Anda di halaman 1dari 14

PENGATURAN DAN KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

( SUATU KAJIAN TEORITIS )


MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen pengampu : Idan setiari, Drs., M.pd.

Disusun oleh :
Sinthia Nurwahidah
NIM 7011200150

KELAS 1D
PRODI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak Idan Setiari, Drs., M,Pd. Pada
mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Galuh Ciamis. Selain itu, saya juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pangandaran, Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Penelitian ..............................................................................................4
1.2 Masalah Penelitian ...........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................5
1.4 Metode Penelitian ............................................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................................6


2.1 Bendungan ...................................................................................................................6
2.2 Analisa Penyebab Keruntuhan Bendungan ....................................................................7
2.3 Kondisi Bendungan di Indonesia ...................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................9


3.1 Pilar I: Keamanan Struktur ..............................................................................................9
3.2 Pilar II : Keamanan Pemantauan dan Pemeliharaan........................................................9
3.3 Pilar III: Konsepsi dan Kesiagaan Tanggap Darurat........................................................9
3.4 Pemeriksaan ...................................................................................................................10
3.5 Pemeriksaan Besar ........................................................................................................11
3.6 Langkah-Langkah Kegiatan Pemeriksaan Besar............................................................11

BAB IV SIMPULAN .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Bendungan merupakan salah satu bangunan infrastruktur bidang sumber daya air yang
penting dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Dengan tampungannya yang
besar dapat mengurangi tingkat kekritisan air yang semakin terasa di berbagai daerah, saat ini
di pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT ketersediaan air sudah kritis, diperparah lagi dengan
kondisi iklim yang fluktuatif antara debit hujan yang besar dan air yang semakin hari semakin
menurun, maka peranan infrastruktur sumber daya air semakin penting dan sangat perlu
dibutuhkan. Saat ini masyarakat sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa ketersediaan
sumber daya air sudah sangat kritis. Dan salah satu penanganan yang terbaik adalah dengan
pendekatan struktural, yaitu membangun penampung – penampung air seperti waduk atau
bendungan, yang mempunyai berbagi macam manfaat diantaranya menampung air, irigasi,
air baku, tenaga listrik, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan konservasi.
Selain manfaat yang besar, bendungan juga menyimpan potensi bahaya besar yang
dapat mengancam kehidupan manusia dengan kerugian materiil serta jiwa manusia. Dan
merupakan permasalahan klise dalam membangun sebuah bendungan adalah masalah sumber
daya manusia, biaya, pembebasan tanah serta pengelolaan bendungan setelah terbagunnya
bendungan. Sejak Pemerintahan Hindia Belanda sampai saat ini Pemerintah Indonesia telah
membangun bendungan sebanyak 213 buah yang tersebar di seluruh Indonesia, secara umum
bendungan sudah menurun dalam pemanfatannya.
Konsepsi Keamanan Bendungan adalah dalam rangka melindungi masyarakat dari
ancaman potensi bahaya bendungan, maka pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu
diatur secara khusus. Untuk itu Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 72/ PRT/1997 tentang Keamanan
Bendungan, kemudian pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan : PP no. 37 tahun 2010
tentang Bendungan. Dikarenakan adanya pembatalan Undang Undang SDA tahun 2004 oleh
Mahkamah Agung maka pengganti Peraturan Pemerintah telah disyahkan Peraturan Menteri
PUPR Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan yang mengatur mengenai antara lain :
Pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan. Sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Menteri PUPR nomor 27/PRT/M/2015, pasal 2 dinyatakan bahwa Pembangunan
Bendungan dan Pengelolaannya dilaksanakan berdasarkan pada Konsepsi Keamanan
Bendungan yang terdiri dari 3 pilar, yaitu : (a) keamanan struktur berupa aman terhadap

4
kegagalan stuktural, aman terhadap kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan
rembesan (b) operasi, pemeliharaan dan pemantauan dan (c) kesiapsiagaan tindak darurat.
Oleh karena itu perlu memahami Konsepsi Keamanan Bendungan, Peduli terhadap kemanan
bendungan dan selalu memantau memelihara dan mengoperasikan bendungan dengan baik.

1.2 Masalah penelitian

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat ditemukan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah konsepsi keamanan bendungan dalam pembangunan pembangunan
bendungan di Indonesia ?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan konsepsi keamanan bendungan dalam


pembangunan pembangunan bendungan di Indonesia

1.4 Metode penelitian


1. Deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data
kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif.
2. Penelitian kepustakaan, yaitu sebuah metode penelitian dengan mengumpulkan
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku ataupun majalah.

1.5 Manfaat penelitian


1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan yang tepat bagi daerah-daerah lahan kering yang
membutuhkan air untuk irigasi dan kebutuhan sehari-hari.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
wawasan yang lebih luas mengenai dampak sosial ekonomi dari pengembangan
bendungan di wilayah lahan kering serta menambah daftar pustaka yang sudah ada di
lingkungan akademis, sehingga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1 Bendungan
Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang dibuat dari pasangan batu kali atau
pasangan batu karang ,bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang
berfungsi untuk menaikan elevasi muka air untuk kepentingan irigasi.
Klasifikasi bendung menurut Erwan Mawardi (tahun 2006) sebagai berikut :
a. Bendung berdasarkan fungsinya
 Bendung penyadap, digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai
keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.
 Bendung pembagi banjir, dibangun di percabangan sungai untuk mengatur muka
air sungai, sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai
dengan kapasitasnya.
 Bendung penahan pasang, dibangun dibagian sungai yang dipengaruhi pasang
surut air laut antara lain untuk mencegah masuknya air asin.
b. Bendung berdasarkan tipe strukturnya
 Bendung tetap,bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pemBendung ya
tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
yang dikehendaki. Pada bendung tetap elevasi muka air dihulu bendung berubah
sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik
ataupun turun). Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada
daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari
pada di daerah hilir.
 Bendung gerak, bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pemBendung ya
dapat diubah susuai yang dikehendaki. Pada bendung gerak elevasi muka air di
hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang dikehendaki dengan
membuka atau menutup pintu air. Bendung gerak biasanya dibangun pada hilir
sungai atau muara.
c. Berdasarkan segi sifatnya
 Bendung permanen, seperti bendung pasangan batu, beton, dan kombinasi beton
dan pasangan batu.
 Bendung semi permanen, seperti bendung broncong.

6
 Bendung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan sepertib bendung
tumpukan batu dan sebagainya.)

2. 2 Analisa Penyebab Keruntuhan Bendungan


Pada dasarnya pembangunan bendung mempunyai risiko tinggi berupa kemungkinan
terjadinya kegagalan bendung yaitu keruntuhan sebagian atau seluruh bendung atau
bangunan pelengkapnya. Selain itu, pembangunan bendung juga mempunyai potensi bahaya
yang besar yang dapat mengancam keselamatan masyarakat pada kawasan hilir bendung.
Keruntuhan bendungan dapat disebabkan oleh :
a. kegagalan struktur antara lain terjadi longsoran.
b. kegagalan hidraulik yang mengakibatkan terjadinya peluapan air.
c. kegagalan operasi, dan terjadinya rembesan yang dapat mengganggu kestabilan
bendung.
Dalam rangka mewujudkan ketertiban pembangunan bendung dan pengelolaan bendung
beserta waduknya, serta penyelenggaraan keamanan bendung, diperlukan instrumen
pengendalian yang berupa izin dan persetujuan dalam tahapan pembangunan bendung dan
pengelolaan bendung beserta waduknya. Keseluruhan izin dan persetujuan yang diperlukan
meliputi izin penggunaan sumber daya air, persetujuan prinsip pembangunan, persetujuan
desain, izin pelaksanaan konstruksi, izin pengisian awal waduk, izin operasi bendung,
persetujuan desain perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, izin perubahan bendung
atau izin rehabilitasi bendung, dan izin penghapusan fungsi bendung. Peraturan pemerintah
ini memuat pengaturan untuk terwujudnya tertib penyelenggaraan pembangunan bendung
dan pengelolaan bendung beserta waduknya yang selaras dengan daya dukung lingkungan
hidup, memenuhi kaidah-kaidah kelayakan teknis dan ekonomis serta keamanan bendung,
dalam rangka mengurangi dampak negatif aspek lingkungan hidup, dan terjaganya
keselamatan umum terkait kemungkinan terjadinya kegagalan bendung, dan dalam rangka
menjaga kelestarian sumber daya air serta meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya
air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan menjaga keamanan serta keselamatan
lingkungan hidup. Keruntuhan sebuah bendung biasanya di awali dengan terjadinya rekahan (
breach) yang terbentuk pada tubuh bendung.rekahan adalah bukaan yang terbentuk pada
proses runtuhnya bendung.

7
2. 3 Kondisi Bendungan di Indonesia
Kondisi bendungan di Indonesia saat ini yang tersebar diseluruh Indonesia, secara
umum dari sisi usia sudah diatas 50 tahun, yang berarti masa layanan serta pengelolaan dari
sisi manfaat sudah sangat menurun. Secara garis besar dapat dikelompokkan kondisi
bendungan adalah sebagai berikut : Umur bendungan banyak > 50 tahun; Kondisi dan fungsi
menurun; Perencanaan & pembangunan bendungan/embung ada yg belum sesuai kaidah dan
persyaratan keamanan; Alokasi anggaran OP tidak memadai; OP Bendungan belum
dijadikan prioritas;SDM/Unit Pengelola tidak memadai;Rencana Tindak Darurat (RTD)
tidak ada;Pelaksanaan Operasi tidak sesuai pola;Manual OP umumnya tidak tersedia;
Pemeriksaan, pemantauan & evaluasi kondisi bendungan tidak dilakukan sebagaimana
mestinya.
Dalam pengelolaan, agar bendungan yang akan dibangun maupun yang sudah ada tetap
terjaga dengan baik serta tidak menimbulkan masalah maka perlu penanganan yang tepat
berdasarkan Konsepsi Keamanan Bendungan, yang terdiri dari 3 pilar, yaitu : (a) keamanan
struktur berupa aman terhadap kegagalan stuktural, aman terhadap kegagalan hidraulis, dan
aman terhadap kegagalan rembesan (b) operasi, pemeliharaan dan pemantauan dan (c)
kesiapsiagaan tindak darurat.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Pilar I : Keamanan Struktur


Dari contoh kegagalan bendugan pada kasus yang terjadi, maka bendunan dianggap
sangat aman. Apabila pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan dilaksanaakn dengan dan
sesuai konsepsi keamanan bendungan kaidah keamanan bendungan yang tertuang dalam
NSPM dimana terdapat 3 pilar salah satunya pilar keamanan struktur diantaranya :
a. Bendungan harus didesain dan dibangun sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga aman untuk semua kondisi dan kombinasi beban kerja serta aman
dioperasikan pada semua kondisi operasi (normal , luar biasa, darurat) à harus memenuhi
kreteria desain.
b. Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional: bendungan secara keseluruhan,
termasuk tubuh bendungan, pondasi, abbutmen (bukti tumpuan) dan lereng sekeliling
waduk harus selalu aman.
c. Aman terhadap kegagalan hidrolis
d. Aman terhadap kegagalan rembesan

3. 2 Pilar II : Keamanan Pemantauan dan Pemeliharaan


Bendungan harus selalu dipelihara dengan baik dan dipantau sehingga dapat diketahui
sedini mungkin setiap problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang
nyata dan selalu dipelihara shg selalu siap dioperasikan pada segala kondisi operasi.
Pengukuran dan pembacaan instrumen, terutama ditujukan untuk mengetahui kondisi
didalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran dan pembacaan dilakukan terhadap aspek
perilaku /kreteria keamanan bendungan dan terhadap beban luar, yang terdiri dari:
 Aspek Perilaku bendungan (deformasi, rembesan, tekanan pori dan gaya angkat)
 Beban luar
 Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan kemudian secara berkala dikirim
kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer.

3. 3 Pilar III: Konsepsi dan Kesiagaan Tanggap Darurat


Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap menghadapi kondisi terburuk dari
bendungan yang dimiliki/dikelolanya. Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan

9
dilakukan dengan cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasar-kan Rencana Tindak
Darurat yang telah disiapkan secara matang. Berdasarkan peraturan yang berlaku setiap
bendungan harus dilengkapi Rencana Tindak Darurat (RTD), Penyiapan RTD suatu
bendungan bukan karena bendungan akan runtuh atau jebol tapi karena merupakan kewajiban
bagi Pemilik/Pengelola Bendungan. Rencana Tindak Darurat harus selalu ditinjau ulang pada
kurun waktu sekurang kurangnya satu kali dalam 5 (lima) tahun dan pada masa itu juga
dilakukan koreksi perbaikan terhadap pejabat yang berwenang sesuai dengan pedoman yang
sudah disiapkan pemilik/pengelola bendungan.

3. 4 Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengetahui perilaku bendungan dan status kondisi
keamanan bendungan. Kegiatannya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan rutin, yang bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda perilaku bendungan
baik harian, bulanan maupun tahunan.
b. Permeriksaan berkala, setengah tahunan , pemeriksaan besar minimal 1x/5 tahun.
c. Pemeriksaan luar biasan , dilakukan sebelum dan sesudah hujan badai dan setelah
gempa bumi.
d. Pemeriksaan khusus, dilakukan setelah terjadi kondisi yang mengancam keamanan
bendungan seperti longsor dan yang lainnya.

10
3. 5 Pemeriksaan Besar
Pemeriksaan besar adalah pemeriksaan secara menyeluruh terhadap aspek teknis dan non
teknis dalam rangka evaluasi keamanan bendungan. Pemeriksaan besar dilakukan oleh Tim
tenaga ahli bendungan (expert) yang paling tidak terdiri dari seorang dam engineer dan
seorang geologist. Tujuan pemeriksaan besar, adalah untuk:
a. Mengetahui status/kondisi keamanan bendungan berkaitan dengan
keamananstruktural dan operasional,hidrolis serta rembesan.
b. Meng-identifikasi problem yang sedang berkembangdan menetapkan usulan tindak
lanjut untuk peningkatan keamanan bendungan yang dapat berupa : pembatasan
operasi, perbaikan, studi lanjutan atau studi khusus (special study) untuk memecahkan
masalah yang ada.

3. 6 Langkah-Langkah Kegiatan Pemeriksaan Besar


Dalam pemeriksaan besar terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
a. Langkah pertama, kaji semua data yang ada, antara lain :
 Kaji /pelajari desain dan data desain bendungan dan bangunan pelengkap, untuk
menilai performance aktual dengan membandingkannya dengan performance
yang direncanakan dalam desain. Bandingkan desain dengan NSPM terbaru.
 Kaji laporan (data dan rekaman) pelaksanaan konstruksi.Apakahbangunan
dikonstruksi sesuai desain? Adakah revisi desain yang dibuat untuk mengatasi
kondisi yang tidak biasa (unusual) atau kondisi diluar perkiraan.(unanticipated)
 Kaji riwayat OP bendungan dan bangunan pelengkapnya, sehingga Tim
Inspeksi/Pemeriksa benar-benar memahami penuh bendungan dan riwayat
operasi serta pemeliharaannya.
b. Pelajari perilaku dan kondisi bendungan
Hal ini dilakukan dengan pemeriksaan bendungan secara menyeluruh (bendungan dan
waduk, diatas air dan bawah air) untuk mengidentifikasi semua potensi masalah:yang
dampaknya merugikan terhadap keamanan bendungan,daerah hulu dan hilir bendungan,
sertaperiksa kecukupan bendungan dan bangunan pelengkapnya untuk memenuhi
fungsinya, dengan didukung:data yang relevan, pertimbangan dan analisis teknis
diantaranya denganmembandingkan perilaku bendungan aktual dengan perilaku yang
direncanakan dalam desain.Dari evaluasi langkah pertama akan diperoleh indikasi
adanya kelainan/kelemaham/problem /ancaman terhadap bendungan tersebut.

11
c. Langkah lanjutan , yaitu langkah dimana analisis teknik untuk menilai status atau tingkat
keamanan bendungan berdasarkan keadaan aktual.
d. Buat kesimpulan laporan, dari sebuah pemeriksaan dan analisis data tersebut maka status
atau tingkat keamanan bendungan dan saran tindak lanjut yang diperlukan.
e. Tingkat keamanan bendungan, yaitu menganalisis tingkat keamanan dengan status
sebagai berikut yaitu baik, cukup, kurang , dan buruk berdarakan konsisi bendungan saat
itu.
f. Saran tindak lanjut, saran tindak lanjut disini berupa pembatasan operasi, perbaikan dan
studi lanjutan khusus.

12
BAB IV
SIMPULAN

Memperhatikan jumlah bendungan yang sudah dibangun di beberapa lokasi dengan


jumlah yang relatif besar, dalam pengelolaan bendungan saat ini seperti: Fungsi dan kondisi
bendungan telah mulai menurun perlu dilakukan pemeliharaan berkala dan rehabilitasi;
Kurang intensif pemantauan terhadap perilaku bendungan agar sesuai kaidah teknis
keamanan bendungan; Anggaran Operasi dan Pemeliharaan secara ber Operasi dan
Pemeliharaan Bendungan belum menjadi prioritas dalam rangka pemenuhan target
swasembada pangan; Kapasitas Sumber Daya Manusia yang terbatas akan ditindaklanjuti
melalui pelatihan dan sertifikasi; Terbatasnya Manual OP, RTD, dan Pola Operasi Waduk
sebagai kewajiban pengelola bendungan; Permasalahan sedimentasi akan dilakukan
pengerukan (dredging) dan upaya vegetatif; Masih relatif kecil Pengembangan, Pemanfatan
bendungan u keperluan PLTM/PLTA.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pekerjaan Umum. (1997). Peraturan Menteri PU Nomor 72/PRT/1997 Tentang


Keamanan Bendungan. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Peraturan Menteri PUPR No.
27/PRT/2015 tentang Bendungan. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Direktorat Jenderal Pengairan.
(1998). Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat, Keputusan Direktur Jenderal
Pengairan, Nomor 94/KPTS/A/1998, tanggal 30 Juli 1998. Jakarta. Departemen
Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2013). Draft Pedoman Penyusunan Rencana Tindak
Darurat. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2016). Profil Subdirektorat Operasi dan Pemeliharaan
Bendungan dan Danau Tahun. Jakarta. Direktorat Bina Operasi dan Pemeiharaan,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Direktorat Jendeal Sumber Daya Air. (2016). Pembangunan Bendungan 2014-2019. Jakarta.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air .
PT. Dehas Inframedia Karsa, PT. Indra Karya Wilayah 3. (2014). Laporan Rencana Tindak
Darurat Bendungan Mamak. Jakarta. PT. Dehas Inframedia Karsa, PT. Indra Karya
Wilayah 3.

14

Anda mungkin juga menyukai