate discharge of irrigation according to the needs of
0.6043 m3 / sec with input value n (manning roughness) of 0.025 and a efficiency
of secondary channel 90% and 95% of tertiary channels.

Keywords: design, planning, irrigation, HEC-RAS


PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SALURAN IRIGASI
TERBUKA DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
(SUBANG, JAWA BARAT)

AHMAD SIDIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini adalah Perencanaan
dan Perancangan Saluran Irigasi Terbuka di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
(Subang, Jawa barat).
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Beasiswa bidikmisi yang telah selama 4 tahun mendampingi dan
membiayai perkulihan serta uang saku. Semoga terus dapat
dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga mampu menyelamatkan masa
depan anak-anak yang putus sekolah karena biaya.
2. Johan Candra Dinata selaku saudara kandung dan sebagai perwakilan
orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan material tambahan,
dan motivasi dalam segala permasalahan, sehingga penulis dapat
bertahan dan mampu melanjutkan pendidikan sampai sekarang dengan
baik.
3. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat dan
membantu memerikan solusi dari permasalahan selama penelitian
hingga penyusunan skripsi selesai.
4. Muhamad Ridwan, Dhanu Prakoso, Muhammad Risky, Fikri Surya
Andika, dan Achmad Fachrie selaku teman seperjuangan selama
menjalani penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Pihak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang dengan senang hati
memberikan fasilitas dan membantu dalam proses penelitian.
6. Seluruh teman-teman SIL angkatan 48 atas segala dukungan dan
kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan kritik dari pembaca demi
perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, Juni 2015

Ahmad Sidik
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODOLOGI PENELITIAN 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 2
Metode Penelitian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Idetifikasi Kondisi Fisik 6
Perencanaan Penempatan Saluran 6
Perancangan Saluran Irigasi 7
Simulasi Aliran dengan HEC-RAS 4.1 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi hasil perancangan cross section pada saluran irigasi 5


Gambar 2 Skema diagram alir proses penelitian 5
Gambar 3 Kondisi fisik jaringan irigasi 6
Gambar 4 kontur lahan penelitian 7
Gambar 5 Letak saluran irigasi sebelum dan sesuadah dilakukan
konsolidasi 7
Gambar 6 Hasil desain 3D salah satu intake saluran 8
Gambar 7 Jendela software HEC-RAS 9
Gambar 8 Geometri saluran irigasi sekunder 9
Gambar 9 input cross section dan hasil analisis HEC-RAS penampang
melintang 10
Gambar 10 hasil analisis HEC-RAS pada penampang memanjang zone 1 10
Gambar 11 Hasil analisis HEC-RAS tampilan 3D saluran irigasi 11
Gambar 12 Contoh penyajian HEC-RAS Rating Curve pada salah satu
cross section 11
Gambar 13 Tabel hasil analisis HEC-RAS Pada salah satu cross section 11

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta jaringan irigasi pada lahan pertanian produktif di balai
besar penelitian tanaman padi 13
Lampiran 2 Peta situasi intake tersier, jalan usaha tani, jembatan dan
gorong-gorong pada setiap blok lahan pertanian 14
Lampiran 3 Sistem jarigan irigasi tampak atas 15
Lampiran 4 Hasil perancangan 3D kondisi saluran irigasi sekunder 16
Lampiran 5 Hasil perancangan 3D kondisi saluran irigasi tersier 17
Lampiran 6 Hasil perancangan 3D kondisi intake saluran irigasi
sekunder dan tersier tampak isometric 18
Lampiran 7 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan
tersier pada zone 3 19
Lampiran 8 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan
tersier pada zone 2 20
Lampiran 9 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan
tersier pada zone 1 21
Lampiran 10 Hasil analisis distribusi debit aliran di saluran irigasi
sekunder zone 1 22
Lampiran 11 Hasil analisis HEC-RAS terhadap distribusi kecepatan
aliran pada saluran irigasi sekunder zone 1 23
Lampiran 12 Hasil analisis HEC-RAS terhadap luas penampanag
sepanjang saluran sekunder pada zone 1 24
Lampiran 13 Hasil analisis HEC-RAS terhadap lebar atas saluran
sekunder sepanjang zone 1 25
Lampiran 14 Hasil analisis HEC-RAS terhadap nilai bilangan froude
saluran irigasi sekunder zone 1 26
Lampiran 15 Hasil analisis HEC-RAS terhadap kekuatan aliran pada
saluran irigasi sekunder sepanjang zone 1 27
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pembanggunan di bidang


pertanian menjadi prioritas utama. Perkembangan saluran irigasi merupakan
penunjang penyediaan bahan pangan nasional tentu sangat diperlukan, sehingga
ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari
sumber air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang, dan tepat waktu dengan
cara yang efektif, ekonomis, dan efisien (Sasongko, 1986).
Pemilihan jenis irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi,
klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman, sosial ekonomi
dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil
yang akan diharapkan. Sedangkan cara pemberian air irigasi ini berdasarkan
topografi, ketersediaan air, jenis pertimbangan lain. Ketersediaan air irigasi
sepanjang tahun merupakan suatu modal dasar yang sangat esensial. Informasi
tentang keberadaan dan ketersediaan air irigasi berbasis waktu merupakan sesuatu
yang mutlak untuk dipunyai, serta pengelola sebagai sarana pengambilan
keputusan tepat untuk melayani para pengguna dan pemanfaatnya (Mawardi,
2006).
Balai besar penelitian tanaman padi merupakan lembaga yang memiliki
tugas untuk melaksanakan penelitian tanaman padi. Hasil penelitian tersebut
berupa bibit yang unggul dan memiliki daya tahan terhadap hama tanaman.
Perencanaan dan perancangan sistem irigasi yang mengacu pada kondisi kontur
lahan dan sistem pola aliran sangat diperlukan. Sehingga akan berdampak pada
peningkatan produktifitas dan kualitas mutu panen.

Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah saluran irigasi di Daerah


Irigasi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi sesuai dengan kebutuhan air di lahan
pertanian.
Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi fisik saluran dan bangunan irigasi lama ?
2. Bagaiman penempatan saluran irigasi yang belum mengacu pada pola
aliran dan kontur di lahan pertanian ?
3. Bagaimana ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengevaluasi kelayakan sistem irigasi di lokasi penelitian
2. Menentukan dan merencanakan lokasi saluran dan bangunan irigasi baru
3. Mensimulasikan hasil perancangan dengan memnggunakan HEC-RAS 4.1
2

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah:


1. Memberikan informasi mengenai kondisi saluran irigasi di daerah irigasi.
2. Memberikan rekomendasi tentang perbaikan saluran irigasi di daerah
irigasi.
3. Memberikan referensi bagi instansi terkait pengelolaan sumber daya air
dan pengembangan daerah irigasi di balai besar penelitian tanaman padi.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini terbatas pada perencanaan dan perancangan serta


simulasi aliran pada saluran irigasi.

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat

Penelitian mengenai “Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Saluran


Irigasi Terbuka di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat)”,
dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015 sampai pada bulan Mei 2015, di Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPP) di Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, meteran, software
ArcView GIS 3.2, software HEC-RAS 4.1, Autocad, alat penyipat (theodolite),
seperangkat komputer, google earth dan Global Positioning System (GPS). Bahan
yang digunakan yaitu, peta pola aliran, peta jaringan irigasi, data iklim, dan peta
kontur di Balai Penelitian Tanaman Padi.

Metode Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan secara garis besar meliputi


perencanaan saluran irigasi dan perancangan saluran irigasi.

Perencanaan
Perencanaan saluran irigasi mempertimbangakan beberapa aspek efisiensi
sesuai kondisi dan kebutuhan tanaman. Data yang dibutuhkan meliputi: data
kontur, pola aliran, dan kebutuhan air tanaman. Perencanaan ini meliputi
penempatan atau pemindahan lokasi saluran yang tepat sesuai kontur hasil cut and
fill.
1. Penempatan Saluran
Analisis lokasi saluran irigasi dan penempatan, dilakuan dengan bantuan
peta kontur lokasi. Saluran irigasi diletakan pada daerah-daerah yang memiliki
ketinggian dibandingkan sekitarnya. Sehingga dalam pendistribusian lebih merata
dan mudah untuk dikendalikan sesuai kebutuhan yang diinginkan.
3

Perancangan
Tahapan ini akan menjadi akhir dari penelitian dengan output berupa saran
dan disain akhir dari saluran yang baru dengan mengacu pada aspek-aspek kontur
dan pola aliran.
Perancangan saluran irigasi diawali dengan menghitung kebutuhan air di
lahan yang akan di airi. Pada penelitian ini lahan irigasi dibagi menjadi tiga zone
lahan.
1. Perhitungan luas
Setiap jalur irigasi yang akan dirancang disesuaikan luas lahan yang
akan diairi setiap petak tersier. Sehingga didapatkan nilai A yang akan
digunakan untuk melakukan perhitungan kebutuhan air irigasi selanjutnya.
2. Kebutuhan air irigasi
(1)
keterangan :
Q = Debit rencana (l/det)
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah (l/det/ha)
a = Luas lahan yang akan diairi (ha)
e = Efisiensi irigasi scara keseluruhan
Pada umumnya efisiensi irigasi dapat dibagi sebagai berikut :
- Saluran irigasi tersier = 0.80 (80%)
- Saluran irigasi sekunder = 0.9 x 0.8 = 0.90 (80% - 90%)
- Saluran irigasi induk = 0.9 x 0.9 x 0.8 = 0.95 (90% - 95%)
(Radjulaini, 2009)
3. Menentukan nilai k, m, n
Penentuan nilai k, m, n didasarkan pada nilai debit yang
direncanakan, berikut tabel standart perencanaan saluran terbuka dengan
penampang trapezoidal.
Tabel 1 Panduan perancangan saluran irigasi sekunder dan tersier
Q (m3/det) m n = b/h V (m/det) k
0.00-0.15 1 1 0.25-0.30 35
0.15-0.30 1 1 0.30-0.35 35
0.30-0.40 1 1.5 0.35-0.40 35
0.40-0.50 1 1.5 0.40-0.45 35
0.50-0.75 1 2 0.45-0.50 35

Keterangan :
m = kemiringan talut ( 1 vertikal : m horizonta)
n = perbandingan b (lebar dasar) dengan h (kedalaman aliran) (b/h)
k = koefisien kekasaran Stickler
v = kecepatan rencana (m/det)
(Mawardi E, 2010)
4. Menentukan luas penampang saluran A (m2)
(2)
(3)
Keterangan :
Q = Debit rencana (l/det)
v = Kecepatan aliran rencana (m/det)
4

A = Luas penampang (m2)


5. Menentukan kedalam aliran rencana y (m)
(4)
(5)
0.2 x h (6)
Keterangan :
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Kedalaman aliran (m)
n = Perbandingan b dengan h (b/h) dari tabel
fb = Tinggi jagaan (m)
Sehingga diperoleh nila h dan selanjutnya digukan untuk
menghitung nilai b dari saluran rencana.
(7)
Setelah nilai y dan b diketahui dilakukan koreksi ulang menghitung
luas penampang saluran A (m2)

6. Menentukan nilai A baru (m2)


(8)
Setelah luas penampang baru diketahui, dapat dilanjutkan dengan
menghitung kecepatan baru sebagai koreksi ulang.
7. Menghitung kecepatan aliran baru v baru (m/det)
(9)
Pada perancangan saluran dikenal adanya kecepatan aliran
minimum, untuk menghindari adanya sedimentasi pada saluran dan
berakibat pada pendangkalan saluran serta berkurangnnya kapasitas
tampungan. Kecepatan minimum yang diijinkan pada saluran yaitu sebesar
0.6 – 0.75 m/det.
8. Menghitung penampang terbasahkan P
(10)

P = Perimeter terbasahkan (m)


Setelah diperoleh nilai P, maka dilakukan perhitungan selanjutnya
untuk mencari nilai R.
9. Menghitung jari-jari terbasahkan R
(11)
R = jari-jari terbasahkan (m)
Setelah nilai R diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan untuk
memperoleh nilai I (kemiringan dasar saluran rencana)
10. Mencari nilai kemiringan saluran (I)
(12)
(13)
I = kemiringan dasar saluran

11. Setelah diperoleh nilai-nilai di atas perancangan bisa dilakukan,


sebelumnya dilakukan rekap semua hasil perhitungan pada excel.
5

Selanjutnya dilakukan pembuatan potongan melintang setiap ruas


percabangan.

Gambar 1 Ilustrasi hasil perancangan cross section pada saluran irigasi


12. Setelah dilakukan rekap hasil perhitungan, selanjutnya dilakukan
penempatan lokasi bangunan-bangunan penunjang sistem irigasi, seperti :
box bagi, gorong-gorong, jembatan, pintu air, dan bangunan pengukur
debit.
13. Setelah perancangan sistem irigasi selesai, dilakukan koreksi dengan
simulasi aliran berdasarkan debit kebutuhan tiap blok tersier menggunakan
HEC-RAS 4.1

Mulai

Penyiapan Alat dan Bahan

Perencanaan Perancangan

Peta kontur lahan Luas lahan, kebutuhan


air, panjang saluran
irigasi rencana
Penempatan dan pembuatan
jalur irigasi pada lahan
sesuai kondisi kontur Perancangan saluran irigasi menggunakan metode strickler, berikut
rumus yang digunakan :
- Menentukan nilai k, m, n, dan v rencana (tabel 1)
TIDAK -
- Menghitung kedalaman air rencana ;
Pemodelan dan simulasi
- Diperoleh lebar dasar saluran
aliran dengan HEC-RAS 4.1
- Koreksi ulang luas penampang
YA - Penampang terbasahkan
- Jari jari hodrolik
Sesuai rencana
- Diperoleh slope dasar saluran rencana

SELESAI

Gambar 2 Skema diagram alir proses penelitian


6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Idetifikasi Kondisi Fisik

Balai besar penelitian tanaman padi merupakan salah satu instansi


pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan dan peningkatan produksi
pertanian di Indonesia. Fasilitas yang dimiliki pada lahan produksi pertanian
adalah seluas 324 ha sawah dan sekitar 70 ha perumahan dan kantor. Terdapat
hampir 30 inlet saluran tersier, 2 bangunan induk kecil, dan 20 outlet drainase.
Kondisi bangunan tersebut hampir semua mengalami kerusakan, mayoritas pintu
air yang hilang sampai pada kerusakan bangunan itu sendiri. Berikut beberapa
hasil dokumentasi dari kondisi fisik saluran dan bangunan di jaringan irigasi petak
sekunder dan tersier.

Gambar 3 Kondisi fisik jaringan irigasi


Perencanaan Penempatan Saluran

Penempatan saluran irigasi harus mengacu pada kondisi dari suatu lahan
yang akan diairi. Analisis ini diperlukan supaya distribusi irigasi dapat merata dan
sesuai dengan kebutuhan air di petak sawah. Perlu adanya evaluasi terhadap
sistem irigasi yang telah ada, mulai dari penempatan bangunan sampai kondisi
bangunan irigasi. Hasil analisis di lapangan didapatkan bahwa irigasi yang telah
ada terdapat kesalahan dalam penempatan sehingga perlu adanya pemindahan dan
perancangan desain ulang saluran. Berikut merupakan kondisi kontur di lokasi
penelitian dan hasil analisis penempatan saluran baru. Karena perbedaan elevasi
yang cukup tinggi pada daerah irigasi, maka dilakukan pembagian menjadi 3 zone
daerah irigasi. Pada zone 1 memiliki elevasi lahan berkisar antara 27 – 27.5 mdpl,
zone 2 berkisar 27.5 – 28 mdpl dan zone 3 berkisar 28 – 29 mdpl. Garis berwarna
hijau tua merupakan lokasi rencana saluran irigasi sekunder dan warna hijau muda
merupakan hasil rencana penempatan saluran irigasi tersier. Berikut merupak hasil
analisis penempatan saluran irigasi pada tiap zone berdasarkan kondisi kontur
lahan.
7

Gambar 4 kontur lahan penelitian

Legend
Irigasi sekunder
Irigasi tersier

Gambar 5 Letak saluran irigasi sebelum dan sesuadah dilakukan konsolidasi

Perancangan Saluran Irigasi

Peletakanan lahan zone 1 terdapat 9 intake tersier yang mendistribusikan air


irigasi ke lahan tersier yang diberi kode A sampai dengan O. Zona 1 memiliki
elevasi lahan rata-rata 27 mdpl dengan luas lahan sawah tersisr 145.71 ha, zone 2
memiliki elevasi 28 mdpl dengan luas lahan 102.81 ha dan zone 3 memiliki
elevasi 29 mdpl dengan luas lahan 88.91 ha. Berikut contoh tampilan kondisi zone
1 pada lokasi penelitian.
8

Gambar 6 Hasil desain 3D salah satu intake saluran

Contoh perhitungan penentuan dimensi pada cross section 2 saluran


sekunder menggunakan rumus strickler. Pada cross section 2 saluran sekunder
terdapat pada zone 1 (hulu saluran sekunder) dan terdapat 2 intake menuju petak
tersier B1 dan B2. Luasan petak B1 adalah 4 ha dan B2 seluas 3.8 ha, dengan
koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1.46 l/det/ha. Menggunakan efisiensi
saluran tersier 95% maka, debit kebutuhan sebesar 0.007 m3/det pada masing-
masing blok tersebut. Pada kedua intake ini membutuhkan debit 0.014 m3/det dan
diakumulasikan dengan kebutuhan debit di hilir cross 2 yaitu 0.5741 m3/det. Titik
cross section 2 ini harus dapat menampung debit 0.5868 m3/det dengan efisiensi
saluran sekunder sebesar 90%. Selanjutnya menentukan nilai k, m, n, dan v
rencana berdasarkan debit rencana dan dapat dilihat pada tabel 1, sehingga
didapatkan k = 35, m = 1, n = 2 dan kecepatan rencana 0.5 m/det. Menggunakan
rumus (3) untuk mendapatkan luas penampang saluran (A) didapatkan 1.356 m2,
selanjutnya menentukan tinggi air dalam saluran (h) menggunakan rumus (4) dan
didapatkan h sebesar 0.672 m. Setelah nilai h diperoleh maka lebar dasar saluran b
menggunakan rumus (7) dan diperoleh lebar dasar sebesar 1.344 m.
Dilakukan evaluasi luas penampang menggunakan rumus (5) sebagai luas
penampang baru Abaru sebesar 1.356 m2 memiliki kesamaan dengan perhitungan
yang menggunakan rumus (8) sehingga bisa dilanjutkan. Selanjutnya dilakukan
evaluasi terhadap kecepatan rencana menggunakan rumus (9) dan didapatkan vbaru
sebesar 0.6 m/det memiliki kesamaan dengan nilai pada tabel 1, sehingga dapat
dilanjutkan. Tahap selanjutnya merencanakan slope saluran yang sebelumnya
harus menghitung nilai perimeter terbasahkan menggunakan rumus (10) dan
diperoleh P sebesar 3.246 m, selanjutnya menghitung jari-jari hidraulik R
menggunakan rumus (11) diperoleh 0.418 m untuk jari-jari hidraulik. Setelah R
diperoleh maka dapat dilakukan perhitungan untuk mencari nilai slope (I) rencana
yaitu menggunakan rumus (13) dan diperoleh slope saluran 0.00117. Sehingga
9

pada saluran sekunder cross section 2 yang digunakan untuk menampung debit
irigasi sebesar 0.5868 m3/det, k = 35, m = 1, n = 2, b = 1.142 m, h = 0.571 m, v =
0.6 m/det, dan I = 0.00117. perhitungan dititik / cross section lainnya dapat
dilakukan dengan langkah yang sama dan kemudian hasil perhitungan direkap
dalam excel.

Simulasi Aliran dengan HEC-RAS 4.1

HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai,


River Analysis Syistem (RAS) dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC)
yang merupakan satuan kerja di bawah US Army Corps of Engineers (USACE).
HEC-RAS versi terbaru yang telah beredar saat ini adalah versi 4.1. Software ini
memiliki empat fungsi utama yaitu: (1) hitungan profil muka air aliran, (2)
simulasi aliran dan pemodelan, (3 hitungan transportasi sedimen dan (4) hitungan
kualitas (temperatur) air. Pada penelitian ini akan difokuskan pada fungsi HEC-
RAS bagian simulasi dan pmodelan aliran. Berikut jendela utama software HEC-
RAS 4.1 yang digunakan.

Gambar 7 Jendela software HEC-RAS


Pemodelan saluran irigasi dilakukan untuk memperkirakan kondisi saluran
rencana dalam menampung debit kebutuhan irigasi, sehingga hasil analisis bisa
digunakan sebagai evaluasi apakah rancangan mampu menampung atau tidak.
Apabila terjadi banjir pada saluran, maka dilakukan perbaikan rancangan untuk
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Berikut merupakan geometri jalur
irigasi sekunder.

Gambar 8 Geometri saluran irigasi sekunder


10

Dilakukan peniruan kondisi jalur irigasi dan dilakuan input dimensi tiap-tiap
cross section untuk memodelkan fisik dari saluran. Berikut contoh salah satu input
cross section saluran irigasi sekunder pada HEC-RAS.

Gambar 9 input cross section dan hasil analisis HEC-RAS penampang melintang
Hasil analisis HEC-RAS pada penampang melintang diketahui bahwa
saluran mampu menampung debit sesuai kebutuhan rencana sebesar 0.6043
m3/det. Apabila dilihat kondisi saluran potongan memanjang berdasarkan hasil
analisis HEC-RAS pada zone 1 adalah sebagai berikut.

Gambar 10 hasil analisis HEC-RAS pada penampang memanjang zone 1


11

Gambar 11 Hasil analisis HEC-RAS tampilan 3D saluran irigasi

Gambar 12 Contoh penyajian HEC-RAS Rating Curve pada salah satu cross
section

Gambar 13 Tabel hasil analisis HEC-RAS Pada salah satu cross section
Berdasarkan analisis HEC-RAS 4.1 saluran hasil perancangan dapat
dikatakan aman untuk mampu mendistribusikan air irigasi sesuai kebutuhan lahan.
12

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Pada kondisi lahan penelitian berhasil dilakukan perencanaan ulang lokasi


penempatan saluran irigasi. Proses perencanaan dilakukan dengan mengacu pada
kondisi kontur lahan dan pola aliran. Penempatan saluran irigasi berdampingan
dengan lokasi jalan usaha tani, dimaksudkan agar memiliki elevasi yang lebih
tinggi dengan lahan pertanian. Perencanaan saluran irigasi sekunder sepanjang
4196.47 m dengan cabang saluran tersier rata-rata memiliki panjang 400-800 m.
Dengan luas lahan pertanian total 343.89 ha yang terdiri dari zone 1, 2 , dan 3.
Kebutuhan air irigasi dengan menggunakan saluran terbuka dengan penampang
trapesium dan menggunakan metode perancangan Strickler dibutuhkan debit
sebesar 0.6043 m3/det dengan koefisien kebutuhan air tanaman sebesar 1.46
l/det/ha. Hasil perancangan saluran berhasil dilakukan sesuai pada Lampiran 3 ,
pada cross section 2 saluran sekunder yang digunakan untuk menampung debit
irigasi sebesar 0.5868 m3/det, k = 35, m = 1, n = 2, b = 1.142 m, h = 0.571 m, v =
0.6 m/det, dan I = 0.00117. Berdasarkan hasil pemodelan menggunakan software
HEC-RAS 4.1 pada saluran irigasi dapat dikatakan aman, dan mampu
menampung debit irigasi sesuai kebutuhan sebesar 0.6043 m3/det dengan input
nilai n (kekasaran manning) sebesar 0.025 dan efisiensi saluran sekunder 90 %
dan saluran tersier 95%.
Saran

1. Penelitian lanjutan diperlukan untuk melakuan perencanan dan perancangan


bangunan penunjang irigasi.
2. Kondisi jaringan irigasi di lahan pertanian lokasi penelitian perlu dilakukan
pembenahan untuk memberikan contoh pada lahan pertanian di seluruh
Indonesia.
3. Pengelolaan jaringan irigasi setelah adanya perbaikan sangat dianjurkan,
karena perusakan saluran sering dilakukan oleh oknum-oknum petani untuk
megairi lahan sendiri-sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Standar perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan bagian Jaringan Irigasi (KP-01). Direktorat Jendral Pengairan
Pekerjaan Umum : Jakarta
Mawardi E, Memed M. 2006. Desain Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi
Teknis. Alfabeta : Bandung.
Mawardi, Erman. 2010. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta : Bandung.
Radjulaini. 2009. Panduan Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi. Universitas
Pendidikan Indonesia : Bandung
Ray K, Joseph B, Sasongko D. 1986. Teknik Sumberdaya Air Jilid 2 Edisi Ketiga.
Erlangga : Jakarta
Lampiran 1 Peta jaringan irigasi pada lahan pertanian produktif di balai besar penelitian tanaman padi
13
Lampiran 2 Peta situasi intake tersier, jalan usaha tani, jembatan dan gorong-gorong pada setiap blok lahan pertanian
14
Lampiran 3 Sistem jarigan irigasi tampak atas
15
Lampiran 4 Hasil perancangan 3D kondisi saluran irigasi sekunder
16
Lampiran 5 Hasil perancangan 3D kondisi saluran irigasi tersier
17
Lampiran 6 Hasil perancangan 3D kondisi intake saluran irigasi sekunder dan tersier tampak isometric
18
Lampiran 7 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan tersier pada zone 3
19
Lampiran 8 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan tersier pada zone 2
20
Lampiran 9 Hasil perancangan dimensi saluran irigasi sekunder dan tersier pada zone 1
21
Lampiran 10 Hasil analisis distribusi debit aliran di saluran irigasi sekunder zone 1
22
Lampiran 11 Hasil analisis HEC-RAS terhadap distribusi kecepatan aliran pada saluran irigasi sekunder zone 1
23
Lampiran 12 Hasil analisis HEC-RAS terhadap luas penampanag sepanjang saluran sekunder pada zone 1
24
Lampiran 13 Hasil analisis HEC-RAS terhadap lebar atas saluran sekunder sepanjang zone 1
25
Lampiran 14 Hasil analisis HEC-RAS terhadap nilai bilangan froude saluran irigasi sekunder zone 1
26
Lampiran 15 Hasil analisis HEC-RAS terhadap kekuatan aliran pada saluran irigasi sekunder sepanjang zone 1
27
28

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Grobogan pada tanggal 7 Desember 1993
sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mohari dan Ibu Siti
Mutriah (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2005 di SD N
Krangganharjo 3. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada
tahun 2008 di SMP N 3 Purwodadi. Penulis melanjutkan pendidikan menengah
atas pada tahun 2008 di SMA N 1 Purwodadi dan menyelesaikan pada tahun
2011. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama menuntut pendidikan di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan
organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi Ketua Komisi II Dewan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian 2012/2013 (Kakom II DPM-F
2012/2013). Ketua kegiatan Lokakarya Fakultas Teknologi Pertanian 2012
(Lokakarya FATETA 2012). Pengalaman kerja selama di IPB antara lain menjadi
asisten praktikum mata kuliah Fisika TPB IPB 2013-2014 dan asisten praktikum
mata kuliah Ilmu Ukur Wilayah Departemen Teknik Mesin dan Biosistem 2013-
2014. Pengajar bimbingan belajar SMP pada lembaga bimbel Al-fatah selama satu
tahun pada tahun 2013.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan (PL) pada tahun 2014 di
Balai Sungai Puslitbang Surakarta dengan judul “pemodelan seri 0 pada bendung
wariori (Manokwari, Papua Barat). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah
menjadi mahasiswa prestasi bidikmisi perwakilan IPB pada acara FORBIMNAS
2014. Juara 3 dalam perlombaan statistikaria cabang statistika dasar Departemen
Statistik IPB 2013. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan
program beasiswa bidikmisi selama 4 tahun dan mendapatkan program beasiswa
PPSDMS Nurul Fikri 2013-2014. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perencanaan dan Perancangan serta Simulasi Aliran pada Saluran Irigasi di Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa barat)” untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dn Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Budi Indra Setiawan, M.Agr.

Anda mungkin juga menyukai