Hujan merupakan salah satu rangkaian peristiwa yang terjadi dalam siklus
hidrologi. Terkadang hujan yang turun pada periode tertentu menyebabkan
kelebihan air pada suatu wilayah. Saluran drainase merupakan saluran yang
berfungsi untuk menampung serta mengalirkan air hujan agar tidak terjadi
genangan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi saluran drainase yang
ada pada Cluster De Bale Sapphire serta menganalisis besaran limpasan yang
terjadi dan kesesuaiannya dengan jaringan drainase yang ada menggunakan EPA
SWMM 5.1. Simulasi jaringan drainase dilakukan secara terintegrasi dengan debit
banjir. Curah hujan rencana sebesar 151.66 mm yang diperoleh dengan
menggunakan metode Log Pearson III. Total debit puncak limpasan hasil simulasi
diperoleh sekitar 0.01 – 0.03 m3/det. Berdasarkan simulasi debit limpasan saluran
C2 tidak dapat menampung seluruh limpasan. Hal ini diakibatkan kemiringan
dasar saluran yang dimiliki terlalu kecil yaitu sebesar 0.002 %. Perbaikan pada
saluran C2 dilakukan dengan cara menurunkan elevasi antara titik J3 dan titik J4,
dan untuk itu dibutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp 2 620 000.00. Apabila
dilakukan optimalisasi pada seluruh jaringan drainase, maka akan didapatkan
efisiensi biaya sebesar Rp 22 575 000.00 dari biaya pembangunan saluran
drainase awal.
ABSTRACT
RIFKI ADHI MULYA. Evaluation of Drainage Channels using SWMM 5.1
Program in De Bale Permata Arcadia Residence, Depok – West Java. Supervised
by SUTOYO.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh
Ketua Departemen
Tanggal L l
u us: ·2 g SEP 2017
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia, hidayah, dan rahmat-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Evaluasi Saluran Drainase Dengan
Menggunakan Program SWMM 5.1 di Perumahan De Bale Permata Arcadia,
Depok, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
disampaikan kepada:
1. Bapak Sutoyo S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan
arahan dan bimbingan selama penelitian berlangsung
2. Bapak Tri Sudibyo ST., M.Sc dan Bapak Maulana Ibrahim Rau ST., M.Sc
atas kesediaannya sebagai dosen penguji dan telah memberikan saran
3. Kedua orang tua, Bapak Drs. Karsono (alm) dan Ibu Nunik Hendar Iriani
yang telah berjuang dengan gigih membesarkan dan mendidik dengan penuh
kasih sayang serta telah mengajarkan arti mencari ilmu dengan perjuangan
dan pengorbanan yang luar biasa.
4. Pimpinan developer perumahan De Bale Permata Arcadia yang telah
mengizinkan melakukan penelitian.
5. M. Arief Rahmadiya Fikri, Iqbal Dorojatun, Razeb Kamarullah, Abraham
Anwar, dan Wedo Aru Yudhantoro yang telah membantu dalam
pengambilan data primer
6. Idham Gembong Pangestu, Nico Augusta, Aditya Mandagi, atas informasi
dan sarannya.
7. Fikri Darmawan, Ruby Alamsyah, dan Wahyu Eko atas do’a, saran,
semangat, bantuan, dan dukungannya selama penelitian ini berlangsung.
8. Mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 50
yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat serta
saran yang diberikan.
Diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan
kualitas dalam penulisan selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hujan merupakan salah satu rangkaian peristiwa yang selalu terjadi dalam
siklus hidrologi. Terkadang hujan yang turun pada periode tertentu menyebabkan
kelebihan air pada suatu wilayah. Selain hujan, kegiatan manusia yang semakin
beragam, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan air, juga mengakibatkan
terjadinya air limbah. Akibatnya, muncul genangan-genangan air kotor pada
lingkungan tempat manusia tinggal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan
dan kualitas hidup manusia di wilayah tersebut. Pemanfaatan lahan yang semakin
besar juga berdampak terhadap timbulnya kelebihan air. Penutupan lahan dengan
berbagai bangunan konstruksi dalam tujuannya untuk menambah kenyamanan
dalam hidup manusia akan menyebabkan berkurangnya luasan tanah yang dapat
menyerap air hujan dan air buangan tersebut, sehingga kelebihan air akan
tergenang dalam waktu yang lama.
Drainase merupakan salah satu komponen infrastruktur yang penting untuk
menyalurkan kelebihan air. Meningkatnya limpasan karena pengurangan daerah
resapan air akibat adanya pembangunan dapat diatasi dengan pembangunan
drainase yang memadai, sehingga dapat mengalirkan kelebihan air. Kualitas
manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.
Masalah yang sering dihadapi adalah bahwa drainase masih sering dianggap
sebagai pekerjaan yang kurang penting. Hal ini menyebabkan drainase yang sudah
dibuat tidak dapat menampung air buangan sesuai kebutuhan sehingga walaupun
wilayah tersebut sudah memiliki jaringan drainase namun masih saja terdapat
banyak genangan air atau bahkan terjadi banjir. Pembangunan yang terlampau
cepat pada suatu kota yang berkembang yang tidak diimbangi dengan
pembangunan infrastruktur juga menyebabkan persoalan drainase yang sangat
kompleks. Sistem drainase yang baik dapat menyelamatkan pemukiman dari
genangan air ( Roberto 2015).
Perumahan De Bale Permata Arcadia merupakan salah satu perumahan
yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Saat ini saluran drainase di kawasan
tersebut tidak dapat menampung aliran permukaan bila terjadi hujan dengan
intensitas yang tinggi. Pada saat hujan dengan intensitas tinggi beberapa saluran
meluap sehingga terjadi genangan. Hal ini mengakibatkan jalan di perumahan
tersebut mudah rusak. Kawasan perumahan ini berada pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cipinang Timur. Saluran drainase yang tidak dapat menampung air
buangan dapat menyebabkan banjir, khususnya didaerah perkotaan. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian mengenai besarnya limpasan yang terjadi dan
kesesuaiannya dengan saluran drainase yang tersedia. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah model EPA SWMM 5.1. Model ini banyak digunakan
untuk menganalisis permasalahan limpasan di daerah perkotaan.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Hidrologi
tersebut ada yang langsung menguap kembali, sebagian tertahan di tumbuhan, dan
sebagian mencapai permukaan tanah. Air di permukaan tanah sebagian ada yang
masuk kedalam tanah (infiltrasi) sebagian ada yang mengalir di permukaan tanah
menuju tempat yang lebih rendah (runoff). Pada perjalanan yang lebih rendah
sebagian air mengalami penguapan. Sebagian air yang masuk kedalam tanah akan
keluar kembali yang disebut dengan interflow. Sebagian dapat masuk ke tanah
yang lebih dalam dan masuk ke dalam aliran bawah tanah (groundwater flow)
(Suripin 2004).
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya
dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan
atmosfer (Pediano dkk 2014). Hujan merupakan komponen yang sangat penting
dalam analisis hidrologi. Hujan dibutuhkan sebagai perencanaan debit untuk
menentukan dimensi saluran drainase. Analisis hidrologi dapat menciptakan
analisis frekuensi curah hujan. Analisis frekuensi curah hujan bertujuan untuk
menentukan curah hujan rancangan yang akan digunakan dalam permodelan.
Curah hujan rancangan merupakan kemungkingan tinggi hujan yang terjadi dalam
kala ulang tertentu. Data hidrologi mencakup antara lain luas daerah drainase,
besar, dan frekuensi dari intensitas hujan rencana. Ukuran dari daerah tangkapan
air akan mempengaruhi aliran permukaan sedangkan daerah aliran dapat
ditentukan dari peta topografi atau foto udara (Farizi 2015)
Dalam analisis hidrologi terdapat analisis frekuensi yang digunakan untuk
memperkirakan hujan rancangan dengan kemungkinan tertinggi pada periode
tertentu. Hasil analisis frekuensi berfungsi sebagai dasar perhitungan untuk
mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Data hidrologi yang
diperlukan dalam perancangan drainase adalah data curah hujan dari stasiun
pencatat curah hujan disekitar atau terdekat lokasi studi (Widodo dan Ningrum
2015). Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan metoda probability distribution
antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log-Person III,
dan Distribusi Gumbel (Triatmodjo 2010)
Sistem Drainase
sebagai salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota
untuk menuju kehidupan yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya
guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan
(Suripin 2004). Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang komperhensif dan
integratif untuk memaksimalkan daya guna air. Menurut Suroso dkk (2014),
evaluasi sistem jaringan drainase digunakan untuk mengetahui saluran-saluran
yang tidak mampu menampung debit air hujan dengan intensitas tertentu dan
limbah domestik sebagai penyebab terjadinya genangan. Konsep yang diterapkan
tidak hanya mengalirkan namun juga menahan air hujan ditempat turun hujan.
Untuk memaksimalkan sistem drainase yang berkelanjutan dapat menambahkan
bangunan yang membantu menahan air di tempat turun hujan. Bangunan tersebut
dapat berupa sumur resapan dan danau buatan.
Banjir merupakan fenomena alam yang terjadi akibat kelebihan air pada
suatu tempat. Banjir sebagai bencana alam dapat mengakibatkan kerusakan dari
sisi kehidupan maupun material. Analisa hidrologi diperlukan untuk menghitung
debit banjir rancangan yang akan dipakai dalam perhitungan analisa kapasitas
saluran drainase. Data hidrologi yang diperlukan dalam perancangan drainase
adalah data curah hujan dari stasiun pencatat curah hujan disekitar atau terdekat
lokasi studi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir.
Secara umum penyebab banjir diberbagai belahan dunia adalah: (Suripin 2004) :
1. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya banjir. Hal ini dikarenakan pertambahan penduduk yang sangat cepat
diatas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional. Pertambahan penduduk dapat
disebabkan urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertambahan
penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana
perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi
tidak teratur.
2. Keadaan Iklim
Keadaan iklim yang dapat menyebabkan banjir yaitu ketika hujan turun
yang terlalu lama dan gelombang badai yang tinggi. Hujan turun yang terlalu lama
dapat menyebabkan banjir pada daerah aliran sungai. Hal ini dikarenakan debit
hujan yang dihasilkan tidak mampu ditampung oleh badan air. Sedangkan,
gelombang badai yang tinggi dapat menyebabkan banjir pada muara sungai atau
daerah pantai. Hal ini dikarenakan kombinasi dari pasang surut, tinggi muka air
laut, dan besarnya ombak.
3. Perubahan Tata Guna Lahan
Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi, perubahan tata guna lahan
dari pedesaan menjadi perkotaan sangat berpotensi menyebabkan banjir. Banjir
banyak terjadi pada daerah muara. Hal ini disebabkan perubahan tata guna lahan
yang tidak diselaraskan dengan sistem drainase yang berkelanjutan, sehingga
banyak runoff yang dialirkan ke hilir.
4. Land Subsidence
Land subsidence atau penurunan level tanah dari elevasi sebelumnya.
Pernurunan level tanah dapat disebabkan dari explorasi bawah tanah yang
berlebihan sehingga menyebabkan gelombang pasang dari laut melebihi
permukaan sungai pada area penurunan level tanah.
5
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2017.
Evaluasi saluran drainase yang akan dianalisis adalah saluran drainase yang
berada di Perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer berupa dimensi saluran dan karakteristik saluran drainase.
data sekunder berupa data curah hujan maksimum selama 10 tahun di daerah
Depok, peta tutupan lahan, peta kontur, dan master plan Perumahan De Bale
Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat. Data curah hujan tahunan diperoleh dari
stasiun klimatologi yang berada di Dramaga, Kabupaten Bogor. Data kontur, peta
tutupan lahan, dan master plan Perumahan De Bale Permata Arcadia diperoleh
dari kontraktor dan pengembang perumahan atau diperoleh dari pemerintah kota
Depok. Alat yang digunakan yaitu kompas, theodolite, target rod, patok,
notebook/laptop, alat tulis, kalkulator, dan software EPA SWMM 5.1.
Prosedur Penelitian
2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan melakukan survei langsung ke tempat
penelitian. Pada penelitian ini survei dilakukan pada perumahan De Bale Permata
Arcadia, Depok, Jawa Barat. Tahap persiapan juga meliputi proses identifikasi
masalah, data, bahan dan alat apa saja yang diperlukan dalam penelitian ini.
3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dilakukan dilapangan dengan mensurvei data-data yang dibutuhkan di wilayah
penelitian. Data-data primer yang dibutuhkan adalah kondisi jaringan drainase
pada saat penelitian yaitu meliputi jenis saluran, dimensi saluran, elevasi saluran,
dan batas daerah tangkapan air untuk setiap subcatchment. Data sekunder yang
dikumpulkan meliputi data curah hujan harian tahun 2007 – 2016 yang diperoleh
dari BMKG, peta tutupan lahan, data harga beton saluran drainase, dan master
plan dari perumahan De Bale Permata Arcadia, Depok, Jawa Barat.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan data primer dan data sekunder dalam
membuat permodelan saluran drainase. Data primer yang digunakan adalah
kondisi eksisting jaringan drainase meliputi jenis saluran, panjang saluran, lebar
saluran, kedalaman saluran, elevasi saliran dan batas daerah tangkapan air untuk
setiap subcatchment. Sementara data sekunder meliputi data curah hujan harian,
peta tutupan lahan, peta lokasi penelitian, dan data harga beton saluran drainase.
Dalam simulasi permodelan data-data yang digunakan antara lain:
a) Rain Gauge
Dalam software EPA SWMM rain gauge merupakan data penyedia curah
hujan yang digunakan untuk satu atau lebih subcatchment. Data curah hujan
didefinisikan sebagai time series pada software. Data curah hujan pada rain gauge
didapat dari hasil perhitungan curah hujan rencana dengan menggunakan analisis
frekuensi distribusi probalitas.
b) Subcatchment
Subcatchment merupakan daerah topografi dan sistem drainase yang
mengalirkan langsung aliran permukaan menuju suatu titik aliran outlet.
Parameter subcatchment yang digunakan untuk permodelan software EPA
SWMM yaitu luas subcatchment, presentase kemiringan subcathcment, panjang
pengaliran, outlet, rain gauge, presentase luas daerah kedap air dan presentase
dari impervious area tanpa depression storage.
Pada subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap
air) dan pervious (dapat dilalui air). Pada daerah impervious terdiri dari dua
daerah yaitu depression storage (air hujan yang terjebak dalam cekungan
permukaan tanah) dan non depression storage. Nilai depression storage dapat
dilihat pada Tabel 1 (Rossman 2004).
Keterangan :
Fp = angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
Fo = nilai infiltrasi maksimum (mm/jam)
Fc = nilai infiltrasi minimum (mm/jam)
T = lama hujan (det)
K = koefisien penurunan head (l/det)
Tanah berpasir 10
Kering dengan banyak Tanah lempung 6
2 Tanah liat 2
tumbuhan
.................................................................................................. (2)
.................................................................................................. (3)
Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/det) Rs = jari-jari hidrolik (m)
n = koefisien kekasaran dining I = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran (m2) Q = debit (m3/detik)
9
Conduit adalah saluran atau pipa yang menyalurkan air dari node satu ke
node lainnya. EPA SWMM menyediakan berbagai macam bentuk conduit yang
digunakan dilapangan. Perhitungan debit pada conduit menggunakan persamaan
(2) dan (3). Conduit memiliki nilai koefisien kekasaran manning n yang berbeda
menurut tipe saluran dan jenis bahan yang digunakan pada saluran seperti
disajikan pada Tabel 4 (KemenPU 2011). Junction node adalah node – node
sistem drainase yang berfungsi untuk menggabungkan satu saluran dengan saluran
lain. Secara fisik dapat menunjukan pertemuan dua saluran atau sambungan pipa.
Outfall node adalah titik pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan
untuk menentukan batas hilir (downstream).
5. Analisis data
Analisis data dimulai ketika semua data yang telah terkumpul diolah dan
kemudian akan didapatkan beberapa hasil yang dapat menunjukan beberapa
indikasi keberhasilan atau tidak. Analisis data mencakup :
a) Daerah Pervious dan Impervious
Identifikasi daerah pervious dilakukan dengan melakukan validasi data di
lapangan untuk melihat daerah yang dapat menyerap air melalui infiltrasi
(pervious) dan daerah yang tidak dapat melewatkan air (impervious). Kemudian
dapat dihitung persentase luas daerah pervious dan impervious untuk setiap
subcatchment, sebagai input data dalam subcatchment.
10
4) Simulasi model
Simulasi ini dilakukan setelah model jaringan drainase dan semua parameter
berhasil dimasukan. Simulasi dapat dikatakan berhasil jika continuity error <
10%. Dalam simulasi SWMM besarnya debit banjir dihitung dengan cara
memodelkan suatu sistem drainase. Aliran permukaan atau limpasan permukaan
terjadi ketika intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas
infiltrasi. Nilai Q dapat dihitung dengan persamaan (4) (Hendrayani 2007).
Selanjutnya limpasan terjadi (Q) akan mengalir melalui conduit atau saluran yang
ada.
Q = W 1/n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4)
Keterangan :
Q = debit aliran yang terjadi (m3/det)
W = lebar subcatchment (m)
n = koefisien kekasaran Manning
d = kedalaman air (m)
dp = kedalaman air tanah (m)
S = kemiringan dasar saluran
5) Output SWMM
Output dari simulasi ini antara lain runoff quantity continuity, flow routing
continutiy, highest flow instability indexes, routing time step, subcatchment
runoff, node depth, node inflow, node surcharge, node flooding, outfall loading,
link flow, dan conduit surcharge yang disajikan dalam laporan statistik simulasi
rancangan.
6) Visualiasi hasil
Visualisasi hasil yang ditampilkan berupa jaringan saluran drainase hasil
output dari simulasi, profil aliran dari beberapa saluran utama dan yang diketahui
tergenang, dan grafik aliran yang terjadi pada saluran. Melalui visualisasi profil
saluran dapat diamati secara langsung perbedaan tinggi saluran terhadap muka air.
Evaluasi saluran dilakukan dengan melihat dan membandingkan limpasan yang
mengalir pada setiap saluran terhadap kapasitas saluran. Apabila kapasitas saluran
lebih besar dari pada limpasan maka tidak diperlukan perubahan dimensi saluran.
Jika nilai limpasan lebih besar daripada kapasitas saluran maka perubahan
dimensi saluran perlu dilakukan.
7) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Output dari SWMM dapat mengetahui dimensi yang dibutuhkan untuk
membuat saluran drainase yang efisien. Setelah mengetahui dimensi saluran
drainase maka dapat diketahui pula RAB dari pembuatan saluran drainase yang
dibutuhkan .
8) Penyusunan Laporan Akhir
Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan akhir yang berisi keseluruhan
proses penelitian yang sudah dikerjakan. Tahapan penelitian lebih jelas disajikan
dalam bagan alir pada Gambar 2.
12
MULAI
Kesesuaian
Tidak
dengan saluran
drainase
Ya
Penyusunan
RAB
SELESAI
Analisis hujan menggunakan data curah hujan harian dari tahun 2007
hingga 2016 milik Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Dramaga, Bogor. Curah hujan rencana dihitung berdasarkan data curah
hujan harian maksimum selama 10 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil perhitungan nilai curah hujan rencana dari setiap metode memiliki
nilai yang berbeda sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat masing-
masing jenis distribusi. Hal ini dilakukan dengan melakukan tinjauan terhadap
syarat batas parameter statistik tiap distribusi. Penentuan tipe distribusi dapat
dilihat dari parameter-parameter statistik data pengamatan lapangan, yaitu nilai
koefisien kemencengan (Cs), koefisien variasi (Cv), dan koefisien kurtois (Ck).
Data berdasarkan Tabel 7 nilai yang memenui syarat yaitu jenis distribusi
Log Pearson III. Jenis distribusi Log Pearson III selanjutnya dilakukan uji
kecocokan dengan uji Chi Kuadrat. Uji kecocokan dimaksudkan untuk
mengetahui apakah pemilihan metode distribusi frekuensi yang digunakan dapat
diterima atau ditolak. Nilai distribusi yang digunakan untuk pengujian Chi
Kuadrat yaitu distribusi Log Pearson III. Hasil pengujian uji Chi Kuadrat dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil perhitungan uji Chi Kuadrat distribusi Log Person III
Kelas Interval Of Ef Of-Ef (Of-Ef)2/Ef
1 >2.198 1 2 -1 0,5
2 2.198 - 2.126 4 2 2 2
3 2.126 - 2.075 1 2 -1 0,5
4 2.075 - 2.027 2 2 0 0
5 <2.027 2 2 0 0
∑ Jumlah 10 10 0 3
Data pada Tabel 8 menunjukan nilai yang didapatkan sebesar 3. Hal ini
menunjukkan pengujian untuk distribusi Log Pearson III dapat diterima karena
nilai perhitungan lebih kecil dari pada tabel uji Chi Kuadrat yang nilainya
5.991. Nilai yang digunakan merujuk pada Tabel 6 yaitu 151.66 nilai tersebut
diambil karena menurut KEMENPU untuk analisis saluran drainase saluran pada
daerah tangkapan air yang luasnya kurang dari 10 Ha digunakan periode ulang 5
tahun.
15
m
14 28 42 56
Hasil simulasi menunjukan warna yang berbeda pada tiap segmen. Warna
merah pada saluran C2 menunjukan aliran yang terjadi pada simulasi melebihi
kapasitas normal. Air meluap pada satu saluran tersebut karena hasil akumulasi
dari saluran. Limpasan yang terjadi pada subcatchment juga cukup besar sehingga
menyumbang banyak air yang masuk ke saluran. Hasil simulasi menunjukan dari
151.665 mm curah hujan rencana, hanya sedikit yang mampu diserap dan sisanya
mengalir sebagai runoff. Total infiltrasi paling besar terjadi pada subcatchment 5
yang merupakan lahan kosong sebesar 6.12 mm. Nilai infiltrasi yang besar terjadi
karna daerah impervious pada lahan kosong lebih sedikit. Sementara total debit
puncak tertinggi terjadi pada subcatchment 1 sebesar 0.03 /detik. Total debit
puncak runoff hasil simulasi diperoleh sekitar 0.01-0.03 /detik. Besarnya
limpasan puncak tiap subcatchment menggambarkan nilai debit limpasan puncak
sesuai dengan curah hujan yang terjadi, hasil simulasi limpasan subcatchment
dapat dilihat pada Tabel 11.
Hasil simulasi grafik aliran juga dapat dilihat untuk masing-masing saluran
sesuai dengan arah alirannya. Seperti yang sudah dijelaskan menurut Gambar 3
ada saluran yang meluap. Hal ini disebabkan debit aliran yang dihasilkan oleh
limpasan terlalu besar sehingga saluran tidak dapat menampungnya. Pergerakan
aliran debit rencana yang terjadi pada saluran C2, C3, C4, C14 dan C15. Arah
aliran bergerak dari saluran C2 menuju ke saluran C15 dapat dilihat pada gambar
5. Secara lengkap profil aliran saluran C2 sampai C15 disajikan pada Gambar 6.
Aliran ( l/det)
Jarak (m)
menampung aliran air sehingga air pada saluran meluap. Hasil pada gambar diatas
menunjukan air meluap setelah mendapat akumulasi dari subcatchment 6. Saluran
C2 air meluap memenuhi kapasitas saluran yang ada, kemudian aliran air terus
mengalir sampai saluran output. Profil aliran node J2- J3 dapat dilihat pada
Gambar 7.
Elevasi (m)
Jarak (m)
Elevasi (m)
Jarak (m)
m
14 28 42 56
Data pada Tabel 12 dan Tabel 13 merupakan besarnya dimensi saluran yang
akan dibangun pada Cluster De Bale Sapphire. Tinggi, lebar, dan kemiringan
22
dasar saluran didapatkan dengan melakukan cara trial error pada program
Microsoft Excel dengan acuan menggunakan debit rencana yang telah didapatkan
dari program SWMM 5.1. Setelah dimensi saluran yang baru diperoleh kemudian
data yang ada pada Tabel 11 imasukkan ke program SWMM 5.1 dan hasilnya
disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan hasil simulasi perencanaan ulang pada
Gambar 7 didapatkan conduit yang berwarna merah telah berubah menjadi warna
hijau saat hujan berlangsung selama 3 jam 10 menit. Hal ini menunjukkan saluran
C2 telah dapat menampung limpasan yang terjadi saat hujan. Profil aliran pada
node J2 sampai Out2 dapat dilihat pada Gambar 8.
Jarak (m)
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Babbit HE. 1969. Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York (US):
Mcgraw Hill.
[EPA] Environmental Protection Agency. 2015. Storm Water Management Model
(SWMM) Version 5.1.010 with Low Impact Development (LID) controls
[Internet]. (diunduh 2 Februari 2015). Tersedia pada http://
http://www.epa.gov/water-research/storm-water-management-model-swmm.
Fadhlillah ML. 2014. Evaluasi Saluran Drainase di Bogor Nirwana Residence
Dengan Model EPA SWMM 5.1 [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Farizi D. 2015. Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase pada Kawasan Perumnas
Talang Kelapa di SubDAS Lambidaro Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. (Universitas Sriwijaya) Vol. 3(1): 755-765.
Hasmar HHA. 2011. Drainase Terapan. Yogyakarta (ID): UII Press.
Hendrayani Y. 2007. Perencanaan Sistem dan Jaringan Drainase DAS Kali
Semarang (skripsi). Semarang (ID). Universitas Diponegoro Semarang.
Huber WC, Dickinson RE. 1988. Storm Water Management Model Version 4,
User’s manual. EPA 600/ 388/ 001a (NITS PB88-236641/ AS). U.S.
Environmental Protection Agency, Athens, GA.
Isfandari DT, Reini SI. 2014. Analisis Sistem Drainase di Kawasan Pemukiman
pada Sub DAS Aur Palembang (Studi Kasus: Pemukiman 9/10 Ulu). Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol 2(1).
[KemenPU] Kementrian Pekerjaan Umum 2011. Persyaratan Teknis dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 12/PRT/M/ Tahun 2011. Jakarta (ID). Kementrian
Pekerjaan Umum.
Kustamar, Hidayat I, Hirijanto, Rahmawati W. 2008. Kajian Sistem Drainase
Guna Menanggulangi Genangan Air Hujan Daerah Gading Kasri-Bareng.
Jurnal Sondir. Vol. 2(3):1-15.
24
Long AR, Ioannides AM. 2007. Drainage Evaluation at the U.S. 50 Joint Sealant
Experiment. Journal of Transportation Engineering. Vol 1 (1):133.
Pania HG, Tangkudung H, Kawet L, Wuisan EM. 2013. Perencanaan Sistem
Drainase Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Sipil Statik.
Vol 1(3):164-170.
Pediano D, Hadiani R, Suyanto. 2014. Penelusuran Banjir di DAS Temon dengan
Metode Muskingum-Cunge Menggunakan HydroCAD. Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol 2(4):718-726.
Priyantoro D, Sisinggih D, Irianto DB. 2014. Analisa Penataan Outlet Channel
Sungai Karang Anyar di Kota Tarakan. Jurnal Teknik Pengairan. Vol 5(2):
149 – 157.
Roberto HK. 2015. Evaluasi Saluran Drainase di Perumahan Dramaga Cantik,
Kabupaten Bogor dengan Model EPA SWMM 5.1 [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Rossman L. 2004. Storm Water Management Model User’s Manual Version 5.0.
Cincinnati. Washington (US): EPA United Stated Evironmental Agency.
Soemarto CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
ANDI.
Suroso, Suharyanto A, Anwar MR, Pudyono, Wicaksono DH. 2014. Evaluasi dan
Perencanaan Ulang Saluran Drainase pada Kawasan Perumahan Sawojajar
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Jurnal Rekayasa Sipil. 8(3): 207
– 213.
Triatmodjo B. 2010. Hidraulika II. Yogyakarta (ID): Beta Offset.
Tsihrintzis V, Hamid R. 1998. Runoff Quality Prediction from Small Urban
Catchments Using SWMM. Hydrol Process. 12 (2) 311-329.
Warwick JJ, Tadepalli P. 1991. Efficacy of SWMM Application. Journal of water
resources planning and management. 117(3).
Widodo E, Ningrum D. 2015. Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Permukiman
Soekarno Hatta Kota Malang dan Penanganannya. Jurnal Ilmu-ilmu Teknik.
1(3): 1 – 9.
Wismarini TD, Ningsih DHU. 2010. Analisis Sistem Drainase Kota Semarang
Berbasis Sistem Informasi Geografi dalam Membantu Pengambilan
Keputusan bagi Penanganan Banjir. Jurnal Teknologi Informasi Dinamik.
15(1): 41 – 51.
25
De Bale Sapphire
m
56 112 176 224
Saluran : C2
Debit simulasi (Q) : 0.02 m3/det
Lebar saluran eksisting (B) : 0.38 m
Kedalaman saluran eksisting : 0.42 m
Kemiringan dasar saluran (I) : 0.0021 %
Koefisien manning (n) : 0.025
Debit (Q) yang dapat ditampung oleh saluran (kapasitas saluran) sebesar :
( ) ( )
Q rencana < kapasitas saluran yang ada. Saluran dapat menampung debit
limpasan yang terjadi.
28
=
R=
=( )
R=
( )
=
R=
( )
R= = ( ) =h
R= ( ) ( 0.312 ) =h
0.174 m =h
17.4 mm = h
Total 62,275,510
30
Total 2,615,976
31
Total 39,721,693
Lampiran 8 Gambar teknik saluran C2 32
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 9 Gambar teknik saluran C3 33
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 10 Gambar teknik saluran C4 34
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 11 Gambar teknik saluran C9 35
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:11
Lampiran 12 Gambar teknik saluran C10 36
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 13 Gambar teknik saluran C11 37
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 14 Gambar teknik saluran C12 38
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 15 Gambar teknik saluran C14 39
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
Lampiran 16 Gambar teknik saluran C17 40
KEGIATAN PEKERJAAN
PERENCANA
LOKASI PENELITIAN
PERUMAHAN DE BALE
PERMATA ARCADIA,
CLUSTER DE BALE SAPPHIRE
CATATAN
JUDUL GAMBAR
C MM 1:10
41
RIWAYAT HIDUP