Oleh :
Siti Aminatuzuhria NIM 1317102060
(1) Kedua orang tua saya, ayah M.Munif dan ibu S. Saodah yang telah
memberikan dukungan moril dan materil kepada saya.
(3) Dr. Yuli Witono S.TP ., M.P selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
dan Dr.Ir. Bambang Marhaenanto, M.Eng., selaku Ketua Jurusan
Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.
(4) UPTD Pengairan Gumukmas Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember
dan UPTD Pengairan Gumukmas Kecamatan Gumukmas Kabupaten
Jember atas kerja sama dan kesempatan yang diberikan;
(5) Para juru UPTD Pengairan Gumukmas yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membantu saya dalam melaksanakan praktikum lapang;
(6) Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah
membantu baik tenaga maupun pemikiran dalam penyusunan laporan
ini.
D AFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.4 Manfaat
I-5
KONSEP PENDEKATAN
I-6
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Irigasi
Air bagi tanaman mempunyai peran yang sangat penting. Air dipergunakan
sebagai salah satu senyawa dalam pembentukan protoplasma, sebagai pelarut
untuk proses masuknya mineral dari tanah ke tanaman, proses reaksi metabolik
tumbuhan, rektan pada beberapa jumlah reaksi pada metabolism (contohnya pada
siklus asam trikarboksilat), bahan penghasil hydrogen dalam proses fotosintesis,
untuk menjaga turgiditas pada sel dan untuk menghasilkan tenaga mekanik pada
proses pembesaran suatu sel, mengatur mekanisme pergerakan membuka dan
menutup stomata pada tumbuhan, perpanjangan sel tumbuhan dan membantu
berlangsungnya respirasi (http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2015/04/
manfaat-dan-fungsi-air-bagi-tumbuhan.html). Oleh karena itu, air sangat
dibutuhkan oleh tanaman dalam menghasilkan produksi pertanian.
Pengambilan air irigasi dari sumber air irigasi untuk diberikan daerah
layanan tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga bersifat sosial. Hal ini ditunjukkan
oleh (i) pengelolaan irigasi melibatkan dua kelembagaan yang berbeda;
(ii) pengelolaan irigasi melibatkan manajemen yang kompleks; (iii) mempunyai
potensi konflik antar petani dalam satu kelembagaan petani, antar kelembagaan
petani dan antar kelompok pengelola sistem utama; (iv) klonflik yang terjadi sulit
II - 7
KONSEP PENDEKATAN
dikendalikan; (iv) pembayaran biaya irigasi dari petani sulit diharapkan; (v)
kemungkinan kebutuhan air irigasi melebihi jatah yang diberikan (Anonim, 1997).
Oleh karena itu, kajian irigasi dipandang sebagai sistem irigasi.
Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau saluran
sekunder ke saluran tersier penerima. Bangunan bagi dan sadap mungkin
digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Boks boks bagi disaluran
tersier membagi aliran unttuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier
dan atau kuarter) .
Aliran akan diukur dihulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jarinan
primer dan bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur
dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas ( free overflow)
dan bangunan ukur aliran bawah (underflow) . beberapa dari bangunan
pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
(5) Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas
hilir saluran. Aliran yang melalui bangunan ini dibedakan menjadi
aliran superkritis atau subkritis.
(v) flume
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
melalui situasi-situasi medan tertentu, misalnya:
- flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di sepanjang
lereng bukit yang curam
- flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi
lewat di atas saluran pembuang atau jalan air lainnya
- flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)
terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapesium biasa. Flum mempunyai
potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah bulat.
Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
(vi) saluran tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati
suatu daerah di mana potongan melintang harus dibuat pada galian
yang dalam dengan lerengIereng tinggi yang tidak stabil. Saluran
tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk
potongan melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun
adalah segi empat atau bulat. Biasanya aliran di dalam saluran
tertutup adalah aliran bebas.
(vi) terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air
melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran di
dalam terowongan adalah aliran bebas.
Tabel 2.1
Fungsi Bangunan dan Saluran
I. Bangunan Utama
Meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian
1. Bendiung / bendung gerak
yang diperlukan
Meninggikan dan menurunkan muka air dengan cara
2. Bendung karet
mengembangkan atau mengempiskan tubuh bendung
Mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi tanpa
3. Pengambilan bebas
mengatur tinggi muka air di sungai
4. Pengambilan dari waduk Mengalirkan air dari waduk ke dalam jaringan irigasi
5. Stasiun pompa Mengalirkan air ke dalam jaringan irigasi melalui pompa
Bangunan Bagi/Bagi-Sadap/
II.
Sadap
Terletak di saluran primer dan
1. Bangunan Bagi Membagi aliran antara dua saluran atau lebih
sekunder
2. Bangunan Bagi Sadap Gabungan bangunan bagi dan sadap
Mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
3. Bangunan Sadap Terletak di saluran tersier
saluran tersier penerima
Membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier,
4. Boks tersier Terletak di saluran tersier
subtersier dan/atau kuarter)
V. Bangunan Lindung
1. Bangunan pembuang silang Gorong-gorong, sipon, overchute
Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan
Bangunan pelimpah bekerja
bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di
2. Pelimpah (sprillway) otomatis dengan naiknya muka
tempat-tempat lain yang dianggap perlu demi keamanan
air
jaringan
Mengeluarkan endapan sedimen sepanjang saluran Pada ruas saluran ini sedimen
3. Bangunan penggelontor sedimen primer dan sekunder pada lokasi persilangan dengan diijinkan mengendap dan dikuras
sungai melewati pintu secara periodic
Untuk mengurangi tingginya
biaya, bangunan ini dapat
4. Bangunan penguras Mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan
digabung dengan bangunan
pelimpah
Aliran buangan biasanya
Membawa air ke bangunan pembuang silang atau, jika
ditampung di saluran pembuang
5. Saluran pembuang samping debit relatif kecil dibanding aliran air irigasi, ke dalam
terbuka yang mengalir pararel di
saluran irigasi itu melalui lubang pembuang
sebelah atas saluran irigasi
Air yang masuk dialirkan keluar
Mencegah aliran permukaan (run off) dari luar areal irigasi
6. Saluran gendong ke saluran alam atau drainase
yang masuk ke dalam saluran irigasi
yang terdekat
Tabel 2.2
Komponen fisik dari skema irigasi dan drainase
Primer
Sekunder Untuk mengalirkan air.
Kanal
Tersier
Kuwarter
Primer
Saluran Air Sekunder Untuk memindahkan air dari lahan.
Tersier
Bendungan Sungai Kanal utama Untuk membelokkan dan mengatur pasokan air irigasi.
Headworks Pengambilan kanal utama Untuk mmenggambarkan struktur di pengambilan kanal utama.
Kelompok strutktur meliputi: bendungan sungai, head regulator, DAS
pengatur, struktur pengatur, atau satu struktur dari stasiun pompa.
Stasiun Pompa Kanal utama Untuk menaikkan air kebutuhan irigasi dan untuk membuang air dari
Saluran utama saluran drainase yang berada di bawah permukaan air sungai.
Head Regulator Kanal primer, sekunder, dan tersier Untuk mengatur debit yang memasuki kanal.
Struktur pengatur Kanal primer, sekunder, dan tersier Untuk mengatur debit untuk keperluan operasional.
Terowongan Semua tingkat kanal Untuk melewatkan kanal dari penghalang (kanal lain ataupun saluran
drainase)
Urung-urung Semua tingkat kanal atau saluran Untuk melewatkan kanal atau saluran air di penghalang (jalan, saluran
air air, dll)
Struktur penurunan Semua tingkat kanal atau saluran Untuk menurunkan atau menguras kanal dengan cara yang aman yang
air digunakan untuk memperlambat kanal pada kemiringan yang curam
Escape structure Semua tingkat kanal Digunakan untuk meloloskan air dari kanal ke jaringan drainase ketika
kelebihan pasokan.
Siphon bawah tanah Semua tingkat kanal Digunakan Untuk melewatkan kanal jika harus melintasi sungai,
saluran pembuang alami, lembah, jalan atau cekungan dimana aliran
dialirkan lewat bawah sungai, saluran pembuang alami, lembah, jalan
atau cekungan.
KONSEP PENDEKATAN
Kotak distribusi Kanal kuwarter Struktur distribusi sederhana untuk mendistribusikan air diantara
saluran kuwarter
Waduk Kanal utama waduk berfungsi untuk menyimpan air irigasi pada saat debit sungai
berlebih.
Sumur On-Farm Memindahkan air tanah untuk kebutuhan irigasi. Sering digunakan
dalam hubungannya dengan sistem air permukaan.
Jembatan Jembatan jalan dan jembatan orang Digunakan baik untuk manusia ataupun hewan dalam menyebarangi
saluran atau kanal
Jalan Jalan akses dan jalan inspeksi untuk mendapatkan akses ke sistem irigasi dan desa-desa untuk
pemeriksaan dan pemeliharaan
Sawah Dalam unit tersier Tanah yang siap untuk pembudidayaan tanaman
Jalur akses Kanal utama jalur akses ke kanal untuk lalu lintas manusia dan hewan (mendapatkan
air, mencuci, dll)
Burton, M., 2000, Using Asset Management Techniques for Condition and
Performance Assessment of Irrigation and Drainage Infrastructure. GTZ
Tabel 2.3
Tipe Aset dan komponen yang digunakan
Satuan yang
Tipe Aset Fungsi yang di akses Komponen yang diperiksa Perkiraan Massa Pakai
dicatat
Areal yang dilayani oleh sadap tersier pada jaringan utam disebut
petak tersier. Jaringan tersier terdiri dari saluran irigasi tersier, sub
tersier dan kuarter, bangunan bangunan pada saluran dan drainase
tersier. Pada beberapa daerah irigasi petak tersier dalm konsep petak
milik pemanfaat air dapat langsung menerima air dari saluran primer
tanpa terlebih dahulu melalui saluran sekunder.
Berdasarkan pengelolaan jaringan, maka pengelolaan asetpun berbeda.
Pengelolaan aset jaringan utama dilakukan oleh pemerintah atau suatu Badan
Pengelola yang di Indonesia ditandatangani oleh instansi yang menangani masalah
Pengairan, sedangkan jaringan tersier dilakukan oleh kelompok petani atau di
Indonesia lazim disebut P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air)
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman
pada berbagai tahap pertumbuhan dengan kondisi yang optimal (kebutuhan air
yang dipenuhi tidak kekurangan dan tidak berlebihan), sehingga menghasilkan
produksi yang maksimum.
(1) tanah yang bertekstur berat mempunyai laju perkolasi berkisar antara 1
mm/hari sampai 2 mm/hari;
(2) tanah yang bertekstur sedang mempunyai laju perkolasi berkisar antara
2 mm/hari sampai 3 mm/hari; dan
(3) tanah yang bertektur ringan mempunyai laju perkolasi berkisar antara
3 mm/hari sampai 6 mm/hari.
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman,
perkolasi dan lain-lain. Jumlah curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman tergantung pada jenis tanaman.
1 n
Rw R i
n i1
R
i1
i
=
n
Ri = curah hujan periode ke-i
n = jumlah data
K = nilai Z dalam sebaran normal (0.8416)
n = standard deviasi
2
n
n
n R i2 R i
=
i1 i1
nn 1
efektif dan kebutuhan air tanaman. Berikut ini adalah konsep yang dikemukakan
oleh Oldeman :
1) Padi sawah akan membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam
musim hujan.
2) Palawija membutuhkan air rata-rata 50 mm per bulan pada musim kemarau
3) Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% sama
dengan 0.82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30
4) Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%
5) Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat sebesar
75%.
Penentuan bulan basah (BB) dan buln kering (BK ) sebagai berikut :
Bulan Basah (BB) : bulan dengan rata rata curah hujan >200 mm
Bulan Lembab (BL) : bulan dengan rata rata curah hujan 100 -200 mm
Bulan Kering (BK) : bulan dengan rata rata curah hujan < 100 mm
Dalam penentuan klasifikasi iklimnya, Oldemen menggunakan
ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut turut.
Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan
pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan subdivisinyadibagi
menjadi 4 yang didasrkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.
Berikut ini pembagian tipe iklim utama dan sbdivisinya.
Bulan
Tipe Basah
utama berturut-
turut
A >9
B 79
C 56
D 34
E <3
Bulan Kering
Sub divisi
Berturut - turut
1 <9
2 23
3 46
4 >6
Dari lima (5) tipe utama dan empat (4) sub divisi tersebut maka tipe iklim
dapat dikelompokkan menjadi 17 daerah agroklimat Oldeman mulai dari A1
sampai E4. Dalam hubungan dengan pertanian khususnya tanaman pangan,
Oldeman mengemukakan penjabaran tiap tiap tipe agroklimat sebagai berikut :
No. Tipe Iklim Keterangan
1. A1, A2 Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang
karena pada umumnya kerapatan fluks radiasi surya rendah
sepanjang tahun.
2. B1 Sesuai untuk pada terus menerus dengan perncanaan awal
musim tanam yang baik. Produksi tinggi bila panen pada
kemarau.
3. B2 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur
pendek dan musim kering yang pendek cukup untuk tanaman
palawija.
4. C1 Tanaman padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun.
5. C2, C3,C4 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija yang
kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.
6. D1 Tanam padi umur pendek satu kali dan biasnya produksi bisa
tinggi karena kerapatan fluks radiasi tinggi. Waktu tanam
palaeija cukup.
7. D2, D3, Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali pa;awija setahun,
D4 tergantung pada adanya persediaan air irigasi
Luas Polowijo Relatip adalah hasil kali luas tanam suatu jenis tanaman
dikalikan dengan suatu nilai perbandingan antara kebutuhan air tanaman
tersebut terhadap kebutuhan air oleh tanaman polowijo. Nilai perbandingan ini
dinyatakan sebagai Nilai Koefisien Tanaman terhadap Luas Polowijo Relatip.
Persamaan Luas Polowijo Relatip adalah sebagai berikut :
LPRi = Ai x Ci
TORi
Ci
TORpolow ijo
np nsp nts ,p
LPR w
A p ,s,t ,c ,w K c KHt KH s,w KHp ,w
(1)
p 1 s 1
t 1
Dimana : LPRw = Luas polowijo relatif pada periode pembagian air
ke-w (Ha.pol)
Ap,s,t,c,w = Luas tanaman jenis tanaman dan tahap
pertumbuhan ke-c pada petak tersier ke-t,
saluran sekunder ke-s, saluran primer kep dan
periode pemberian air ke-w (Ha)
Kc = koefisien perbandingan kebutuhan air terhadap
kebutuhan air polowijo
Kc =1 : polowijo, rosella, tembakau dan padi
gadu tidak ijin pada semua tahap
pertumbuhan
KONSEP PENDEKATAN
Qw
FPR w (2)
LPR w
pembagian air terus menerus jika FPRw berada antara FPRnormal dan dilakukan
giliran jika FPRw dibawah nilai FPRgilir.
1 NFR.A i, j
j1
sekunder , j i1 tersier
Q ir ,k
primer
dimana : i = 1, 2, 3, . . ., n, nomor urut petak tersier
j = 1, 2, 3, . . ., m, nomor urut saluran sekunder
k = 1, 2, 3, 4, nomor urut waduk
Aij = luas layanan petak tersier (Ha)
(tersier) ij = efisiensi pemakaian di tingkat petak tersier
(sekunder)j = efisiensi saluran sekunder
primer = efisiensi saluran primer
2.3.5 Efisiensi
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata
yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu
utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas
efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di
jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986).
Efisiensi penyaluran (Conveyance efficiency) adalah efisiensi di saluran
utama yakni primer dan sekunder dari bendung sampai ke sadap tersier, dan
dapat dihitung dengan rumus :
Ec = Wf/Wr x 100%
Dimana :
Ec = Efisiensi penyaluran
Wf = jumlah air yang di salurkan
Wr = jumlah air yang diambil dari sungai
yang dialirkan telah dapat dikontrol dengan baik, sehingga sistem pemberian air
dapat diatur berdasarkan ketersediaan debit air.
Pada saat ketersediaan air cukup besar, maka ketinggian muka air normal
dan kecepatan air di saluran dapat mencapai petak tersier dan jika ketersediaan
air menurun, ketinggian muka air dan kecepatan air di saluran tidak dapat
mencapai petak tersier. Oleh karena itu perlu dilakukan sistem pemberian air
secara giliran.
Sistem pemberian air dapat dibedakan manjadi dua sistem pemberian air,
yaitu :
Tata Tanam adalah suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu
tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Tujuan perencanaan tata
tanam adalah memanfaatkan sumber daya secara optimal; dan
Pola Tanam merupakan upaya pengaturan waktu, tempat, jenis, dan luas
penanaman rendengan dan kemarau disertai penggunaan air yang efisien untuk
mendapatkan produksi yang maksimal, sehingga perencanaan pola tanam
merupakan perpaduan antara kebutuhan air tanam dengan ketersediaan air ada.
Pada umumnya setiap tahun dapat dilakukan tiga kali periode tanam
(musim rendeng, musim kemarau I dan musim kemarau II). Bentuk pola tanam
dengan tanaman pokok padi dapat dibedakan tiga bentuk, yaitu :
(2) menanam padi dua kali setiap tahun (musim rendeng dan musim
kemarau I); dan
Tabel 3.1
Efisiensi Pasangan
No. Ketersediaan Air untuk Jaringan Irigasi Pola Tanam dalam Satu Tahun
Kelembapan udara bila ditinjau dari sebaran kelembapan menurut waktu, akan
lebih tinggi pada malam hari dan mencapai maksimum pada pagi hari sebelum
matahari terbit. Sedangkan sebaran kelembapan berdasarkan tempat, tergantung
pada suhu udara serta kandungan uap air di tempat tersebut.
3) Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan
manusia di bumi. Hujan juga merupakan unsur fisik lingkungan yang paling
beragam baik menurut waktu maupun tempat. Hujan juga merupakan faktor
penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Klasifikasi
iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama. adanya
hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia, maka telah
melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim. Dimana dengan adanya
korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi yang terjadi, maka
menyebabkan indeks suhu atau presipitasi tersebut dipakai sebagai kriteria dalam
pengklasifikasian iklim (Handoko, 1995).
4) Angin
Angin ialah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Angin di
sebabkan oleh perbedaan tekanan atmosfer antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain. Udara bergerak dari tempat yang mempunyai tekanan tinggi ke
tempat bertekanan rendah. Angin adalah besaran vector, jadi dinyatakan dalam
arah dan laju. Secara klimatologi arah angin diamati dengan delapan arah.
( Bayong, 1986 : 22-23).
5) Radiasi Matahari
Untuk mengetahui lama dan jumlah intensitas cahaya matahari yang
diterima bumi selama satu hari, dilakukan pengamatan terhadap radiasi surya.
Pengamatan radiasi surya tediri dari lama penyinaran dan intensitas radiasi. Lama
penyinaran adalah waktu lamanya penyinaran matahari menyinari bumi dalam
waktu satu hari. Intensitas radiasi adalah jumlah energi yang diterima bumi pada
luas dan waktu tertentu.
Dalam perhitungan lama penyinaran dan intensitas radiasi terdapat satuan
untuk hasil perhitungannya. Untuk lama penyinaran menggunakan satuan
jam/hari. Untuk intensitas cahaya menggunakan kalori/cm2/menit. Satuan ini
sangat penting untuk suatu hasil perhitungan dan jika tidak dicantumkan atau
terdapat kesalahan penulisan satuan akan berakibat kesalahan pemahaman
(Sinung, 2002).
KONSEP PENDEKATAN
BAB
3
METODOLOGI
METODOLOGI
(1) Peta
III - 32
KONSEP PENDEKATAN
Data Hujan, Data Hujan dan Debit Debit diperoleh dari UPT
Gumukmas. Data hujan diamati pada tahun 2005 s/d 2015, data
tanaman diamati tahun 2005 s/d 2015 dan data debit diamati tahun
2005 s/d 2015.
3.3 Metodologi
Strart
Survei
Interpretasi keragaan
pengukran dan saluran
Interpretasi tanaman
Tidak
Data benar
Ya
Tata tanam
Interpretasi Kebutuhan
Air
Interpretasi Debit
Finish
(Gambar 3.1)
1. Penulusuran
KONSEP PENDEKATAN
2. Data Pengamatan
Data pengamatan diperoleh pada saat survei data yaitu data kerusakan
pada saluran irigasi , pendigitan bangunan irigasi.
3. Interpretasi Bangunan
a. Struktur
b. Pintu Air
c. Bangunan Ukur
6. Interpretasi Tanaman
1. Rekapitulasi
2. Validasi data
Ai LPR FPRoptimum
Q
Dimana : Q = Debit
= Effisiensi (%)
8. Interpretasi Debit
QOutput
Q
Qinput
Qoutput
b. Menentukan periode pemberian air dan debit andalan pada FPR 0,36
dan FPR 0,18 pada MR, MK I dan MK II.
BAB
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis tanah aluvial aalah jenis tanah yang berbentuk karena endapan.
Tanah aluvial memiliki manfaat dibidang pertanian salh satunya untuk
memperudah proses irigasi pada lahan pertanian. Tanah aluvial dapat
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena kandungan unsur hara yang relatif
tinggi.
4.1.2 Klimatologi
1. Suhu wilayah kajian pada musim rendeng berkisar antara 27.00 sampai
27.44 dengan rata-rata 27.24 pada Musim Kemarau (MK)I berkisar
antara 26.61 sampai 27.1 dengan rata-rata 26.87 dan pada musim MK II
berkisar antara 25.46 sampai 27.00 dengan rata-rata 26.06
3. Lama penyinaran pada musim rendeng berkisar antara 5.88 sampai 6.94
dengan rata-rata 6.30 pada Musim Kemarau (MK)I berkisar antara 5.16
sampai 7.39 dengan rata-rata 6.08 dan pada MK II berkisar antara 6.94
sampai 7.39 dengan rata-rata 7.13
2. Curah hujan rata rata bulanan pada pada musim rendeng (MR)
berkisar antara 53.91 sampai 320.37 dengan rata-rata 194.76 pada
musim Musim Kemarau (MK)I berkisar antara 87.72 sampai 208.98
dengan rata-rata 155.98 dan pada musim MK II berkisar antara7.00
sampai 47.50 dengan rata-rata 26.52
3. Curah hujan efektif pada musim rendeng berkisar antara 8.98 sampai
53.39 dengan rata-rata 32.46 pada musim Musim Kemarau (MK)I
berkisar antara 14.62 sampai 34.83 dengan rata-rata 26. 00 dan pada
musim MK II berkisar antara 1.77 sampai 8.98 dengan rata-rata 5.33
Wilayah 115.50 276.33 215.33 83.00 26.83 35.00 102.83 161.50 422.50 1,395.83 3.00 6.00 D3
5. 2009 Menampu 253.00 215.00 126.00 70.00 60.00 36.00 2.00 17.00 108.00 136.00 1,023.00
8. Daerah ini
2009 Kencong 117.00 256.00 103.00 91.00 80.00 26.00 71.00 190.00 934.00 umumnya terlalu
2009 Bedodo 209.00 121.00 99.00 94.00 156.00 9.00 4.00 19.00 72.00 783.00 kering mungkin
2009 Gms. KT 155.00 272.00 62.00 140.00 33.00 37.00 5.00 13.00 159.00 83.00 959.00 dapat satu kali
2009 Gmw. BT 102.00 179.00 56.00 13.00 21.00 12.00 5.00 60.00 89.00 537.00 polowijo, itupun
tergantung adanya
2009 Wonorejo 92.00 246.00 51.00 74.00 12.00 159.00 83.00 717.00
hujan.
Wilayah 154.67 214.83 82.83 81.60 70.67 22.00 3.67 11.67 96.00 108.83 825.50 1.00 9.00 E
6. 2010 Menampu 287.00 258.00 264.00 212.00 203.00 4.00 54.00 111.00 194.00 247.00 225.00 2,059.00 3. Dapat tanam
2010 Kencong 275.00 166.00 263.00 263.00 195.00 43.00 154.00 168.00 255.00 277.00 2,059.00 padi dua kali
setahun dengan
2010 Bedodo 194.00 241.00 295.00 380.00 176.00 34.00 40.00 11.00 100.00 117.00 259.00 257.00 2,104.00
varietas umur
2010 Gms. KT 354.00 221.00 359.00 245.00 246.00 19.00 65.00 148.00 200.00 197.00 294.00 2,348.00 pendek dan musim
2010 Gmw. BT 161.00 205.00 308.00 282.00 218.00 65.00 36.00 110.00 199.00 184.00 150.00 1,918.00 kering yang pendek
2010 Wonorejo 619.00 382.00 438.00 197.00 266.00 54.00 33.00 198.00 348.00 197.00 294.00 3,026.00 cukup untuk
Wilayah 315.00 245.50 321.17 263.17 217.33 35.20 45.17 11.00 136.83 204.33 223.17 249.50 2,252.33 8.00 4.00 B2 tanaman polowijo
7. 2011 Menampu 348.00 130.00 120.00 220.00 167.00 131.00 317.00 1,433.00
8. Daerah ini
2011 Kencong 459.00 78.00 137.00 271.00 152.00 16.00 11.00 156.00 242.00 1,522.00 umumnya terlalu
2011 Bedodo 263.00 100.00 73.00 169.00 187.00 5.00 4.00 96.00 236.00 1,133.00 kering mungkin
2011 Gms. KT 369.00 202.00 160.00 251.00 201.00 4.00 171.00 334.00 1,692.00 dapat satu kali
2011 Gmw. BT 350.00 85.00 106.00 92.00 92.00 159.00 176.00 1,060.00 polowijo, itupun
tergantung adanya
2011 Wonorejo 537.00 197.00 286.00 43.00 229.00 8.00 5.00 171.00 334.00 1,810.00
hujan.
Wilayah 387.67 132.00 147.00 174.33 171.33 9.67 6.00 147.33 273.17 1,441.67 2.00 7.00 E
8. 2012 Menampu 390.00 199.00 350.00 116.00 93.00 3.00 95.00 53.00 124.00 228.00 1,651.00 7. Hanya mungkin
2012 Kencong 376.00 130.00 285.00 97.00 29.00 61.00 8.00 62.00 218.00 1,266.00 satu kali padi
2012 Bedodo 280.00 218.00 380.00 88.00 43.00 57.00 2.00 27.00 40.00 192.00 1,327.00 polowijo setahun
2012 Gms. KT 377.00 165.00 353.00 89.00 73.00 1.00 77.00 39.00 124.00 269.00 1,567.00 tergantung adanya
2012 Gmw. BT 337.00 147.00 308.00 46.00 46.00 67.00 11.00 82.00 167.00 1,211.00 persediaan air
irigasi
2012 Wonorejo 697.00 307.00 395.00 136.00 109.00 18.00 124.00 269.00 2,055.00
KONSEP PENDEKATAN
Wilayah 409.50 194.33 345.17 87.20 70.00 2.00 77.67 2.00 26.00 92.67 223.83 1,512.83 3.00 8.00 D4
9. 2013 Menampu 484.00 255.00 135.00 119.00 98.00 109.00 42.00 40.00 212.50 486.00 1,980.50
2013 Kencong 312.00 138.00 84.00 177.00 101.00 106.00 15.00 13.00 344.00 519.00 1,809.00 7. Hanya mungkin
satu kali padi
2013 Bedodo 388.00 148.00 161.00 187.00 206.00 99.00 50.00 27.00 326.00 473.00 2,065.00
polowijo setahun
2013 Gms. KT 577.00 187.00 162.00 122.00 177.00 121.00 37.00 38.00 241.00 549.00 2,211.00 tergantung adanya
2013 Gmw. BT 326.00 198.00 142.00 79.00 123.00 136.00 32.00 22.00 274.00 421.00 1,753.00 persediaan air
2013 Wonorejo 862.00 144.00 148.00 136.00 177.00 145.00 34.00 12.00 241.00 549.00 2,448.00 irigasi
Wilayah 491.50 178.33 138.67 136.67 147.00 119.33 35.00 25.33 273.08 499.50 2,044.42 3.00 7.00 D4
10. 2014 Menampu 514.00 140.00 128.00 121.00 74.00 4.00 14.00 179.00 419.00 1,593.00
8. Daerah ini
2014 Kencong 378.00 84.00 129.00 154.00 7.00 1.00 100.00 449.00 1,302.00 umumnya terlalu
2014 Bedodo 498.00 112.00 113.00 137.00 39.00 3.00 70.00 100.00 428.00 1,500.00 kering mungkin
2014 Gms. KT 420.00 104.00 132.00 166.00 8.00 7.00 5.00 204.00 485.00 1,531.00 dapat satu kali
2014 Gmw. BT 361.00 61.00 146.00 77.00 11.00 2.00 184.00 498.00 1,340.00 polowijo, itupun
tergantung adanya
2014 Wonorejo 456.00 113.00 235.00 108.00 13.00 1.00 204.00 485.00 1,615.00
hujan.
Wilayah 437.83 102.33 147.17 127.17 25.33 4.50 2.25 29.67 161.83 460.67 1,480.17 2.00 8.00 E
11. 2015 Menampu 143.00 376.00 145.00 97.00 24.00
2015 Kencong 109.00 404.00 150.00 56.00 66.00
2015 Bedodo 227.00 277.00 130.00 192.00 124.00
2015 Gms. KT 128.00 389.00 147.00 152.00 55.00
2015 Gmw. BT 143.00 401.00 125.00 153.00 54.00 3.00
2015 Wonorejo 127.00 380.00 126.00 153.00 66.00
Wilayah 146.17 371.17 137.17 133.83 64.83 3.00
Rata-
Rata
Wilyah 268.33 208.98 197.02 130.19 87.72 25.24 26.34 7.00 47.50 53.91 136.43 320.37 1,378.59 2.80 6.80 E
Std.
8. Daerah ini umumnya terlalu kering
Deviasi 143.24 82.65 84.30 55.09 66.86 39.76 24.75 5.66 77.37 64.90 74.29 149.82
mungkin dapat satu kali polowijo, itupun
tergantung adanya hujan.
R80% 147.78 139.42 126.07 83.82 31.44 - 5.51 2.24 - - 73.90 194.28
KONSEP PENDEKATAN
Repadi 103.45 97.60 88.25 58.67 22.01 - 3.86 1.57 - - 51.73 136.00
Repadi
(mm/hari) 3.34 3.49 2.85 1.96 0.71 - 0.12 0.05 - - 1.72 4.39
Tabel 4.2
Interpretasi Curah Hujan
Wilayah
149.5 169.5
Repadi 5 125.73 128.12 74.07 51.87 2.74 6.06 - - 5.62 136.53 5
Repadi
(mm/hari) 4.82 4.49 4.13 2.47 1.67 0.09 0.20 - - 0.18 4.55 5.47
4.1.4 Sumber Air
Berdasrkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 maka rekapitulasi bangunan dan
saluran ditunjukkan pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Potensi Jaringan Irigasi
(buah)
I. Bangunan Utama
1. Bendung Buah -
2. Bendungan Buah -
3. Pengambilan Bebas
4.
II. Bangunan Bagi/Bagi-Sadap/Sadap
1. Bangunan Bagi Buah -
2. Bangunan Bagi-Sadap Buah - 2
3. Bangunan Sadap Buah - 5
III. Bangunan Pelengkap
1. Bangunan Ukur Buah - 14
2. Kantong Lumpur Buah -
3. Terjunan Buah -
4. Got Miring Buah -
5. Siphon Buah -
6. Talang Buah -
7. Gorong-Gorong Buah -
8. Gorong-Gorong Silang Buah -
9. Pelimpah Samping Buah -
10. Pelimpah Corong Buah -
11. Pintu Pembuang Buah -
12. Jembatan Orang Buah -
13. Jembatan Desa Buah -
14. Tempat Cuci Buah -
15. Tempat Mandi Hewan Buah -
16. Drain Inlet Buah -
III. Saluran
1. Sal. Primer Pembawa Km -
2. Sal. Sekunder Pembawa Km -
3. Sal. Suplesi Km -
4. Sal. Muka Km -
Berdasar tabel diatas, maka jumlah aset kajian 40 buah. Saluran dan
bangunan ini dilakukan interpretasi seperti pada lampiran 3. Hasil interpretasi
disajikan pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Potensi Bangunan Irigasi
Tipe Komponen
No Nomenklatur Uraian Kondisi Fungsi Keterangan
Bangun Bangunan
1. Debit input pada pada musim rendeng (MR) berkisar antara 184 m3/s
sampai 314 m3/s dengan rata-rata 249 m3/s pada Musim Kemarau (MK)I
berkisar antara 67 m3/s sampai 317 m3/s dengan rata-rata 192 m3/s dan
pada musim MK II berkisar antara 67 m3/s sampai 202 m3/s dengan rata-
rata 134 m3/s.
2. Debit output pada pada musim rendeng (MR) berkisar antara 286 m3/s
sampai 313 m3/s dengan rata-rata 249 m3/s pada Musim Kemarau (MK)I
berkisar antara 158 m3/s sampai 303 m3/s dengan rata-rata. 231 m3/s dan
pada musim MK II berkisar antara.9 m3/s sampai dengan 189 m3/s
dengan rata rata 99 m3/s
3. Effisiensi pada musim rendeng (MR) berkisar antara 95% pada Musim
Kemarau (MK)I berkisar antara 93 % sampai 96 % dengan rata-rata 95%
dan pada musim MK II berkisar antara. 94 % sampai 96 % dengan rata-
rata 95 %.
Kebutuhan air dihitung dengan metode LPR dan FPR disajikan pada tabel
4.7 dan gambar 4.4
160 1
FPR (l/Ha.pol)
100 0.6
80 0.5
60 0.4
0.3
40
0.2
20 0.1
0 0
123123123123123123123123123123123123
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Bulan
1. Pada kondisi air lebih pada musim rendeng (MR) berkisar antara 118
sampai dengan 219 rata-rata 161 pada Musim Kemarau (MK)I berkisar
antara. 185 sampai 231 dengan rata-rata 208 dan pada musim MK II
berkisar antara 111 samapai 188 dengan rata-rata 127.
2. Pada kondisi air cukup pada musim rendeng (MR) berkisar antara 164
sampai 321 dengan rata-rata 210. pada musim Musim Kemarau (MK)I
berkisar antara 107 sampai 319 dengan rata-rata 213 dan pada
musim MK II berkisar antara 151 sampai 257 dengan rata-rata 204.
3. Pada kondisi air kurang pada musim rendeng (MR) berkisar antara 237
sampai 439 dengan rata-rata 323 pada Musim Kemarau (MK)I berkisar
antara 370 sampai 460 dengan rata-rata. 415 dan pada musim MK II
berkisar antara 133 sampai dengan 377 rata-rata. 255.
Bond.
Sukoreno Timur
FPR FPR FPR
Bulan FPR 0,36 0,18 0,36 0,18
jan 439 122 2556 1278
feb 407 118 2471 1236
mar 370 185 2042 1021
apr 447 219 1606 803
mei 460 198 1460 730
jun 133 185 1474 737
jul 377 231 1177 589
agus 271 218 742 371
sept 223 111 802 401
okt 244 123 752 376
nov 237 135 791 395
des 371 188 1963 982
Tabel 4.8
500 3000
450
2500
400
350
2000
Debit (l/Detik)
300
250 1500
200
1000
150
100
500
50
0 0
jan feb mar apr mei jun jul agus sept okt nov des
Bulan
Grafik 4.5
1. Periode pemberian air yang kurang dari debit andalan pada FPR (0,36)
kekurangan (MR) berkisar antara 237 sampai 439 dengan rata-rata 323
pada Musim Kemarau (MK)I berkisar antara 370 sampai 460 dengan
rata-rata 415 . dan pada musim MK II berkisar antara 133 sampai 377
dengan rata-rata 255.
KONSEP PENDEKATAN
2. Periode pemberian air yang kurang dari debit andalan pada FPR (0,25)
kekurangan (MR) berkisar antara 164 sampai 321 dengan rata-rata 210
pada Musim Kemarau (MK)I berkisar antara 164 sampai 321 dengan
rata-rata 210 dan pada musim MK II berkisar antara 170 sampai dengan
319 rata-rata 213.
3. Periode pemberian air yang kurang dari debit andalan pada FPR (0,18)
kekurangan (MR) berkisar antara 118 sampai 219 dengan rata-rata 161
pada Musim Kemarau (MK)I berkisar antara 185 sampai 231 dengan
rata-rata 208 dan pada musim MK II berkisar antara 111 sampai dengan
188 rata-rata 127.
KONSEP PENDEKATAN
BAB
5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
2. Jenis tanah pada Saluran Sekunder Sukorena, Kencong dan Wonorejo yaitu
alluvial
3. Jaringan irigasi pada Saluran Sekunder Sukorena, Kencong dan Wonorejo bisa
dikategorikan baik, meskipun masih ada beberapa bangunan jaringan irigasi
yang kurang terawat.
5.2 Saran
D AFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1898. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB Press.
Burton, M., 2000, Using Asset Management Techniques for Condition and Performance
Assessment of Irrigation and Drainage Infrastructure. GTZ
Direktorat Jenderal Pengairan. 1997. Mengelola Air untuk Kemakmuran Rakyat. Ditjen
Pengairan Dinas Pekerjaan Umum.
Doorenbos, J. and Pruitt, W.O. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water Requirement.
FAO, ROME.
Junaidi, A. 2010. Laporan AkhirSurvey Investigasi dan Design ( SID)Daerah Irigasi Umbul
Pringtali dan Brug Purwo Kab . Lumajang. Jember: CV.Kumara Associates
Mahmudin. 2008. Kajian Pola Tanam dalam Upaya untuk Meningkatkan Produksi dan
Produktivitas di Daerah Irigasi Batang Tongar Di Barat Kabupaten Pasaman
Propinsi Sumatera Barat. http://perpustakaandigitalitb.com. [diakses tanggal 21
Desember 2015].