PENDAHULUAN
beberapa
nilai
strategis
diatas,
oleh
para
lingkungan
didaerah
karst
dan
hubungannya
dengan
permasalahan
pembangunan
di
BAB II
MATERI
di
batugamping.
Ciri
utama
kawasan
karst
adalah
berkembang
dengan
baik.
Balazs
(1968)
selanjutnya
adalah
batuan
kerbonat.
Batuan
karbonat
merupakan
air
di
kawasan
karst
pada
umumnya
belum
sehingga
dapat
langsung
ditampung
tanpa
harus
memompa.
D. Sumberdaya hayati
Sumberdaya hayati di kawasan karst tidaklah melimpah, hal ini
disebabkan tipisnya tanah dan langkanya air tanah di kawasan tersebut.
Kawasan karst dikenal dengan daya tahannya (resilience) yang rendah
terhadap perubahan atau gangguan (Gillieson, 1997). Namun demikian
kawasan karst yang belum terjamah oleh aktivitas manusia pada
umumnya berhutan lebat dengan segenap satwa penghuninya, seperti
Karst di Irian Jaya yang mencapai ketinggian di atas 4.000 meter dari
muka laut. Gunung Kidul yang saat ini gersang dilaporkan oleh Junghuhn
(1845) dulunya merupakan hutan yang lebat. Sekalipun telah gundul di
kawasan karst Gunung Kidul dijumpai jenis satwa dan fauna yang sangat
beragam. Satwa kawasan karst Gunung Sewu yang khas dijumpai
diantaranya adalah walet, kelelawar, dan ular kobra.
Sumberdaya
hayati
kawasan
karst
terutama
yang
telah
cimne,
maupun
goa
horinsontal.
Sedangkan
ornamen
(speleothem) yang dimiliki goa sangat bervariasi baik bentuk, warna, dan
ukurannya. Keunikan lain dari goa adalah terdapatnya ruangan bawah
tanah (chamber) dan sungai di beberapa goa dengan bendungan
alamnya. Luas ruangan bawah tanah bisa mencapai satuan hektar,
walaupun dipermukaan hanya berdiameter satu atau dua meter.
II.4 PERMASALAHAN
Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki
daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah
mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut
sebagai
akibat
kegiatanpenambangan
diantaranya
adalah
B. Penebangan vegetasi
Kegiatan penebangan di karst Gunung Sewu sudah terjadi sejak
puluhan tahun yang lalu. Hasilnya dapat dilihat bahwa sekarang sebagian
besar wilayah ini merupakan lahan kritis dan gundul. Beberapa hal yang
diakibatkan oleh penebangan vegetasi adalah penurunan penguapan
(evapotranspirasi), Peningkatan kadar C02 dalam tanah, Peningkatan
permeabilitas tanah permukaan (topsoil), dan menurunnya permeabilitas
subsoil. Beberapa akibat ini dapat menyebabkan akibat yang lebih
destruktif lagi, yaitu tingkat erosi permukaan yang sangat tinggi, yang
pada akhirnya hilangnya lapisan tanah. Pembusukan akar-akar pohon
yang terjadi telah mengakibatkan berkurangnya fungsi tanah sebagai
pengikat untuk menjaga kestabilan lereng.
C. Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Dalam hal pemanfaatan, lahan kawasan kars tidak jauh berbeda
dengan lahan bukan-kars, yaitu bisa didayagunakan untuk lahan pertanian
dan perkebunan. Cara bertani penduduk kawasan kars yang kurang tepat
di masa lalu menyebabkan beberapa kawasan menjadi terbuka, dan
hanya dapat ditumbuhi oleh rumput dan semak-belukar saja. Sistem
perladangan berpindah, yang banyak dilakukan oleh penduduk di luar
Jawa, menyebabkan menyempitnya hutan kars karena dibabat dan
dibakar pada saat mereka membuat ladang baru.
Penduduk di beberapa kawasan kars menggantungkan hidupnya
pada lahan pertanian yang tidak begitu luas, yang terselip di antara celahcelah pebukitan berbatu yang tandus. Tanah pelapukan batugamping yang
telah
banyak
membangun
prasarana
jalan,
yang
aspal tidak lagi dapat meresapkan air hujan, sehingga jika selokan yang
ada di sepanjang kiri dan kanan bahu jalan tidak dipelihara, proses erosi
merupakan bentuk ancaman lain di musim hujan. Erosi berlebihan yang
disebabkan oleh aliran air hujan di permukaan disebabkan karena
sebagian lahan yang dipakai untuk jalan kehilangan vegetasi penutup,
yang berfungsi meresapkan air hujan.
E. Kegiatan Parawisata
Pemanfaatan gua untuk kepentingan apapun, termasuk pariwisata,
akan menghasilkan beberapa dampak yang sifatnya negatif. Tetapi
dengan pengelolaan yang bersifat holistik, akibat negatif yang ditimbulkan
oleh industri pariwisata dapat ditekan dan diperkecil serendah mungkin.
Pengaruh tersebut antara lain (Ko, 1997; Samodra, 2000a):
(1) Menurunnya mutu lingkungan fisik gua;
(2) Menurunnya mutu dan sifat kimia air, serta sistem hidrologi gua;
(3) Menurunnya sirkulasi udara dan iklim-mikro di dalam gua;
(4) Menyebabkan terjadinya kompaksi dan pelulukan tanah di dasar
gua;
(5) Memicu terjadinya pengikisan atau gangguan terhadap endapan
gua dan unsur-unsur lain yang terdapat di dalam gua;
(6) Rusaknya lingkungan biotik gua (flora, fauna) dan abiotik
(speleotem), yang mungkin bersifat khas;
diperbarui.
Istilah
tidak
dapat
diperbarui
muncul
karena
tampak
secara
harfiah
bahwa
kawasan
karst
dengan
segala
Semua
peraturan
perundang-undangan
ini
mendukung
KARAKTERISTIK
FUNGSI UTAMA
KEGIATAN
Holokarst
Fungsi
lindung,Bentangalam
dan ekosistem yang ada
di dalamnya harus tetap
dipertahankan
keasliannya
Telah berpenghuni
Fungsi penyangga,
Bentang alam dapat
dirubah dengan
pertimbangan ketat
Mesokarst
Pertanian,
perikanan,
tambang, permukiman atau
industri dengan skala kecil
Fungsi budidaya
Semua
kegiatan
dilakukan
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Keberadaan kawasan karst di Indonesia mencapai hampir 20 %
dari total luas wilayah Indonesia. Kawasan karst memiliki sumber daya
alam yang memiliki nilai nilai yang strategis. Nilai-nilai strategis yan
dimaksud, selain merupakan kawasan sebagai pemasok dan tandon air
untuk keperluan domestik (PBB memperkirakan persediaan air sekitar 25
% penduduk dunia merupakan sumber air karst, Ko 1997), juga
mempunyai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan menambah
devisa negara seperti pariwisata, penambangan bahan galian, dan
sebagai penghasil sarang burung wallet.
III.2 Saran
Tantangan untuk mewujudkan karst sebagai kawasan konservasi
terbentang
untuk
melestarikan
monumen
dunia
ini.
International
konggres
tahunan
di
Indonesia
untuk
membahas
dapat