Anda di halaman 1dari 59

EVALUASI SALURAN DRAINASE DENGAN

MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM 5.1 DI PERUMAHAN


DE BALE PERMATA ARCADIA, DEPOK, JAWA BARAT

RIFKI ADHI MULYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Saluran
Drainase Dengan Menggunakan Program SWMM 5.1 di Perumahan De Bale
Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2017

Rifki Adhi Mulya


F44130068
ABSTRAK
RIFKI ADHI MULYA. Evaluasi Saluran Drainase Dengan Menggunakan
Program SWMM 5.1 di Perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat.
Dibimbing oleh SUTOYO.

Hujan merupakan salah satu rangkaian peristiwa yang terjadi dalam siklus
hidrologi. Terkadang hujan yang turun pada periode tertentu menyebabkan
kelebihan air pada suatu wilayah. Saluran drainase merupakan saluran yang
berfungsi untuk menampung serta mengalirkan air hujan agar tidak terjadi
genangan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi saluran drainase yang
ada pada Cluster De Bale Sapphire serta menganalisis besaran limpasan yang
terjadi dan kesesuaiannya dengan jaringan drainase yang ada menggunakan EPA
SWMM 5.1. Simulasi jaringan drainase dilakukan secara terintegrasi dengan debit
banjir. Curah hujan rencana sebesar 151.66 mm yang diperoleh dengan
menggunakan metode Log Pearson III. Total debit puncak limpasan hasil simulasi
diperoleh sekitar 0.01 – 0.03 m3/det. Berdasarkan simulasi debit limpasan saluran
C2 tidak dapat menampung seluruh limpasan. Hal ini diakibatkan kemiringan
dasar saluran yang dimiliki terlalu kecil yaitu sebesar 0.002 %. Perbaikan pada
saluran C2 dilakukan dengan cara menurunkan elevasi antara titik J3 dan titik J4,
dan untuk itu dibutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp 2 620 000.00. Apabila
dilakukan optimalisasi pada seluruh jaringan drainase, maka akan didapatkan
efisiensi biaya sebesar Rp 22 575 000.00 dari biaya pembangunan saluran
drainase awal.

Kata kunci: hujan, saluran drainase, limpasan, SWMM 5.1

ABSTRACT
RIFKI ADHI MULYA. Evaluation of Drainage Channels using SWMM 5.1
Program in De Bale Permata Arcadia Residence, Depok – West Java. Supervised
by SUTOYO.

Precipitation is a part of events that occurs in hydrology cycle. Sometimes


precipitation in certain period cause water excess in a region. Drainage canal is a
channel that collecting and draining runoff to avoid puddles. This study aimed to
identify the existing drainage channels conditions in the De Bale Sapphire Cluster,
and to compare its capacity to the amount of runoff that occurs using EPA
SWMM 5.1. Drainage network simulation was conducted using flood discharge.
Planned precipitation of 151.66 mm, was obtained by Log Pearson III method.
Simulated maximum runoff was 0.01 - 0.03 m3/ s. Based on runoff discharge
simulation C2 channel could not be received the runoff, because channel slope
was too small, only 0.002%. Improvement on C2 channel could be done by
increasing slope between J3 and J4 and was needed improvement cost of Rp 2 620
000.00. By optimalisation all drainage channel system Rp 22 575 000.00
compared to the initial construction plan.

Keywords: runoff, drainage channels, precipitation, SWMM 5.1


EVALUASI SALURAN DRAINASE DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM SWMM 5.1 DI PERUMAHAN
DE BALE PERMATA ARCADIA, DEPOK, JAWA BARAT

RIFKI ADHI MULYA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Judul Penelitian : Evaluasi Saluran Drainase Dengan Menggunakan Program
SWMM 5.1 di Perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok,
Jawa Barat
Nama : Rifki Adhi Mulya
NIM : F44130068

Disetujui oleh

Sutoyo, S.TP., M.Si


Pembimbing

Ketua Departemen

Tanggal L l
u us: ·2 g SEP 2017
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia, hidayah, dan rahmat-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Evaluasi Saluran Drainase Dengan
Menggunakan Program SWMM 5.1 di Perumahan De Bale Permata Arcadia,
Depok, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
disampaikan kepada:
1. Bapak Sutoyo S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan
arahan dan bimbingan selama penelitian berlangsung
2. Bapak Tri Sudibyo ST., M.Sc dan Bapak Maulana Ibrahim Rau ST., M.Sc
atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan telah memberikan saran
3. Kedua orang tua, Bapak Drs. Karsono (alm) dan Ibu Nunik Hendar Iriani
yang telah berjuang dengan gigih membesarkan dan mendidik dengan penuh
kasih sayang serta telah mengajarkan arti mencari ilmu dengan perjuangan
dan pengorbanan yang luar biasa.
4. Pimpinan developer perumahan De Bale Permata Arcadia yang telah
mengizinkan melakukan penelitian.
5. M. Arief Rahmadiya Fikri, Iqbal Dorojatun, Razeb Kamarullah, Abraham
Anwar, dan Wedo Aru Yudhantoro yang telah membantu dalam
pengambilan data primer
6. Idham Gembong Pangestu, Nico Augusta, Aditya Mandagi, atas informasi
dan sarannya.
7. Fikri Darmawan, Ruby Alamsyah, dan Wahyu Eko atas do’a, saran,
semangat, bantuan, dan dukungannya selama penelitian ini berlangsung.
8. Mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 50
yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat serta
saran yang diberikan.
Diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan
kualitas dalam penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan

Bogor, Oktober 2017

Rifki Adhi Mulya


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


DAFTAR TABEL ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 2
Analisis Hidrologi ........................................................................................... 2
Sistem Drainase ............................................................................................... 3
Storm Water Management Model (EPA SWMM) .......................................... 5
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 5
Lokasi dan Waktu ........................................................................................... 5
Alat dan Bahan ................................................................................................ 6
Prosedur Penelitian .......................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 13
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 13
Analisis Curah Hujan Rencana....................................................................... 13
Evaluasi Saluran Drainase dengan Model EPA SWMM 5.1 ......................... 15
Perencanaan Ulang Saluran Drainase............................................................. 20
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 22
Simpulan......................................................................................................... 22
Saran ............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23
LAMPIRAN ........................................................................................................ 25
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 41
DAFTAR TABEL

1 Nilai Depression storage...................................................................................... 7


2 Nilai infiltrasi maksimum pada berbagai kondisi tanah ....................................... 8
3 Nilai infiltrasi minimum pada berbagai kondisi tanah ......................................... 9
4 Tipikal nilai koefisien kekasaran manning ........................................................ 10
5 Data curah hujan harian maksimum 10 tahun ................................................... 13
6 Hasil analisis curah hujan rencana ..................................................................... 14
7 Perbandingan parameter distribusi probabilitas ................................................. 14
8 Hasil perhitungan uji chi kuadrat distribusi Log Person III ............................... 14
9 Karateristik subcatchment .................................................................................. 15
10 Distribusi hujan selama 5 jam .......................................................................... 16
11 Hasil simulasi limpasan subcatchment............................................................. 17
12 Perbandingan dimensi eksisting dan optimal ................................................... 20
13Debit dan kemiringan saluran .......................................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian............................................................................................ 6


2 Tahapan penelitian ............................................................................................. 12
3 Simulasi model pada jam ke 1 menit ke 10........................................................ 16
4 Besar limpasan terhadap waktu subcathment 6 ................................................. 17
5 Debit rencana pada saluran C2 – C15 ............................................................... 18
6 Profil aliran saluran C2 – C15............................................................................ 18
7 Profil aliran node J2 –J3..................................................................................... 19
8 Profil aliran node J2 – Out2 perbaikan .............................................................. 20
9 Simulasi model perencanaan ulang .................................................................... 21
10 Profil aliran node J2 - Out2 .............................................................................. 22
DAFTAR LAMPIRAN

1 Master plan lokasi penelitian ............................................................................. 25


2 Standar tinggi jagaan pada saluran terbuka ........................................................ 26
3 Contoh perhitungan kapasitas ............................................................................ 27
4 Contoh perhitungan dimensi saluran optimum .................................................. 28
5 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran eksisting ..................................... 29
6 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran perbaikan ..................................... 30
7 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran rencana ........................................ 31
8 Gambar teknik saluran C2.................................................................................. 32
9 Gambar teknik saluran C3.................................................................................. 33
10 Gambar teknik saluran C4................................................................................ 34
11 Gambar teknik saluran C9................................................................................ 35
12 Gambar teknik saluran C10.............................................................................. 36
13 Gambar teknik saluran C11.............................................................................. 37
14 Gambar teknik saluran C12.............................................................................. 38
15 Gambar teknik saluran C14.............................................................................. 39
16 Gambar teknik saluran C17.............................................................................. 40
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Hujan merupakan salah satu rangkaian peristiwa yang selalu terjadi dalam
siklus hidrologi. Terkadang hujan yang turun pada periode tertentu menyebabkan
kelebihan air pada suatu wilayah. Selain hujan, kegiatan manusia yang semakin
beragam, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan air, juga mengakibatkan
terjadinya air limbah. Akibatnya, muncul genangan-genangan air kotor pada
lingkungan tempat manusia tinggal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan
dan kualitas hidup manusia di wilayah tersebut. Pemanfaatan lahan yang semakin
besar juga berdampak terhadap timbulnya kelebihan air. Penutupan lahan dengan
berbagai bangunan konstruksi dalam tujuannya untuk menambah kenyamanan
dalam hidup manusia akan menyebabkan berkurangnya luasan tanah yang dapat
menyerap air hujan dan air buangan tersebut, sehingga kelebihan air akan
tergenang dalam waktu yang lama.
Drainase merupakan salah satu komponen infrastruktur yang penting untuk
menyalurkan kelebihan air. Meningkatnya limpasan karena pengurangan daerah
resapan air akibat adanya pembangunan dapat diatasi dengan pembangunan
drainase yang memadai, sehingga dapat mengalirkan kelebihan air. Kualitas
manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.
Masalah yang sering dihadapi adalah bahwa drainase masih sering dianggap
sebagai pekerjaan yang kurang penting. Hal ini menyebabkan drainase yang sudah
dibuat tidak dapat menampung air buangan sesuai kebutuhan sehingga walaupun
wilayah tersebut sudah memiliki jaringan drainase namun masih saja terdapat
banyak genangan air atau bahkan terjadi banjir. Pembangunan yang terlampau
cepat pada suatu kota yang berkembang yang tidak diimbangi dengan
pembangunan infrastruktur juga menyebabkan persoalan drainase yang sangat
kompleks. Sistem drainase yang baik dapat menyelamatkan pemukiman dari
genangan air ( Roberto 2015).
Perumahan De Bale Permata Arcadia merupakan salah satu perumahan
yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Saat ini saluran drainase di kawasan
tersebut tidak dapat menampung aliran permukaan bila terjadi hujan dengan
intensitas yang tinggi. Pada saat hujan dengan intensitas tinggi beberapa saluran
meluap sehingga terjadi genangan. Hal ini mengakibatkan jalan di perumahan
tersebut mudah rusak. Kawasan perumahan ini berada pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cipinang Timur. Saluran drainase yang tidak dapat menampung air
buangan dapat menyebabkan banjir, khususnya didaerah perkotaan. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian mengenai besarnya limpasan yang terjadi dan
kesesuaiannya dengan saluran drainase yang tersedia. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah model EPA SWMM 5.1. Model ini banyak digunakan
untuk menganalisis permasalahan limpasan di daerah perkotaan.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang ditinjau dalam evaluasi saluran drainase dengan model


EPA WSMM 5.1 di De Bale Permata Arcadia Depok, Jawa Barat, antara lain :
2

1. Bagaimana menentukan besarnya limpasan yang terjadi sehingga


menyebabkan banjir di Perumahan De Bale Permata Arcadia?
2. Bagaimana merancang desain saluran yang sesuai dengan besarnya
limpasan yang terjadi di Perumahan De Bale Permata Arcadia?

Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :


1. Mengidentifikasi kondisi saluran drainase yang ada di Cluster De Bale
Sapphire.
2. Menganalisis besaran limpasan yang terjadi dan kesesuaiannya dengan
jaringan drainase yang ada menggunakan EPA SWMM 5.1.
3. Mensimulasikan jaringan drainase secara terintegrasi dengan debit banjir.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi bagi


pengembang di Perumahan De Bale Permata Arcadia mengenai kondisi jaringan
drainase yang ada serta pemeliharaan jaringan drainase yang baik.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini diantaranya sebagai berikut :


1. Saluran drainase Perumahan De Bale Permata Arcadia
2. Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana
menggunakan metoda probability distribution antara lain :
a. Distribusi Normal
b. Distribusi Log Normal
c. Distribusi Log Person III
d. Distribusi Gumbel
3. Evaluasi saluran drainase menggunakan bantuan program komputer yaitu
EPA SWMM 5.1.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Hidrologi

Hidrologi merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran


gerakan di alam, yang meliputi berbagai bentuk air dan perubahan perubahannya
antara lain : dalam bentuk gas, cair, dan padat di atmosfer maupun di dalam tanah.
Analisis hidrologi tidak hanya diperlukan dalam perncanaan berbagai bangunan
air tetapi juga diperlukan untuk membangun jalan raya, lapangan terbang, dan
bangunan lainya (Soemarto 1999). Sikulus hidrologi adalah suatu rangkaian
proses yang terjadi dengan air yang terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi,
dan pengaliran keluar (out flow). Penguapan terdiri dari evaporasi dan transpirasi.
Uap mengalami kondesasi dan menjadi awan yang nantinya kembali menjadi air
dan turun sebagai hujan atau presipitasi. Sebelum tiba dipermukaan bumi air
3

tersebut ada yang langsung menguap kembali, sebagian tertahan di tumbuhan, dan
sebagian mencapai permukaan tanah. Air di permukaan tanah sebagian ada yang
masuk kedalam tanah (infiltrasi) sebagian ada yang mengalir di permukaan tanah
menuju tempat yang lebih rendah (runoff). Pada perjalanan yang lebih rendah
sebagian air mengalami penguapan. Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan
keluar kembali yang disebut dengan interflow. Sebagian dapat masuk ke tanah
yang lebih dalam dan masuk ke dalam aliran bawah tanah (groundwater flow)
(Suripin 2004).
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya
dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan
atmosfer (Pediano dkk 2014). Hujan merupakan komponen yang sangat penting
dalam analisis hidrologi. Hujan dibutuhkan sebagai perencanaan debit untuk
menentukan dimensi saluran drainase. Analisis hidrologi dapat menciptakan
analisis frekuensi curah hujan. Analisis frekuensi curah hujan bertujuan untuk
menentukan curah hujan rancangan yang akan digunakan dalam permodelan.
Curah hujan rancangan merupakan kemungkingan tinggi hujan yang terjadi dalam
kala ulang tertentu. Data hidrologi mencakup antara lain luas daerah drainase,
besar, dan frekuensi dari intensitas hujan rencana. Ukuran dari daerah tangkapan
air akan mempengaruhi aliran permukaan sedangkan daerah aliran dapat
ditentukan dari peta topografi atau foto udara (Farizi 2015)
Dalam analisis hidrologi terdapat analisis frekuensi yang digunakan untuk
memperkirakan hujan rancangan dengan kemungkinan tertinggi pada periode
tertentu. Hasil analisis frekuensi berfungsi sebagai dasar perhitungan untuk
mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Data hidrologi yang
diperlukan dalam perancangan drainase adalah data curah hujan dari stasiun
pencatat curah hujan disekitar atau terdekat lokasi studi (Widodo dan Ningrum
2015). Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan metoda probability distribution
antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log-Person III,
dan Distribusi Gumbel (Triatmodjo 2010)

Sistem Drainase

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks
pemanfaatan tertentu (Hasmar 2011). Menurut Pania dkk. (2013), drainase
termasuk dalam salah satu komponen penting pada infrastruktur perkotaan yang
menanggulangi masalah banjir dan genangan air. Saluran drainase berfungsi
mengalirkan air dari hulu ke hilir. Pada masa 300 SM jalan-jalan pada masa
tersebut dibangun dengan elevasi lebih tinggi untuk menghindari adanya limpasan
di jalan (Long dan Ioannides 2007). Komponen yang terdapat didalam saluran
drainase terdiri dari saluran penerima, saluran pengumpul, saluran pembawa,
saluran induk, dan badan air. Drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/ atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Suripin 2004)
Sistem drainase perkotaan merupakan salah satu komponen prasarana
perkotaan yang sangat erat kaitannya dengan penataan ruang (Wismarini dan
Ningsih 2010). Menurut Kustamar dkk (2008), drainase perkotaan dibutuhkan
4

sebagai salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota
untuk menuju kehidupan yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya
guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan
(Suripin 2004). Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang komperhensif dan
integratif untuk memaksimalkan daya guna air. Menurut Suroso dkk (2014),
evaluasi sistem jaringan drainase digunakan untuk mengetahui saluran-saluran
yang tidak mampu menampung debit air hujan dengan intensitas tertentu dan
limbah domestik sebagai penyebab terjadinya genangan. Konsep yang diterapkan
tidak hanya mengalirkan namun juga menahan air hujan ditempat turun hujan.
Untuk memaksimalkan sistem drainase yang berkelanjutan dapat menambahkan
bangunan yang membantu menahan air di tempat turun hujan. Bangunan tersebut
dapat berupa sumur resapan dan danau buatan.
Banjir merupakan fenomena alam yang terjadi akibat kelebihan air pada
suatu tempat. Banjir sebagai bencana alam dapat mengakibatkan kerusakan dari
sisi kehidupan maupun material. Analisa hidrologi diperlukan untuk menghitung
debit banjir rancangan yang akan dipakai dalam perhitungan analisa kapasitas
saluran drainase. Data hidrologi yang diperlukan dalam perancangan drainase
adalah data curah hujan dari stasiun pencatat curah hujan disekitar atau terdekat
lokasi studi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir.
Secara umum penyebab banjir diberbagai belahan dunia adalah: (Suripin 2004) :
1. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya banjir. Hal ini dikarenakan pertambahan penduduk yang sangat cepat
diatas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional. Pertambahan penduduk dapat
disebabkan urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertambahan
penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana
perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi
tidak teratur.
2. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang dapat menyebabkan banjir yaitu ketika hujan turun
yang terlalu lama dan gelombang badai yang tinggi. Hujan turun yang terlalu lama
dapat menyebabkan banjir pada daerah aliran sungai. Hal ini dikarenakan debit
hujan yang dihasilkan tidak mampu ditampung oleh badan air. Sedangkan,
gelombang badai yang tinggi dapat menyebabkan banjir pada muara sungai atau
daerah pantai. Hal ini dikarenakan kombinasi dari pasang surut, tinggi muka air
laut, dan besarnya ombak.
3. Perubahan Tata Guna Lahan
Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi, perubahan tata guna lahan
dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan banjir. Banjir
banyak terjadi pada daerah muara. Hal ini disebabkan perubahan tata guna lahan
yang tidak diselaraskan dengan sistem drainase yang berkelanjutan, sehingga
banyak runoff yang dialirkan ke hilir.
4. Land Subsidence
Land subsidence atau penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya.
Pernurunan level tanah dapat disebabkan dari explorasi bawah tanah yang
berlebihan sehingga menyebabkan gelombang pasang dari laut melebihi
permukaan sungai pada area penurunan level tanah.
5

Storm Water Management Model

Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang mampu


untuk menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang berkaitan dengan
limpasan daerah perkotaan. Storm Water Management dikembangkan oleh EPA
(Environmental Protection Agency – US), sejak 1971 (Huber and Dickinson
1988). SWMM tergolong model hujan aliran dinamis yang digunakan untuk
simulasi dengan rentang waktu yang menerus atau kejadian banjir sesaat. Model
ini paling banyak dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di
wilayah perkotaan. SWMM telah diaplikasikan secara luas untuk pemodelan
kuantitas dan kualitas air di wilayah perkotaan Amerika Serikat, Kanada, Eropa
dan Australia. Model ini telah digunakan untuk analisa hidrolika yang kompleks
dalam masalah saluran pembuangan (sewer), manajemen jaringan drainase dan
studi berbagai permasalahan polusi. Warwick dan Tadepalli (1991) telah
melakukan kalibrasi dan validasi SWMM untuk memodelkan daerah aliran sungai
di perkotaan seluas ± 10000 km2 di Dallas negara bagian Texas. Tsihrintzis dan
Hamid (1995) memberikan contoh aplikasi SWMM pada empat daerah aliran
sungai di Florida bagian selatan dengan karakteristik daerah perkotaan yang
berbeda dari segi presentase pemukiman, pusat perbelanjaan dan tata guna lahan.
Model ini juga terus dikembangkan dan disempurnakan untuk memberikan
fasilitas pemecahan masalah saat ini.
SWMM menghitung kuantitas dan kualitas dan debit aliran, kedalaman
aliran, dan kualitas air disetiap titik outlet selama periode simulasi, meski
demikian dalam studi ini tidak memperhatikan masalah kualitas untuk air untuk
permodelan drainase (Priyantoro dkk 2014). Aplikasi model SWMM dapat
digunakan untuk beberapa hal seperti perencanaan dan dimensi jaringan
pembuang untuk pengendalian banjir serta perencanaan daerah penahan sementara
untuk pengendalian banjir. Aplikasi model SWMM ini dapat digunakan untuk
beberapa hal diantaranya perencanaan dan dimensi jaringan pembuangan untuk
mengendalikan banjir, serta perencanaan daerah penahan sementara untuk
pengendalian banjir (Fadhlillah 2014). Penelitian ini menggunakan software EPA
SWMM 5.1 yang memiliki pemburuan dalam beberapa hal dari versi sebelumnya.
Software ini dapat membaca format file curah hujan yang diambil secara online
dari NOAA-NCDC. Terdapat penambahan pilihan pada infiltrasi, yaitu metode
Horton. Terdapat dua kategori baru pada kontrol LID, yaitu the green roof dan
rain gardens. Pengguna dapat menambahkan sendiri persamaan aliran air tanah
untuk subcatchment pada EPA SWMM 5.1 (EPA 2015)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2017.
Evaluasi saluran drainase yang akan dianalisis adalah saluran drainase yang
berada di Perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
6

Sumber: Digital Globe, Map data Google 2017

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa dimensi saluran dan karakteristik saluran drainase.
data sekunder berupa data curah hujan maksimum selama 10 tahun di daerah
Depok, peta tutupan lahan, peta kontur, dan master plan Perumahan De Bale
Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat. Data curah hujan tahunan diperoleh dari
stasiun klimatologi yang berada di Dramaga, Kabupaten Bogor. Data kontur, peta
tutupan lahan, dan master plan Perumahan De Bale Permata Arcadia diperoleh
dari kontraktor dan pengembang perumahan atau diperoleh dari pemerintah kota
Depok. Alat yang digunakan yaitu kompas, theodolite, target rod, patok,
notebook/laptop, alat tulis, kalkulator, dan software EPA SWMM 5.1.

Prosedur Penelitian

Penelitian mengenai analisis dan rancangan saluran drainase dilakukan


dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui informasi lebih dalam tentang
menganalisis dan merancang saluran drainase. Studi pustaka dapat diperoleh
dalam bentuk jurnal, laporan penelitian yang berkaitan tentang analisis dan
rancangan saluran drainase, serta buku - buku yang menerangkan tentang aspek
yang digunakan dalam menganalisis permasalahan yang sering dialami dalam
perencanaan, pembangunan serta mengevaluasi saluran drainase.
7

2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan melakukan survei langsung ke tempat
penelitian. Pada penelitian ini survei dilakukan pada perumahan De Bale Permata
Arcadia, Depok, Jawa Barat. Tahap persiapan juga meliputi proses identifikasi
masalah, data, bahan dan alat apa saja yang diperlukan dalam penelitian ini.
3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan dilapangan dengan mensurvei data-data yang dibutuhkan di wilayah
penelitian. Data-data primer yang dibutuhkan adalah kondisi jaringan drainase
pada saat penelitian yaitu meliputi jenis saluran, dimensi saluran, elevasi saluran,
dan batas daerah tangkapan air untuk setiap subcatchment. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi data curah hujan harian tahun 2007 – 2016 yang diperoleh
dari BMKG, peta tutupan lahan, data harga beton saluran drainase, dan master
plan dari perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan data primer dan data sekunder dalam
membuat permodelan saluran drainase. Data primer yang digunakan adalah
kondisi eksisting jaringan drainase meliputi jenis saluran, panjang saluran, lebar
saluran, kedalaman saluran, elevasi saliran dan batas daerah tangkapan air untuk
setiap subcatchment. Sementara data sekunder meliputi data curah hujan harian,
peta tutupan lahan, peta lokasi penelitian, dan data harga beton saluran drainase.
Dalam simulasi permodelan data-data yang digunakan antara lain:
a) Rain Gauge
Dalam software EPA SWMM rain gauge merupakan data penyedia curah
hujan yang digunakan untuk satu atau lebih subcatchment. Data curah hujan
didefinisikan sebagai time series pada software. Data curah hujan pada rain gauge
didapat dari hasil perhitungan curah hujan rencana dengan menggunakan analisis
frekuensi distribusi probalitas.
b) Subcatchment
Subcatchment merupakan daerah topografi dan sistem drainase yang
mengalirkan langsung aliran permukaan menuju suatu titik aliran outlet.
Parameter subcatchment yang digunakan untuk permodelan software EPA
SWMM yaitu luas subcatchment, presentase kemiringan subcathcment, panjang
pengaliran, outlet, rain gauge, presentase luas daerah kedap air dan presentase
dari impervious area tanpa depression storage.
Pada subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap
air) dan pervious (dapat dilalui air). Pada daerah impervious terdiri dari dua
daerah yaitu depression storage (air hujan yang terjebak dalam cekungan
permukaan tanah) dan non depression storage. Nilai depression storage dapat
dilihat pada Tabel 1 (Rossman 2004).

Tabel 1. Nilai depression storage


Jenis Depression Storage (mm)
Permukaan tanah 1.27 – 2.54
Rumput 2.54 – 5.08
Paang rumput 0.508
Hutan serasah 0.762
8

Metode perhitungan infiltrasi yang digunakan pada pervious area (daerah


yang dapat dilalui air) dengan menggunakan metode Horton seperti pada
persamaan (1) (Rossman 2004). Untuk nilai infiltrasi dari kondisi tanah memiliki
dua nilai yaitu nilai infiltrasi maksimum (Tabel 2) dan nilai infiltrasi minimum
(Tabel 3) (Rossman 2004). Sementara itu, untuk debit outflow dari limpasan untuk
masing-masing subcatchment dihitung dengan persamaan (2) dan (3) (Babbit
1969).

Fp = Fc + (Fo – Fc) e-kt ................................................................................... (1)

Keterangan :
Fp = angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
Fo = nilai infiltrasi maksimum (mm/jam)
Fc = nilai infiltrasi minimum (mm/jam)
T = lama hujan (det)
K = koefisien penurunan head (l/det)

Tabel 2. Nilai infiltrasi maksimum pada berbagai kondisi tanah


No. Kondisi tanah Jenis tanah Infiltrasi maksimum
(mm/jam)
Tanah berpasir 5
Kering dengan sedikit Tanah lempung 3
1 atau tidak ada Tanah liat 1
tumbuhan

Tanah berpasir 10
Kering dengan banyak Tanah lempung 6
2 Tanah liat 2
tumbuhan

Tanah berpasir 1.25


3 Tanah lembab Tanah lempung 1
Tanah liat 0.33

.................................................................................................. (2)

.................................................................................................. (3)

Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/det) Rs = jari-jari hidrolik (m)
n = koefisien kekasaran dining I = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran (m2) Q = debit (m3/detik)
9

Tabel 3. Nilai infiltrasi minimum pada berbagai kondisi tanah


Kelompok Pengertian Infiltrasi minimum
(mm/jam)
A Potensi limpasan yang rendah. Tanah >0.45
mempunyai tingkat infiltrasi yang tinggi
meskipun ketika tergenang dan kedalaman
genangan yang tingi, pengeringan/penyerapan
baik unsur pasir dan batuan

B Tanah yang mempunyai tingkat infiltrasi 0.30 – 0.15


biasa/medium ketika tergenang dan
mempunyai tingkat kedalaman genangan
medium, pengeringan dengan keadaan biasa
didapat dari moderately fine to moderately
course

C Tanah mempunyai tingkat infiltrasi rendah 0.15 – 0.05


jika lapisan tanah untuk pengaliran air dengan
tingkat tekstur bias ke tekstur baik. Contoh:
lempung, pasir bernalau

D Potensi limpasan yang tinggi. Tanah 0.05 – 0.00


mempunyai tingkat infiltrasi rendah ketika
tergenang

Conduit adalah saluran atau pipa yang menyalurkan air dari node satu ke
node lainnya. EPA SWMM menyediakan berbagai macam bentuk conduit yang
digunakan dilapangan. Perhitungan debit pada conduit menggunakan persamaan
(2) dan (3). Conduit memiliki nilai koefisien kekasaran manning n yang berbeda
menurut tipe saluran dan jenis bahan yang digunakan pada saluran seperti
disajikan pada Tabel 4 (KemenPU 2011). Junction node adalah node – node
sistem drainase yang berfungsi untuk menggabungkan satu saluran dengan saluran
lain. Secara fisik dapat menunjukan pertemuan dua saluran atau sambungan pipa.
Outfall node adalah titik pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan
untuk menentukan batas hilir (downstream).
5. Analisis data
Analisis data dimulai ketika semua data yang telah terkumpul diolah dan
kemudian akan didapatkan beberapa hasil yang dapat menunjukan beberapa
indikasi keberhasilan atau tidak. Analisis data mencakup :
a) Daerah Pervious dan Impervious
Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan validasi data di
lapangan untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi
(pervious) dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious). Kemudian
dapat dihitung persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap
subcatchment, sebagai input data dalam subcatchment.
10

b) Nilai Curah Hujan Rencana


Nilai curah hujan rencana merupakan nilai input yang berupa time series.
Analisis frekuensi untuk mendapatkan nilai curah hujan rencana dilakukan dengan
menggunakan teori Probability Distribution, antara lain Distribusi Normal,
Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III dan Distribusi Gumbel.
Selanjutnya untuk penentuan jenis distribusi yang digunakan akan dilakukan uji
kecocokan berdasarkan Uji Chi Kuadrat. Nilai Chi Kuadrat selalu positif, bentuk
distribusi Chi Kuadrat tergantung dari derajat bebas (Db) (Isfandari dan Reini
2014).

Tabel 4. Tipikal nilai koefisien kekasaran manning, n


Saluran Keterangan n Manning
Lurus, baru,seragam, landai, dan bersih 0.016 - 0.033
Berkelok, landai dan berumput 0.023 - 0.040
Tanah
Tidak terawat dan kotor 0.050 - 0.140
Tanah berbatu kecil dan tidak teratur 0.035 - 0.045

Batu kosong 0.023 - 0.035


Pasangan
Pasangan batu belah 0.017 - 0.030

Halus, Sambunga baik dan rata 0.014 - 0.018


Beton
Kurang halus dan sambungan kurang rata 0.018 -0.030
Sumber : KemenPU 2011

a) Model EPA SWMM


1) Pembagian Subcatchment
Langkah awal dalam penggunaan SWMM adalah pembagian subcatchment
pada area penelitian. Pembagian tersebut sesuai dengan daerah tangkapan air
(DTA) yang ditentukan berdasarkan pada elevasi lahan dan pergerakan limpasan
ketika terjadi hujan.
2) Pembuatan Model Jaringan
Pembuatan model jaringan dilakukan berdasarkan sistem jaringan drainase
yang ada di lapangan. Model jaringan ini terdiri dari subcatchment, node junction,
conduit, outfall node, dan rain gage. Setelah model jaringan selanjutnya
dimasukan semua nilai parameter yang dibutuhkan untuk semua properti tersebut.
3) Simulasi Respon Aliran pada Time Series
Simulasi respon aliran pada time series dilakukan untuk melihat respon
debit aliran terhadap waktu berdasarkan sebaran curah hujan. Nilai yang
dimasukan adalah nilai sebaran curah hujan terhadap waktu dengan total nilai
sesuai dengan curah hujan rancangan hasil dari analisis hidrologi.
11

4) Simulasi model
Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter
berhasil dimasukan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error <
10%. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara
memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan
terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas
infiltrasi. Nilai Q dapat dihitung dengan persamaan (4) (Hendrayani 2007).
Selanjutnya limpasan terjadi (Q) akan mengalir melalui conduit atau saluran yang
ada.

Q = W 1/n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4)

Keterangan :
Q = debit aliran yang terjadi (m3/det)
W = lebar subcatchment (m)
n = koefisien kekasaran Manning
d = kedalaman air (m)
dp = kedalaman air tanah (m)
S = kemiringan dasar saluran

5) Output SWMM
Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing
continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment
runoff, node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading,
link flow, dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi
rancangan.
6) Visualiasi hasil
Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil
output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui
tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran. Melalui visualisasi profil
saluran dapat diamati secara langsung perbedaan tinggi saluran terhadap muka air.
Evaluasi saluran dilakukan dengan melihat dan membandingkan limpasan yang
mengalir pada setiap saluran terhadap kapasitas saluran. Apabila kapasitas saluran
lebih besar dari pada limpasan maka tidak diperlukan perubahan dimensi saluran.
Jika nilai limpasan lebih besar daripada kapasitas saluran maka perubahan
dimensi saluran perlu dilakukan.
7) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Output dari SWMM dapat mengetahui dimensi yang dibutuhkan untuk
membuat saluran drainase yang efisien. Setelah mengetahui dimensi saluran
drainase maka dapat diketahui pula RAB dari pembuatan saluran drainase yang
dibutuhkan .
8) Penyusunan Laporan Akhir
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi keseluruhan
proses penelitian yang sudah dikerjakan. Tahapan penelitian lebih jelas disajikan
dalam bagan alir pada Gambar 2.
12

MULAI

Data primer : Data sekunder :


1. Dimensi saluran 1. Data curah hujan
drainase 2. Peta master plan
2. Elevasi saluran
drainase

Nilai curah Daerah


hujan rencana pervious dan
impervious

Simulasi dengan EPA SWMM 5.1 Modifikasi


dimensi saluran
drainase
Debit

Kesesuaian
Tidak
dengan saluran
drainase

Ya

Penyusunan
RAB

SELESAI

Gambar 2 Tahapan penelitian


13

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif lokasi penelitian berada di Perumahan De Bale Permata


Arcadia, Depok, Jawa Barat, yang terletak di kelurahan Sukatani, Cimanggis,
Depok. Secara geografis Perumahan De Bale Permata Arcadia terletak pada
koordinat 6° 24’ 06.07” - 6° 23’ 59.19” LS dan 106° 52’ 54.33” - 106° 53’ 01.03”
BT. Luas keseluruhan Perumahann De Bale Permata Arcadia sebesar ± 8 Ha.
Perumahan De Bale Permata Arcadia memiliki lima cluster yaitu De Bale
Sapphire, De Bale Jade, De Bale Ruby, De Bale Diamond, dan De Bale Topaz.
Penelitian evaluasi saluran drainase berada pada Cluster De Bale Sapphire, daerah
lokasi penelitian memiliki ketinggian 210-215 mdpl dengan kondisi tata guna
lahan didominasi oleh pemukiman dan pengerasan jalan oleh aspal.
Beberapa permasalahan yang kerap terjadi pada perumahan De Bale
Permata Arcadia Cluster De Bale Sapphire adalah beberapa saluran dipenuhi
sampah dan endapan lumpur serta kurangnya perawatan terutama pada saluran
drainase yang memiliki percabangan. Hal ini menyebabkan genangan air pada
beberapa ruas jalan ketika terjadi hujan dengan intensitas lebat. Kapasitas saluran
yang kurang memadai, sehingga curah hujan yang deras mengakibatkan air
meluap dari saluran drainase.

Analisis Curah Hujan Rencana

Analisis hujan menggunakan data curah hujan harian dari tahun 2007
hingga 2016 milik Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Dramaga, Bogor. Curah hujan rencana dihitung berdasarkan data curah
hujan harian maksimum selama 10 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun


Curah Hujan Curah Hujan
Tahun Tahun
(mm) (mm)
2007 155.50 2012 123.00
2008 104.50 2013 136.80
2009 115.10 2014 169.10
2010 144.50 2015 155.80
2011 97.60 2016 108.60

Berdasarkan data curah hujan harian maksimum tahun 2007-2016, dapat


dihitung nilai hujan rencana dengan menggunakan metoda distribusi probabilitas.
Analisis frekuensi dilakukan dengan menggunakan metode distribusi probabilitas
yaitu distribusi Normal, distribusi Log Normal, distribusi Log Pearson III, dan
distribusi Gumbel (Triatmodjo 2010). Kala ulang yang digunakan untuk
menghitung nilai hujan rencana yaitu 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun. Kala ulang
(return period) adalah waktu perkiraan dimana hujan dengan suatu besaran
tertentu akan disamai atau dilampaui. Hasil analisis frekuensi curah hujan rencana
dapat dilihat pada Tabel 6.
14

Tabel 6 Hasil analisa curah hujan rencana (mm)


Periode Normal Log Normal Log Pearson III Gumbel
2 131.05 128.93 129.14 127.70
5 151.85 151.33 151.66 157.26
10 162.74 164.57 164.74 176.83
25 173.39 178.63 179.74 201.56
50 181.81 190.60 189.99 219.91

Hasil perhitungan nilai curah hujan rencana dari setiap metode memiliki
nilai yang berbeda sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat masing-
masing jenis distribusi. Hal ini dilakukan dengan melakukan tinjauan terhadap
syarat batas parameter statistik tiap distribusi. Penentuan tipe distribusi dapat
dilihat dari parameter-parameter statistik data pengamatan lapangan, yaitu nilai
koefisien kemencengan (Cs), koefisien variasi (Cv), dan koefisien kurtois (Ck).

Tebel 7 Perbandingan parameter distribusi probabilitas


Syarat
Jenis distribusi Cs Ck
Cs Ck
Gumbel -0.3533 3.3046 Cs=1.14 Ck=5.4
Normal -0.3533 3.3046 Cs≈0 Ck≈3
Log normal -0.3533 3.3046 Cs=0.43 Ck=3.33
Log pearson III -0.3533 3.3046 selain dari nilai di atas

Data berdasarkan Tabel 7 nilai yang memenui syarat yaitu jenis distribusi
Log Pearson III. Jenis distribusi Log Pearson III selanjutnya dilakukan uji
kecocokan dengan uji Chi Kuadrat. Uji kecocokan dimaksudkan untuk
mengetahui apakah pemilihan metode distribusi frekuensi yang digunakan dapat
diterima atau ditolak. Nilai distribusi yang digunakan untuk pengujian Chi
Kuadrat yaitu distribusi Log Pearson III. Hasil pengujian uji Chi Kuadrat dapat
dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil perhitungan uji Chi Kuadrat distribusi Log Person III
Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef)2/Ef
1 >2.198 1 2 -1 0,5
2 2.198 - 2.126 4 2 2 2
3 2.126 - 2.075 1 2 -1 0,5
4 2.075 - 2.027 2 2 0 0
5 <2.027 2 2 0 0
∑ Jumlah 10 10 0 3

Data pada Tabel 8 menunjukan nilai yang didapatkan sebesar 3. Hal ini
menunjukkan pengujian untuk distribusi Log Pearson III dapat diterima karena
nilai perhitungan lebih kecil dari pada tabel uji Chi Kuadrat yang nilainya
5.991. Nilai yang digunakan merujuk pada Tabel 6 yaitu 151.66 nilai tersebut
diambil karena menurut KEMENPU untuk analisis saluran drainase saluran pada
daerah tangkapan air yang luasnya kurang dari 10 Ha digunakan periode ulang 5
tahun.
15

Evaluasi Saluran Drainase

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan didapatkan bahwa sistem


drainase cukup baik karena terdapat saluran disetiap ruas jalan namun dimensinya
kurang memadai. Bentuk penampang saluran drainase berdasarkan pengamatan
langsung dilapangan yaitu berbentuk persegi dengan dimensi saluran yang
beragam. Saluran terbuat dari pasangan batu yang dilapisi oleh mortar dengan
permukaan yang cukup kasar, sehingga nilai koefisien Manning yang dipakai
sebesar 0.025. Observasi di lapangan pada saat hujan lebat dibeberapa lokasi air
meluap dari saluran drainase yang ada, hal ini terjadi karena kapasitas saluran
tidak sesuai dengan volume limpasan. Kedalaman genangan mencapai ± 10 cm
pada lokasi jalanan sebelum mencapai outlet. Perumahan De Bale Permata
Arcadia terdiri dari 5 cluster dengan total keseluruhan rumah yang telah terbangun
mencapai 196 rumah, salah satu cluster yang akan di kaji pada Perumahan De
Bale Permata Arcadia adalah cluster De Bale Sapphier yang kemudian dibagi
menjadi beberapa subcatchment. Pembagian subcatchment ini berdasarkan arah
aliran saat terjadi runoff. Citra satelit pada software Google Earth digunakan
untuk membantu membagi subcatchment dengan pengambilan citra tanggal 11
April 2017. Sistem jaringan drainase dimodelkan menggunakan software EPA
SWMM 5.1, komponen yang diperlukan yaitu subcatchment, junction, conduit,
dan outfall nodes. Setelah pemodelan didapatkan 7 subcatchment, 12 junction, 15
conduit, dan 1 outfall nodes. Karateristik subcatchment ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Karateristik subcatchment


Lahan Lahan
Saluran
Subcatchment luas (ha) Impervious Pervious
pengeluaran
(%) (%)
Sub 1 C 12 0.12 75.00 25.00
Sub 2 C 11 0.09 88.89 11.11
Sub 3 C 17 0.08 87.50 12.50
Sub 4 C4 0.14 92.50 7.50
Sub 5 C 14 0.01 00.00 100.00
Sub 6 C2 0.10 100.00 00.00
Sub 7 C3 0.09 100.00 00.00

Lokasi penelitian merupakan pemukiman padat penduduk, oleh karena itu


daerah impervious ada pada rentang 75-100%. Subcatchment yang dipenuhi
rumah atau gedung memiliki nilai impervious 88.89-100%, sedangkan daerah
yang memiliki lahan kosong atau taman memiliki nilai impervious 75%. Luas
subcatchment yang berbeda menghasilkan besarnya limpasan yang berbeda dan
selanjutnya limpasan mengalir ke junction. Conduit akan meneruskan aliran air
yang diterima junction sebelumnya, conduit juga akan bertemu dengan junction
berikutnya yang menjadi titik temu antar saluran. Komponen lain yang digunakan
yaitu rain gauge yang berguna untuk memberi hujan rencana kepada model
jaringan drainase yang telah dibuat. Simulasi aliran dilakukan dengan
menggunakan data curah hujan yang ditentukan dari analisis hidrologi curah hujan
rencana. Data disimulasikan pada Time Series menggunakan pola distribusi hujan
6 jam yang diapatkan dengan menggunakan metode Hyetograph dengan Alternatif
16

Block Methode, kemudian dimasukan ke dalam permodelan sebagai data hujan


rencana dengan time series. Puncak hujan selama selama 6 jam dengan curah
hujan harian sebesar 151.665 mm. Pada jam ke-3 menit ke 10 merupakan nilai
curah hujan tertinggi. Presentase distribusi hujan selama 6 jam dengan
menggunakan metode hyetograph dengan alternatif block methode dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10 Distribusi hujan selama 6 jam
Jam ke 1 2 3 4 5 6
Distribusi Hujan (%) 7 10 55 14 8 6
Curah Hujan (mm) 10.237 15.212 83.462 21.688 12.118 8.948

Simulasi selanjutnya dilakukan untuk melihat respon aliran air. Simulasi


menghasilkan kualitas yang cukup baik dengan nilai continuity error surface
runoff adalah 0.08% dan nilai continuity error flow routing adalah 0.00%. Nilai
simulasi kurang baik jika nilai continuity error mencapai 10%. Setelah simulasi
dilakukan, dapat terlihat daerah mana saja yang mengalami runoff dan aliran air di
saluran melebihi kapasitas. Pada simulasi jam ke 3 menit ke 10 ada pergerakan
debit yang melebihi kapasitas seharusnya karena pada jam ke 3 menit ke 10
terjadi puncak intensitas hujan. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 3.

m
14 28 42 56

Gambar 3 Simulasi model pada jam ke 3 menit ke 10


17

Hasil simulasi menunjukan warna yang berbeda pada tiap segmen. Warna
merah pada saluran C2 menunjukan aliran yang terjadi pada simulasi melebihi
kapasitas normal. Air meluap pada satu saluran tersebut karena hasil akumulasi
dari saluran. Limpasan yang terjadi pada subcatchment juga cukup besar sehingga
menyumbang banyak air yang masuk ke saluran. Hasil simulasi menunjukan dari
151.665 mm curah hujan rencana, hanya sedikit yang mampu diserap dan sisanya
mengalir sebagai runoff. Total infiltrasi paling besar terjadi pada subcatchment 5
yang merupakan lahan kosong sebesar 6.12 mm. Nilai infiltrasi yang besar terjadi
karna daerah impervious pada lahan kosong lebih sedikit. Sementara total debit
puncak tertinggi terjadi pada subcatchment 1 sebesar 0.03 /detik. Total debit
puncak runoff hasil simulasi diperoleh sekitar 0.01-0.03 /detik. Besarnya
limpasan puncak tiap subcatchment menggambarkan nilai debit limpasan puncak
sesuai dengan curah hujan yang terjadi, hasil simulasi limpasan subcatchment
dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil simulasi limpasan subcatchment


Total Total
Total Hujan Debit puncak
Subcatchment Infiltrasi Limpasan
(mm) (m3/det)
(mm) (mm)
Sub 1 151.66 1.53 150.23 0.03
Sub 2 151.66 0.68 151.06 0.02
Sub 3 151.66 0.77 150.97 0.02
Sub 4 151.66 0.46 151.29 0.03
Sub 5 151.66 6.12 145.95 0.01
Sub 6 151.66 0.00 151.71 0.03
Sub 7 151.66 0.00 151.70 0.02

Besar limpasan sangat mempengaruhi aliran yang terjadi. Puncak limpasan


untuk setiap subcatchment menggambarkan nilai debit limpasan puncak
berdasarkan distribusi curah hujan terhadap waktu yang telah dimodelkan dalam
time series. Pergerakan debit limpasan terhadap waktu untuk subcatchment 6
dilihat pada Gambar 4.
Limpasan ( l/det)

Jangka Waktu (jam)

Gambar 4 Besar limpasan terhadap waktu subcathment 6


18

Hasil simulasi grafik aliran juga dapat dilihat untuk masing-masing saluran
sesuai dengan arah alirannya. Seperti yang sudah dijelaskan menurut Gambar 3
ada saluran yang meluap. Hal ini disebabkan debit aliran yang dihasilkan oleh
limpasan terlalu besar sehingga saluran tidak dapat menampungnya. Pergerakan
aliran debit rencana yang terjadi pada saluran C2, C3, C4, C14 dan C15. Arah
aliran bergerak dari saluran C2 menuju ke saluran C15 dapat dilihat pada gambar
5. Secara lengkap profil aliran saluran C2 sampai C15 disajikan pada Gambar 6.
Aliran ( l/det)

Jangka Waktu (jam)

Gambar 5 Debit rencana pada saluran C2-C15 (Out2)


Elevasi (m)

Jarak (m)

Gambar 6 Profil aliran saluran C2-C15 (Out2)

Gambar 4 menunjukan profil aliran yang terjadi pada saluran C2 sampai


node Out2. Hasil simulasi yang ditunjukan pada saluran C2 (node J2) tidak dapat
19

menampung aliran air sehingga air pada saluran meluap. Hasil pada gambar diatas
menunjukan air meluap setelah mendapat akumulasi dari subcatchment 6. Saluran
C2 air meluap memenuhi kapasitas saluran yang ada, kemudian aliran air terus
mengalir sampai saluran output. Profil aliran node J2- J3 dapat dilihat pada
Gambar 7.
Elevasi (m)

Jarak (m)

Gambar 7 Profil aliran node J2-J3

Saluran C2 diketahui tidak dapat menampung besarnya aliran yang terjadi


sehingga menyebabkan terjadinya limpasan, maka perlu diadakan perbaikan
saluran khususnya pada node J2 sampai J3 yaitu dengan cara menambah
kemiringan dasar saluran, agar air yang mengalir pada saluran drainase dapat
mengalir tanpa hambatan. Slope eksisting saluran C2 adalah sebesar 0.003
sepanjang 67 meter, hal inilah yang menyebabkan aliran pada saluran C2
berbentuk landai dan tidak dapat menahan beban limpasan yang terjadi sehingga
air berjalan dengan lambat. Perbaikan pada saluran C2 (node J2-J3) adalah
merubah kemiringan dasar saluran dengan cara menurunkan elevasi menjadi
saluran. Evaluasi pertama dilakukan pada saluran C2 dengan meningkatkan
kemiringan pada saluran tersebut. Kemiringan saluran diperoleh dengan cara trial
and error dengan menurunkan elevasi dasar saluran pada junction 3 dan junction
4. Penurunan elevasi dasar pertama adalah pada junction 3 dari 85.423 mdpl
menjadi 85.323 mdpl akan berdampak pada penurunan kemiringan pada saluran
C2. Sedangkan penurunan elevasi dasar kedua adalah pada junction 4 dari 85.206
mdpl menjadi 85.106 mdpl akan berdampak pada penurunan kemiringan pada
saluran C3. Saluran C3 perlu dilakukan penurunasn elevasi agar aliran air pada
saluran C2 dapat mengalir tanpa adanya hambatan, serta untuk menyesuaikan pola
kemiringan dasar saluran drainase. Hal ini perlu dilakukan agar kemiringan dasar
saluran tidak terlalu landai sehinga air yang masuk kedalam saluran dengan cepat
dapat dialirkan ke saluran pembuangan atau sungai. Profil aliran perbaikan
kemiringan dasar saluran dapat dilihat pada Gambar 8.
20

Elevasi (m)

Jarak (m)

Gambar 8 Profil aliran node J2-Out2 perbaikan

Perencanaan Ulang Saluran Drainase

Perencanaan pembuatan ulang saluran drainase yang terdapat pada


perumahan De Bale Permata Arcadia, Cluster De Bale Sapphire adalah bertujuan
untuk mengetahui besarnya efektivitas serta efisiensi saluran drainase. Kapasitas
saluran drainase pada Cluster De Bale Sapphire diharapkan dapat memadai
sehingga tidak terjadi limpasan pada saat hujan lebat. Kapasitas saluran yang tidak
sesuai membutuhkan evaluasi lebih lanjut untuk mengatasi terjadinya luapan.
Perencanaan ulang dibutuhkan agar kapasitas saluran drainase dapat menampung
air yang kemudian dapat dihubungkan kemudian dialirkan ke sungai. Pembuatan
dimensi saluran baru dapat berupa lebar, tinggi, dan keiringan dasar saluran,
sesuai dengan pertimbangan luas lahan yang tersedia di lapang. Perencanaan
pembuatan saluran drainase adalah dengan cara trial error yang diperoleh dengan
menggunakan program Microsoft Excel disajikan pada Tabel 12.

Tebel 12 Perbandingan dimensi eksisting dan optimal


Dimensi Eksisting Dimensi Rencana
Saluran 2
H (m) B (m) A (m ) H (m) B (m) A (m2)
C2 0.53 0.38 0.20 0.40 0.20 0.08
C3 0.53 0.34 0.18 0.48 0.28 0.13
C4 0.53 0.37 0.19 0.54 0.34 0.18
C9 0.47 0.59 0.28 0.47 0.59 0.28
C 10 0.55 0.37 0.20 0.35 0.25 0.08
C 11 0.49 0.37 0.18 0.40 0.25 0.10
C 12 0.57 0.36 0.20 0.40 0.25 0.10
C 13 0.47 0.56 0.26 0.47 0.56 0.26
C 14 0.60 0.36 0.21 0.57 0.37 0.21
C 15 0.60 0.36 0.21 0.57 0.37 0.21
C 17 0.53 0.36 0.18 0.36 0.25 0.09
21

Evaluasi saluran drainase berpengaruh terhadap dimensi pada setiap saluran


terutama pada saluran C2 yang mengalami limpasan. Dimensi saluran C2
eksisting mempunyai tinggi saluran sebesar 0.530 m dan lebar saluran sebesar
0.385 m. Dimensi saluran C2 setelah dievaluasi memiliki ketinggian sebesar
0.400 m dan lebar saluran sebesar 0.200 m. Setelah dilakukan perencanaan
dengan merancang ulang saluran drainase yang ada, daya tampung saluran
drainase menjadi lebih besar dengan dimensi saluran yang lebih kecil. Kemiringan
saluran dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Debit dan kemiringan saluran rencana


Subcatchment Q rencana ( /detik) Kemiringan dasar saluran
Sub 1 0.03 0.004
Sub 2 0.02 0.003
Sub 3 0.02 0.003
Sub 4 0.03 0.008
Sub 5 0.01 0.009
Sub 6 0.03 0.005
Sub 7 0.02 0.006

m
14 28 42 56

Gambar 9 Simulasi model perencanaan ulang

Data pada Tabel 12 dan Tabel 13 merupakan besarnya dimensi saluran yang
akan dibangun pada Cluster De Bale Sapphire. Tinggi, lebar, dan kemiringan
22

dasar saluran didapatkan dengan melakukan cara trial error pada program
Microsoft Excel dengan acuan menggunakan debit rencana yang telah didapatkan
dari program SWMM 5.1. Setelah dimensi saluran yang baru diperoleh kemudian
data yang ada pada Tabel 11 imasukkan ke program SWMM 5.1 dan hasilnya
disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan hasil simulasi perencanaan ulang pada
Gambar 7 didapatkan conduit yang berwarna merah telah berubah menjadi warna
hijau saat hujan berlangsung selama 3 jam 10 menit. Hal ini menunjukkan saluran
C2 telah dapat menampung limpasan yang terjadi saat hujan. Profil aliran pada
node J2 sampai Out2 dapat dilihat pada Gambar 8.

Jarak (m)

Gambar 10 profil aliran node J2 – Out2

Berdasarkan hasil perhitungan untuk saluran yang telah dibangun,


didapatkan perbandingan total rincian anggaran biaya (RAB) untuk pembangunan
saluran drainase dimensi awal dengan dimensi optimal. Rincian biaya bangunan
untuk dimensi saluran awal sebesar Rp 62 300 000.00, dan untuk perbaikan
saluran sebesar Rp 2 620 000.00 serta untuk dimensi saluran optimal sebesar Rp
39 725 000.00. Dengan demikian didapatkan selisih biaya antara rincian biaya
bangunan untuk dimensi saluran awal sebesar Rp 22 575 000.00. Maka apabila
rancangan saluran pada saat pembangunan awal menggunakan dimensi optimal,
maka biaya yang dikeluarkan dapat lebih hemat.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

 Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan didapatkan jenis saluran


drainase yang ada adalah saluran terbuka, terdiri dari sembilan ruas saluran.
Sistem drainase di Perumahan De Bale Permata Arcadia pada cluster De
Bale Sappire cukup baik karena terdapat saluran di setiap ruas jalan namun
kapasitas daya tampung saluran masih kurang memadai.
 Debit limpasan maksimum terbesar pada subcatchment sebesar 0.03
m3/detik dan terjadi limpasan pada saluran C2. Pada saluran C11 juga
terjadi limpasan, karena kapasitas saluran tidak memadai maka perlu
23

dilakukan perbaikan, yaitu dari kemiringan dasar saluran eksisting sebesar


0.003 pada node J2-J3 diubah menjadi 0.103.
 Perencanaan ulang saluran drainase perlu dilakukan untuk mengetahui
tingkat efektivitas dan efisiensi dimensi saluran drainase serta untuk
mengetahui kapasitas optimal saluran agar luapan tidak terjadi. Apabila
saluran drainase pada Cluster De Bale Sapphire dioptimalkan sesuai dengan
kapasitasnya, terdapat efisiensi biaya sebesar Rp 22 575 000.00 dari biaya
pembangunan saluran drainase awal.

Saran

Perlunya dilakukan perubahan kemiringan dasar saluran yang lebih tepat


pada saluran drainase Cluster De Bale Sapphire agar air dapat mengalir secara
optimal ke outlet. Pengelolaan saluran penting dilakukan terutama dalam hal
kebersihannya, mengingat lokasi penelitian telah seluruhnya dibangun dan
ditempati.

DAFTAR PUSTAKA
Babbit HE. 1969. Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York (US):
Mcgraw Hill.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2015. Storm Water Management Model
(SWMM) Version 5.1.010 with Low Impact Development (LID) controls
[Internet]. (diunduh 2 Februari 2015). Tersedia pada http://
http://www.epa.gov/water-research/storm-water-management-model-swmm.
Fadhlillah ML. 2014. Evaluasi Saluran Drainase di Bogor Nirwana Residence
Dengan Model EPA SWMM 5.1 [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Farizi D. 2015. Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase pada Kawasan Perumnas
Talang Kelapa di SubDAS Lambidaro Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. (Universitas Sriwijaya) Vol. 3(1): 755-765.
Hasmar HHA. 2011. Drainase Terapan. Yogyakarta (ID): UII Press.
Hendrayani Y. 2007. Perencanaan Sistem dan Jaringan Drainase DAS Kali
Semarang (skripsi). Semarang (ID). Universitas Diponegoro Semarang.
Huber WC, Dickinson RE. 1988. Storm Water Management Model Version 4,
User’s manual. EPA 600/ 388/ 001a (NITS PB88-236641/ AS). U.S.
Environmental Protection Agency, Athens, GA.
Isfandari DT, Reini SI. 2014. Analisis Sistem Drainase di Kawasan Pemukiman
pada Sub DAS Aur Palembang (Studi Kasus: Pemukiman 9/10 Ulu). Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol 2(1).
[KemenPU] Kementrian Pekerjaan Umum 2011. Persyaratan Teknis dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 12/PRT/M/ Tahun 2011. Jakarta (ID). Kementrian
Pekerjaan Umum.
Kustamar, Hidayat I, Hirijanto, Rahmawati W. 2008. Kajian Sistem Drainase
Guna Menanggulangi Genangan Air Hujan Daerah Gading Kasri-Bareng.
Jurnal Sondir. Vol. 2(3):1-15.
24

Long AR, Ioannides AM. 2007. Drainage Evaluation at the U.S. 50 Joint Sealant
Experiment. Journal of Transportation Engineering. Vol 1 (1):133.
Pania HG, Tangkudung H, Kawet L, Wuisan EM. 2013. Perencanaan Sistem
Drainase Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Sipil Statik.
Vol 1(3):164-170.
Pediano D, Hadiani R, Suyanto. 2014. Penelusuran Banjir di DAS Temon dengan
Metode Muskingum-Cunge Menggunakan HydroCAD. Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol 2(4):718-726.
Priyantoro D, Sisinggih D, Irianto DB. 2014. Analisa Penataan Outlet Channel
Sungai Karang Anyar di Kota Tarakan. Jurnal Teknik Pengairan. Vol 5(2):
149 – 157.
Roberto HK. 2015. Evaluasi Saluran Drainase di Perumahan Dramaga Cantik,
Kabupaten Bogor dengan Model EPA SWMM 5.1 [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Rossman L. 2004. Storm Water Management Model User’s Manual Version 5.0.
Cincinnati. Washington (US): EPA United Stated Evironmental Agency.
Soemarto CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
ANDI.
Suroso, Suharyanto A, Anwar MR, Pudyono, Wicaksono DH. 2014. Evaluasi dan
Perencanaan Ulang Saluran Drainase pada Kawasan Perumahan Sawojajar
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil. 8(3): 207
– 213.
Triatmodjo B. 2010. Hidraulika II. Yogyakarta (ID): Beta Offset.
Tsihrintzis V, Hamid R. 1998. Runoff Quality Prediction from Small Urban
Catchments Using SWMM. Hydrol Process. 12 (2) 311-329.
Warwick JJ, Tadepalli P. 1991. Efficacy of SWMM Application. Journal of water
resources planning and management. 117(3).
Widodo E, Ningrum D. 2015. Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Permukiman
Soekarno Hatta Kota Malang dan Penanganannya. Jurnal Ilmu-ilmu Teknik.
1(3): 1 – 9.
Wismarini TD, Ningsih DHU. 2010. Analisis Sistem Drainase Kota Semarang
Berbasis Sistem Informasi Geografi dalam Membantu Pengambilan
Keputusan bagi Penanganan Banjir. Jurnal Teknologi Informasi Dinamik.
15(1): 41 – 51.
25

Lampiran 1 Master plan perumahan De Bale Permata Arcaia

De Bale Sapphire

m
56 112 176 224

Sumber : Perumahan De Bale Permata Arcadia


26

Lampiran 2 Standar tinggi jagaan pada saluran terbuka


27

Lampiran 3 Contoh perhitungan kapasitas saluran

Saluran : C2
Debit simulasi (Q) : 0.02 m3/det
Lebar saluran eksisting (B) : 0.38 m
Kedalaman saluran eksisting : 0.42 m
Kemiringan dasar saluran (I) : 0.0021 %
Koefisien manning (n) : 0.025

Debit (Q) yang dapat ditampung oleh saluran (kapasitas saluran) sebesar :

( ) ( )

Q rencana < kapasitas saluran yang ada. Saluran dapat menampung debit
limpasan yang terjadi.
28

Lampiran 4 Contoh perhitungan dimensi saluran optimum

Debit simulasi (Q) : 0.03 m3/det


Kemiringan dasar saluran (I) : 0.005
Koefisien manning (n) : 0.025

Perhitungan dimensi optimal saluran C2 penampang segi empat

=
R=

=( )
R=
( )

=
R=
( )

R= = ( ) =h

R= ( ) ( 0.312 ) =h

0.174 m =h

17.4 mm = h

Syarat kecepatan rencana aliran pada saluran ≤ 0.6 (ok)


29

Lampiran 5 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran eksisting

Harga Satuan Jumlah


No Jenis Pekerjaan Volume Satuan (Rp) (Rp)
1 Pekerjaan Persiapan
1.1 Pembersihan lahan dan perataan 240,273 3,967 953,281
1.2 Mobilisasi dan demobilisasi 4 hari 200,000 800,000
2 Pekerjaan Tanah
2.1 Galian tanah 169,233 37,228 6,300,266
2.2 Pengangkutan hasil galian tanah 169,233 26,084 4,414,419

3 Pekerjaan Pemasangan batu 69,153 706,468 48,854,261

Pekerjaan Pembersihan dan


4 perapihan lahan 240,273 3,967 953,281

Total 62,275,510
30

Lampiran 6 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran perbaikan

Harga Satuan Jumlah


No Jenis Pekerjaan Volume Satuan (Rp) (Rp)
1 Pekerjaan Pasangan
1.1 Bongkaran pemanfaatan batu
2,441 103,155 251,831
bekas pasangan
1.2Pembersihan untuk pemafaatan
kembali material batu bekas 2,441 14,576 35,584
pasangan
2 Pekerjaan Tanah
2.1 Galian tanah 6,201 37,228 230,834
2.2 Pengangkutan hasil galian
tanah 6,201 26,084 161,739

3 Pekerjaan pemasangan batu 2,441 706,468 1,724,693

Pekerjaan Pembersihan dan


4 53,256 3,967 211,292
perapihan lahan

Total 2,615,976
31

Lampiran 7 Rencana anggaran biaya pembuatan saluran rencana optimal

Harga Satuan Jumlah


No Jenis Pekerjaan Volume Satuan (Rp) (Rp)
1 Pekerjaan Persiapan
1.1 Pembersihan lahan dan perataan 74,344 3,967 294,957
1.2 Mobilisasi dan demobilisasi 4 hari 200,000 800,000
2 Pekerjaan Tanah
2.1 Galian tanah 83,358 37,228 3,103,279
2.2 Pengangkutan hasil galian tanah 83,358 26,084 2,174,380

3 Pekerjaan pemasangan batu 46,781 706,468 33,049,421

4 Pekerjaan Pembersihan dan


75,527 3,967 299,653
perapihan lahan

Total 39,721,693
Lampiran 8 Gambar teknik saluran C2 32

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 9 Gambar teknik saluran C3 33

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 10 Gambar teknik saluran C4 34

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 11 Gambar teknik saluran C9 35

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:11
Lampiran 12 Gambar teknik saluran C10 36

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 13 Gambar teknik saluran C11 37

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 14 Gambar teknik saluran C12 38

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 15 Gambar teknik saluran C14 39

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
Lampiran 16 Gambar teknik saluran C17 40

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEGIATAN PEKERJAAN

PERENCANA

1. Rifki Adhi Mulya


2. Sutoyo, S.TP.,M.Si

LOKASI PENELITIAN

PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE

CATATAN

JUDUL GAMBAR

POTONGAN MELINTANG SALURAN


DRAINASE EKSISTING (a) DAN
RENCANA OPTIMAL (b)

KODE GAMBAR SATUAN SKALA

C MM 1:10
41

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari


1995 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Drs. Karsono (alm) dan Ibu Nunik Henar
Iriani. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
pada tahun 2007 di SDN 13 Ciracas, Ciracas, Jakarta
Timur. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 106 Ciracas hingga tahun
2010. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada
tahun 2013 di SMAS Pondok Karya Pembangunan Jakarta
Islamic School. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis mengambil program studi Teknik Sipil dan
Lingkungan. Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi
himpunan mahasiswa teknik sipil dan lingkungan (HIMATESIL) pada periode
2014-2015 sebagai anggota Departemen Community Development dan periode
2015-2016 sebagai ketua Departemen Community Development. Penulis pernah
mengikuti kepanitiaan dalam kegiatan seminar Indonesia Civil and Environmental
Festival (ICEF) 2015 divisi Liaision Officer. Penulis melaksanakan Praktik
Lapangan (PL) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian di Dinas
Tata Air Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta pada Juli – September 2016 dan
menulis laporan dengan judul “Mempelajari Sistem Bioaktivator Pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik Komunal Di IPAL MALAKASARI”. Penulis
melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi Saluran Drainase Dengan
Menggunakan Program SWMM 5.1 di Perumahan De Bale Permata Arcadia,
Depok – Jawa Barat” untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan dibimbing
oleh Bapak Sutoyo S.TP., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai