OLEH
Telah disetujui oleh dewan pembimbing sebagai salah satu persyaratan untuk
melakukan penelitian pada mata kuliah Praktikum IPA Program Studi Magister
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu
meski tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Proposal ini disusun guna
Praktikum IPA tahun ajaran 2017. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
baik dari segi penyajian isi maupun dalam ketatabahasaan, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
iv
3.4. Parameter Penelitian ......................................................................... 26
v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
pencemaran udara, atau sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari
keadaan yang normal yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan
partikel kecil) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu
kota sejak tahun 2000 untuk memantau konsentrasi CO, debu (PM10), SO2,
pemantauan kualitas udara dengan cara ini juga memiliki beberapa kendala
dibutuhkan alternatif lain yang lebih sederhana dan murah namun tetap
efektif untuk dilaksanakan serta dapat memberikan hasil yang akurat. Salah
1
satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
bioindikator.
tumbuhan yang peka terhadap pencemaran adalah Lichen atau biasa dikenal
mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di udara dan dari air hujan. Talus
spesies indicator terbaik yang menyerap sejumlah zat kimia dan air hujan
bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu
menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu yang lama. Komunitas
2
Lichen yang tumbuh di kulit pohon (spesies corticolous), dinding dan batuan
pada suatu daerah telah tercemar atau tidak, dengan melihat pertumbuhan
tingkat tinggi.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
3
2. Sebagai referensi dalam penelitian serupa mengenai penggunaan
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
lainnya. Lebih jauh lagi udara juga sumber daya alam milik bersama yang
lingkungan sekitarnya. Udara yang masih bersih dan bebas dari bahan
O2 terdapat sebanyak 21% sementara argon (Ar) hanya 1% dari total gas.
Gas-gas karbondioksida (CO2), helium (He), neon (Ne), xenon (Xe) dan
kripton (Kr) masing-masing hanya terdapat sebanyak 0.01% dari total gas.
Beberapa jenis gas terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dalam udara
5
Gas-gas ini berpotensi sebagai pencemar, karena meningkatnya jumlah gas-
1992).
Pencemaran udara saat ini telah menjadi salah satu masalah lingkungan
kota yang mendapat perhatian yang terus meningkat. Hal ini terutama
lingkungan.
lebih kontaminan atau polutan ke dalam atmosfer yang karena jumlah dan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan
6
sekitar. Kecepatan penyebaran akan tergantung pada keadaan geografis dan
manusia.
dimana yang termasuk dalam kelompok ini adalah titik cerobong asap
industri, (2) sumber garis, yang merupakan integrasi dari sumber-sumbe titik
dan (3) sumber area, yang merupakan integrasi dari banyak sumber titik dan
berdasarkan sifat kegiatannya ada 4 (empat), yaitu: (1) sumber tetap, yang
berasal dari kegiatan proses industri pengolahan, konsumsi bahan bakar dari
industri dan rumah tangga, (2) sumber tetap spesifik, yang berasal dari
yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, dan
(4) sumber bergerak spesifik yang berasal dari hasil pembakaran bahan
7
sementara jumlah kendaraan di kota-kota besar terus meningkat hingga
meningkatkan pemakaian bahan bakar, dan hal itu akan membawa resiko
udara berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pembakaran sampah.
dan tidak bergerak. Contoh dari sumber yang tidak bergerak meliputi
transportasi seperti transportasi berbasis jalan, rel kereta api, begitu juga
sumber emisi, dan distribusi spasial emisi. Klasifikasi sumber polusi udara
oleh Henry (1994) membagi sumber polutan menjadi dua yaitu sumber
1. Sumber Antropogenik
bergerak kecil (rumah tangga dan boiler komersial kecil), dan sumber
8
b. Sumber bergerak: On-road dan Non-road
2. Sumber alamiah
geotermal.
titik emisi yang tertutup. Di dalam sumber titik biasanya ada beberapa
titik (point source) adalah: pemantauan emisi secara kontinu, uji sumber,
9
2. Sumber area/tersebar (area source/non-point)
kecil atau terlalu besar untuk dianggap sebagai titik sumber. Wilayah
sumber area (area source) adalah: survei dan kuesioner, faktor emisi
model emisi.
jalanan, misalnya: mobil pribadi, motor, bus umum, truk kecil dan besar,
bajaj dan taksi dalam berbagai bentuk, ukuran dan penggunaan bahan
10
2.3. Komponen dan Dampak Pencemar Udara
aerosol, timbal), dan gas (CO, NO2, SO2, H2S, HC). Sedangkan berdasarkan
debu dan uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di
bronchitis.
11
Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya.
nitrat yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx. Umumnya partikel
sekunder berukuran 2.5 mikron atau kurang. Proporsi cukup besar dari
kimiawinya.
Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan
yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam.
12
Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor
dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2.5 µm.
yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak
13
CO diproduksi dari pembakaran bakan bakar fosil yang tidak
sempurna, seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Selain itu juga
dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi seperti Jakarta, Bandung dan
ambang batas Baku Mutu PP.41 tahun 1999 (10 000 µg/m3/24 jam).
kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi
14
ke permukaan Bumi) dapat membahayakan tanam-tanaman, pertanian,
danau dan sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta
mengubah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan
proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas
alam.
SO2 adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi
rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat.
listrik adalah sumber utama pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses
SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air
hujan SO2 mengalami konversi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di
kerusakan permanen pada paruparu. Pencemaran SO2 pada saat ini baru
senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan solar. Data dari
15
pemantauan kontinu pada jaringan pemantau nasional pada saat ini
Spesies tanaman tertentu sangat sensitif terhadap polusi udara tertentu dan
lingkungan lainnya dan status fisiologis tanaman itu sendiri. Tingey (1989)
menekankan bahwa "tidak ada indikator yang lebih baik daripada spesies
adanya polutan udara dengan terjadinya gejala khas atau tanggapan terukur.
bervariasi, dengan cara yang paling sensitif, sensitif atau kurang peka
1. Faktor genetik
2. Tahap pertumbuhan
16
4. Konsentrasi polutan
1. Spesific
2. Measureable
3. Attributable
4. Relevant
5. Timely
17
Tidak semua tumbuhan merupakan bioindikator dari pencemaran
yang berbahaya.
permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun
rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang
berbahaya (polutan).
lingkungan. Jadi fenotipe yang terjadi merupakan paduan dari hereditas dan
18
biologi atau bioindikator atau fitoindikator. Atau dengan istilah lain
sifat tanah setempat, dengan demikian dapat untuk menentukan tanaman apa
atau apa yang dapat diusahakan di bagian tanah itu atau seluruh tanah di situ.
lahan sebagai sumber daya untuk hutan, padang rumput atau tanaman
19
2.6. Licheneses
menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu yang lama. Komunitas
berbagai substrat (tanah, batu, tembok rumah, kulit pohon). Untuk indikasi
biologis, lumut epifit yang hidup di kulit pohon dapat digunakan sebagai
Spesies lichenes yang hidup pada kulit pohon dengan pH di bawah 7 dapat
dianggap sebagai indikator biologis. Lichenes yang hidup pada kulit pohon
yang asam jauh lebih peka pada efek beracun dari belerang dioksida.
Pada lokasi di mana sulfur dioksida udara melebihi 170 tidak ada
lumut yang dapat bertahan hidup atau kelangsungan hidup mereka hanya
dapat diamati ketika permukaan kulit terbentuk oleh debu kapur, sehingga
meningkatkan nilai pH di atas 7. Salah satu koloni spesies lumut yang dapat
bertahan hidup di kulit pohon ini adalah Lecanora conizaeoides, yang tetap
-3
hidup bahkan ketika konsentrasi belerang dioksida sangat tinggi μg.m
20
Lobaria dan Usnea spp. Penurunan jumlah species Lichenes corticolous
Peltigera aphthosa.
warna lumut yang menjadi putih keabu-abuan, ukuran koloni berkurang dan
Gambar Lichenes
21
2.7. Lumut (Bryophyta)
atmosfer.
splendens).
udara. Sejumlah besar spesies telah punah, sementara yang lainnya yang
22
sebelumnya umum dan luas, telah berkurang jumlahnya dan sekarang jarang
ditemukan.
Efek berbahaya dari SO2 pada lichenes dan Bryophyta pertama kali
teramati oleh adanya kerusakan parah pada klorofil dan penurunan struktur
dalam kondisi lembab, maka keadaan tersebut akan merusak tanaman dan
polusi SO2 awalnya membuat pernapasan tanaman lebih intensif, akan tetapi
terbuka, dan kemudian bagian-bagian basal juga bisa berubah warna. Lumut
23
informasi yang unik untuk kualitas udara ambien dalam wilayah tertentu
tersebut.
dengan melihat adanya luka daun. Luka daun yang terlihat biasanya tidak
spesifik dan dapat mengindikasikan berbagai tekanan pada tanaman. Hal ini
biokimia dalam studi biomonitoring. Respon ini tidak hanya terjadi sebelum
dapat digunakan sebagai indikator dari polutan pencemar SOx dan NOx.
Apabila tanaman tembakau terpapar SOx yang melebihi baku mutu (0,01 μg
-3
m ) maka warna daun tembakau berubah dari hijau menjadi kuning. Dan
-3
apabila terpapar NOx yang melebihi baku mutu (0,01 μg m ), maka daun
tembakau akan bernoktah cokelat. Dan apabila terpapar oleh keduanya yang
melampaui baku mutu maka daun tembakau akan bewarna kuning dan
coklat.
24
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air hujan dan
lumut kerak.
tempat penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah air hujan dan lumut
25
Suranadi. Sampel lumut kerak diambil dengan menggunakan metode jelajah.
hujan pada beaker gelas yang dilengkapi dengan corong dan kertas saring
hujan.
Licheneses diantaranya :
yang diamati. Pada daerah dimana pencemaran telah terjadi jumlah jenis
lichenes yang ada sedikit dan jenis-jenis yang peka sekali akan hilang.
26
beaker dan mengukur partikulat yang tertampung pada kertas saring.
sebagai berikut:
pengukuran 3 kali sehari yaitu pada pukul 07.30, 13.00, dan 17.00
27
4. Kelembaban Udara Harian Rata-Rata
5. Nilai pH
violet.
28
DAFTAR PUSTAKA
Henry, C. Perkins. 1974. Air Pollution. McGrawHill Book Company. New York.
29
Mukono.2006. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. Jakarta
Usuli, Yuliani., Uno.D, Wirnangsi dan Baderan, Dewi W. K. 2014. Lumut Kerak
Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara. Universitas Negeri
Gorontalo, Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id/5108/. [diakses tanggal 24
Nopember 2017.
30