Anda di halaman 1dari 7

1

ANALISIS JEJAK EKOLOGIS DALAM PENENTUAN DAYA


DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG)

Reski Kurniati1, Samsu Arif 2, Paharuddin2


1
Mahasiswa Departemen Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin
2
Staf Pengajar Departemen Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin

Email : reskikurnia227@gmail.com

ABSTRACT

Population growth drives increased demand for resource consumption which can
have negative implications for spatial use. This can trigger land conversion and land
conversion, and affect the carrying capacity of the environment of an area. Carrying
capacity of the environment needs to be considered to maintain a balance between the
needs and limitations of the environment. The results of determining the carrying
capacity of the environment are used as a reference in the preparation of sustainable
regional spatial plans. This study aims to map areas that are deficit or surplus areas in
seven sub-districts in Maros Regency. From the results of the analysis, seven sub-
districts in Maros Regency are classified as surplus areas with agricultural land with
an environmental carrying capacity of 3.15536 and waters with an environmental
carrying capacity of 9.222318. For those classified as deficits are grazing land and
built up land with environmental carrying capacity values of 0.1248 and 0.00219,
respectively.

Keywords: Ecological Footprint, Carrying Capacity, Bioproductive


2

ABSTRAK

Pertambahan penduduk mendorong bertambahnya permintaan konsumsi sumberdaya


yang dapat berimplikasi negatif terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini dapat memicu
terjadinya konversi lahan dan alih fungsi lahan, serta mempengaruhi daya dukung
lingkungan suatu wilayah. Daya dukung lingkungan perlu diperhatikan untuk
menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keterbatasan dari lingkungan. Hasil
penentuan daya dukung lingkungan dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan daerah-daerah yang termasuk daerah defisit atau surplus di tujuh
kecamatan di Kabupaten Maros. Dari hasil analisis tersebut tujuh kecamatan di
Kabupaten Maros daerah-daerah yang tergolong surplus adalah lahan pertanian
dengan nilai daya dukung lingkungan sebesar 3,15536 dan perairan dengan nilai daya
dukung lingkungan sebesar 9,22318. Untuk yang tergolong defisit adalah lahan
penggembalaan dan lahan terbangun dengan nilai daya dukung lingkungan masing-
masing sebesar 0,1248 dan 0,00219.

Kata Kunci : Jejak Ekologis, Daya Dukung Lingkungan, Bioproduktif

1. Pendahuluan lahan dan alih fungsi lahan. Salah satu


konsep daya dukung lingkungan dalam
Lahan berfungsi sebagai tempat mendukung pembangunan
manusia untuk beraktivitas dan berkelanjutan adalah dengan
melangsungkan hidupnya. Lahan menggunakan pendekatan jejak
memiliki daya dukung yang terbatas, ekologis. Konsep ini berfokus pada
oleh karena itu perlu dijaga kelestarian langkah-langkah keseimbangan
agar tidak terjadi kerusakan atau konsumsi populasi pada alam dalam
degradasi. Degradasi terjadi pada penyediaan sumber daya dan
lahan yang digunakan secara pengurang emisi untuk kelestarian
berlebihan melebihi kemampuan daya lingkungan di masa depan.
dukung alamiahnya. Laju pertambahan Perhitungan jejak ekologis
penduduk mendorong bertambahnya menunjukkan status ekologis
permintaan konsumsi sumberdaya keseluruhan dan status masing-masing
yang dapat berimplikasi negatif jenis penggunaan lahan di area
terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini perhitungan. Status ekologis
dapat memicu terjadinya konversi
3

dipengaruhi oleh biokapasitas per


kapita dan jejak ekologis per kapita.
Letak Kabupaten Maros ini
mengakibatkan Kabupaten Maros
terkena langsung dari dampak ledakan
penduduk yang terjadi di Kota
Makassar. Luas wilayah Kota
Makassar yang tidak begitu luas sudah
tidak mampu menampung jumlah
penduduk yang semakin tahun Gambar 2.1 Hubungan sumber daya
semakin bertambah. Akibatnya banyak alam, lingkungan serta daya dukung
penduduk dari Kota Makassar yang (Muta’ali, 2012)
berpindah tempat tinggal ke kabupaten Carrying capacity atau daya dukung
yang berbatasan langsung dengan Kota lingkungan mengandung pengertian
Makassar, seperti Kabupaten Maros. kemampuan suatu wilayah atau tempat
Oleh karena itu terjadi alih fungsi dalam menunjang kehidupan makhluk
lahan di Kabupaten Maros, seperti hidup secara optimum dalam periode
lahan pertanian menjadi pemukiman. waktu yang panjang. Daya dukung
Berdasarkan uraian diatas, penulis lingkungan dapat diartikan
tertarik untuk melakukan penelitian kemampuan lingkungan memberikan
dengan judul penelitian “Analisis kehidupan organisme secara sejahtera
Jejak Ekologis Dalam Penentuan Daya dan lestari bagi penduduk yang
Dukung Lingkungan berbasis Sistem mendiami suatu kawasan.
Informasi Geografis (SIG)” untuk
mengetahui perhitungan jejak ekologis 2.2 Analisis Jejak Ekologis
dalam penentuan daya dukung Ecological footprint atau jejak
lingkungan. ekologis mengukur permintaan
penduduk atas alam dalam satuan
2. Kajian Pustaka metrik, yaitu area global biokapasitas.
2.1 Daya Dukung Lingkungan Dengan membandingkan ecological
Khanna (1999) mengutarakan bahwa footprint dengan ketersediaan
daya dukung lingkungan hidup terbagi kapasitas biologis bumi (biokapasitas).
menjadi 2 (dua) komponen, yaitu Dalam kaitannya dengan analisis daya
kapasitas penyediaan (supportive dukung lingkungan, maka ecological
capacity) dan kapasitas tampung footprint merupakan suatu alat
limbah (assimilative capacity) yang manajemen sumberdaya yang dapat
diilustrasiakan dalam Gambar 2.1. mengukur seberapa banyak tanah dan
4

air yang dibutuhkan populasi manusia material limbah yang diproduksi


untuk menghasilkan sumberdaya yang karena penggunaan teknologi tertentu.
dikonsumsinya serta untuk Adapun formulasi untuk menghitung
menghasilkan sumberdaya dengan jejak ekologis yakni :
penggunaan teknologi. Pada saat
permintaan terhadap sumberdaya 2.3
ekologis melampaui apa yang bisa
disediakan yang terlampaui
(ecological overshoot). Keterangan :

2.2.1 Biokapasitas JEi = nilai jejak ekologis unt uk


Rumus yang digunakan untuk penggunaan lahan 1 (ha)
menghitung biokapasitas yaitu : JP = Jumlah penduduk (jiwa)
Ki = Nilai kebutuhan lahan i,
2.1
untuk memenuhi kebutuhan
2.2 konsumsi penduduk per kapita
Keterangan : (ha/kapita) dengan
BKi = Biokapasitas penggunaan menggunakan hasil penelitian
lahan (ha/kapita) WWF, ZSL, dan GFN (2006)
LPLi = Luas penggunaan lahan I (ha) (dalam Muta’ali 2012).
0,88 = Konstanta (12%-nya digunakan EFi =Faktor ekuivalen (hasil
untuk menjamin penelitian WWF, ZSL dan
keberlangsungan biodiversitas GFN 2006 (dalam Muta’ali
(WWF, ZSL, dan GFN, 2006 2012)
dalam Muta’ali 2015) JEt = Nilai jejak ekologi total
FPi = Faktor produksi-I (Ferguson,
1998 dalam Muta’ali, 2015) 2.2.3 Daya Dukung Lingkungan
JP = Jumlah penduduk (jiwa) Daya dukung lingkugan (ekologi)
adalah perbandingan antara jejak
2.2.2 Jejak Ekologis ekologi dengan biokapasitas. Rumus
Jejak ekologis adalah ukuran dalam menentukan daya dukung
banyaknya produksi air dan lahan ekologis yaitu sebagai berikut :
secara alami untuk individu, populasi,
atau aktivitas yang memerlukan DDE = JE/BK 2.3
penggunaan sumberdaya alam untuk Dimana :
dikonsumsi dan untuk menyerap DDE = Daya Dukung Ekologi
(Lingkungan)
5

JE = Jejak Ekologi peta tidak hanya merepresentasikan


BK = Biokapasitas objek-objek yang ada di muka bumi,
tetapi berkembang menjadi
representasi objek di atas muka bumi
2.3 Sistem Informasi Geografis (di udara) dan di bawah permukaan
(SIG) bumi.
Sistem Informasi Geografis
b. Model Data Atribut
(Geographic Information System / Data atribut adalah data yang
GIS) yang selanjutnya disebut SIG mendeskripsikan karakteristik atau
merupakan system informasi berbasis fenomena yang dikandung pada suatu
komputer yang digunakan untuk objek data dalam peta dan tidak
mengolah dan menyimpan atau mempunyai hubungan dengan posisi
informasi geografis. Kemampuan SIG geografi. Data atribut dapat berupa
secara eksplisit menangani data spasial informasi numerik, foto, narasi, dan
dan nonspatial membuat teknologi ini lain sebagainya, yang diperoleh dari
begitu banyak digunakan saat ini. Data data statistik, pengukuran lapangan
spasial telah menjadi bagian yang dan sensus, dan lain-lain.
terintegrasi dengan database berbagai
organisasi formal maupun non formal
3. Metodologi Penelitian
karena dapat dikombinasikan dengan
data set nonspasial. Penelitian ini berlokasi di 7
2.4 Jenis dan Sumber data SIG Kecamatan di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan, yaitu Kecamatan
Data geografis pada dasarnya tersusun Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan
oleh dua komponen penting yaitu data Mandai, Kecamatan Maros Baru,
spasial dan data atribut. Perbedaan Kecamatan Marusu, Kecamatan
antara dua jenis data tersebut adalah Moncongloe, dan Kecamatan Turikale.
sebagai berikut (Ekadinata dkk, 2008) Secara geografis terletak pada 4° 52'
40,53" LS sampai 5° 11' 9,20" LS dan
a. Data Spasial
119° 27' 56,40" BT sampai 119° 38'
Data spasial adalah data yang 6,10" BT
bereferensi geografis atas representasi
2.5
objek di bumi. Data spasial pada
umumnya berdasarkan peta yang
berisikan interpretasi dan proyeksi
seluruh fenomena yang berada di
bumi. Sesuai dengan perkembangan,
6

(supply) dan jejak ekologis (demand)


maka, dapat dihitung nilai daya
dukung lingkungan (carrying
capacity). Dengan cara membagi
biokapasitas dengan jejak ekologis.

4. Hasil dan Pembahasan

Nilai daya dukung lingkungan untuk 7


Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian kecamatan di Kabupaten Maros
adalah, sebagai berikut:
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data dari Badan Pusat Tabel 1. Daya Dukung Lingkungan
Statistik Kab. Maros tahun 2018, data 2018
penggunaan lahan Kab. Maros dari
www.ina-geoportal.co.id BIG tahun
2018, data RTRW Kabupaten Maros
potensi desa tahun 2014 dari Dinas
Pekerjaan Umum, data proyeksi
Penggunaan Lahan tahun 2027 dari
Penelitian “Analisis Geospasial
Terhadap Konversi Lahan Non
Permukiman Menjadi Lahan 5. Kesimpulan
Permukiman Dengan Menggunakan Dari hasil penelitian di lokasi
Metode ANN” oleh Wahyu Saputra penelitian daerah-daerah yang
tahun 2018. tergolong surplus adalah lahan
pertanian dengan nilai daya dukung
Pada tahap awal adalah lingkungan sebesar 3,15536 dan
menginterpretasi data penggunaan perairan dengan nilai daya dukung
lahan secara visual yang menghasilkan lingkungan sebesar 9,22318. Dan
peta penggunaan lahan tahun 2018 untuk yang tergolong defisit adalah
dengan 7 kelas penggunaan lahan. lahan penggembalaan dan lahan
Kemudian menghitung nilai terbangun dengan nilai daya dukung
biokapasitas dari setiap kelas lingkungan masing-masing sebesar
bioproduktif. Kemudian menghitung 0,1248 dan 0,00219.
nilai jejak ekologis. Setelah
memperoleh nilai biokapasitas
7

Daftar Pustaka Widiatmaka, dkk. (2015).Daya


Dukung Lingkungan Berbasis
Ekadinata, d. (2008). Sistem Informasi Kemampuan Lahan Di
Geografis untuk Pengelolaan Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Bentang Lahan Berbasis Sumber Jurnal Manusia dan Lingkungan.
Daya Alam. Bogor: World 247-259.
Agroforestry Centre

Muta’ali, L. (2012). Daya Dukung


Lingkungan untuk Perencanaan
Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: BPFG Universitas
Gadjah Mada.

Said Rusli, S. W. (2009). Tekanan


Penduduk, Overshoot Ekologi
Pulau Jawa, dan Masa
Pemulihannya. Jurnal Terdisiplin
Sosiologi, Komunikasi Dan
ekologi Manusia, 79-112.

Saputra, Wahyu. (2018). Analisis


Geospasial Terhadap Konversi
Lahan Non Permukiman Menjadi
Lahan Permukiman Dengan
Menggunakan Metode Artifical
Neural Networl (ANN).
Makassar. Universitas
Hasanuddin

Wackernagel. M, M. C. (2005).
National Footprint and
Biocapacity Accounts 2005 :
Underlying Calculation Method.
In Global Footprint Network.
GFN.

Anda mungkin juga menyukai