Disusun Oleh:
Fadila Nuraprilia
173050027
Disusun Oleh:
Fadila Nuraprilia
173050027
Disusun Oleh:
Fadila Nuraprilia
173050027
Pembimbing I Pembimbing II
(Dr. Yonik Meilawati Yustiani, ST., MT.) (Ir. Sri Wahyuni, MT.)
Penguji I Penguji II
i
PENENTUAN NILAI LAJU DEOKSIGENASI DENGAN METODE LONG-
TERM UNTUK AIR SUNGAI CIKAPUNDUNG
Fadila Nuraprilia
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
Bandung
ABSTRAK
Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai yang sangat berpengaruh untuk
sumber kehidupan masyarakat Kota Bandung. Keadaan lingkungan serta ekosistem
Sungai Cikapundung terutama yang melewati Kota Bandung pada saat ini, sudah
sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia yang
menjadikan sungai sebagai saluran tempat pembuangan kotoran, limbah domestik
serta sampah kota. Pemanfaatan model kualitas air sungai adalah salah satu upaya
untuk memperbaiki kualitas air sungai. Laju deoksigenasi adalah koefisien penting
dalam rumus BOD dan DO yang digunakan dalam model kualitas air. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai koefisien aktual laju deoksigenasi air Sungai
Cikapundung dengan menggunanakan metode long-term. Pengambilan sampel
dilakukan pada tiga titik lokasi yang dianggap dapat mewakili kondisi Sungai
Cikapundung. Metode analisis laboratorium yang digunakan dalam penentuan laju
deoksigenasi yaitu menggunakan Metode Slope data hasil inkubasi 30 hari dan
rumus empiris. Hasil penelitian menunjukan nilai rentang laju deoksigenasi (K1)
dengan menggunakan Metode Slope secara keseluruhan yaitu berkisar antara 0,230
hingga 0,291 per hari. Sedangkan Nilai rentang laju deoksigenasi (K1) dengan
menggunakan rumus Empiris berkisar antara 0,40 hingga 0,81 per hari. Nilai
rentang BOD Ultimate (La) secara keseluruhan yaitu berkisar antara 62,03 hingga
77,18 mg/L.
Kata Kunci: DO, BOD, Laju Deoksigenasi, Sungai Cikapundung
ii
DETERMINATION OF DEOXYGENATION RATE VALUE WITH
LONG-TERM METHOD FOR CIKAPUNDUNG RIVER WATER
Fadila Nuraprilia
Departement of Environmental Engineering, Faculty of Engineering, Bandung
Pasundan University
ABSTRACT
The Cikapundung River is one of the rivers that is very influential for the source of
life for the people of Bandung. The condition of the environment and the ecosystem
of the Cikapundung River, especially those that pass through the city of Bandung
at this time, is very worrying. This is caused by human activities that make the river
a channel for sewage, domestic waste and municipal waste. Utilization of river
water quality model is one of the efforts to improve river water quality. The
deoxygenation rate is an important coefficient in the BOD and DO formulas used
in water quality models. This study aims to determine the actual coefficient value
of the Cikapundung River water deoxygenation rate using the long-term method.
Sampling was carried out at three locations that were considered representative of
the condition of the Cikapundung River. The laboratory analysis method used in
determining the rate of deoxygenation is using the Slope Method of 30 days
incubation data and empirical formulas. The results showed that the overall value
of the deoxygenation rate (K1) using the Slope Method was 0.230 to 0.291 per day.
While the value of the deoxygenation rate range (K1) using the Empirical formula
ranges from 0.40 to 0.81 per day. The overall BOD Ultimate (La) ranges from 62.03
to 77.18 mg/L.
Keywords: DO, BOD, Deoxygenation rate, Cikapundung River.
iii
KATA PENGANTAR
Fadila Nuraprilia
v
DAFTAR ISI
vi
2.9 Penentuan Nilai Laju Kinetika II-14
vii
4.4 Analisis Data IV-10
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 5. 13 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 1 Long Term
( Jl. Soekarno Hatta) V-40
Gambar 5. 14 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 1 Short Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-42
Gambar 5. 15 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 2 Long Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-45
Gambar 5. 16 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 2 Short Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-47
Gambar 5. 17 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 3 Long Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-50
Gambar 5. 18 Akumulasi DO Loss Terhadap Waktu Untuk Titik Hilir 3 Short Term
(Viaduct) V-52
x
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 5. 33 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 2 Long Term 30
Hari (Jl. Soekarno Hatta) V-44
Tabel 5. 34 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 2 Long Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-44
Tabel 5. 35 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 2 Short Term 12
Hari (Jl. Soekarno Hatta) V-46
Tabel 5. 36 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 2 Short Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-47
Tabel 5. 37 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 3 Long Term 30 Hari (Jl.
Soekarno Hatta) V-49
Tabel 5. 38 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 3 Long Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-49
Tabel 5. 39 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 3 Short Term 12
Hari (Jl. Soekarno Hatta) V-51
Tabel 5. 40 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 3 Short Term
(Jl. Soekarno Hatta) V-52
Tabel 5. 41 Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate dengan Menggunakan
Metode Thomas atau Metode Slope Long Term 30 Hari V-54
Tabel 5. 42 Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate dengan Menggunakan
Metode Thomas atau Metode Slope Short Term 12 Hari V-54
Tabel 5. 43 Nilai Laju Deoksigenasi Dengan Menggunakan
Rumus Empiris V-57
Tabel 5. 44 Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate Long Term 30
Hari V-58
Tabel 5. 45 Perhitungan Uji Signifikansi Laju Deoksigenasi Long Term V-58
Tabel 5. 46 Perhitungan Uji Signifikansi BOD Ultimate Long Term V-59
Tabel 5. 47 Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate Short Term
Term 12 Hari V-60
Tabel 5. 48 Perhitungan Uji Signifikansi Laju Deoksigenasi Short Term V-60
Tabel 5. 49 Perhitungan Uji Signifikansi BOD Ultimate Short Term V-61
Tabel 5. 50 Hasil Uji Signifikansi Laju Deoksigenasi V-62
Tabel 5. 51 Hasil Uji Signifikansi BOD Ultimate V-62
xiii
I. BAB I
PENDAHULUAN
Dimana :
C0 = Konsentrasi konstituen pada titik pencampuran (mg/l)
Qs = debit sungai (m3/det)
Cs = konsentrasi konstituen dalam sungai sebelum tercampur (mg/l)
Qw = debit air buangan (m3/det)
Cw = konsentrasi konstituen dalam air buangan (mg/l)
Persamaan di bawah ini merupakan persamaan Oxygen Sag Streeter Phelps
yang paling banyak digunakan dalam analisis sungai. Persamaan untuk t = 0 dan D
= Do maka dapat dilihat pada persamaan di bawah ini :
𝑲𝟏 𝑲𝒓 𝑲𝟐
𝑲𝟏. 𝑳𝒐
𝑫 = 𝑫𝒐 . 𝒆(− 𝑼 ).𝑿 + [𝒆(− 𝑼 ).𝑿 − 𝒆(− 𝑼 ).𝑿 ].............................(Persamaan 2.2)
𝑲𝟐 −𝑲𝒓
Dimana:
D = defisit oksigen terlarut pada saat t (mg/l)
X = jarak titik pengamatan (km)
U = kecepatan rata-rata (m/det)
K1 = koefisien deoksigenasi (hari-1)
K2 = koefisien reaerasi (hari-1)
Kr = total penyisihan (hari-1)
Lo = konsentrasi BOD limpasan (t=0), (mg/l)
Do = defisit oksigen awal pada titik pembuangan (t=0), (mg/l)
II-12
2.8.2 Laju Deoksigenasi Long Term
Laju deoksigenasi adalah kecepatan penurunan nilai oksigen yang terlarut
di dalam air karena telah digunakan oleh bakteri aerob untuk menguraikan zat-zat
organik yang dapat menurunkan kualitas air sungai. (Chapra, 2015). Laju
deoksigenasi long term adalah untuk mengatahui pengaruh waktu terhadap
pengurangan oksigen terlarut di dalam air, hasil dari metode long term selama 30
hari ini akan digunakan untuk menentukan nilai laju deoksigenasi dan BOD akhir.
Laju deoksigenasi adalah koefisien penting dalam rumus BOD dan DO yang
digunakan dalam model kualitas air. Biasanya, tingkat deoksigenasi ditentukan di
laboratorium dalam jangka pendek, namun hasil yang didapat belum tentu mewakili
kondisi sungai sebenarnya. Oleh karena itu, Teknik uji laboratorium jangka panjang
kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih baik dalam menentukan koefisien
laju deoksigenasi (Yustiani, dkk. 2021).
Nilai konstanta K1 (koefisien deoksigenasi) air sungai dapat menunjukkan
kecepatan penurunan konsentrasi oksigen karena digunakan oleh mikoorganisme
untuk proses penguraian materi organik yang terdapat dalam air sungai,. Semakin
besar nilai K1 akan semakin besar pula kemampuan sungai untuk melakukan
dekomposisi, oksidasi dan purifikasi secara alamiah. Koefisien deoksigenasi yang
digunakan untuk perhitungan model pencemaran organik air digunakan formula
yaitu rumus menurut Hydroscience (Chapra, S.C, 1997) untuk aliran normal adalah
sebagai berikut :
Jika 0 ≤ H ≤ 8 ft 0 ≤ H ≤ 2,4 m, maka
𝐻 −0,434
𝐾1 = 0,3 𝑥 ( ) ....................................................... (Persamaan 2.3)
8
3,93𝑈𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎0,5
𝐾𝑎 = ................................................................(Persamaan 2.6)
𝐻𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎1,5
Dimana :
Ka = koefisien reaerasi (hari-1)
U = kecepatan rata-rata (m/det)
H = kedalaman rata-rata (m)
II-14
2.9 Penentuan Nilai Laju Kinetika
Banyak peneliti telah bekerja pada pengembangan dan penyempurnaan
metode dan formula untuk digunakan dalam mengevaluasi laju deoksigenasi (K1),
laju reaerasi (K2) dan BOD ultimate (La). Metode-metode tersebut adalah metode
slope Thomas (Thomas’s slope method), metode momen (method of moments),
fungsi logaritma (logarithmic function), and metode menghitung cepat (rapid
methods calculating K1 (atau k1) and La).
Metode perhitungan yang digunakan dalam menentukan nilai laju urai BOD
dalam penelitian ini adalah metode slope Thomas, metode momen dan metode
grafik Thomas.
1. Metode Slope Thomas
Metode Thomas untuk penentuan BOD dilakukan berdasarkan kemiripan
dua fungsi, analisis grafis yang menggunakan fungsi berikut ini :
IV-1
IV-2
Sungai yang dipilih sebagai tempat pengambilan sampel air adalah Sungai
Cikapundung. Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan
untuk menentukan nilai laju deoksigenasi air Sungai Cikapundung. Tahapan-
tahapan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
2. Data Sekunder
3. Data Primer
4. Pengolahan Data
5. Analisis Data
6. Kesimpulan dan Saran
Hulu
Tengah
Hilir
Dimana:
Vthio = Volume Tiosulfat
Nthio = Normalitas Tiosulfat
IV-7
BE O2 = Berat Ekivalen Oksigen
Vbotol = Volume Botol
Metode winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan DO,
metode ini merupakan metode analisa yang dilakukan di laboratorium, prinsipnya
yaitu dengan menggunakan titrasi iodometri. Titrasi iodometri adalah titrasi dimana
reaksinya terbentuk I², kemudian I² ini dititrasikan kembali dengan suatu larutan
standar (titrasi tidak langsung). Dengan cara iodometri ini, oksidator yang dianalisa
direaksikan dengan iodida berlebih dalam suasana yang sesuai. Iodiumnya
dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasikan dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3). Cara ini dapat digunakan untuk menganalisa hampir semua
oksidator yang kuat.
Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnSO4
dan NaOH - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan
H2SO4 atau HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan
membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut.
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan:
MnSO4 + NaOH Mn(OH)2 + NaSO4
Mn(OH)2 + ½ O2MnO2 + H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2
KOH I2 + 2 Na2S2O3Na2S4O6 + 2 NaI
Prosedur metode modifikasi Winkler (APHA, 2012)
Ambil sampel yang sudah disiapkan
Tambahkan 1 mL MnSO4 dan 1 mL alkali iodide, ujung pipet harus
mencapai larutan dasar botol. Tutup kembali;
Kemudia aduk dengan cara membolak-balikan botol larutan sampai
homogen;
Diamkan selama 10 menit sampai ada endapan coklat. (jika endapan putih
berarti tidak ada O2;
IV-8
Tuangkan sebagian isi botol kedalam Erlenmeyer, tambahkan 0,5 ml asam
sulfat pekat dan larutan kanji hingga timbul warna ungu. Titrasi secepatnya
dengan larutan thiosulfat sampai warna ungu hilang.catat volume titran;
Untuk larutan yang masih tersisa didalam botol BOD, tambahkan 0,5 ml
asam sulfat pekat, tutup dan kocok. Larutan akan bewarna kuning coklat.
Titrasi dengan larutan thiosulfat hingga warna kuning muda. Tambahkan
indikator amilum/kanji hingga menjadi biru, lanjutkan titrasi sampai biru
tepat hilang.
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut atau DO
(Dissolve Oxygen) adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda Winkler
lebih analitis, teliti dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal
yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah penentuan titik akhir titrasi
nya, standarisasi larutan thio dan penambahan indikator amilumnya. Dengan
mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi thio secara analitis, akan diperoleh
hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan cara DO meter, harus
diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan
salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara
DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat digital, peranan kalibrasi alat
sangat menentukan akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di
lapangan, penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran.
Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut
(Dissolve Oxygen atau disingkat DO) adalah dimana dengan cara Winkler
penambahan indikator amilum harus dilakukan pada saat mendekati titik akhir
titrasi agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar
bereaksi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera
mungkin, hal ini disebabkan karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus
diperhatikan dari titrasi iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi
iodometri yaitu penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan.
(Mahardika, 2011).
IV-9
4.3 Pengolahan Data
Untuk menentukan nilai laju deoksigenasi bisa dilakukan pengolahan data
dari hasil uji laboratorium dengan menggunakan metode slope atau bisa juga
dengan menggunakan persamaan empiris penentuan laju deoksigenasi berdasarkan
data fisik sungai.
Perhitungan meliputi penentuan pertama yakni y, y′, y′y dan y2. Nilai y
adalah nilai akumulasi DO Loss, setelah di dapat jumlah nilai y, y′, y′y lalu
di masukan kedalam persamaan normal untuk menentukan Nilai K1 dan La.
Dua persamaan normal untuk menentukan K1 dan La:
na + bΣy - Σy = 0 (Persamaan 4.2)
a∑y + b∑y² - ∑yy' = 0 (Persamaan 4.3)
Metode Slope Thomas dipilih dalam menentukan nilai laju deoksigenasi dan
nilai laju urai BOD untuk penelitian ini karena metode tersebut dapat digunakan
untuk mengestimasi parameter BOD berdasarkan kemiripan dua fungsi analisis
grafis. Upaya yang dilakukan dalam perumusan pemodelan pada Sungai
Cikapundung, yaitu perumusan pemodelan lingkungan melalui hasil perhitungan.
Laju deoksigenasi adalah salah satu elemen penting untuk pemodelan kualitas air
sungai.
IV-10
4.3.2 Penentuan Laju Deoksigenasi Menggunakan Rumus Empiris
Dalam penentuan laju deoksigenasi dengan menggunakan rumus empiris ini
dengan mempertimbangkan faktor lingkungan seperti kedalaman sungai.
Kedalaman suatu sungai berpengaruh terhadap kehidupan mikroorganisme yang
ada di dalamnya, dimana semakin dalam kedalaman suatu sungai akan semakin
sedikit kandungan oksigennya dan sedikit juga jumlah mikroorganisme yang dapat
hidup di perairan tersebut.
Koefisien deoksigenasi yang digunakan untuk perhitungan model
pencemaran organik air digunakan formula yaitu rumus menurut Hydroscience
(Chapra, S.C, 1997) untuk aliran normal.
Dimana :
Jika 0 ≤ H ≤ 8 ft 0 ≤ H ≤ 2,4 m, maka
𝐻𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 −0,434 (Persamaan 4.4)
𝐾𝑑 = 0,3 [ ]
8
Fisika
1 Suhu oC Deviasi 3 25.1 25 25
2 TDS mg/l 1000 68 86 244
3 TSS mg/l 50 31 115 84
mmhos/c
4 DHL
m 174.97 202.45 503.26
Kimia
1 pH mg/l 6-9 6.15 6.19 6.49
2 BOD mg/l 3 20.49 29.28 64.38
3 COD mg/l 25 62.088 86.1418 195.1006
4 DO mg/l 4 7.54 7.05 2.47
Total Fosfat Sebagai
5 mg/l 0.2 0.0171 0.0171 0.2827
P
6 Nitrat mg/l 10 4.8035 3.9705 0.7162
7 Arsen mg/l 1 0.0021 0.0021 0.0021
8 Kobalt mg/l 0.2 0.00402 0.00544 0.00658
9 Barium mg/l - 0.01741 0.01741 0.01741
10 Boron mg/l 1 0.16224 0.26554 0.34211
11 Selenium mg/l 0.05 0.0013 0.0013 0.0013
12 Kadmium mg/l 0.01 0.00928 0.00928 0.00928
13 Krom Heksavalen mg/l 0.05 0.0114 0.011 0.0111
14 Tembaga mg/l 0.02 0.00819 0.00819 0.00819
15 Besi mg/l - 0.03349 0.03349 0.03349
16 Timbal mg/l 0.03 0.01039 0.01039 0.01039
17 Mangan mg/l - 0.00774 0.00774 0.00774
V-1
V-2
Titik Sampel
Titik 1 (Jl.
Dago 4,5 30,05 1,5 9,10 13,65 0,149 2,03
Bengkok)
Titik 2
4,5 32,25 0,3 13,45 4,03 0,139 0,56
(Viaduct)
Titik 3 (Jl.
Soekarno 4,5 35,17 0,4 16,7 6,68 0,127 0,84
Hatta)
Contoh Perhitungan :
Luas Penampang (A) 1 = L rata-rata × H rata-rata
= 1,5 m × 9,10 m = 13,65 m2
𝑃
Kecepatan (V) = 𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
4,5
= 30,05 = 0,149 m/det
V-4
Debit (Q) = Kecepatan (V) × Luas Penampang (A)
= 0,149 m/det × 13,65 m2
= 2,03 m3/det
Untuk pemeriksaan kualitas air sungai yang dilakukan di lokasi secara
langsung dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 5. 3 Hasil Pengukuran Kualitas Air Langsung di Lokasi
Devias
1 Temperatur °C APHA-2550 24,5 24,4 24,3
i3
APHA-2120-
2 Warna Pt.Co 15 35,0 34,0 34,0
B
APHA-2540-
3 TDS mg/L 1.000 204 223 196
C
V-5
Hasil
Baku
No Parameter Satuan Metode Analis Dago Soekarno
Mutu Viaduct
Bengkok Hatta
Tabel 5. 6 Laju Deoksigenasi Titik Hulu 1 (Jl. Dago Bengkok) Long Term
t ∆t Y ∆y y' yy' y2
0 0.00
0.2 0.2 5.77 5.77 24.27 140.03 33.29
0.8 0.6 12.09 6.32 15.03 181.78 146.24
1.2 0.4 19.30 7.21 15.33 295.86 372.64
1.8 0.6 26.07 6.76 11.52 300.36 679.54
2.2 0.4 30.74 4.68 11.16 343.01 945.14
2.8 0.6 36.96 6.22 11.55 427.06 1366.04
3.2 0.4 41.90 4.94 11.28 472.62 1755.61
4 0.8 49.21 7.31 7.07 347.88 2421.74
5 1 53.69 4.48 4.39 235.48 2882.92
7 2 62.08 8.39 3.33 206.57 3854.03
12 5 67.89 5.81 1.10 74.52 4608.56
20 8 75.86 7.97 0.86 65.43 5754.25
30 10 82.81 6.95 6857.43
Jumlah 564.38 116.89 3090.59 31677.44
V-10
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 6,22 – 4,94 = 1,28
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 5,77 = 5,77
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(5,77)( )+(6,32)( )
0,2 0,6
= = 24,27
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 6,76 – 4,68 = 2,08
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 5,77 = 5,77
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 =
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
V-13
0,6 0,2
(5,77)( )+(6,32)( )
0,2 0,6
= = 24,27
0,2+0,6
Tabel 5. 10 Laju Deoksigenasi Titik Hulu 2 Long Term (Jl. Dago Bengkok)
T ∆t y ∆y y' yy' y2
0 0
0.2 0.2 6.59 6.59 27.50 181.24 43.43
0.8 0.6 13.28 6.69 14.45 191.93 176.32
1.2 0.4 19.94 6.66 14.63 291.70 397.70
1.8 0.6 26.89 6.95 11.92 320.44 723.01
2.2 0.4 31.75 4.86 11.31 359.03 1007.83
2.8 0.6 37.78 6.03 11.71 442.28 1427.39
3.2 0.4 42.90 5.12 11.58 496.98 1840.68
4 0.8 50.21 7.31 7.07 354.97 2521.49
5 1 54.70 4.48 4.42 241.54 2991.65
7 2 63.27 8.57 3.40 215.30 4002.64
12 5 69.25 5.99 1.12 77.58 4796.17
20 8 77.22 7.97 0.87 66.92 5963.67
30 10 84.27 7.04 7101.23
Jumlah 578.06 119.97 3239.91 32993.21
V-15
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 6,03 – 5,12 = 0,91
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 6,59 = 6,59
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(6,59)( )+(6,69)( )
0,2 0,6
= = 27,50
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 6,95 – 4,86 = 2,09
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 6,59 = 6,59
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
V-18
0,6 0,2
(6,59)( )+(6,69)( )
0,2 0,6
= = 27,50
0,2+0,6
Tabel 5. 14 Laju Deoksigenasi Titik Hulu 3 Long term (Jl. Dago Bengkok)
T ∆t y ∆y y' yy' y2
0 0.00
0.2 0.2 6.04 6.04 25.37 153.33 36.52
0.8 0.6 12.55 6.51 14.33 179.86 157.47
1.2 0.4 19.21 6.66 14.75 283.36 369.13
1.8 0.6 26.34 7.13 12.04 317.12 693.88
2.2 0.4 31.20 4.86 11.67 364.22 973.39
2.8 0.6 37.78 6.58 12.34 466.40 1427.39
3.2 0.4 43.09 5.30 11.81 508.91 1856.37
4 0.8 50.21 7.13 7.19 360.82 2521.49
5 1 55.24 5.03 4.75 262.43 3051.81
7 2 63.63 8.39 3.33 211.73 4048.93
12 5 69.44 5.81 1.09 75.61 4821.47
20 8 77.22 7.79 0.85 65.32 5963.67
30 10 84.09 6.86 7070.52
Jumlah 576.05 119.52 3249.13 32992.04
V-20
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 6,58 – 5,30 = 1,28
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 6,04 = 6,04
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(6,04)( )+(6,51)( )
0,2 0,6
= = 25,37
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 7,13 – 4,86 = 2,27
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 6,04 = 6,04
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(6,04)( )+(6,51)( )
0,2 0,6
= = 25,37
0,2+0,6
V-23
yy'1 = y × y’ = 6,04 × 25,37 = 153,33
Setelah didapat jumlah dari nilai y', y'y, dan y2, selanjutnya dimasukkan ke
dalam persamaan berikut:
• na + b Ʃy - Ʃy' = 0
11a + 414,74b – 117,59 = 0
a + 37,70b – 10,69 = 0…………………………………………(1)
• aƩy + b Ʃy² - Ʃyy’ = 0
414,74a + 19957,85b – 3108,20 = 0
a + 48,12b – 7,49 = 0…..……………………………………..(2)
• Persamaan (2) – Persamaan (1)
a + 48,12b – 7,49 = 0
a + 37,70b – 10,69 = 0
10,42b + 3,2 = 0
10,42b = -3,2
b = -0,307
Masuk ke persamaan (2)
a + 48,12b – 7,49 = 0
a + 48,12(-0,307) – 7,49 = 0
a – 14,77 – 7,49 = 0
a – 22,26 = 0
a = 22,26
Jadi, nilai Laju Deoksigenasi (K1) dan nilai BOD Ultimatenya (La) adalah:
K1 = - b
= -(-0,307)
= 0,307
La = - a/b
= - (22,26/-0,307)
= 75,50 mg/L
V-24
2. Penentuan Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate di Titik 2
(Tengah) Viaduct
Tabel 5. 17 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Tengah 1 Long Term 30
Hari (Viaduct)
Konsentrasi DO Akumulasi DO
t DO DO Setelah Loss Loss
(hari) Aerasi
(Mg/L) (Mg/L) (Mg/L)
0 7.80 8.6 0.00 0.00
0.2 4.20 7.8 3.60 3.60
0.8 1.28 9.3 8.02 11.63
1.2 4.56 9.4 4.84 16.47
1.8 3.47 9.4 5.93 22.40
2.2 4.56 9.4 4.84 27.24
2.8 4.01 9.3 5.29 32.53
3.2 5.65 9.2 3.55 36.08
4 3.83 8.1 4.27 40.34
5 5.65 9.2 3.55 43.89
7 3.28 6.7 5.92 49.81
12 3.47 8.2 3.23 53.04
20 1.82 7.6 6.38 59.42
30 0.36 - 7.24 66.65
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3.2
= 5,29 – 3,55 = 1,74
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,60 = 3,60
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(3,60)( )+(8,02)( )
0,2 0,6
= = 16,86
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 5,93 – 4,84 = 1,09
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,60 = 3,60
Δt Δt
(Δyi-1 )( i+1 )+(Δyi+1 )( i−1 )
Δt Δt
y'1 = i−1 i+1
(Δt1−1 )+(Δti+1 )
0,6 0,2
(3,60)( )+(8,02)( )
0,2 0,6
= = 16,86
0,2+0,6
V-28
yy'1 = y × y’ = 3,60 × 18,86 = 60,78
Setelah didapat jumlah dari nilai y', y'y, dan y2, selanjutnya dimasukkan ke
dalam persamaan berikut:
• na + b Ʃy - Ʃy' = 0
11a + 337,03b – 89,41 = 0
a + 30,63b – 8,12 = 0…………………………………………(1)
• aƩy + b Ʃy² - Ʃyy’ = 0
337,03a + 12871,25b – 1946,88 = 0
a + 38,19b – 5,77 = 0…..……………………………………..(2)
• Persamaan (2) – Persamaan (1)
a + 38,19b – 5,77 = 0
a + 30,63b – 8,12 = 0
7,56b + 2,35 = 0
7,56b = -2,35
b = -0,31
Masuk ke persamaan (2)
a + 38,19b – 5,77 = 0
a + 38,19(-0,31) – 5,77 = 0
a – 11,83 – 5,77 = 0
a – 17,6 = 0
a = 17,6
Jadi, nilai Laju Deoksigenasi (K1) dan nilai BOD Ultimatenya (La) adalah:
K1 = - b
= -(-0,31)
= 0,31
La = - a/b
= - (17,6/-0,31)
= 56,77 mg/L
V-29
Tabel 5. 21 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Tengah 2 Long Term
(Viaduct)
Konsentrasi DO Akumulasi DO
t DO DO Setelah Loss Loss
(hari) Aerasi
(Mg/L) (Mg/L) (Mg/L)
0 7.80 8.6 0.00 0.00
0.2 3.83 7.8 4.77 4.77
0.8 0.91 9.3 6.89 11.66
1.2 3.83 9.4 5.47 17.13
1.8 3.28 9.4 6.12 23.24
2.2 4.92 9.4 4.48 27.72
2.8 3.65 9.3 5.75 33.47
3.2 4.92 9.2 4.38 37.85
4 3.83 8.1 5.37 43.22
5 4.38 9.2 3.72 46.94
7 3.28 6.7 5.92 52.86
12 3.65 8.2 3.05 55.91
20 1.46 7.6 6.74 62.65
30 0.55 - 7.05 69.70
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 5,75 – 4,38 = 1,37
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 4,77 = 4,77
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(4,77)( )+(6,89)( )
0,2 0,6
= = 20,76
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 6,12 – 4,48 = 1,64
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 4,77 = 4,77
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
V-33
0,6 0,2
(4,77)( )+(6,89)( )
0,2 0,6
= = 20,76
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 5,57 – 4,56 = 1,01
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 25,13 = 2,43
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(5,13)( )+(6,71)( )
0,2 0,6
= = 22,05
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 5,75 – 4,66 = 1,09
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 25,13 = 2,43
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(5,13)( )+(6,71)( )
0,2 0,6
= = 22,05
0,2+0,6
V-38
yy'1 = y × y’ = 5,13 × 22,05 = 113,20
Setelah didapat jumlah dari nilai y', y'y, dan y2, selanjutnya dimasukkan ke
dalam persamaan berikut:
• na + b Ʃy - Ʃy' = 0
11a + 347,82b – 97,29 = 0
a + 31,62b – 8,84 = 0…………………………………………(1)
• aƩy + b Ʃy² - Ʃyy’ = 0
347,82a + 13685,60b – 2153,74 = 0
a + 39,34b – 6,19 = 0…..……………………………………..(2)
• Persamaan (2) – Persamaan (1)
a + 39,34b – 6,19 = 0
a + 31,62b – 8,84 = 0
7,72b + 2,65 = 0
7,72b = -2,65
b = -0,34
Masuk ke persamaan (2)
a + 39,34b – 6,19 = 0
a + 39,34(-0,34) – 6,19 = 0
a – 13,37 – 6,19 = 0
a – 19,56 = 0
a = 19,56
Jadi, nilai Laju Deoksigenasi (K1) dan nilai BOD Ultimatenya (La) adalah:
K1 = - b
= -(-0,34)
= 0,34
La = - a/b
= - (19,56/-0,34)
= 57,52 mg/L
V-39
3. Penentuan Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate di Titik Hilir
Jalan Soekarno Hatta
Tabel 5. 29 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 1 Long Term 30 Hari
( Jl. Soekarno Hatta)
Konsentrasi DO Akumulasi DO
t DO DO Setelah Loss Loss
(hari) Aerasi
(Mg/L) (Mg/L) (Mg/L)
0 7.40 8.5 0.00 0.00
0.2 6.02 7.6 2.48 2.48
0.8 2.55 9.2 5.05 7.53
1.2 3.83 9.3 5.37 12.90
1.8 3.10 9.3 6.20 19.10
2.2 4.38 8.9 4.92 24.02
2.8 3.47 9.3 5.43 29.45
3.2 4.56 8.9 4.74 34.19
4 3.28 6.5 5.62 39.81
5 2.92 9 3.58 43.39
7 2.37 6.3 6.63 50.02
12 2.55 8.3 3.75 53.77
20 1.09 7.3 7.21 60.97
30 0.55 - 6.75 67.72
Tabel 5. 30 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 1 Long Term (Jl. Soekarno Hatta)
t ∆t y ∆y y' yy' y2
0 0.00
0.2 0.2 2.48 2.48 11.41 28.30 6.15
0.8 0.6 7.53 5.05 11.42 85.95 56.66
1.2 0.4 12.90 5.37 12.19 157.18 166.33
1.8 0.6 19.10 6.20 11.52 219.92 364.66
2.2 0.4 24.02 4.92 11.01 264.36 576.88
2.8 0.6 29.45 5.43 10.73 316.11 867.47
3.2 0.4 34.19 4.74 10.24 350.15 1169.15
4 0.8 39.81 5.62 5.49 218.65 1584.80
5 1 43.39 3.58 3.49 151.55 1882.80
7 2 50.02 6.63 2.58 129.13 2502.00
12 5 53.77 3.75 0.81 43.42 2890.83
20 8 60.97 7.21 0.80 48.81 3717.58
30 10 67.72 6.75 4586.65
Jumlah 445.35 91.68 2013.51 20371.96
V-40
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2.8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 5,43 – 4,74 = 0,69
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 2,48 = 2,48
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(2,48)( )+(5,77)( )
0,2 0,6
= = 11,41
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 6,20 – 4,92 = 1,28
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 2,48 = 2,48
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(2,48)( )+(5,77)( )
0,2 0,6
= = 11,41
0,2+0,6
V-43
yy'1 = y × y’ = 2,48 × 11,41 = 28,30
Setelah didapat jumlah dari nilai y', y'y, dan y2, selanjutnya dimasukkan ke
dalam persamaan berikut:
• na + b Ʃy - Ʃy' = 0
11a + 316,65b – 90,07 = 0
a + 28,78b – 8,18 = 0…………………………………………(1)
• aƩy + b Ʃy² - Ʃyy’ = 0
316,65a + 12067,72b – 1921,28 = 0
a + 38,11b – 6,06 = 0…..……………………………………..(2)
• Persamaan (2) – Persamaan (1)
a + 38,11b – 6,06 = 0
a + 28,78b – 8,18 = 0
9,33b + 2,12 = 0
9,33b = -2,12
b = -0,23
Masuk ke persamaan (2)
a + 38,11b – 6,06 = 0
a + 38,11(-0,23) – 6,06 = 0
a – 8,76 – 6,06 = 0
a – 14,82 = 0
a = 14,82
Jadi, nilai Laju Deoksigenasi (K1) dan nilai BOD Ultimatenya (La) adalah:
K1 = - b
= -(-0,23)
= 0,23
La = - a/b
= - (14,82/-0,23)
= 64,43 mg/L
V-44
Tabel 5. 33 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 2 Long Term 30 Hari
(Jl. Soekarno Hatta)
Konsentrasi DO Akumulasi DO
t DO DO Setelah Loss Loss
(hari) Aerasi
(Mg/L) (Mg/L) (Mg/L)
0 4.00 8.5 0.00 0.00
0.2 5.11 7.6 3.39 3.39
0.8 2.92 9.2 4.68 8.07
1.2 3.65 9.3 5.55 13.63
1.8 6.38 9.3 2.92 16.54
2.2 4.74 8.9 4.56 21.10
2.8 3.28 9.3 5.62 26.72
3.2 4.74 8.9 4.56 31.27
4 4.20 6.5 4.70 35.98
5 2.55 9 3.95 39.93
7 1.64 6.3 7.36 47.28
12 2.55 8.3 3.75 51.03
20 0.91 7.3 7.39 58.42
30 0.64 - 6.66 65.08
Tabel 5. 34 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 2 Long Term (Jl. Soekarno Hatta)
t ∆t Y ∆y y' yy' y2
0 0.00
0.2 0.2 3.39 3.39 14.67 49.78 11.51
0.8 0.6 8.07 4.68 11.45 92.44 65.20
1.2 0.4 13.63 5.55 10.27 139.97 185.68
1.8 0.6 16.54 2.92 8.78 145.25 273.65
2.2 0.4 21.10 4.56 10.58 223.26 445.21
2.8 0.6 26.72 5.62 10.58 282.69 713.79
3.2 0.4 31.27 4.56 9.56 298.87 978.09
4 0.8 35.98 4.70 5.02 180.66 1294.50
5 1 39.93 3.95 3.86 154.01 1594.05
7 2 47.28 7.36 2.84 134.38 2235.78
12 5 51.03 3.75 0.82 41.66 2604.10
20 8 58.42 7.39 0.81 47.27 3412.71
30 10 65.08 6.66 4235.41
Jumlah 418,44 89,24 1790,24 18049,67
V-45
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 5,62 – 4,56= 1,06
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,39 = 3,39
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(3,39)( )+(4,68)( )
0,2 0,6
= = 14,67
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 2,92 – 4,56 = - 1,64
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,39 = 3,39
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(3,39)( )+(4,68)( )
0,2 0,6
= = 14,67
0,2+0,6
V-48
yy'1 = y × y’ = 3,39 × 14,67 = 49,78
Setelah didapat jumlah dari nilai y', y'y, dan y2, selanjutnya dimasukkan ke
dalam persamaan berikut:
• na + b Ʃy - Ʃy' = 0
11a + 294,95b – 87,61 = 0
a + 26,81b – 7,96 = 0…………………………………………(1)
• aƩy + b Ʃy² - Ʃyy’ = 0
294,95a + 10401,56b – 1701,31 = 0
a + 35,26b – 5,76 = 0…..……………………………………..(2)
• Persamaan (2) – Persamaan (1)
a + 35,26b – 5,76 = 0
a + 26,81b – 7,96 = 0
7,56b + 2,35 = 0
7,56b = -2,35
b = -0,31
Masuk ke persamaan (2)
a + 35,26b – 5,76 = 0
a + 35,26(-0,31) – 5,76 = 0
a – 10,93 – 5,76 = 0
a – 16,69 = 0
a = 16,69
Jadi, nilai Laju Deoksigenasi (K1) dan nilai BOD Ultimatenya (La) adalah:
K1 = - b
= -(-0,31)
= 0,31
La = - a/b
= - (16,69/-0,31)
= 53,83 mg/L
V-49
Tabel 5. 37 Akumulasi Penurunan DO Loss Titik Hilir 3 Long Term 30 Hari
(Jl. Soekarno Hatta)
Konsentrasi DO Akumulasi DO
t DO DO Setelah Loss Loss
(hari) Aerasi
(Mg/L) (Mg/L) (Mg/L)
0 4.00 8.5 0.00 0.00
0.2 5.29 7.6 3.21 3.21
0.8 2.74 9.2 4.86 8.07
1.2 3.65 9.3 5.55 13.63
1.8 3.65 9.3 5.65 19.28
2.2 4.56 8.9 4.74 24.02
2.8 3.65 9.3 5.25 29.27
3.2 4.38 8.9 4.92 34.19
4 2.55 6.5 6.35 40.54
5 2.55 9 3.95 44.49
7 1.64 6.3 7.36 51.84
12 2.37 8.3 3.93 55.77
20 1.00 7.3 7.30 63.07
30 0.55 - 6.75 69.82
Tabel 5. 38 Laju Deoksigenasi Titik Hilir 3 Long Term (Jl. Soekarno Hatta)
t ∆t y ∆y y' yy' y2
0 0.00
0.2 0.2 3.21 3.21 14.07 45.16 10.31
0.8 0.6 8.07 4.86 11.57 93.43 65.20
1.2 0.4 13.63 5.55 12.10 164.82 185.68
1.8 0.6 19.28 5.65 10.88 209.71 371.66
2.2 0.4 24.02 4.74 10.61 254.87 576.88
2.8 0.6 29.27 5.25 10.88 318.61 856.76
3.2 0.4 34.19 4.92 10.85 370.93 1169.15
4 0.8 40.54 6.35 6.16 249.77 1643.43
5 1 44.49 3.95 3.86 171.60 1978.97
7 2 51.84 7.36 2.85 147.89 2687.80
12 5 55.77 3.93 0.83 46.53 3110.61
20 8 63.07 7.30 0.81 50.89 3977.77
30 10 69.82 6.75 4875.17
Jumlah 457.20 95.47 2124.20 21509.37
V-50
Contoh Perhitungan:
DO Loss 3,2 = Konsentrasi DO Hari 2,8 – Konsentrasi DO Hari 3,2
= 5,25 – 4,95 = 0,3
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,21 = 3,21
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡 𝛥𝑡
y'1 = 𝑖−1 𝑖+1
(𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
0,6 0,2
(3,21)( )+(4,86)( )
0,2 0,6
= = 14,07
0,2+0,6
Contoh Perhitungan:
DO Loss 2,2 = Konsentrasi DO Hari 1,8 – Konsentrasi DO Hari 2,2
= 5,65 – 4,74 = 0,91
y = DO Loss Hari 0 + DO Loss Hari 0,2
= 0 + 3,21 = 3,21
𝛥𝑡 𝛥𝑡
(𝛥𝑦i-1 )( 𝑖+1 )+(𝛥𝑦𝑖+1 )( 𝑖−1 )
𝛥𝑡𝑖−1 𝛥𝑡𝑖+1
y'1 = (𝛥𝑡1−1 )+(𝛥𝑡𝑖+1 )
V-53
0,6 0,2
(3,21)( )+(4,86)( )
0,2 0,6
= = 14,07
0,2+0,6
Dimana :
K1 = Koefisien deoksigenasi (hari-1)
4,92 −0,434
𝐾1 = 0,3 × (9,81)
Sd = √0,0080545 = 0,2838
S = √52,547 = 7,248
V-60
Tabel 5. 47 Nilai Laju Deoksigenasi dan BOD Ultimate Short Term Term 12
Hari
Laju Deoksigenasi BOD Ultimate La
K1(per hari) (mg/L)
Titik Sampling
Percobaan Percobaan
1 2 3 1 2 3
Titik 1 0.3 0.21 0.307 71.2 83.19 75.5
Titik 2 0.31 0.33 0.34 56.77 58.48 57.52
Titik 3 0.23 0.31 0.27 64.43 53.83 61.1
1. Perhitungan Standar Deviasi Laju Deoksigenasi Short Term
N=9
∑xi = 0,3 + 0,21 + 0,307 + 0,31 + 0,33 + 0,34 + 0,23 + 0,31 + 0,27
= 2,607
∑xi
µ=
𝑁
2,607
= = 0,289
9
Tabel 5. 48 Perhitungan Uji Signifikansi Laju Deoksigenasi Short Term
Data (xi) Rata-rata (µ) (xi – µ) (xi – µ)2
0.3 0.289667 0.010333 0.000107
0.21 0.289667 -0.07967 0.006347
0.307 0.289667 0.017333 0.0003
0.31 0.289667 0.020333 0.000413
0.33 0.289667 0.040333 0.001627
0.34 0.289667 0.050333 0.002533
0.23 0.289667 -0.05967 0.00356
0.31 0.289667 0.020333 0.000413
0.27 0.289667 -0.01967 0.000387
∑ 0.015688
N – 1 = (9 – 1) = 8
∑(xi – µ)2 0,015688
= = 0,001961
8 8
S = √0,001961 = 0,044283
V-61
2. Perhitungan Standar Deviasi BOD Ultimate Short Term
N=9
∑xi = 71,2 + 83,19 + 75,5 + 56,77 + 58,48 + 57,52 + 64,43 + 53,83 + 61,1
= 582,02
∑xi
µ=
𝑁
582,02
= = 64,66
9
Tabel 5. 49 Perhitungan Uji Signifikansi BOD Ultimate Short Term
Data (xi) Rata-rata (µ) (xi – µ) (xi – µ)2
71.2 64.66889 6.531111 42.65541
83.19 64.66889 18.52111 343.0316
75.5 64.66889 10.83111 117.313
56.77 64.66889 -7.89889 62.39245
58.48 64.66889 -6.18889 38.30235
57.52 64.66889 -7.14889 51.10661
64.43 64.66889 -0.23889 0.057068
53.83 64.66889 -10.8389 117.4815
61.1 64.66889 -3.56889 12.73697
∑ 785.0769
N – 1 = (9 – 1) = 8
∑(xi – µ)2 785,0769
= = 98,134
8 8
S = √98,134 = 9,906
Signifikanasi antara metode long term dan short term :
1. Laju Deoksigenasi
sd = √((s12/N1) + (s22/N2))
0,028382 0,0442832
=√ + = 0,017532
9 9
t = (µ1 – µ2)/sd
(0,289667− 0,264778)
= = 1,419599
0,017532
Derajat kebebasan (d.f)
= (N1 + N2) – 2
= (9 + 9) – 2
= 16
V-62
T teoritis = 2,120 (didapatkan dari t-table)
t hitung < t teoritis maka H0 diterima, HA ditolak
t hitung > t teoritis maka H0 ditolak, HA ditolak
Hasilnya adalah 1.419599 < 2,120 artinya H0 diterima (Tidak Signifikan)
Tabel 5. 50 Hasil Uji Signifikansi Laju Deoksigenasi
Alfa Sd t hitung Df t teoritis Signifikansi
0.05 0.017532 1.419599 16 2.120 Tidak Signifikan
2. BOD Ultimate
sd = √((s12/N1) + (s22/N2))
7,2489432 9,9062912
=√ + = 4,09175
9 9
t = (µ1 – µ2)/sd
(67,99778 − 64,66889 )
= = 0,813561
4,09175
Derajat kebebasan (d.f)
= (N1 + N2) – 2
= (9 + 9) – 2
= 16
T teoritis = 2,120 (didapatkan dari t-table)
t hitung < t teoritis maka H0 diterima, HA ditolak
t hitung > t teoritis maka H0 ditolak, HA ditolak
Hasilnya adalah 0,813561 < 2,120 artinya H0 diterima (Tidak Signifikan)
Tabel 5. 51 Hasil Uji Signifikansi BOD Ultimate
Alfa Sd t hitung Df t teoritis Signifikansi
0.05 4.09174 0.813561 16 2.120 Tidak Signifikan
Hasil diatas membuktikan bahwa dari perhitungan uji signifikansi laju
deoksigenasi dan Bod Ultimate diperoleh t hitung < t teoritis. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa kedua metode tersebut berbeda secara tidak signifikan. Dengan
data tersebut diperoleh H0 diterima dan HA ditolak, artinya nilai laju Deoksigenasi
dan Bod Ultimate metode short term sudah mewakili laju deoksigenasi metode long
term.
VI. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sungai Cikapundung termasuk ke dalam sungai tercemar dikarenakan
dari hasil analisis kualitas air sungai DLHK Kota Bandung dan hasil
analisis laboratorium ITB untuk Sungai Cikapundung terdapat beberapa
parameter yang melebihi baku mutu air sungai dan sejenisnya
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VI.
Parameter tersebut antara lain TSS, BOD, COD, DO, ammonia, nitrit,
nitrat, minyak lemak, besi, mangan, dan MBAS.
2. Nilai rentang laju deoksigenasi (K1) metode Long Term 30 Hari secara
keseluruhan yaitu berkisar antara 0,230 hingga 0,291 per hari. Nilai
rentang BOD ultimate secara keseluruhan berkisar antara 62,03 hingga
77,19 mg/L. Sedangkan Nilai rentang laju deoksigenasi (K1) metode
Short Term 12 Hari secara keseluruhan yaitu berkisar antara 0,270
hingga 0,327 per hari. Nilai rentang BOD ultimate secara keseluruhan
berkisar antara 57,59 hingga 76,63 mg/L. Sedangkan nilai laju
deoksigenasi (K1) dari perhitungan rumus empiris berkisar antara 0,40
hingga 0,81 per hari.
3. Nilai laju deoksigenasi metode Short Term sedikit lebih tinggi
dibandingkan metode Long Term. Setelah dilakukan perhitungan uji
signifikansi diperoleh bahwa uji signifikansi memperlihatkan perbedaan
antara periode short term dan long term tidak signifikan, sehingga
penentuan laju deoksigenasi dapat hanya menggunakan periode short
term yang lebih pendek waktunya.
VI-1
VI-2
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil yang telah
diperoleh dari penelitian ini adalah
1. Melakukan pemeriksaan kualitas air Sungai Cikapundung secara
berkala agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
2. Melakukan pemeriksaan DO dengan jarak lebih rapat di awal rangkaian
percobaan laboratorium, yaitu kurang dari 3 jam.
3. Memberikan proses aerasi yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi DO dalam jangka waktu yang singkat.
DAFTAR PUSTAKA
Astono, W. 2010. Penetapan Nilai Konstanta Dekomposisi Organik (Kd) Dan Nilai
Konstanta Reaerasi (Ka) Pada Sungai Ciliwung Hulu – Hilir. Jurnal
EKOSAINS. Volume 2(1), 40-45.
BAPPEDA Kota Bandung. 2012. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Sungai Cikapundung Kota Bandung.
BBWS Citarum. 2015. Penelitian Model Interaksi Kualitas Air Tanah dan Air
Sungai Cikapundung di Kota Bandung.
Chapra, S. 2015. Surface Water Quality Modeling. New-Delhi: Medtech.
Chapra, S. C., 1997. Surface Water Quality Modeling. Mc Graw, Hill International
Editions, New York.
Daroini, T.A, Arisandi, A. 2020. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) Di
Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Journal Trunojoyo
Juvenil, 2020, Vol. 1 No. 4.
Das, N., C. J. Saikia, J. Sarma, D. Deka., C. Deka. 2016. Study of SELF Purification
Phemomenom of Bahini-Bharalu River. Internasional Journal of Latest Trends
in Engineering and Technology (IJLTET). 6: 598
Direktorat Geologi Tata Lingkungan. 1994. Konservasi Airtanah Daerah Bandung
dan Sekitarnya. Bandung.
Haider, H., Ali, W. 2010. Development of dissolved oxygen Model for highly
variable flow river: A case study of Ravi River in Pakistan. Environmental
Model Assessment 15, pp. 583-599.
Halimatusadiah. S, A. H. Dharmawan, dan R. Mardiana. 2012. Efektivitas
Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum. Repository
IPB, Vol. 06, N0. 01
Hendriarianti, E. dan Karnaningroem, E.N. 2015. Deoxygenation rate of carbon in
upstream brantas river in the city of Malang, Journal of Applied Environmental
and Biological Sciences, 5(12), pp. 36-41.
Islam MS. 2005. Nitrogen and phosphorus budget in coastal and marine cage
aquaculture and impacts of effluent loading on ecosystem: review and analysis
towards model development. Marine Pollution Bulletin. 50: 48– 61
Jha, R. and Singh, V., P. 2008. Analytical Water Quality Model for Biochemical
Oxygen Demand Simulation in River Gomti of Ganga Basin, India. KSCE
Journal of Civil Engineering. 12(2)
Kurup, R.G. dan Hamilton, D. P. 2002. Flushing of Dense, Hypoxic Water from a
Cavity of the Swan Estuary, Western Australia. Estuaries. 25 (5), pp. 908-915.
Lin, S.D., 2007. Water and Wastewater Calculation Manual. 2nd Edition. McGraw-
Hill.
Maria, R. 2008. Hidrogeologi dan Potensi Resapan Air Tanah Sub DAS
Cikapundung Bagian Tengah. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan 18 (2):
21-30.
Metcalf dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse 4th
Edition, McGraw Hill, New York.
Metcalf dan Eddy. 2004. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4th
edition. New York, US: The McGraw-Hill Companies, Inc
Nurdin M, Wibowo W, Supriyono, Febrian MB, Surahman H, Krisnandi YK, dan
Gunlazuardi J. 2009. Pengembangan metode baru penentuan Chemical Oxygen
Demand (COD) berbasis elektroda kerja lapis tipis TiO/ITO. Makara, Sains,
Vol. 13. No. 1. 1-8.
Nurhasanah. 2009. Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada
Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit, pabrik Karet dan Domestik, Medan.
Paimin, Irfan Budi P, Purwanto, dan Dewi Retna I. 2012. Sistem Perencanaan
Pengelolaan Derah Aliran Sungai. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Konservasi dan Rehabilitasi (P3KR)
Sabar, A. 2006. Prospek kontribusi DAS Cikapundng memenuhi laju permintaan
air baku metropolitan Bandung. Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol
14(2): 169- 178.
Salmin, O. T. 2005. Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu
Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3), 21-26.
Santoso, A. D. 2018. Keragaan Nilai DO, BOD dan COD di Danau Bekas Tambang
Batubara Studi Kasus pada Danau Sangatta North PT. KPC di Kalimatan
Timur. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(1), 89-96.
Suyasa. W. B. 2015. Pencemaran Air & Pengelohan Air Limbah. Udayana
University Press
Wahyuningsih S., E. Novita, R. Ningtias. 2019. Laju Deoksigenasi dan Laju
Reaerasi Sungai Bedadung Segmen Desa Rowotamtu Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 7(1): 1-
7. DOI: 10.29303/jrpb.v7i1.97
Wahyuningsih.S, Elida Novita, dan Deni Agung Idayana. 2020. Penilaian Daya
Dukung Sungai Antirogo di Kabupaten Jember terhadap Beban Pencemaran
Menggunakan Metode Streeter-Phelps. agriTECH, 40(3): 199-205.
Wahyuningsih. S, Agus Dharmawan, dan Elida Novita. 2020. Purifikasi Alami
Sungai Bedadung Hilir Menggunakan Pemodelan Streeter-Phelps. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, DOI : 10.14710/jkli.19.2.95-102
Yustiani Y. M., M. Nurkanti, N. Suliasih, dan A. Novantri. 2018. Influencing
parameter of self purification process in The urban area of Cikapundung River,
Indonesia. Int. J. GEOMATE, vol. 14, no. 43, pp. 50-54.
Yustiani Y. M., S. Wahyuni, dan M. R. Alfian. 2018. Investigation on the
deoxygenation rate of water of cimanuk river, Indramayu, Indonesia. Rasayan
J. Chem., vol. 11, no. 2 , pp. 475-481.
Yustiani Y. M., S. Wahyuni, dan Arry Akbar A.B. 2019. Identifikasi Nilai Laju
Deoksigenasi di Daerah Padat Penduduk (Studi Kasus Sungai Cicadas,
Bandung). Journal Of Community Based Environmental Engineering and
Management, Vol. 3, No. 1:9-14
Yustiani Y. M., M. Nurkanti, N. Suliasih. 2018. Parameter Pemengaruh Nilai Laju
Deoksigenasi Air Sungai Urban Dalam Rangkaian Proses Self Purification.
Universitas Pasundan
Yustiani, Y.M., Abror, D.F., Wahyuni, S., Nurkanti, M. 2021. Determination of
Deoxygenation Rate of Citarum River Water using Long Term Technique.
Journal of Environmental Treatment Techniques 9 (2), 505-509
____,2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 tentang
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air,
Jakarta.
____,2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tentang Sungai.
Jakarta
L
A
M
P
I
R
A
N
Lokasi Titik Sampling
Pengukuran Langsung
Pemeriksaan di Laboratorium