---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Reklamasi rawa pasang surut daerah Danda Besar dimulai sejak tahun 1969 melalui program transmigrasi. Reklamasi rawa
tersebut bertujuan untuk mengembangkan lahan pertanian yang telah dibuka masyarakat lokal. Pengembangan jaringan
reklamasi ini dilakukan dengan melakukan rehabilitasi dan normalisasi jaringan yang ada serta membuat jaringan baru sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Secara umum produktivitas lahan jaringan reklamasi rawa Danda Besar untuk tanaman padi masih rendah. Tanaman padi rata-
rata hanya menghasilkan 2,0 ton/ha/th. Salah satu penyebab rendahnya produksi padi disebabkan oleh masalah kondisi fisik
lahan dan pengelolaan air. Pengelolaan air yang berbasiskan kondisi topografi lahan merupakan kunci keberhasilan dalam
pengelolaan lahan pasang surut.
Sehubungan dengan hal itu, kondisi hidro-topografi kawasan perlu diketahui sejak dini karena merupakan salah satu faktor
yang menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan studi dan sangat berperan dalam membuat perencanaan bagi kegiatan
pengelolaan air dilahan rawa pasang surut. Kondisi hidrotopografi didefinisikan sebagai perbandingan relatif antara elevasi lahan
dengan elevasi muka air sungai atau muka air disaluran terdekat. Secara umum dikenal ada 4 kategori hidrotopografi yaitu :
Kategori/Kelas A, B, C dan D.
RUANG LINGKUP
Lingkup studi mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Luasan studi 2.200 ha
2. Kondisi batas muka air pasang surut sesaat ( di saat pengukuran saja, yaitu spring tide ) di musim kemarau (21 Agustus s/d 04
September 2007)
3. Kondisi topografi tahun 2006
4. Simulasi numerik hanya dilakukan untuk gerak air
5. Aliran air tidak tunak 1 ( satu ) dimensi horisontal
LOKASI STUDI
Lokasi studi adalah unit persawahan pasang surut Danda Besar, desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten
Barito Kuala, propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi studi disajikan pada Gambar 1.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi -1-
U
TA NIT
LA
G
RA
UN
N
UR
UNIT
M
S.
SAKAGULUN
UNIT UNIT
BALAWANG BARAMBAI
MARABAHAN
KUALA KAPUAS
UNIT
S. SALUANG
K
TI
BARAMBAI
UA
IK
U
SE
UNIT JE NIT
S. MUHUR JA
N
G
K
AN
IT
2
JIR
SE
RA
PA BESAR
T
R
JI
N
A
UNIT
UNIT JEJANGKIT 1
TERANTANG
UNIT
SEREPAT
UNIT HANDIL
BAKTI GALAMRABAH
ANJIR MUARA
MANDASTANA
UNIT BAHANDANG
AN
AK
JIR
AL
AL
TA
NPAH
S.
MB
UNIT TA
SAN
ANTA
AN
JELAPAT
TAMPAH
UNIT ANJIR S. MARTAPURA
TAMBAN SEL LU
LUT
BANJARMASIN
SEL TABUK
P. KAGET
P. TEMPURUNG
TO
KETERANGAN:
I BARI
LA
UT SALURAN TERSIER
JA
WA SUNGAI
SUMBER: P2DR KALIMANTAN SELATAN
HIPOTESA
Permasalahan rendahnya produktivitas padi di lahan jaringan reklamasi rawa Danda Besar disebabkan antara lain adalah
teknik pengelolaan air yang tidak memperhitungkan/disesuaikan dengan kondisi hidro-topografi lahan setempat. Hampir seluruh
luasan lahan diperuntukkan untuk budidaya tanaman padi.
Permasalahan ini semestinya dapat dieliminasi dengan adanya pemahaman yang cukup akan ketinggian/elevasi lahan dan air
setempat yang diwakili oleh kategori/kelas hidro-topografi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pustaka yang digunakan dan berkaitan langsung dengan studi ini, yaitu :
1. Laporan Supervisi dengan Model Matematik Pekerjaan Desain Pemeliharaan Khusus Unit Pasang Surut Puntik Danda besar
Kalimantan Selatan, Puslitbang Pengairan, tahun 1988
2. Laporan Akhir Penerapan Pintu Klep Otomatis Di Rawa Pasang Surut Kalimantan Selatan, Puslitbang SDA, tahun 2007
3. Penilaian Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendukung Sistem Jaringan Tata Air di Rawa Pasang Surut , PT. DDC
Consultants, Jakarta, tahun 2007
Ketiga literatur tersebut memberikan gambaran tentang sistem jaringan dan kondisi hidro-topografi areal studi sehingga dapat
memberikan arahan dalam proses analisis selanjutnya.
Kondisi hidrotopografi kawasan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam membuat perencanaan
kegiatan operasi dilahan rawa pasang surut. Kondisi hidrotopografi didefinisikan sebagai perbandingan relatif antara elevasi lahan
dengan elevasi muka air sungai atau muka air disaluran terdekat.
METODOLOGI
METODE
Metode dari studi ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
Analisis kontur untuk memperoleh ketinggian lahan
Simulasi gerak air dengan perangkat lunak HECRAS untuk mendapatkan ketinggian muka air
Analisis interpolasi untuk mendapatkan peta hidro-topografi
Analisis statistik untuk memperoleh luasan dari masing-masing kelas hidro-topografi
Seluruh analisis di atasdilakukan dengan metode Sistim Informasi Geografis (SIG).
LINGKUP STUDI
Akuisisi data ketinggian lahan (spot level) dan muka air musim musim penghujan dan kemarau
Pembuatan peta kontur ketinggian lahan
Simulasi gerak air musim penghujan dan kemarau
Pembuatan peta Hidro-topografi
Perhitungan luasan masing-masing kelas hidro-topografi
KETINGGIAN LAHAN
Data topografi yang digunakan dalam studi ini adalah data hasil pengukuran pada bulan Maret – Mei 2006 yang dilakukan oleh
Balai Rawa Pantai, Puslitbang Sumber Daya Air, Bandung. Data topografi yang dimaksud berupa spot level yang diukur dengan
metode Poligon Tertutup untuk seluruh kawasan studi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi -3-
PENGUKURAN DI SALURAN PRIMER & SKUNDER
Selanjutnya elevasi muka air di jaringan diperoleh dari simulasi numerik aliran tidak tunak 1 (satu) dimensi dengan perangkat
lunak HEC-RAS versi 3.1.1 untuk seluruh kawasan studi dengan kondisi batas di muara Saluran Primer. Simulasi dilakukan pada
jaringan saluran Primer, Sekunder, dan Tersier dengan bagan alir simulasi sebagaimana yang disajikan pada Gambar 2.
PIT HATHI XXV, Palembang, 21 - 23 Agustus 2008
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MULAI
Penggumpulan
1. Data pengukuran sekunder S. Tesier
2. Profil Memanjang dan melintang S. Primer-
Sekunder
Pembaganan Model
Hasil Simulasi
Kesimpulan
SELESAI
HIDRO-TOPOGRAFI
Peta hidro-topografi diperoleh dengan melakukan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) berdasarkan peta titik-titik
ketinggian (spot level) yang telah dibuat dan berdasarkan elevasi muka air yang diperoleh dari simulasi numerik. Analisis
dilakukan dengan cara interpolasi spasial kontur dari peta titik-titik ketinggian berdasarkan angka-angka ketinggian muka air
sehingga dimungkinkan pembuatan peta baru, yaitu peta hidro-topografi yang memberikan batasan dari masing-masing kelas
hidro-topografi.
Dari Peta Hidro-topografi tersebut, kemudian juga dengan SIG dilakukan analisis statistik sehingga dapat dicari luasan dari
masing-masing kelas hidrotopografi.
ANALISIS
KETINGGIAN LAHAN
Pengukuran ketinggian lahan diukur pada sisi tanggul kanan dan kiri secara berantai dari hulu sampai hilir saluran dengan
interval 100 m. Pengukuran ini menggunakan alat Digital Theodolit (DT). Salah satu BM yang digunakan untuk mengikat
ketinggian adalah BM PDB 01 dengan ketinggian +10.000. Sementara itu pengukuran penampang melintang saluran dilakukan
setiap 200 m dengan menggunakan alat yang sama.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi -5-
T 27
T 17
T 12
T6
T3
T1
KLASIFIKASI HIDRO-TOPOGRAFI
Kondisi hidrotopografi kawasan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam membuat perencanaan
kegiatan operasi dilahan rawa pasang surut. Kondisi hidrotopografi didefinisikan sebagai perbandingan relatif antara elevasi lahan
dengan elevasi muka air sungai atau muka air disaluran terdekat. Secara umum dikenal ada 4 kategori hidrotopografi yaitu :
Kategori/Kelas A, B, C dan D. Adapun penjelasan untuk masing-masing kategori seperti disajikan pada Gambar 5.
Muka lahan
Salur
Katagori A Katagori B Katagori C Katagori D
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi -7-
Kondisi hidrotopografi kawasan merupakan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan studi, dikarenakan
sangat berperanan dalam membuat perencanaan bagi pengelolaan air dilahan rawa pasang surut. Secara umum dikenal ada 4
kategori hidrotopografi sebagai berikut :
a) Kategori A : Lahan terluapi pasang surut
Lahan terluapi oleh air pasang paling sedikit 4 atau 5 kali selama 14 hari siklus pasang tinggi, baik musim hujan maupun
musim kemarau. Kebanyakan dari lahan yang masuk dalam kategori A adalah lahan rendah disepanjang sungai dan dekat
dengan saluran utama, atau secara alamiah merupakan lahan cekungan. Pada lahan kategori ini sangat dimungkinkan tanam
padi dua kali setahun. Padi jenis unggul dapat dibudidayakan asalkan muka air dapat dikendalikan untuk mencegah genangan
yang terlalu tinggi dan juga untuk menjamin agar drainase air berlangsung baik.
b) Kategori B : Lahan terluapi air pasang yang hanya pada waktu tertentu saja
Lahan terluapi air pasang sekurang-kurangnya 4 atau 5 hari selama 14 hari siklus pasang purnama, dan hanya terjadi dimusim
penghujan saja. Tanam padi dua kali setahun kemungkinan bisa tidak berhasil karena akan mengalami kekurangan air pada
musim kemarau. Disamping mengalami defisit air dimusim kemarau, kehilangan air akibat perkolasi lebih besar dibandingkan
pada lahan kategori A, dan lapisan genangan air diatas permukaan tanah sulit dipertahankan.
c) Kategori C : Lahan diatas muka air pasang
Lahan tidak terluapi air pasang secara reguler, akan tetapi air pasang masuk dalam saluran tersier atau masih
mempengaruhi muka air tanah. Elevasi lahan yang relatif tinggi dapat mengakibatkan banyaknya kehilangan air lewat
rembesan dan sulit atau tidak mungkin menahan lapisan air di dalam lahan persawahan. Oleh karena itu, tanaman palawija
dan tanaman keras lebih cocok dari pada tanaman padi.
d) Kategori D : Lahan yang elevasinya jauh diatas level pasang (lahan kering)
Lahan dengan elevasi jauh lebih tinggi dari muka air pasang, pengelolaan airnya sama dengan yang dilakukan dilahan kering
(up land).
Peta hidro-topografi dipersiapkan dengan data sebagai berikut :
a. Peta elevasi muka lahan (peta titik-titik ketinggian lahan)
b. Data muka air pasang purnama pada musim penghujan
c. Data muka air pasang purnama pada musim kemarau
Data pada butir a) dan b) tersebut di atas merupakan data sekunder yang diukur pada bulan Maret – Mei 2006 oleh Balai Rawa
dan Pantai, Puslitbang Sumber Daya Air, Bandung, sedangkan data pada butir c) diamati oleh Konsultan DDC, Jakarta pada
tanggal 4 s/d 22 September 2007.
Selanjutnya untuk membuat peta kelas hidrotopografi ini diperlukan simulasi HECRAS. Dari simulasi HECRAS selanjutnya
akan diketemukan batas-batas elevasi tertinggi untuk lahan dari masing-masing kelas hidro-topografi. Batas-batas ketinggian
untuk masing-masing kelas hidrotopografi tersebut kemudian di analisis dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan
menggunakan peta kontur yang telah dibuat, sehingga dapat digambarkan peta sebaran kelas hidrotopografi daerah penelitian.
Input Data
Pengumpulan dan persiapan data spasial dan atribut dari berbagai sumber , sekaligus konversi atau transformasi format-
format data asli ke format yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam GIS.
- Data spasial berstruktur raster (misalnya citra satelit), input data melalui proses penyiaman / scanning
- Data spasial berstruktur vektor (misalnya peta analog), input data melalui digitasi
- Data atribut, input melalui proses tabulasi
Pengelolaan Data
Penyusunan hasil input data ke dalam data base komputer, semua data tersebut bereferensi geografi
Analisis dan Simulasi Data
Pengolahan dan analisis data, antara lain dengan menggunakan analisis interpolasi spasial
Penayangan/ Keluaran peta tematik , yaitu penampilan data hasil analisis dalam bentuk peta yang memenuhi kaidah
kartografis untuk pembuatan peta hidro-topografi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi -9-
Gambar 6. Peta Hidro-topografi
PIT HATHI XXV, Palembang, 21 - 23 Agustus 2008
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari Peta Hidro-topografi tersebut, kemudian dengan analisis SIG dapat dicari luasan masing-masing kelas hidrotopografi yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Luas
No. Kelas Hidrotopografi lokasi penyebaran
(Ha) (%)
1 A di bagian dalam dan luar Tka serta di bagian tengah Tki 800.20 32.85
2 B di bagian tengah Tka sebelah timur & di bagian luar Tki 820.78 33.69
di bagian dalam dan luar Tka Seb. timur serta bagian dalam
3 C 815.17 33.46
Tki
Total 2436.15 100.00
Sumber : Analisis Peta Hidro-topografi
KESIMPULAN
1. Dari hasil analisis ditemukan bahwa kawasan studi memiliki kelas hidro-topografi A, B, dan C. Kawasan tidak memiliki kelas
hidro-topografi D
2. Pembagian luas dari ketiga kelas hidro-topografi di atas hampir berimbang, dengan luasan terkecil, yaitu sebesar 800 ha
adalah kelas A
3. Sementara itu kelas hidro-topografi B dan C memiliki luasan yang hampir berimbang, yaitu berturut-turut 821 dan 815 ha atau
34 dan 33 % dari luas total kawasan studi sebesar 2436 ha
SARAN
Mengingat akan keterbatasan data yang digunakan dalam studi ini maka diperlukan suatu analisis lanjutan dengan data yang
lebih akurat. Sebaiknya data yang digunakan merupakan data yang diukur dan diamati pada waktu yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puslitbang Pengairan, Laporan Supervisi dengan Model Matematik Pekerjaan Desain Pemeliharaan Khusus Unit Pasang Surut
Puntik Danda Besar Kalimantan Selatan, Bandung, tahun 1988.
2. Puslitbang SDA, Laporan Akhir Penerapan Pintu Klep Otomatis di Rawa Pasang Surut Kalimantan, Bandung, tahun 2006 dan
2007
3. Puslitbang SDA – PT. DDC Consultants, Laporan Akhir Penilaian Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendukung Sistem
Jaringan Tata Air di Rawa Pasang Surut, tahun 2007
BIBLIOGRAFI
L. Budi Triadi adalah Peneliti Madya, di Balai Rawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Depertemen
Pekerjaan Umum serta Dosen Luar Biasa Jurusan Teknik Sipil di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung dan Institut
Teknologi Nasional, Bandung.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
L. Budi Triadi - 11 -