MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur
Yang dibina Drs. H. Suparno, S.T., M.T
Oleh:
Riko Ade Sanjaya 170521626041
Ratri Nandha Kusuma 170521626008
Riyan Andriyansah 170521626053
Sandy Pratama 170521626045
Saiful Zaenal Abidin 1705216260—
Puji syukur saya panjarkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah
ini dapat terwujud.
Makalah matakuliah Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur ini
berisi teori tentang perawatan dan pemeliharaan pelabuhan. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada dosen Operasional dan Pemeliharaan
Infrastruktur yaitu beliau Drs. H. Suparno, S.T., M.T yang telah
membimbing dalam penyusunan tugas ini.
Diharapkan tugas ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun
pembaca untuk mempermudah pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi merupakan sarana jaringan saluran air yang digunakan untuk mengurai dan
mendistribusikan kebutuhan air bagi lahan pertanian. Kajian efektivitas operasional saluran
irigasi sangat penting diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional.
Menurut Ansori, dkk. (2013) kontribusi sarana dan prasarana irigasi terhadap ketahanan
pangan sebanyak 84% produksi berat nasional berdasar dari daerah irigasi
Hartanto (2009) dalam penelitiannya menulis kerusakan komponen bangunan jaringan
irigasi merupakan salah satu penyebab menurunnya fungsi dan kinerja jaringan irigasi.
Lorenzini, et al.
Penurunan fungsi dan kinerja irigasi dapat berdampak langsung terhadap kelangsunan
tumbuhan yang bertumpu pada pasokan air, sehingga mengakiakan penurunan prodiktivitas
lahan. Bentuk fisik dari jaringan irigasi antara lain yaitu, bangunan bagi, bangunan sadap, dan
jalur air utama.
Penurunan fungsi dan kinerja dari saluran irigasi biasanya berasal dari endapan, dan
gangguan alam lainnya. Sehingga memperlambat aliran air, gangguan teknis seperti tidak
berfungsinya pintu air juga dapat menjadi masalah dalam pengoperasian saluran irigasi.
Selain itu penurunan fungsi dan kinerja saluran irigasi yang diakibatkan oleh degradasi
konstruksi juga menjadi perhatian khusus dalam perawatan dan pemeliharaan saluran irigasi.
Kerusakan konstruksi saluran juga menjadi perhatian khusus dalam perawatan dan
pemeliharaan saluran irigasi. Kerusakan konstruksi saluran irigasi dapat diakibatkan oleh
tanah yang menopang bangunan irigasi. Pemeliharaan yang bisa ditawarkan sebagai solusi
dari masalah ini adalah melakukan pengerukan pada sendimen di banguan irigasi,
membangun ulang atau memperaiki konstruksi irigasi yang rusak, dan memperbaiki sistem
saluran irigasi yang ada.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis dan sistem jaringan irigasi di Cawak Kabupaten Bojonegoro
?
2. Apa pedoman pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi ?
3. Bagaimana analisis permasalahan dan tingkat kerusakan di sebuah jaringan irigasi ?
4. Bagaimana perencanaan pemeliharaan dan perawatan irigasi ?
5. Bagaimna pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi ?
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca memahami letak geografis dan sistem jaringan irigasi di Cawak
Kabupaten Bojonegoro.
2. Agar pembaca memahami isi pedoman pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi.
3. Agar pembaca memahami cara menganalisis permasalahan dan tingkat kerusakan di
sebuah jaringan irigasi.
4. Agar pembaca memahami cara perencanaan pemeliharaan dan perawatan irigasi.
5. Agar pembaca mengerti cara pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi
5
BAB II
PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN PELABUHAN
2.1 Letak Geografis dan Sistem Jaringan Irigasi Cawak Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu Kabupaten ex Karisidenan Bojonegoro
mempunyai luas 2.384,02 km2 km2 yang terletak antara 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan
7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Bojonegoro teletak pada ketinggian
antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dimana 60% daerahnya
merupakan dataran tinggi. Mayoritas mata pencaharian di bidang pertanian sehingga
keberadaan air sangat dibutuhkan sebagai sarana irigasi. Kabupaten Bojonegoro terbagi atas
32 Daerah irigasi yang tersebar di 21 Kecamatan (Anonim, 2008). Dan daerah yang akan
dikaji adalah daerah Irigasi Cawak yang berada di Desa Simorejo, Kecamatan Kepuhbaru,
Kabupaten Bojonegoro.
6
2.2 Pedoman pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi
agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan
pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus
Jenis-jenis pemeliharaan jaringan irigasi jenis pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari :
1.Pengamanan jaringan irigasi
2.Pemeliharaan rutin
3.Pemeliharaan berkala
4.Perbaikan darurat
Berikut ini penjelasan dari pemeliharaan jaringan irigasi :
1. Pengamanan Jaringan Irigasi
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh
manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. Kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus oleh dinas yang membidangi irigasi, anggota/ pengurus P3A/GP3A/IP3A,
Kelompok Pendamping Lapangan dan seluruh masyarakat setempat. Setiap kegiatan yang
dapat membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan pencegahan berupa
pemasangan papan larangan, papan peringatan atau perangkat pengamanan lainnya. Adapun
tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
A) Tindakan Pencegahan
a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ± 500 m sebelah hulu dan ±
1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan
memasang papan larangan. JDIH Kementerian PUPR 3
c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di
dalam garis sempadan saluran.
e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya
tidak dipindahkan oleh masyarakat.
f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang
melebihi kelas jalan.
g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
7
h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul saluran irigasi.
i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang
pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
B) Tindakan Pengamanan
a. Membuat bangunan pengamanan ditempat-tempat yang berbahaya, misalnya : disekitar
bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk
dan lain sebagainya.
b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal,
patok.
2. Pemeliharaan Rutin
Merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi
yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau
diganti.
Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :
a) Yang bersifat Perawatan :
- Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
- Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semaksemak. JDIH
Kementerian PUPR 4
- Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.
- Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.
- Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.
b) Yang bersifat Perbaikan ringan
- Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
- Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu
muka yang lepas.
3. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan
secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan
dapat bekerja sama dengan P3A / GP3A / IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan
lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.
Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik sesuai kondisi Jaringan
Irigasinya.Setiap jenis kegiatan pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya,
misalnya setiap tahun, 2 tahun, 3 tahun dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal
8
musim tanam serta waktu pengeringan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan
pemeliharaan yang bersifat penggantian.
Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :
A) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perawatan
a. Pengecatan pintu
b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
B) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Perbaikan
a. Perbaikan Bendung, Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pengatur
b. Perbaikan Bangunan Ukur dan kelengkapannya
c. Perbaikan Saluran
e. Perbaikan Pintu-pintu dan Skot Balk
f. Perbaikan Jalan Inspeksi
g. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan PPB,
kendaraan dan peralatan
C) Pemeliharaan Berkala Yang Bersifat Penggantian
a. Penggantian Pintu
b. Penggantian alat ukur
c. Penggantian peil schall
4. Penanggulangan/Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat
terjadinya kejadian luar biasa (seperti Pengrusakan/penjebolan tanggul, Longsoran tebing
yang menutup Jaringan, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera dengan konstruksi
tidak permanen, agar jaringan irigasi tetap berfungsi.
Kejadian Luar Biasa/Bencana Alam harus segera dilaporkan oleh juru kepada pengamat
dan kepala dinas secara berjenjang dan selanjutnya oleh kepala dinas dilaporkan kepada
Bupati. Lokasi, tanggal/waktu, dan kerusakan akibat kejadian bencana/KLB dimasukkan
dalam Blangko 03-P dan lampirannya
Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong, swakelola atau
kontraktual, dengan menggunakan bahan yang tersedia di Dinas/pengelola irigasi atau yang
disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa,
dan lainlain).
Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen
dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.
9
2.3 Analisis Permasalahan dan Tingkat Kerusakan
Kali Cawak merupakan alur sungai yang melintas melalui dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. Di hilir Kali Cawak terdapat pertemuan dengan Kali
Kerjo dan setelah pertemuan ini disebut dengan Kali Semar Mendem. Bendung Cawak
berada di Desa Simorejo, Kecamatan Kepuhbaru, Kabupaten Bojonegoro. Sungai ini
termasuk dalam golongan kali ephemeral yaitu sungai yang mempunyai aliran air hanya
dimusim hujan sedangkan dimusim kemarau aliran air yang lewat relatif sangat kecil bahkan
kering sama sekali. Pada saat survey ini dilakukan yaitu pertengahan bulan September,
Bendung Cawak dalam kondisi kering sama sekali.
Pada musim hujan, debit yang melewati kali ini cukup besar sehingga menimbulkan
banjir di daerah hilir yang pada akhirnya menggenangi beberapa sawah cukup produktif. Jika
dilihat dari sistem kali yang ada saat ini memang terlihat dengan jelas bahwa sistem yang ada
ini sebagai salah satu penyebab timbulnya genangan, karena Saluran Primer Cawak Ruas 1
dan 2 mendapat masukan dari saluran pembuang kanan dan kiri. Secara topografis saluran
primer Cawak Ruas 1 dan 2 ini berada di lembah dengan kanan - kiri merupakan lahan sawah
tadah hujan yang elevasinya lebih tinngi.
Daerah Irigasi Cawak mencakup lahan dengan areal irigasi seluas 1.733 Ha. merupakan
DI yang independent, tanpa terpengaruh dan dipengaruhi oleh sistem irigasi yang lain. Secara
umum ditinjau dari keterbatasan air yang ada DI Cawak hanya bisa ditanami Padi - Polowijo
- Bero dan sebagian kecil Padi - Polowijo. Berdasarkan analisis kebutuhan air di DI Cawak
memang tidak bisa ditanami sampai tiga kali tanam dalam setahun. Kenyataan di lapangan
pola tanam yang ditetapkan adalah padi - padi - polowijo, pola tanam ini merupakan pola
yang dipaksakan petani, sehingga padi II sering mengalami kegagalan. Sedangkan polowijo
petani sering menanam tembakau. Pada saat tanam tembakau sumber air dari dam Cawak
sudah tidak ada. Sehingga petani memanfaatkan air sisa yang ada di palung saluran dengan
cara memompa atau dikocor. Selain itu petani memanfaatkan air tanah melalui sumur - sumur
yang dibuat di petak-petak lahan mereka sendiri. Daerah Irigasi Cawak menurut kontrak
memiliki areal seluas 1.733 hektar yang secara administratif terletak di wilayah Kecamatan
Kepuh Baru dan Kecamatan Baureno.
Kondisi jaringan irigasi Cawak pada kondisi sempurna mempunyai bobot 100%. Hasil
analisa tahun 2016 kondisinya menjadi 70% sedangkan hasil penilaian bobot kondisi fisik
sebesar 56.2. Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program,
Ditjen Air Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori sedang (21 –
40%).
10
2.3.1 Kondisi Bangunan Utama
Bangunan utama dari jaringan irigasi ini adalah terdiri atas bangunan penangkap
air terdiri atas bendung Cawak dan bangunan utama lainnya adalah bangunan bagi,
bangunan sadap dan bangunan bagi sadap. Bendung Cawak mengalami penurunan fisik
yaitu tembok sayap runtuh dan abutmen mengalami pecah serta terjadi pendangkalan
sampai ke hulu bendung. Oleh kondisi fluktuasi debit air Kali Cawak sangat tinggi
maka diharapkan petani peran bendung dengan sungainya dapat menampung air
sebagai reservoir, oleh karena itu diharapkan dilakukan pengerukan sungai di hulu
bendung dimana sementara ini terjadi pendangkalan. Bangunan utama lainnya telah
mengalami penurunan fungsinya, dibagian tertentu terdapat pintu air yang tidak dapat
dioprasikan, dan pada banyak dijumpai kerusakan / pecahnya pasangan bangunan
sehingga terjadi kebocoran. Hal ini sering disebabkan karena kondisi tanah setempat
terdiri atas lempung, sementara keadaan airnya yang melimpah diwaktu hujan dan
kering di musim kemarau. Hal ini menyebabkan keadaan tanah mengembang di waktu
musim hujan dan menyusut di musim kering sehingga nenyebabkan kerusakan
bangunan terutama pasangan. Kondisi bangunan utama DI Cawak adalah 70%.
Bangunan utama irigasi cawak terdiri atas Bendung Cawak, bangunan bagi, bangunan
sadap, dan bangunan bagi sadap. Secara keseluruhan, luas bangunan utama yang
mengalami kerusakan diperkirakan 30% dari total keseluruhan bangunan utama.
Rincian perkiraan kerusakan dapat dilihat dalam sajian tabel berikut :
11
2.4 Perencanaan Pemeliharaan dan Perawatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 12 Tahun
2015 Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/pengelola irigasi bersama perkumpulan
petani pemakai air berdasarkan rencana prioritas hasil inventarisasi jaringan irigasi.Dalam
rencana pemeliharaan terdapat pembagian tugas, antara P3A dengan pemerintah diantaranya
bagian mana bisa ditangani P3A dan bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota
Kesepakatan kerjasama O&P. Dan dari data analisa tingkat kerusakan diatas Daerah irigasi
Cawak mmpunyai tingkat kerusakan sedang dan ditinjau dari Permen PUPR12 tahun 2015
Perlu dilakukan perbaikan agar tidak terjadi lagi genangan dan juga kekeringan di DI Cawak.
Dari hasil
Sumber: Disertasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.2017
identifikasi dan
analisa kerusakan dapat dibuat detail penyusunan desain pemeliharaan dan perawatan irigasi
Cawak.
Sumber: http//damarverrygood.blogspot.com
13
Sumber: http//damarverrygood.blogspot.com
15
2.3.4 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
1. Pekerjaan Galian
TABEL 2.3.4.1 AHSP 1 m2 Galian Tanah dengan Excavator dan Material atau
Hasil Galian
Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
A Tenaga Kerja
1 Perkerja OH 2,00 Rp 99.000 Rp 198.000
2 Mandor OH 1,00 Rp 158.000 Rp 158.00
3 Tukang Gali 1,00 Rp 120.000 Rp 120.00
Jumlah harga tenaga kerja Rp 476.000
B Bahan
Jumlah harga bahan
C Peralatan
Rp Rp
1 Excavator PC 200 Sewa/hari 1,00 1.560.000 1.560.000
Rp
Jumlah harga peralatan 1.560.000
Harga satuan Pekerjaan per Rp
D m2 2.036.000
16
1 Bata merah buah 1500 Rp 600 Rp 900.000
2 Pasir pasang m3 3 Rp 260.000 Rp 780.000
3 Portland Cement kg 150 Rp 1.360 Rp 204.000
Rp
Jumlah harga bahan 1.884.000
C Peralatan
Jumlah harga perlatan
Harga satuan Pekerjaan per Rp
D m2 2.263.000
3. Pekerjaan Plesteran
17
4. Pekerjaan Pemasangan Pintu Air
TABEL 2.3.4.4. AHSP Pemasangan Pintu Sorong Baja dengan Lebar 0,5 m, Tinggi 0,5 m
Tinggi Tembok 1 m dan Tinggi Rangka 1,9 m
Koefisie Harga Satuan Jumlah Harga
No Uraian Satuan
n (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
A Tenaga Kerja
1 Perkerja OH 3,00 Rp 99.000 Rp 297.000
2 Mandor OH 1,00 Rp 158.000 Rp 158.000
3 Tukang Pasang Pintu 1,00 Rp 120.000 Rp 120.000
Jumlah harga tenaga kerja Rp 575.000
B Bahan
1 Besi pengaku dari profil siku kg 8,820 Rp 6.650 Rp 58.653
2 Kawat las listrik kg 1,960 Rp 25.000 Rp 49.000
3 Campuran beton m3 1,000 Rp 815.000 Rp 815.000
4 pasangan bata dan mortal m3 1,000 Rp 89.000 Rp 89.000
Jumlah harga bahan Rp 1.011.653
C Peralatan
Rp
1 pintu air Buah 1,00 8.500.000 Rp 8.500.000
Sewa
2 Tackle/tripod tinggi 4-5 m hari 1,00 Rp 100.000 Rp 100.000
Mesin las listrik 250 A Sewa
3 diesel hari 1,00 Rp 350.000 Rp 350.000
Jumlah harga perlatan Rp 8.950.000
Harga satuan Pekerjaan per Rp
D m2 10.536.653
18
5. Pekerjaan Pemasangan Geomembaran
TABEL 2.3.4.5. AHSP Pemasangan Geomembran Tipe A (Ketebalan 1 – 1,5
mm)
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien
Satuan (Rp) Harga (Rp)
1 2 3 4 5 6
A Tenaga Kerja
1 Perkerja OH 2,00 Rp 99.000 Rp 198.000
2 Mandor OH 1,00 Rp 158.000 Rp 158.000
Tukang Pasang
3 Geomembran OH 1,00 Rp 122.000 Rp 122.000
Jumlah harga tenaga kerja Rp 478.000
B Bahan
1 Geomembran m2 40 Rp 23.000 Rp 920.000
C Peralayan Rp 920.000
Jumlah harga peralatan
Harga satuan Pekerjaan per Rp
D m2 1.398.000
ΣB = a% x b
= 30 % x Rp 17.268.653
= Rp 5.180.000,00 / hari
19
beraneka ragam (pertanian, industri, perumahari penggelontoran kota dan sebagainya). Untuk
mengatasi hal-hal tersebut diatas, diperlukan usaha-usaha yang berupa operasi dan
pemeliharaan, sehingga jaringan irigasi yang telah dibangun dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan sebagaimana mestinya, untuk jangka waktu yang telah direncanakan.
20
a. Data Keadaan dan Kinerja Irigasi
21
Tabel 2.4.1 Data Kecukupan Air
22
c. Penambahan bangunan pelengkap pada jaringan utama
d. Penambahan fasilitas penunjang
e. Disamping itu juga akan dibangun tanggul banjir sepanjang 10,40 km.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap dampak yang ditimbulkan dari rencana
kegiatan, diketahui akibat pembangunan jaringan irigasi batang indrapura, telah dan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yaitu :
1. Dampak tahap pra-kontruksi.
Komponen kegiatan pada tahap prakontruksi yang telah menimbulkan dampak terhadap
lingkungan adalah kegiatan penyelidikan lapangan, dan kegiatan-kegiatan pembebasan lahan.
Kegiatan penyelidikan telah dilakukan pada daerah peruntukan jaringan irigasi seluas 3.330
ha. Sedangkan kegiatan pembebasan lahan dilakukan pada daerah-daerah yang terkena untuk
pembangunan bangunan dan prasarana irigasi.
Dengan adanya kegiatan penyelidikan lapangan dan kegiatan pembebasan lahan yang
telah dilakukan oleh proyek, telah menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak dari
kegiatan pada tahap ini, terjadi sebagai akibat adanya usaha pembebasan lahan guna untuk
kepentingan jaringan. Dengan dibebaskan lahan milik penduduk telah menyebabkan lahan
yang diolah selama ini berubah status pemanfaatan dan pemilikannya untuk keperluan lain,
kegiatan ini merupakan dampak langsung yang terjadi pada pemilik lahan.
Proses pembebasan lahan yang dilakukan oleh pihak proyek adalah dengan jalan ganti
rugi sesuai dengan nilai dan harga yang berlaku pada waktu itu dan disepakati oleh kedua
belah pihak. Sementara itu, dampak negative kegiatan penyelidikan lapangan telah dapat
diantisipasi lebih awal, yakni dengan menginformasikan rencana kegiatan dan prospeknya
untuk kegiatan pertanian di daerah ini untuk masa yang akan datang.
2. Dampak pada tahap kontruksi
a. Persiapan kontruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan kontruksi, telah dan diperkirakan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Kegiatan utama yang akan menimbulkan
dampak adalah pada saat pekerjaan mobilisasi material dan alat-alat berat, mobilisasi
tenaga dan kegiatan pembersihan lahan.
Lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan-kegiatan pada tahap ini adalah
terjadinya penurunan kualitas udara disekitar daerah jalur lintasan transportasi kendaraan,
gangguan pada sumber daya lahan dan sumberdaya biologi serta gangguan pada
lingkungan social ekonomi dan social budaya penduduk setempat. Dampak negative yang
ditimbulkan bersifat langsung dan telah terjadi pada saat pekerjaan bendung dan saluran.
23
Dampak yang terjadi ini hanya berlangsung selama kegiatan persiapan konstruksi dan
merupakan dampak sesaat.
Untuk pekerjaan berikutnya, sesuai dengan rencana pengembangan jaringan dan
pembangunan tanggul banjir pada daerah batang penamban dan batang muara sakai,
kegiatan ini masih akan berlangsung dan dampak yang ditimbulkan seperti pekerjaan
terdahulu masih akan terjadi. Namun lokasi terjadinya dampak berada pada daerah lain
sesuai dengan tata letak dan distribusi saluran yang akan dibangun.
b. Pelaksanaan kontruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap ini yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan adalah kegiatan pengerukan/ penggalian disaluran pembawa dan disaluran
pembuang, dan kegiatan pembuangan tanah bekas galian serta pekerjaan konstruksi
saluran.
Akibat dari kegiatan ini telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara
pada lingkungan pemukiman yang dilalui jalur transportasi, menurunnya kestabilan lahan,
menurunnya kualitas lingkungan perairan, lingkungan social ekonomi dan budaya serta
terganggunya prasarana jalan umum.
Kualitas udara didaerah sekitar tapak kegiatan, akan menurun dengan telah
dilakukannya kegiatan-kegiatan pada tahap ini. Lingkungan yang telah terkena dampak
adalah pada daerah sepanjang jalur transportasi dan lingkungan pemukiman disekittar jalur
transportasi tersebut. Dampak negative yang telah ditimbulkan ini hanya terjadi selama
kegiatan konstruksi masih berlangsung. Untuk pekerjaan berikutnya, dampak pada tahap
ini masih akan berlangsung, sesuai dengan volume material bahan bangunan yang harus
ditransportasikan pada tapak kegiatan, sedangkan lokasi terjadi dampak sudah beralih
kelokasi lain, sesuai dengan tata letak dan distribusi jaringan yang akan dibangun.
Dampak pada sumberdaya lahan juga telah dan akan terjadi dengan adanya kegiatan
pada tahap ini. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah kegiatan mobilisasi
material dan pekerjaan galian dan timbunan didaerah bangunan bendung dan saluran yang
direncanakan. Dengan adanya usaha penggalian tanah telah menyebabkan menurunnya
kestabilan lahan terutama pada daerah bekas galian. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
erosi dan longsor pada badan sungai. Dampak negative yang ditimbulkan ini hanya terjadi
selama kegiatan konstruksi. Untuk pekerjaan berikutnya, dampak yang sama masih akan
terjadi, namun lokasi terjadinya dampak berada pada tempat lain sesuai dengan letak
saluran.
Sumber daya perairan juga akan terkena dampak negative dengan adanya kegiatan
pada tahap konstruksi ini. Dampak yang telah ada dan akan terjadi disebabkan oleh
24
kegiatan penggalian badan sungai dan saluran serta pada saat pembuatan tanggul banjir.
Dampak ini hanya akan terjadi selama kegiatan konstruksi.
Sementara itu di lingkungan social ekonomi dan budaya penduduk disekitar tapak
kegiatan akan menerima dampak positif dan negative dengan adanya kegiatan-kegiatan
pada tahap ini dampak kegiatan pada tahap ini.
Dampak positif terjadi, dengan adanya peluang berusaha dan bekerja bagi penduduk
terutama untuk pekerjaan bangunan bendung dan jaringan irigasi. Sedangkan dampak
negative terjadi sebagai akibat menurunnya kualitas udara dan meningkatnya kebisingan
serta gangguan pada kelancaran mobilitas harian penduduk. Dampak negative yang terjadi
ini, masih merupakan dampak sesaat dan terjadi selama kegiatan konstruksi berlangsung.
3. Dampak pada tahap operasi dan pemeliharaan
Dengan telah dibangunnya jaringan irigasi batang indrapura, telah dan akan
menimbulkan dampak positif maupun dampak negative bagi penduduk disekitar tapak
kegiatan. Dampak positif yang ditimbulkan adalah, lebih terbukanya lapangan berusaha
dan bekerja bagi penduduk dalam menggarap lahan yang tersedia, meningkatnya
perekonomian penduduk.
Sementara itu dengan, semakin luasnya lahan yang didapat diolah menyebabkan
tuntutan tenaga kerja untuk mengolah lahanpun akan semakin meningkat. Manakala ini
tidak terpenuhi akan menyebabkan lahan yang telah terairi tidak terolah dan akan
menyebabkan munculnya berbagai jenis tanaman pengganggu atau gulma air. Dampak
negative lainnya adalah meningkatnya pemanfaatan zat-zat kimia seperti insektisida dan
jenis bahan kimia lainnya dalam mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit
tanaman. Usaha ini akan menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan perairan.
Dampak pada tahap operasi dan pemeliharaan ini akan terjadi selama jaringan irigasi ini
masih dapat dimanfaatkan, sedangkan dampak lainnya adalah kemungkinan terjadinya
benturan/ konflik dalam pemakaian air oleh sesama petani.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daerah Irigasi Cawak memiliki luas lahan 1.733 Ha, dan semua berada di downstream
bangunan BC.l., sedangkan di upstream BC.l. merupakan sawah tadah hujan. Baik
downstream maupun upstream mempunyai pola tanam yang sama yaitu padi - polowijo -
polowijo. Hilir Kali Cawak terdapat pada pertemuan Kali Kerjo dengan Kali Semar Mendem.
Bendung Cawak berada di Desa Simorejo, Kecamatan Kepuhbaru, Kabupaten Bojonegoro.
Sungai ini termasuk dalam golongan kali ephemeral yaitu sungai yang mempunyai aliran air
hanya di musim hujan sedangkan di musim kemarau aliran air yang lewat relatif sangat kecil
bahkan kering sama sekali.
Kondisi jaringan irigasi Cawak Kabupaten Bojonegoro pasca rehabilitasi tahun 2010
berfungsi dengan baik dengan kondisi fisik 100%. Pada saat observasi lapangan kondisi
Jaringan Irigasi Cawak mengalami penurunan, beberapa kondisi fisik ditemukan rusak dan
hasil perhitungan tingkat kerusakan kondisi fisik jaringan irigasi Cawak tinggal 70%.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Jaringan Irigasi dari Subdit. Bina Program, Ditjen Air
Departemen Pekerjaan Umum tahun 1999 kondisinya masuk katagori cukup.
Hasil analisis efektivitas pemeliharaan jaringan irigasi Cawak pada awalnya memiliki
rencana 15,574 debit m/det, realisasinya sebesar 12,281 debit m/det. Dengan kata lain terjadi
penurunan debit sebesar 3,293 debit m/det, sehingga dapat dinyatakan bahwa realisasi saluran
irigasi sebesar 78,85%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kondisi debit air masih dapat
memberikan seluruh area lahan pertanian, yaitu una meningkatkan efektivitas pemeliharaan
jaringan irigasi diantaranya adalah membagi lokasi tugas dengan penambah PPA dan pekarya
untuk lokasi Saluran Sekunder Krangkong Ruas 1 & 2. Upaya meningkatkan efektivitas
pemeliharaan jaringan irigasi cawak juga berkaitan dengan produksi hasil pangan. Suatu
produksi pertanian selain diukur dari jumlah produksi persatuan luas juga perlu ditunjukkan
dengan jenis tanaman, luas tanam, dan intensitas tanam.
26
Dengan diketahuinya kinerja saat ini maka nantinya dapat dipakai sebagai acuan dalam
menentukan rencana peningkatan/ pengembangan hasil produksi yang ada. Saat debit di Kali
Cawak mengecil saluran Primer Cawak masih berfungsi sebagai long storage, karena ada
pemeliharaan peninggian tanggul di hulu BC.l sepanjang 400 meter. Saluran-saluran yang
sudah cukup lebar tetap dipertahankan, sedangkan kemiringan dasar dan tanggul perlu
dinormalisasi dan pembuatan talud pasangan batu pada beberapa ruas yang rawan longsor
dan tergerus. Bagian yang rawan tergerus ini biasanya di bagian tikungan luar saluran.
27
DAFTAR PUSTAKA