Anda di halaman 1dari 11

1

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN IRIGASI GUNUNG


NAGO (PETAK TERSIER BAGIAN HILIR) BADENAH II KOTA PADANG

Refita Mayasari1, Rusnam 2, Eri Gas Ekaputra i2

1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Limau Manis, Padang 25163
2
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Limau Manis, Padang 25163
E-mail: refitamayasari98@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “ Evaluasi Kinerja Operasional dan Pemeliharaan Irigasi Gunung Nago
(Petak Tersier bagian Hilir) Badenah II Kota Padang” telah dilaksanakan pada bulan November
sampai Desember 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja dari operasional dan
pemeliharaan (O&P) pada irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian hilir) terhadap keberlanjutan
sumber daya air. Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan, pengambilan data di
lapangan, dan wawancara dengan petani di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder didapatkan
dari studi pustaka atau jurnal ilmiah dan data dari dinas terkait. Dari hasil evaluasi kinerja O&P
irigasi, nilai efisiensi irigasi saluran irigasi petak tersier yang didapatkan adalah 70,28%. Selain itu,
nilai kinerja dari P3A yang ada di irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian hilir) Badenah II untuk
operasi dan pemeliharaan yang terdiri dari kelembagaan, operasi, pemeliharaan dan pendanaan
berturut-turut yaitu 35,17%, 21,98%, 32,65% dan 17,14% . Berdasarkan hasil yang telah
didapatkan, maka sistem irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian hilir) Badenah II Kota Padang
dapat dinyatakan tidak berkelanjutan, karena kinerja P3A dalam operasional dan pemeliharan yang
memenuhi kategori buruk.

Kata kunci‒ Irigasi, Kinerja, O&P, P3A, Evaluasi

I. PENDAHULUAN Secara administratif, irigasi Gunung


Nago melintasi 5 Kecamatan yang ada di Kota
1.1 Latar Belakang Padang diantaranya: Kecamatan Pauh,
Air merupakan hal yang mutlak Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Kuranji,
dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup dalam Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan
berbagai kegiatan. Namun, tidak semua tempat Padang Timur. Sawah pada 5 kecamatan
memperoleh air yang cukup untuk tersebut tidak secara keseluruhan dialiri oleh
kebutuhannya tersebut. Untuk itu, diperlukan irigasi gunung nago. Seperti Kecamatan Pauh
sistem pemberian air yang dapat dikontrol hanya sebagian kecil lahan sawahnya yang
sehingga mencukupi penggunaan air. dialiri oleh irigasi Gunung Nago, begitu juga
Penggunan air bisa sesuai dengan kebutuhan dengan 4 kacamatan lainnya. Irigasi Gunung
yang diperlukan. Sistem pemberian air yang Nago terdiri atas dua jalur pengairan yaitu
proporsional ini dapat terwujud dengan Badenah I dan Badenah II, dimana luasan lahan
terbentuknya sistem operasi dan pemeliharaan untuk irigasi badenah I 1.266 ha dan luasan
dengan baik oleh kelembagaan terkait serta irigasi badenah II 821 ha (UPTD Irigasi Gn
dukungan dan partisipan dari masyarakat Nago. 2018).
sekitar. Pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi dapat terlaksana dengan baik dan
2

berkelanjutan, tak terlepas dari dukungan penjalanan operasi dan pemeliharaan yang
kelembagaan P3A yang mandiri, berdaya guna, tidak sesuai dengan teknis dan desain jaringan
dan bersinergi untuk meningkatkan irigasi, dana yang tersedia untuk operasi dan
produktivitas pertanian dalam mendukung pengelolaan sangat terbatas, dan kegagalan
upaya negara Indonesia untuk meningkatan dalam mengembangkan pengelolaan
kesejahteraan petani dan swasembada pangan. kelembagaan perkumpulan petani pemakai air
Pada dasarnya, ada beberapa sistem irigasi (P3A) yang partisipatif. Maka dari itu perlu
yang dikelola oleh masyarakat dengan dilakukan evaluasi terkait operasi dan
menggunakan prinsip-prinsip tradisional, yang pemeliharaan Irigasi Gunung nago badenah II
tidak seharusnya melibatkan campur tangan terkhususnya pada petak tersier bagian hilir.
pemerintah dalam pengelolaannya. Karena, pada bagian hilir P3A pengelolaan
Perkumpulan petani pemakai air (P3A) irigasi masih tergolong aktif. Sehingga kita
merupakan suatu badan kelembagaan yang dapat mengetahui peranan kelembagaan P3A
mempunyai tugas dalam mengelola jaringan dalam operasional dan pemeliharaan irigasi
irigasi dari tingkat usaha tani dengan baik Gunung Nago petak tersier bagian hilir
sehingga dapat membantu dalam meningkatkan badenah II Kota Padang.
produktivitas usaha tani. Meskipun
perkumpulan petani pemakai air (P3A) pada 1.2 Tujuan
jaringan irigasi telah dibentuk, permasalahan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pendistribusian air untuk memenuhi kebutuhan mengetahui kinerja operasi dan pemeliharaan
air tanaman sampai ke lahan sawah tetap sistem irigasi di Daerah Irigasi Gunung Nago
menjadi permasalahaan yang sulit diselesaikan. (bagian Hilir Petak Tersier) Badenah II Kota
Permasalahan pendistribusian air irigasi sampai Padang.
ke lahan sawah akan memicu terjadinya resiko
gagal panen. 1.3 Manfaat
Menurut Mustaniroh (2001), pengelolaan Manfaat dari penelitian ini yaitu agar dapat
sistem irigasi terdiri dari operasi dan memahami bahwa pentingnya melakukan
pemeliharaan jaringan irigasi. Operasi jaringan Operasi dan Pemeliharaan (O&P) irigasi guna
irigasi meliputi kegiatan pemberian, menjaga pasokan air di irigasi Gunung Nago
pengaturan, dan pembagian air dapat dikatakan (Petak Tersier bagian Hilir) Badenah II Kota
baik apabila petugas dan P3A pusat siap untuk Padang.
menapai tujuan utamanya. Tujuan utamanya
adalah jaringan irigasi dapat berfungsi dengan II. METODE PENELITIAN
baik, usia ekonomi dan sosial sesuai dengan 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
perencanaan, serta pembagian air tercapai
secara optimal. Setelah kegiatan operasi Penelitian ini dilakukan di Irigasi Gunung
tersebut dapat terwujud dengan baik, maka Nago Badenah II (Petak Teriser bagian Hilir)
dilakukanlah kegaitan pemeliharaan yang rutin Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan mulai
untuk menjaga jaringan irigasi agar selalu dari bulan November sampai dengan Desember
dalam kondisi yang prima. 2020.
Menurut Nofriadi (2013) dalam skripsi 2.2 Alat dan Bahan
Misdania (2018), hal yang menjadi dasar utama
permasalahan operasi dan pemeliharaan 2.2.1 Alat
jaringan irigasi terletak pada sistem manajemen Alat yang digunakan dalam pelaksanaan
sistem irigasi. hal tersebut berdampak pada penelitian ini, yaitu :
3

1) Meteran; pengelolaan sistem irigasi di daerah tersebut.


2) Pelampung sebagai alat ukur kecepatan Kinerja P3A ini dapat ditentukan setelah
aliran dan stopwatch; mendapatkan persentase yang dilakukan untuk
3) Alat tulis; mengevaluasi kegiatan operasi dan
4) Kamera. pemeliharaan yang dilakukan oleh
kelembagaan terkait.
2.2.2 Bahan
Tabel 4. Persentase kinerja P3A
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
Kategori Persentase + (%)
penelitian ini, yaitu :
Baik sekali 90 – 100
1) Peta daerah Irigasi Gunung Nago Badenah
Baik 80 – 89
II;
Cukup 60 – 79
2) Skema jaringan Irigasi Gunung Nago
Buruk 30 – 59
Badenah II.
Buruk sekali < 30
2.3 Prosedur Penelitian Sumber : Supadi (2009)
Prosedur yang dilakukan pertama kali 2.4.2 Pengukuran Debit
dalam penelitian ini adalah melakukan survey Pengukuran debit bertujuan untuk
lapangan untuk mengetahui kondisi lapangan melihat kondisi pengaliran air irigasi yang
seperti keadaan topografi dan bangunan irigasi. berfungsi untuk menganalisis apakah saluran
setelah itu, dilakukan studi pustaka untuk tersebut berfungsi dengan baik, rusak ringan,
mengetahui cara-cara penyelesaian masalah sedang, ataupun berat. Pengukuran debit aliran
yang terjadi di lapangan. didapatkan dengan menggunakan pelampung,
Data-data yang dibutuhkan dalam sehingga diketahui kecepatan aliran dari
penelitian ini adalah data primer dan data saluran Irigasi. Kemudian, dikalikan dengan
sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah: luas penampang basah menggunakan
1) Data kelembagaan pengelola irigasi (P3A); persamaan (1). Selanjutnya, dikalikan dengan
2) Debit saluran Irigasi petak tersier. koefisien pelampung yang diukur dengan
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan persamaan (2). Maka, didapatkanlah nilai debit
adalah: aliran yang diukur menggunakan persamaan
1) Skema jaringan irigasi Gunung nago (4).
Badenah II Kota Padang;
2.4.3 Efisiensi Saluran Irigasi
2) Peta Daerah Irigasi Gunung nago Bagian
Untuk mendapatkan nilai kerusakan yang
Hilir;
terjadi pada saluran irigasi, perlu dilakukan
3) Luas Layanan Gunung nago Bagian Hilir.
pengukutan efisiensi saluran irigasi.
2.4 Data Primer Pengukuran efisiensi saluran irigasi dilakukan
pada irigasi saluran tersier bagian hilir. Serta,
2.4.1 Evaluasi Perkumpulan Petani Pemakai
menghitung debit outlet dan inlet untuk
Air (P3A)
mendapatkan nilai efisiensi dengan
Evaluasi kelembagaan perkumpulan
menggunakan persamaan (5).
petani pemakai air (P3A), dilakukan dengan
menggunakan prinsip pendekatan secara 2.4.4 Efektivitas Saluran Irigasi
personal melalui wawancara. Wawancara yang Untuk mengetahui apakah ditribusi air
dilakukan secara langsung ditujukan untuk terhadap lahan pertanian telah sesuai dengan
memperoleh respon masyarakat terhadap yang direncanakan, maka perlu dilakukan
keaktifan dan peran serta kelembagaan dalam pengukuran efektivitas saluran irigasi. Cara
melakukan manajemen operasi dan pengukuran efektivitas saluran irigasi ini
4

adalah dengan membagui nilai luas aktual pengelolaan irigasi sehingga sistem irigasi
lahan dengan luas rencana yang diharapkan, dapat terlaksana dengan baik dan
kemudian dikalikan dengan 100 % sesuai berkelanjutan.
dengan persamaan (6).
2.7 Output Penelitian
2.5 Data Sekunder Pengevaluasian kinerja operasional dan
2.5.1 Skema Jaringan Irigasi Gunung Nago pemeliharaan jaringan irigasi ini dilakukan
Badenah II untuk mengetahui dan menginformasikan
Skema jaringan irigasi ini peranan kelembagaan P3A dalam operasi dan
menggambarkan jaringan irigasi Gunung Nago pemeliharaan irigasi Gunung Nago (Petak
Badenah II yang akan dipetakan. Berdasarkan Tersier bagian Hilir) Badenah II Kota Padang.
skema jaringan irigasi ini dapat ditentukan
bangunan-bangunan dari irigasi dan jaringan
III. HASIL DAN PEMAHASAN
lainnya yang berada pada Irigasi Gunung Nago
badenah II. Selain itu, dengan skema jaringan 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
irigasi ini dapat ditentukan daerah aliran irigasi
Irigasi Gunung Nago melintasi 5
Gunung Nago badenah II bagian hilir tersebut.
Kecamatan yang ada di Kota Padang
2.5.2 Peta Daerah Irigasi Gunung Nago diantaranya: Kecamatan Pauh, Kecamatan
Peta daerah irigasi Gunung Nago Nanggalo, Kecamatan Kuranji, Kecamatan
Badenah II ini digunakan untuk mengatahui Lubuk Begalung dan Kecamatan Padang
gambaran lokasi Irigasi Gunung Nago Badenah Timur. Sawah pada 5 kecamatan tersebut tidak
II bagian hilir tersebut. secara keseluruhan dialiri oleh Irigasi Gunung
2.5.3 Luas Layanan Irigasi Nago. Seperti Kecamatan Pauh hanya sebagian
Luas layanan irigasi merupakan luas area kecil lahan sawahnya yang dialiri oleh irigasi
yang dapat dialiri dari irigasi petak tersier Gunung Nago, begitu juga dengan 4 kacamatan
bagian hilir. Luas layanan irigasi ini didapat lainnya. Irigasi Gunung Nago terdiri atas dua
dari Dinas Unit Pelaksana Teknis Daerah jalur pengairan yaitu Badenah I dan Badenah
Pekerjaan Umum (UPTD – PU). II, dimana luasan lahan untuk irigasi badenah I
1.266 ha dan luasan irigasi badenah II 821 ha
2.6 Keberlanjutan Sistem Irigasi (UPTD Irigasi Gn Nago. 2018).
Keberlanjutan sistem irigasi merupakan
suatu hasil yang didapatkan dari pengelolaan 3.2 Analisis O&P pada Kelembagaan P3A
air irigasi sehingga ketersedian air dapat 3.2.1 Kelembagaan P3A
dipertahankan secara berkelanjutan. Adapun P3A Ampang Saiyo Irigasi Gunung Nago
kategori keberlanjutan dari jaringan irigasi ini Badenah II kota Padang bagian Hilir memiliki
sebagai berikut: kelembagaan yang dijabarkan pada bagan
1. Kondisi saluran irigasi yang dilihat dari dibawah ini:
nilai efisiensi dari saluran irigasi, dimana
untuk irigasi teknis dikatakan baik jika
nilai efisiensi secara keseluruhannya
memenuhi standar yaitu 50-60 % (Standar
Perencanaan Irigasi KP-01, 1986);
2. Kegiatan Operasional dan Pemeliharaan
(O&P) yang dikelola oleh Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) terpenuhi secara
mandiri dan berperan aktif dalam
5

P3A Ampang Tabel 6. Hasil Aspek Kelembagaan Petani


Saiyo No. Aspek Kelembagaan Hasil
Belum memiliki SK
P3A yang dibentuk
dan pembentukan
sudah mempunyai SK
1. masih belum
dan berlandaskan
Ketua berlandaskan badan
badan hukum
hukum
Busra
Pengurus P3A Pemilihan pengurus
2. merupakan orang yang P3A merupakan orang
Ketua Kelompok Ketua kelompok disepakati yang disepakati
Tani Ampang Utara tani banda gadang
Melakukan Dilakukan
Mawardi Amrurizal musyawarah dalam musyawarah dalam
3.
pengambilan setiap pengambilan
Kinerja kelembagaan P3A diukur keputusan keputusan
menggunakan kuisioner kepada petani yang
Rapat organisasi
mempunyai lahan dan ketua P3A terkait di sangat jarang
Irigasi Gunung Nago Badenah II kota Padang dilaksanakan. Namun,
Melakukan rapat
bagian Hilir. Setelah itu dilakukan perhitungan 4. ketika diadakan rapat
organisasi
untuk menentukan persentase jawaban seperti anggota P3A masih
sangat sedikit yang
terlampir pada lampiran. Persentase hasil
berpartisipasi
wawancara kinerja kelembagaan petani dengan
responden disajikan pada tabel 5. Anggota P3A
Masih belum
mendapatkan
mendapatkan
Tabel 5. Persentase Kinerja Kelembagaan penyuluhan dari
5. penyuluhan dari pemda
Petani pemda/organisasi
atau pemberdayaan
No. Jawaban Persentase (%) pemberdayaan Irigasi
irigasi setempat
setempat
1. A 35,17
Organisasi P3A Tidak ada program
2. B 28,57 6. mempunyai proogram kerja yang terukur dan
kerja kongkrit
3. C 36,26
Sesama anggota, tidak
Kriteria Buruk
Tidak adanya terdapat
Sumber : Hasil Perhitungan Data konflik/permasalahan konflik/permasalahan
7.
sesama anggota yang berarti dan
Keterangan : kelembagaan berdampak buruk
A = Jawaban positif (Jawaban yang terhadap kelembagaan
diharapkan) Sumber : Hasil Perhitungan Data
B = Jawaban yang menunjukkan hampir
Berdasarkan persentase kinerja
mendekati kriteria dalam aspek
kelembagaan petani yang disajikan pada tabel
kelembagaan,operasional, pemeliharaan
5, Kriteria Kinerja Kelembagaan Petani Daerah
dan pendanaan sistem irigasi
Irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian hilir)
C = Jawaban yang menunjukkan tidak
Badenah II Kota Padang termasuk kedalam
memenuhi kriteria dalam aspek
kriteria buruk. Hal tersebut disebabkan karena
kelembagaan,operasional, pemeliharaan
keanggotaan P3A yang tergolong pasif dalam
dan pendanaan sistem irigasi
setiap kegiatan yang berhubungan dengan
Poin-poin penting dalam suatu
permasalahan Irigasi Gunung Nago Badenah II
kelembagaan petani, dijabarkan pada tabel
Kota Padang. P3A Ampang Saiyo belum
dibawah ini:
memiliki SK. Kemudian, pembentukan P3A
6

yang dibentuk masih belum berlandaskan Sesuai dengan PP No. 20 Tahun 2006
badan hukum. Mengenai pemilihan pengurus tentang irigasi, terdapat 10 item dalam
maupun ketua P3A yang dipilih adalah orang operasional jaringan irigasi.
yang sudah dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Tabel 8. Hasil Kegiatan operasional jaringan
Dalam kelembagaan suatu organisasi, tentunya irigasi
harus sering diadakan musyawarah terkait No. Kegiatan Operasional Hasil
permasalahan dan hal lain yang menunjang 1. Pengumpulan data Dilakukan oleh
keaktifan anggota. Namun, pada P3A Ampang pihak/dinas Irigasi
Saiyo kebanyakan anggota kurang aktif untuk Gunung Nago
2. Penyediaan air irigasi Belum maksimal
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan dilaksanakan
oleh kelompok tani. 3. Menyusun rencana tata Tidak ada penyusunan
tanam rencana tata tanam
3.2.2 Kinerja P3A dalam Operasi dan
4. Menyusun sistem Belum dilaksanakan
Pemeliharaan golongan
Kinerja dari suatu P3A dalam operasi dan 5. Menyusun rencana Kurang maksimal
pemeliharaan ditunjukkan dari hasil wawancara pembagian air dalam penjelasan
yang dilakukan kepada pengurus P3A ataupun rencana pembagian air
6. Pemberian air irigasi Kurang mencukupi
anggota yang memiliki lahan sawah yang
kebutuhan lahan
berada disekitar daerah irigasi Gunung Nago pertanian
(Petak Tersier bagian Hilir) Badenah II Kota 7. Melaksanakan rencana Belum ada rencana
Padang. Wawancara dilakukan dalam bentuk tata tanam dan tata tanam
kuisioner. Wawancara dilakukan pada P3A pembagian air
8. Membuka dan menutup Dilakukan oleh
yang berada di irigasi Gunung Nago Badenah
pintu anggota kelompok
II Kota Padang bagian hilir sebanyak 7 tani
responden. Adapun hasil dari wawancara 9. Kalibrasi Pada umumnya
kuisioner yang telah dilakukan sesuai dengan kelompok P3A tidak
Tabel 7. mengetahui mengenai
kalibrasi alat ukur
Tabel 7. Persentase Kinerja Operasi Sistem Irigasi
Irigasi 10. Monitoring dan Sangat jarang
No. Jawaban Persentase (%) evaluasi dilakukan
1. A 21,98 Sumber : Hasil Pengolahan Data
2. B 40,66
3. C 37,36 Berdasarkan wawancara yang dilakukan
Kriteria Buruk Sekali operasional jaringan Irigasi P3A Ampang
Sumber : Hasil Perhitungan Data Saiyo Bagian Hilir Badenah II Kota Padang
Keterangan : dapat dikatan masih belum beroperasi dengan
A = Jawaban positif (Jawaban yang maksimal apabila dilihat dari 10 poin utama
diharapkan) operasioanal Irigasi. dijelaskan oleh para
B = Jawaban yang menunjukkan hampir narasumber yang diwawancarai, pembagian air
mendekati kriteria dalam aspek irigasi masih belum merata didapatkan oleh
kelembagaan, operasional, meliharaan petani untuk mengaliri lahan pertanian. Hal
dan pendanaan sistem irigasi tersebutkan diakibatkan masih belum jelasnya
C = Jawaban yang menunjukkan tidak giliran pembagian air. Bagi petani yang merasa
memenuhi kriteria dalam aspek membutuhkan air untuk mengaliri lahan
kelembagaan,operasional, emeliharaan pertanian, maka mereka bisa membuka maupun
dan pendanaan sistem irigasi
7

menutup pintu air setelah selesai pengaliran air irigasi menanggulangi terlaksana
ke lahan pertanian. terjadinya
kerusakan
Kemudian, sistem tata tanam maupun
jaringan irigasi
golongan masih belum ditetapkan di kelompok 2. Pemeliharaan Kegiatan Jarang
tani Ampang Saiyo. Sehingga pola tanam pada Rutin perawatan rutin dilakukan
P3A Ampang Saiyo dilakukan dengan pola diperuntukkan perawatan
tanam bergiliran. Kemudian, mengenai untuk secara rutin
mempertahankan
kalibrasi alat ukur di Irigasi Gunung Nago,
kondisi jaringan
baik ketua P3A maupun anggota P3A tidak irigasi yang
mengetahui mengenai kalibrasi pada alat ukur dilaksanakan
Irigasi. sehingga, penulis mencoba secara terus
menanyakan kepada pihak dinas mengenai menerus.
3. Pemeliharaan Kegiatan Belum
kalibrasi tersebut. Menurut keterangan salah
Berkala perawatan dan maksimal
satu Juru Irigasi Gunung Nago (Vidi Lazuardi), perbaikan yang dilakukan
kalibrasi alat ukur dilakukan terakhir kali pada dilaksanakan pemeliharaan
tahun 2014. secara berkala secara
yang berkala
Tabel 9. Persentase Kinerja Pemeliharaan direncanakan
Sistem Irigasi dan
No. Jawaban Persentase (%) dilaksanakan
1. A 32,65 oleh dinas yang
membidangi
2. B 34,69 irigasi dan dapat
bekerja sama
3. C 32,65
dengan P3A /
Kriteria Buruk GP3A / IP3A.
4. Pemeliharaan Pemeliharaan Dilakukan
Sumber : Hasil Perhitungan Data darurat yang dilakukan perbaikan
akibat bencana apabila
Keterangan :
alam atau kadaan
A = Jawaban positif (Jawaban yang kerusakan berat saluran
diharapkan) akbibat sudah rusak
B = Jawaban yang menunjukkan hampir terjadinya parah
mendekati kriteria dalam aspek kejadian luar
biasa seperti
kelembagaan,operasional,pemeliharaa
pengrusakan
n dan pendanaan sistem irigasi atau penjebolan
C = Jawaban yang menunjukkan tidak tanggul,
memenuhi kriteria dalam aspek longsoran tebing
kelembagaan,operasional,pemeliharaa yang menutup
jaringan, tanggul
n dan pendanaan sistem irigasi
putus, dan lain
Terdapat 4 poin yang perlu diperhatikan sebagainya).
dalam pemeliharaan Irigasi, diantaranya Sumber : Hasil Pengolahan Data
dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
Pemeliharaan saluran irigasi pada pada
Tabel 10. Hasil Aspek Pemeliharaan Irigasi Gunung Nago Badenah II (petak tersier
Kegiatan bagian hilir) Kota Padang yang dilakukan oleh
No. Keterangan Hasil
Pemeliharaan P3A Ampang Saiyo masih tergolong belum
1. Pengamanan Upaya untuk Belum maksimal. Pada umumnya saluran irigasi
jaringan mencegah dan maksimal
terdapat beberapa kerusakan ringan. Sehingga
8

mengakibatkan kurang maksimalnya Tabel 12. Hasil Aspek Pendanaan


pengaliran air ke lahan pertanian. Dari No. Aspek pendanaan Hasil
wawancara yang dilakukan pemeliharaan
Sangat jarang petani yang
saluran Irigasi seringkali hanya dilakukan oleh Iuran rutin anggota
1. rutin mengumpulkan
ketua P3A saja dan dengan satu atau dua orang P3A pasca panen
iuran rutin setiap anggota
anggota kelompok tani. Sangat jarang semua
Kecukupan
anggota kelompok tani terlibat dalam kegiatan kebutuhan iuran Tidak mencukupi
pemeliharaan saluran Irigasi. 3. anggota dalam kebutuhan pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan
3.2.3 Kinerja P3A dalam Aspek Pendanaan kegiatan
Aspek pendanaan diukur mengggunakan Melakukan
kuisioner, yang menjadi respondennya adalah musyawarah dalam
4. Selalu dimusyawarahkan
pengurus P3A ataupun petani yang memiliki Penggunaan dana
areal sawah di Daerah Irigasi Gunung Nago iuran
(petak tersier bagian hilir) Badenah II Kota Mendapatkan Tidak kontiniyu dalam
Padang. Perhitungan aspek pendanaan 5. bantuan dana dari mendapatkan dana dari
pemerintah pemerintah
disajikan pada Lampiran 2. Persentase hasil
wawancara aspek pendanaan dapat dilihat pada Sumber : Hasil Pengolahan Data
tabel dibawah ini: Kriteria aspek pendanaan pada tabel
Tabel 11. Persentase Wawancara Aspek 12diperoleh dari total jawaban A terhadap total
Pendanaan pertanyaan. Persentase jawaban A adalah
No. Jawaban Persentase (%)
17,14%. Nilai ini menunjukkan bahwa
1. A 17,14 persentase tersebut tergolong dalam kriteria
2. B 22,86 buruk sekali. Aspek pendanaan yang buruk
sekali menunjukkan sangat kurangnya
3. C 60
ketersediaan dana pada P3A irigasi Gunung
Kriteria Buruk Sekali Nago Badenah II Kota Padang. Hal tersebut
Sumber : Hasil Perhitungan Data dapat dipengaruhi oleh kurangnya peranan
pemerintah dalam alokasi dana untuk irigasi
Keterangan :
tersebut.
A = Jawaban positif (Jawaban yang
diharapkan) 3.3 Efesiensi dan Efektivitas Saluran Irigasi
B = Jawaban yang menunjukkan hampir 3.3.1 Efesiensi Saluran Irigasi
mendekati kriteria dalam aspek
Efisiensi saluran irigasi digunakan untuk
kelembagaan,operasional, emeliharaan
mengetahui kehilangan air selama proses
dan pendanaan sistem irigasi
penyaluran air sehingga dapat diketahui
C = Jawaban yang menunjukkan tidak
besarnya jumlah air yang sampai ke petakan
memenuhi kriteria dalam aspek
sawah. Nilai efisiensi didapatkan dari
kelembagaan,operasional,pemeliharaa
perbandingan debit yang masuk pada suatu
n dan pendanaan sistem irigasi
jaringan irigasi dengan debit yang keluar dari
Terdapat 4 poin penting yang harus
saluran irigasi. Adapun hasil dari efisiensi pada
diperhatikan dalam aspek pendanaan irigasi,
saluran tersier dapat dilihat pada Tabel
yang dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
dibawah ini.
9

Tabel 13. Hasil Efisiensi Saluran Irigasi petak didapatkan dari ketua P3A Ampang saiyo,
tersier bagian Hilir kemudian luas rencana layanan Irigasi
Koef. Kec. Luas
Debit Pelamp Aliran Penampan
Debit Efisi didapatkan dari skema jaringan Irigasi Badenah
(m3/s) ensi
ung (m/s) g (m2) II. Nilai efektivitas Daerah Irigasi Gunung
Nago Badenah II Kota Padang memenuhi
Input 0,124 0,021
0,9616 0,1776 kategori cukup menurut Suprayogi, et al.
(Q1) 1 2
70,2 (2013). Nilai harkat efektivitas yang memenuhi
Output 0,096 0,014
0,9651 0,1605 8 kategori cukup ini menunjukkan bahwa hasil
(Q2) 5 9
yang diperoleh mendekati dengan upaya yang
Sumber : Hasil Perhitungan Data dilakukan.
Pada pengambilan efisiensi saluran irigasi 3.4 Keberlanjutan Sistem Irigasi
dilakukan pada saluran saluran irigasi petak Keberlanjutan sistem Irigasi dilihat dari 2
tersier bagian hilir. Pada saluran tersier kategori, yaitu pengelolaan Perkumpulan
didapatkan efisiensi saluran irigasi sebesar Petani Pemakai Air (P3A) dalam Operasi dan
70,28. Nilai efisiensi yang didapatkan sudah pemeliharaan irigasi serta efisiensi salran
memenuhi kategori baik berdasarkan Standar irigasi. Dilihat dari peranan dan pengelolaan
Perencanaan Irigasi KP-01 (1986). Standar Operasional dan Pemeliharaan (O&P) yang
nilai efisiensi irigasi yang baik berdasarkan dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air
salurannya ini menunjukkan bahwa tidak (P3A) bagian hilir Ampang saiyo, masih belum
banyak terjadinya kehilangan air pada saluran terpenuhi secara mandiri dan berperan aktif.
dan pedistribusian air juga tergolong merata ke Dari akumulasi poin kuisioner P3A yang
petakan sawah petani. diolah, didapatkan rata-rata persentase kategori
untuk aspek Kelembagaan 35,17%,
3.3.2 Efektivitas Saluran Irigasi
Operasional Irigasi memenuhi persentase
Efektivitas pengelolaan irigasi
21,98%, pemeliharaan irigasi mendapatkan
menunjukkan perbandingan nisbah antara luas
persentase 32,65%, dan untuk aspek pendanaan
area teraliri terhadap luas rancangan daerah
hanya 17,14%. Berdasarkan standar kategori
irigasi. Data luas aktual terairi dan luas rencana
persentase P3A menurut Supadi (2009),
diperoleh dari P3A Irigasi Gunung Nago (petak
persentase yang berkisar pada angka (30-59%)
tersier bagian hilir) Badenah II Kota Padang.
tergolong dalam kriteria buruk.
Besarnya nilai efektivitas daerah irigasi
Kemudian, jika dilihat dari nilai efisiensi
Gunung Nago petak tersier bagian hilir)
yang didapatkan pada salah satu saluran tersier
Badenah II Kota Padang dapat dilihat pada
dikategorikan kedalam kriteria baik
tabel 14 berikut :
Berdasarkan KP-01 (1986). Sehingga sistem
Tabel 14. Hasil Efektivitas Saluran Irigasi Irigasi Gunung Nago Badenah II Kota Padang
bagian Hilir pada bagian hilir dapat dikatakan tidak
Luas Luas
Efektifitas berkelanjutan apabila dilihat dari kinerja
Aktual Rencana Efektifitas
(%) pengelolaan P3A dalam operasional dan
(Ha) (Ha)
pemeliharaan jaringan Irigasi Gunung Nago
43 59 0,728 72,8
(petak tersier bagian hilir) Badenah II Kota
Sumber : Hasil Perhitungan Data Padang, walaupun nilai efisiensi yang
Berdasarkan tabel diatas luas aktual dan didapatkan tergolong dalam kriteria yang
luas rencana Irigasi Gunung Nago Badenah II ditetapkan. Sehingga perlu ditingkatkan lagi
bagian hilir secara berturut-turut adalah 43 Ha kinerja dari P3A Ampang Saiyo Irigasi Gunung
dan 59 Ha. Luas Aktual layanan irigasi Nago (petak tersier bagian hilir).
10

Untuk meningkatkan kinerja operasional berkelanjutan untuk kategori irigasi teknis


dan pemeliharaan sistem irigasi Gunung Nago sesuai dengan nilai efisiensi yang telah
Badenah II Kota Padang P3A Ampang Saiyo, didapatkan.
ketua P3A harus lebih aktif lagi dalam
4.2 Saran
merangkul anggota-anggota dalam
kelembagaan. Kemudian, kelompok tani juga Adapun saran hasil dari penelitian yang
harus aktif dalam setiap kegiatan P3A. Ketika telah dilakukan yaitu:
ketua kelompok tani mengadakan rapat untuk 1. Sebaiknya kinerja operasi dan
membahas kemashlahatan sistem irigasi, maka pemeliharaan pada Irigasi Gunung Nago
anggota petani harus ikut serta menghadiri (petak tersier bagian hilir) Badenah II Kota
rapat tersebut. Semua anggota P3A yang Padang lebih ditingkatkan lagi agar tetap
menggunakan air irigasi, harus mengikuti dapat mendistribusikan air secara optimal
aturan pembagian air yang berlaku dan dan berkelanjutan;
memperkuat komunikasi antar sesama anggota 2. Diharapkan keterlibatan aktif semua pihak
P3A. terutama Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) sehingga pendistribusian air dapat
IV. KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan secara optimal dan memenuhi
4.1 Kesimpulan kebutuhan air di areal sawah petani.
Berdasarkan dari hasil yang telah
didapatkan maka dapat disimpulkan sebagai DAFTAR PUSTAKA
berikut: Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan
1. Kegiatan operasional dan pemeliharaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
yang dilakukan oleh P3A Ampang saiyo University Press. Yogyakarta.
Irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian
hilir) Badenah II Kota Padang digolongkan Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
kedalam kategori buruk. Sehingga 2006. Skema Irigasi. Departemen
berdampak terhadap pendistribusian air Pekerjaan Umum.
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
Dirjen Pengairan dan Departemen Pekerjaan
pada areal sawah petani. Hal tersebut
Umum. 1986. Standar Perencanaan
terlihat dari masih banyak vegetasi-
Irigasi KP-06. Galang Persada. Bandung.
vegetasi dan sedimentasi yang ada di
saluran Irigasi; Mustaniroh, S. A. 2001. Evaluasi Aspek
2. Nilai rata-rata efisiensi pada jaringan Kelembagaan Pengelolaan Jaringan
irigasi Gunung Nago (petak tersier bagian Irigasi di Tingkat Petani pada Usahatani
hilir) Badenah II Kota Padang Padi Sawah di Kabupaten Banjarbaru,
menunjukkan kategori baik dan memenuhi Kalimantan Selatan. [Jurnal] Jurnal
nilai standar Perencanaan Irigasi; Teknologi Pertanian, Vol.2 No.2.
3. Kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air Malang. Fakultas Teknologi Pertanian.
(P3A) Irigasi Gunung Nago (petak tersier Universitas Brawijaya. 18 Hal.
bagian hilir) Badenah II Kota Padang
digolongkan kedalam kategori buruk Nofriadi. 2013. “Analisis Efisiensi dan
dalam operasional dan pemeliharaan Efektivitas Jaringan Irigasi Duku untuk
irigasi; Menunjang Peningkatan Produktivitas
4. Jaringan irigasi Gunung Nago Badenah II Pertanian Padi Sawah di Kabupaten
Kota Padang menunjukkan irigasi yang Padang Pariaman”. Skripsi Penelitian
11

Teknik Pertanian Universitas Andalas,


Padang.

Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007 tentang


Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi.

Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006


Tentang Irigasi.
Rahman, B. 2009. Kebijakan sistem
kelembagaan pengelolaan irigasi: Kasus
provinsi banten. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. Volume 7 No. 1,
Maret 2009 : 1-19.
Suprayogi, S., Purnama, S., dan Darmanto, D.
2013. Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai