Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


Menurut PP No 37 tentang pengelolaan DAS, Pasal 1, daerah aliran sungai adalah
satu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang batas didarat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih berpengaruh aktivitas daratan.
Menurut Linsley dkk., (1980) DAS adalah keseluruhan daerah yang diatur oleh
sistem sungai sehingga seluruh aliran dan daerah tersebut dikeluarkan melalui oulet
tunggal. Brooks dkk., (1990) DAS merupakan suatu areal atau daerah yang di batasi
oleh bentuktopografi yang didrainasi oleh suatu sistem aliran yang membentuk
sesuatu sungai yang melewati titik out-let dan total area diatasnya.
DAS dalam bahasa inggris disebut Watershed atau dalam skala luasan kecil
disebut catchment area adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung
bukit atau batas-batas pemisah topografi, yang berfungsi menerima, menyimpan dan
mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke alur-alur sungai dan terus mengalir
ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau atau waduk atau ke
laut. River basin adalah serupa dengan Watershed.
Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya
melalui anak sungai ke sungai utama.setiap DAS terbagi habis kedalam sub DAS. Sub
sub DAS adalah suatuwilayah kesatuan ekosistem yang terbntuk secara alamiah,
dimana air hujan meresap atau mengalir melalui ranting aliran sungai terbentuk
bagian dari sub DAS. Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu kawasan sebagai
daerah penadah air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian sumber air di wilaah daerah. Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah
kawasan dihulu danau yang memasok air ke danau.
Macam-macam DAS berdasarkan fungsi hulu, tengah, dan hilir :
1. Bagian Hulu berdasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara
lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kulaitas air,
kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2. Bagian Tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai dikelola untuk
dapat memebrikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara
lain dapat diindikasikan dari kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan
ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk dan danau.
3. Bagian Hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikam manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi , yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kulaitas air , kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan , dan terkait untuk kebutuhan pertanian , air bersih,
serta pengelolaan air limbah.
Daerah alian sungai (DAS) sebagai ekosistem alami berlaku proses-proses
biofisik hidrologis didalamnya dimana proses-proses tersebut merupakan bgaian dari
suatu daur hidrologi. DAS masuknya dapat berupa curah hujan yang bersifat alami,
karaktestinya tersusun atas faktor-faktor alami : 1) yang tidak mudah dikelola, seperti
geologi, morfometri, relief makro, dan sebagian dari sifat tanah; 2) yang mudah
dikelola, seperti vegetasi, relief mikro, da sebagian sifat tanah (Wismarini, dkk. 2010).

B. Karakteritik Daerah Aliran Sungai (DAS)


Aliran Sungai (DAS) sebagai sistem alami berlaku proses-proses biofisik
hidrologis didalamnya dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari suatu
daur hidrologis. DAS masuknya dapat berupa curah hujan yang bersifat alami,
karakteristiknya tersusun atas faktor-faktor alami: 1) yang tidak mudah dikelola,
seperti geologi, morfometri, relief makro, dan sebagian dari sifat tanah; dan 2) yang
mudah dikelola, seperti vegetasi, relief mikro, dan sebagian dari sifat tanah
(Wismarini,dkk. 2010).
Daerah aliran sungai (DAS) memiliki karakteristik adalah sebagai berikut :
1. Daerah tangkapan hujan dan volume run-off
Ukuran dan besar kecilnya daerah tangkapan hujan yang memberi
kontribusi terhadap aliran sungai di dalam DAS berpengaruh langsung
terhadap total volume aliran yyang keluar dari DAS.

2. Ukuran DAS dan waktu terjadinya aliran permukaan


DAS yang berukuran besar, aliran permukaan yang berjalan dari suatu
titik dibagian hulu DAS akan menempuh waktu yang lebih lama sebelum
sampai ke outlet, bila dibandingkan dengan titik pada posisi yang sama
untuk mencapai outlet pada DAS kecil.
3. Bentuk DAS
Bentuk DAS berpengaruh terhadap besar dan waktu terjadinya aliran
puncak pada outlet DAS. Ada dua DAS dengan luas yang sama tetapi
bentuknya berbeda, salah satu memanjang dan sempit, yang relatif
melebar dan agak memendek.
4. Meander sungai
Meander atau bentuk lika-liku ruas aliran disepanjang sungai
menambah jarak tempuh lebih panjang bagi air untuk mengalir sampai
outlet.
5. Kemiringan DAS
Kemiringan DAS mempengaruhi jumlah dan waktu aliran untuk
mencapai outlet. Kenaikan slope akan menyebabkan faktor lain
berpengaruh seperti kontak air hujan dan permukaan tanah tidak lagi tegak
lurus, gerakan air diatas permukaan tanah.
6. Kekasaran permukaan
Kekasaran permukaan dari saluran atau sungai meningkat karena
adanya bebatuan, vegetasi dan sampah. Perubahan penampakan kanal
dengan mengurangi vegetasi atau pembuatan pelengseran pada kiri dan
kanan tanggul saluran akan mengurangi kekasaran permukaan.
7. Kerapatan jaringan sungai
Karapatan jaringan sungai adalah jumlah panjang semua sungai dan
anak sungai di dalam DAS dibagi dengan luas DAS. Kerapatan jaringan
sungai merupakan salah satu karakteristik penting yang perlu diperhatikan
untuk megevaluasi potensi aliran permukaan (Indarto, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan karakteristik daerah aliran
sungai (DAS) adalah ukuran dan bentuk DAS, rerata kemiringan lahan, tofografi,
tanah dan vegetasi, jaringan sungai dan pola drainase, peruntukan lahan, dan kondisi
kadar lengas tanah pada saat terjadi hujan.

C. Ciri- ciri DAS kritis


......
Proses mendeliniasi DAS adalah sebagai berikut:
Melihat
Peta titik
Topografi
kdeetinggian
yang ada pada
hulu DAS

Pengamatan pada Melihat garis


hulu sungai yang kontur yang
akan di lakukan berbentuk
proses deliniasi punggungan

Penarikan garis
batas DAS atau
proses deliniasi

Peta DAS

DAS yang di DAS yang di


pulihkan daya pertahankan
dukungnya daya dukungnya
Dengan demikian dalam analisis kekritisan Daerah Aliran Sungai (DAS)
memerlukan Peta Topografi Kabupaten Solok Selatan. Langkah pertama yang
dilakukan adalah pengamatan pada hulu sungai yang akan dilakukan proses deliniasi.
Langkah selanjutnya mengukur ketinggian yang ada pada hulu Daerah Aliran Sungai
(DAS), melihat garis kontur yang berbentuk punggungan. Kemudian menarik garis
batas Daerah Aliran Sungai (DAS) atau proses deliniasi. Hasilnya adalah Peta DAS .
dapat disimpulkan kebijakan yang dapat direncanakan pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) yaitu sebagai berikut pertama, dipulihkan daya dukungnya dan yang kedua
dipertahakan daya dukungnya.

D. Metode Analisis Kekiritisan DAS

Ada beberapa indikator dominan yang menyebabkan terganggunya fungsi


hidrologi DAS yakni Lahan, kualitas, kuantitas, kontinuitas dan sosial ekonomi.

1. Lahan
a) Persentase lahan kritis

Lahan kritis” adalah lahan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
Persentase luas lahan kritis adalah perbandingan antara lahan kritis yang ada
dalam DAS dengan luas DAS tersebut.

x 100%

Contoh soal :

=
=0,13x 100%
=13,6 %
 10 % : Butuh perhatian mendasar
b) Indeks vegetasi penutupan Lahan
Penutupan vegetasi adalah tanaman tahunan seperti vegetasi hutan, semak belukar
dan/atau kebun yang dapat berfungsi lindung atau konservasi.
Persentase penutupan vegetasi adalah perbandingan antara luas lahan
berpenutupan vegetasi yang ada dalam DAS dengan luas DAS tersebut.
Cara mencari LVP : LVP = luas hutan + luas kebun

Dimana :
IPL =Indeks penutupan lahan
LVP =Luas lahan bervegetasi permanen
Contoh soal :
IPL= Luas hutan +luas kebun = 30 km2 + 15 km2=45 km2.

=0,20 x 100 %
=20,45 km2
< 30 % = jelek

c) Indeks Erosi (IE)

Indeks Erosi adalah perbandingan antara besaran erosi aktual dengan erosi
yang dapat ditoleransi didalam DAS.

Nilai erosi aktual (A) dihitung dengan dua cara, yaitu :


a) cara langsung, yaitu hasil sedimen (ton/ha/th) yang diperoleh dari hasil
pengamatan SPAS dibagi dengan SDR
b) cara tidak langsung (prediksi), yaitu dengan menggunakan persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation), yaitu :
A = RKLSCP
Ket: R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan lereng
C = faktor pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah

Nilai erosi yang masih dapat ditoleransi (T) dihitung dengan cara :
a. Metode Thompson (1957), yang didasarkan pada sifat-sifat tanah dari sebaran
jenis tanah yang ada di DAS, seperti kedalaman solum tanah, jenis batuan
(lunak dan keras), serta permeabilitas tanah.
b. Berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah pada lahan kering dari Peraturan
Pemerintah (PP) No. 150 tahun 2000.
c. Metode Hammer (1981), yang menggunakan konsep kedalaman ekivalen
(depth eqivalen) dan umur guna (resources lie) tanah .
Contoh perhitungan:

=2,4 (>2,0) sangat tinggi

d) Kesesuaian penggunaaan lahan


Contoh perhitungan :
KPL= Luas hutan +luas kebun + sawah irigasi + sawah tadah hujan.
= 30 km2 + 15 km2 + 10 km2 + 10 km2
= 65 km2
Luas DAS= 220 km2

=0,30 x 100 %
=30 %
2. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas
a) Koefisien Resim sungai
Koefisien Resim sungai adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan
antara nilai debit maksimum dengan minimum pada suatu DAS.

Keterangan :
Q maks (m3/det) = Volume debit harian maksimum.
Q min (m3/det) = Volume debit harian minimum.

Tabel 1. data tahunan Q untuk 10 tahun.

No Tahun Debit Maksimum Debit Minimun KRS

1 1997 2,440 0,005 448

2 1998 4,318 0,012 359

3 1999 8,921 0,008 1115,13

4 2000 4,449 0,001 4449

5 2001 1,807 0,026 69,05

6 2002 3,768 0,004 942

7 2003 0,980 0,002 490

8 2004 0,880 0,002 440

9 2005 0,510 0,005 102

10 2006 0,950 0,004 237,5

11 2007 21,666 0,002 10833

Jumlah 19524,68

Rerata 1774,97

Contoh perhitungan :
=10,830

b) Koefisien variansi (CV)

Koefisien variansi (CV) adalah gambaran kondisi variasi dari debit aliran air (Q)
tahunan dari suatu DAS.

x 100 %

Dimana :
Sd = standar deviasi data debit (Q) tahunan
Qrata-rata = data debit rata-rata tahunan
Contoh perhitungan :
Diket : Sd =4810,82
Q rata-rata 18739,34

x 100 %

=0,25 % (sedang).
Cara Menghitung Standar Deviasi Secara Manual
Dalam menghitung standar deviasi, ada beberapa metode yang bisa
dimanfaatkan. Seperti menghitungnya secara manual, dengan kalkulator dan
Excel. Akan kami jelaskan satu per satu. Tetapi untuk pertama-tama kita bahas
cara yang manual.
Untuk mengetahui cara menghitung standar deviasi maka ada dua
rumus yang harus diketahui, yakni rumus varian dan rumus standar deviasi.
Berikut adalah rumus yang bisa dipakai:
Rumus Varian

Rumus Standar Deviasi

Selain rumus di atas, juga ada versi lain yang bisa Anda gunakan.
Walaupun rumus berbeda, hasil akhirnya tetap sama. Berikut adalah rumusnya:
Rumus Varian 2

Rumus Standar Deviasi 2

Keterangan:
s2 : Varian
s : Standar deviasi
xi : Nilai x ke-i

: Rata-rata
n : Ukuran sampel

Contoh Soal
Dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa siswa dijadikan sampel.
Berikut adalah data sampel tersebut:
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data di atas, dapat diketahui jumlah data (n) = 10 dan (n – 1) = 9.
Langkah berikutnya adalah menghitung komponen untuk rumus varian. Anda
bisa menyusun tabel seperti gambar di bawah ini.

Berdasarkan tabel di atas, langkah selanjutnya seperti yang tertulis berikut:

Jika dimasukkan ke dalam rumus varian, maka menjadi seperti ini:

Sudah diketahui bahwa nilai varian adalah 30,32. Maka dari itu untuk
cara menghitung standar deviasi hanya perlu mengakarkuadratkan nilai varian
tersebut.
s = √30,32 = 5,51
Maka hasil standar deviasi dari contoh di atas adalah 5,51.
c) Indeks Penggunaan Air
Indeks penggunaan air adalah perbandingan antara total kebutuhan air dengan
ketersediaan air di dalam DAS.
Contoh perhitungan:
Volume Q inflow = 1450,828 mm
P = 2206.952 mm
Persedian = Volune Qinflow + P
= 3657.790 mm
Kebutuhan = 1549.772 mm

= 0,42 (semakin Baik)


d) Nisbah Hantar Sedimen (Sediment Delivery Ratio)
Nisbah hantar sedimen adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan
antara nilai total hasil sedimen (ton/ha/th) dengan nilai total erosi (ton/ha/th)
yang terjadi di daerah tangkapan airnya atau DAS atau Sub DAS.
Contoh perhitungan:

=60 % (tidak normal)

3. Sosial
a) Tekanan penduduk terhadap lahan

Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung melalui pendekatan indeks


ketersediaan lahan yang diketahui dengan menghitung perbandingan antara luas
lahan di dalam DAS dengan jumlah kepala keluarga di dalam DAS.

TP= Z .

Keterangan :

TP= Tekanan Penduduk

Z= = Luas lahan minimal untuk hidup layak

F= Persentase Petani Dalam Populasi Penduduk


Po= Jumlah penduduk tahun awal
r= pertumbuhan penduduk/tahun
L= luas lahan pertanian

Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Nilai Z diperoleh dengan menggunakan
Rumus:

Keterangan :
Z = Luas lahan minimal untuk hidup layak
LSI2 = luas sawah irigasi panen > 2x/tahun
LSI1 = luas sawah irigasi panen 1x/tahun
LST = luas sawah tadah hujan
LLK = luas lahan kering

Contoh perhitungan :

= =0,50

Persentase Petani dalam Populas Penduduk (f) nilai f sendiri di peroleh dari rumus:

Contoh perhitungan:

=39 %
=0,39
Persentase Petani Dalam Populasi Penduduk (f) Nilai f sendiri diperoleh dari rumus :
F=

Laju Pertumbuhan Penduduk (r) Rumus laju pertumbuhan geometric Adalah


Pt = Po(1+r)t

Kererangan :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t
Po = Jumlah penduduk tahun awal
r = laju pertumbuhan penduduk
t = Jangka waktu, yang dinyatakan dalam tahun.
Contoh perhitungan :
Pt =po (1 +r )t
1500 =1000 (1 + r)3
(1+r)3 =
(1+r)3 =1,5
(1+r) =
=1,15
r =1,15-1
r =0,15

Selanjutnya mencari Tekanan penduduk terhadap lahan yakni :

TP= Z .

=
=0,50 x 3,24
=1,62
Dan cara pencarian TP jika tidak ada rentang waktunya atau tekanan penduduk
pada 1 tahun yakni :

Contoh perhitungan :
= x 1,62

TP = 0,81

Tabel 2. Parameter DAS (Fisik, Kimia, dan Biologi)

No Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan


1 Hidrologi Fisik Warna Tidak berwarna & Baik
tidak berbau Buruk
berwarna & berbau
Kekeruhan Bening(5) Baik
Keruh (5-25) Sedang
Berlumpur (>25) Buruk
Kimia PH 6,5-7,5 Baik
5-6,5/7,5-8,5 Sedang
<5,5/ >8,5 Buruk
NO3(mg/L) <10 Baik
10-50 Sedang
>50 Buruk
PO4(mg/L) <12,5 Baik
12,5 – 40 Sedang
>200 Buruk
Ca (mg/L) <75 Baik
75-200 Sedang
>200 Buruk
Biologi Biological <5 Baik
oxygen 75-200 Sedang
deman >200 Buruk
Perbedaan <5 Baik
muka air 75-200 Sedang
sumur pada >200 Buruk
musim hujan
dan kemarau

Tabel 3. Kinerja indikator pengelolaan DAS

Kriteria Indikator Parameter Standar Keterangan


Evaluasi
Penggun 1.Penutupan IPL= IPL= > 75% IPL= indeks
aan oleh vegetasi (LVP/LDas)x baik penutup lahan
Lahan 100% IPL= 30-75% LVp= luas lahan
sedang bervegetasi
IPL=< 30% permanen
jelek LDas = Luas
DAS
2.Kesesuaian KPL= KPL= > 75% LPS= luas
penggunaan (LPS/LDas) x baik pengggunaan
Lahan (KPL) 100% KPL = 40-75% lahan yang
sedang sesuai
KPL=< 40% Rujukan
jelek penggunaan
lahan adalah
RTRW/K dan
atau pola RLKT
3.Erosi, Indek IE= (Ea/Et) x IE= < 1 baik Ea= erosi actual
Erosi (IE) 100% IE = >1 jelek Et= erosi
ditoleransi
Perhitungan
erosi merujuk
pada RTL,
RLKT 1988
Tata Air 1.Debit air KRS = (Qmax / KRS , 50 baik Data SPAS
sungai Qmin) KRS 50 – 120 PU/BRLKT/HP
sedang H
KRS > 120 Q = debit sungai
buruk
CV = (Sd / Qrata- CV < 10% baik CV = coefisien
rata) x 100% CV >10% jelek varian Sd =
standar deviasi
Data SPAS
Nilai IPA IPA = Indeks
IPA =
semakin kecil Penggunaan air
semakin baik
2. Kandungan Kadar lumpur Semakin Data SPAS
sedimen dalam air menurun
semakin baik
menurut mutu
peruntukan
3. Kandungan Kadar biofisik Menurut Standara baku
pencemar kimia standar yang yang berlaku,
( polutan ) berlaku misal PP
20/1990
4. Nisbah hantar SDR = (Ts/Te) x SDR < 50% Ts= total
sedimen ( SDR ) 100 % normal sedimen
SDR 50-75% Te= total erosi
tidak normal Data SPAS dan
SDR > 75% perhitungan
rusak /pengukuran
erosi
Sosial 1.Kepedulian kegiatan positip Ada, tidak ada Data dari
Demogra Individu konservasi instansi terkait
fis mandiri
2.Partisipasi % Masyarakat >70 % Tinggi Dari data
Masyarakat dalam kegiatan 40-70% sedang pengamatan atau
bersama > 40% rendah dari data instansi
terkait
3. Tekanan Indeks Tekanan TP < 1 ringan T= waktu dalam
penduduk penduduk TP= 1-2 sedang 5 tahun
terhadap lahan TP> 2 berat Z= luas
lahanpertanian
TP= Z .
minimal untuk
hidup
layak/jumlah
petani
F= proporsi
petani terhadap
populasi
penduduk DAS
Po= jumlah
penduduk tahun
0
L= luas lahan
pertanian
r= pertumbuhan
penduduk/tahun
Sumber: Muta’ali 2012

3. Data Yang Dibutuhkan dalam membuat Peta DAS


a) Data curah hujan dari tahun ke tahun diperoleh dari Balai PSDA di daerah
yang akan kita teliti.
b) Peta Topografi dari BAKOSURTANAL.
c) Peta jenis tata guna lahan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah
resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air.

Parameter untuk Kekritisan DAS yang digunakan dalam menentukan analisis


kekritisan DAS adalah :

1. Tingkat Erosi
2. Kerentanan gerakan tanah
3. Tingkat Bahaya Banjir
4. Ketersediaan air

Data yang dibutuhkan dalam membuat peta DAS yaitu :

1. Data curah hujan dari tahun ke tahun diperoleh dari Balai PSDA di daerah yang
akan kita teliti.

2. Peta Topografi dari BAKOSURTANAL.

3. Peta tataguna lahan sub DPS

B. Saran
Semoga makalah yang dibuat oleh kelompok ini dapat dimengerti dan dipahami serta
bermanfaat bagi pembacanya dan kami dari kelompok menerima masukan dan
kritikan atas kekurangan makalah yang kami buat.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay, 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Saraswati, Endang. 2013. Bahan Kuliah Kartografi Tematik. Fakultas Geografi UGM.

http://www.dephut.go.id/uploads/apl/PP.37_2012_PENGELOLAAN_DAS_.pdf
http://hukum.unsrat.ac.id/men/menhut_52_2001.htm

Anda mungkin juga menyukai