Anda di halaman 1dari 18

1

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER


Ekonomi Teknik

“Evaluasi Berdasarkan Penilaian Indeks Risiko Lingkungan dan Kajian Penanganan


Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA”

Dosen :
Mulhidin, S.Si., M.Sc

Disusun Oleh :
Dewa Made Indra Widnyana Swantara
222RPL71002

SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN MATARAM (STTL)


Fakultas Teknik Lingkungan
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah individu ini dengan baik dan tanpa kendala apapun.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak y ang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajar bapak Mulhidin, S.Si., M.Sc, kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.
Makalah berjudul “Evaluasi Berdasarkan Penilaian Indeks Risiko Lingkungan dan Kajian
Penanganan Sampah dalam Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Teknik. Penulis memohon maaf bila
masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun
penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar
dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya. Penulis berharap
makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi b agi
pembaca.

Mataram, 11 Juli 2023

Dewa Made Indra Widnyana Swantara

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. ii


Daftar Isi............................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan ............................................................................ 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................ 5
BAB II Hasil dan Pembahasan........................................................... 7
2.1. Evaluasi Kualitas Lingkungan Berdasarkan Indesk Resiko
Lingkungan (IRBA) ..................................................................... 7
2.2. Metode Meminimalisir Sampah TPA ......................................... 10
BAB III Kesimpulan dan Saran......................................................... 16
3.1. Kesimpulan............................................................................... 16
3.2. Saran........................................................................................ 16
Daftar Pustaka................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan penduduk yang semakin meningkat serta semakin banyaknya aktivitas


masyarakat membuat produksi sampah meningkat setiap tahunnya. Permasalahan perkotaan
yang sangat masif adalah permasalahan sampah mengingat dampak dari sampah tersebut
sangat kompleks mulai dari aspek estetika, kesehatan, etika hingga kerugian ekonomi dan
lingkungan yang berujung pada bencana alam (Setyono, 2015). Peningkatan volume sampah
ini juga akan memengaruhi sistem pengelolaan sampah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Sampah merupakan sisa-sisa suatu bahan yang mengalami perlakuan dan telah diambil bagian
utamanya serta tidak memiliki manfaat lagi, beberapa masyarakat masih tidak paham tentang
pengelolaan sampah di TPA. Hal tersebut membuat penumpukan sampah di TPA hanya
sekedar pengumpulan, pengangkutan, dan penumpukan sampah saja. Jika terjadi penumpukan
tanpa adanya penanganan, maka TPA akan penuh seiring berjalannya waktu. Sistem
pembuangan sampah TPA ini mayoritas menggunakan sistem open dumping. Sistem
pembuangan sampah tersebut akan berdampak pada kualitas lingkungan. Hal tersebut
dikarenakan pada sistem open dumping sampah yang masuk TPA hanya ditimbun tanpa
dilakukan proses pemadatan dan penutupan secara berkala (Isni, 2019).
Pelaksanaan metode Open Dumping di TPA terdapat timbunan sampah yang tidak
tertutup tanah penutup. Karena hal tersebut maka ketika musim hujan akan terjadi rembesan
air lindi dalam jumlah yang banyak. Pengolahan air lindi di beberapa TPA dinilai masih belum
optimal, seperti pada kapasitas bak penampung tidak mampu menampung air lindi ketika
musim hujan. Begitu juga Hasil dari IPL yang ber=lum memenuhi baku mutu langsung dibuang
ke badan sungai. Terdapat kolam air lindi pada timbunan sampah pasif namun tidak ada
pengolahannya sedangkan pada timbunan sampah aktif tidak terdapat kolam air lindi. Hal
tersebut menyebabkan air lindi pada timbunan sampah aktif langsung masuk ke dalam tanah
karena dasar TPA tersebut tidak dilapisi oleh lapisan kedap air. Air lindi yang tidak dikelola
dapat mengganggu kegiatan operasional di TPA seperti adanya potensi pencemaran terhadap
air tanah, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, tidak tersedia pengendalian gas
metana pada TPA. Gas metana perlu dikelola karena dengan adanya gas metana dapat
menimbulkan potensi terjadinya ledakan pada timbunan sampah serta dapat meningkatkan
konsentrasi gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer. Berdasarkan SNI 03 -3241-1994 TPA

4
merupakan akhir dari sistem pengolahan sampah yang secara fisik merupakan tempat
berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir dan juga sebagai tempat untuk menyingkirkan
serta mengkarantina sampah kota sehingga aman dan tidak mencemari lingkungan.
Permasalahan penanganan sampah yang sering muncul di TPA antara lain pertumbuhan vektor
penyakit, pencemaran udara, pandangan dan bau tak sedap, asap pembakaran, pencemaran
lindi, kebisingan dan dampak sosial.
Permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan perlu dilakukan penilaian indeks
risiko lingkungan untuk evaluasi kualitas lingkungan TPA karena memiliki potensi bahaya
terhadap lingkungan sekitar TPA. Adapun alternatif dalam mengatasi permasalahan sampah
tersebut adalah dengan penanganan sistem manajemen persampahan yang baik dan penerapan
teknologi persampahan melalui konsep Reuse, Reduce dan Recycle (3R) yang diharapkan
dapat meminimalkan sampah yang akan diolah di TPA. Selain memacu program pemerintah
dalam mengurangi beban TPA melalui teknologi pengelolaan sampah, juga perlu dilakukan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya melakukan pengurangan sampah pada sumbernya.
Pengurangan sampah dengan mekanisme 3R menjadi prioritas utama dimana keberhasilan
konsep ini membutuhkan komitmen pemerintah daerah terutama instansi berwenang yang
disertai dengan keterpaduan dengan sistem penanganan sampah secara keseluruhan.
Pengelolaan sampah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Jadi selain pengurangan sampah perlu menjadi perhatian adalah
penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan
dan Pemrosesan Akhir Sampah di TPA. Pengelolaan sampah yang terpadu mulai dari sumber
hingga hilir akan meminimalkan dampak yang timbul dari sampah seperti timbulnya berbagai
penyakit, pencemaran lingkungan baik air, udara dan tanah

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode evaluasi kualitas lingkungan berdasarkan Indeks Resiko


Lingkungan atau Integrated Risk Based Approach (IRBA)?
2. Bagamaimana metode meminimalisir sampah yang akan diolah di TPA?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui metode evaluasi kualitas lingkungan berdasarkan indeks resiko


lingkungan atau Integrated Risk Based Approach (IRBA)?

5
2. Untuk mengetahui metode yang tepat untuk meminimalisir sampah yang akan diolah
di TPA?

6
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Evaluasi Kualitas Lingkungan Berdasarkan Indesk Resiko Lingkungan (IRBA)

Metode dalam menganalisa indesk resiko lingkungan adalah survei, pemetaan,


wawancara dan uji laboratorium. Uji laboratorium ini dilakukan untuk menganalisis data yang
sulit didapatkan langsung di lapangan. Parameter-parameter yang akan diujikan pada uji
laboratorium ini adalah permeabilitas tanah, jenis lapisan tanah dasar, kualitas udara ambien
CH4 , kelembaban sampah di TPA, dan kualitas air lindi. Hasil dari uji laboratorium akan
dianalisis dengan menggunakan tabel Penilaian Indeks Risiko TPA. Kemudian, tiap parameter
diberikan nilai indeks sensitivitas untuk digunakan dalam analisis metode pendekatan
kuantitatif.
Metode pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian dari proses mengumpulkan data,
penafsiran data, serta hasil data dituntut menggunakan angka (Arikunto, 2013). Data lapangan
diperoleh dari pengukuran saat di lapangan serta hasil uji laboratorium, selanjutnya dilakukan
penilaian indeks risiko lingkungan yang terdapat 27 parameter. Parameter-parameter tersebut
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, antara lain karakteristik sampah terdapat empat
parameter, kriteria lokasi TPA terdapat 20 parameter, dan karakteristik lindi terdapat tiga
parameter. Dari penilaian tersebut akan didapatkan nilai untuk menentukan tindakan yang perlu
dilakukan oleh TPA yaitu berupa rehabilitasi TPA atau penutupan TPA. Seluruh parameter
dalam penilaian indeks risiko lingkungan dicari nilai indeks sensitivitasnya, kemudian dihitung
nilai skor setiap parameter yang akan digunakan dalam mendapatkan nilai indeks risiko.
Metode pembobotan mengacu pada PerMen PU RI No. 03/Prt/M/2013 lampiran V.
Pembobotan ini berfungsi untuk menentukan tingkat bahaya dari TPA. Parameter, bobot, dan
nilai indeks sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 1:

7
Tabel 1. Perangkat Penilaian Indeks Risiko Lingkungan
Indesk Sensivitas
No Parameter Bobot
0,0 – 0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75- 1
Kriteria Tempat Pemrosesan Akhir
Jarak terhadap
1 sumber air terdekat 69 >5000 2500-5000 1000-2500 <1000
(m)
Kedalaman pengisian
2 64 3 3-10 10-20 >20
sampah (m)
3 Luas TPA (Ha) 61 <5 5-10 10-20 >20
Kedalaman airtanah
4 54 >20 10-20 3-11 <3
(m)
Permeabilitas tanah
5 54 < 0,1 10-20 1 – 10 >10
(1×10 -6 cm/ detik)

Dapat
Tidak
Air dapat diminum jika Tidak dapat
6 Kualitas airtanah 50 menjadi
diminum tidak dapat diminum
perhatian
alternatif
Jarak terhadap habitat
7 wetland/hutan 46 >25 10 – 25 5- 10 <5
konservasi (km)
Jarak terhadap
8 46 >20 10 – 20 5- 10 <5
bandara terdekat (km)
Jarak terhadap air
9 41 >8000 1500-8000 500-1500 <500
permukaan (m)
Jenis lapisan tanah
10 41 >50 30 - 50 15- 30 0 -15
dasar (% tanah liat)
Umur lokasi untuk
11 penggunaan masa 36 <5 5- 10 10 - 20 >20
mendatang (tahun)
75% sampah 50 % sampah
Jenis sampah (sampah 100% >50%
perkotaan perkotaan 50
12 perkotaan/sampah 36 sampah sampah
25% %
permukiman) perkotaan permukiman
permukiman permukiman

Jumlah sampah yang


13 30 < 104 104 - 105 105 - 106 >106
dibuang total (ton)
Jumlah sampah
14 dibuang per hari 24 <250 250 - 500 500 - 1000 <500
(ton/hari)
Jarak terhadap
permukiman terdekat
15 21 >1000 600 - 1000 300 - 600 <300
pada arah angin
dominan (m)
Periode ulang banjir
16 16 >100 30 - 100 10 - 30 >10
(tahun)

8
Indesk Sensivitas
No Parameter Bobot
0,0 – 0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75- 1
Kriteria Tempat Pemrosesan Akhir
Curah hujan tahunan
17 11 <25 25 - 125 125 - 250 >250
(cm/tahun)
Jarak terhadap kota
18 7 >20 >20 5 - 10 <5
(km)
Menerima
Menerima Menerima penutupan
Tidak
rehabilitasi penutupan dan
Penerimaan menjadi
19 7 penimbunan penimbunan rehabilitasi
masyarakat perhatian sampah sampah penimbunan
masyarkat
terbuka terbuka sampah
terbuka
Kualitas udara
20 3 <0,01 0,05 – 0,01 0,05 – 0,1 >0,1
ambien
Karakteristik sampah di TPA
Kandungan B3 dalam
1 71 < 10 10 - 20 20 - 30 >30
sampah (%)
Fraksi sampah
2 66 < 10 10 - 30 30 - 60 60 - 100
biodegradable (%)
Umur pengisian
3 58 >30 20 – 30 10 - 20 <10
sampah (tahun)
Kelembaban sampah
4 26 < 10 10 - 20 20 - 40 >40
di TPA (%)
Karakteristik Lindi
1 BOD lindi (mg/L) 36 < 30 30 - 60 60 - 100 >100
2 COD lindi (mg/L) 19 < 250 250 - 350 350 - 500 >500
3 TDS lindi (mg/L) 13 < 2100 2100 - 3000 3000 - 4000 >4000
(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013
Lampiran V)

Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan dengan Indeks
Risiko Lingkungan (Risk Index/RI). Penilaian Indeks Risiko Lingkungan (Risk Index/RI)
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

RI=∑WixSi....................................(1) i = 1

Keterangan :

Wi : Bobot parameter (0 - 1000)


9
Si : Indeks sensitivitas (0 - 1)

RI : Indeks Risiko (0 - 1000)

Kriteria evaluasi tingkat bahaya tersebut terdapat pada tabel 2:

Tabel 2. Kriteria Evaluasi Tingkat Bahaya berdasarkan Nilai Indeks Risiko

Nilai Indeks Evaluasi


No Tindakan yang disarankan
Risiko bahaya
TPA harus segera ditutup karena
1 601-1000 Sangat tinggi mencemari lingkungan atau masalah
sosial.
TPA diteruskan dan direhabilitasi
2 300-600 Sedang menjadi lahan urug terkendali secara
bertahap
TPA diteruskan dan direhabilitasi
menjadi lahan urug terkendali. Lokasi
3 <300 Rendah ini berpotensi untuk dikembangkan
menjadi lahan urug dalam waktu yang
lama.
Sumber : PerMen PU No. 03 Tahun 2013 Lampiran V

Metode wawancara digunakan untuk mengetahui penerimaan masyarakat sekitar terhadap


adanya kegiatan di TPA. Metode ini berguna untuk dapat mengetahui dampak seperti apa yang
telah ditimbulkan dengan adanya kegiatan di TPA Sampah. Wawancara ini ditujukan kepada
masyarakat yang berada di sekitar lokasi penelitian karena mereka akan terus hidup
berdampingan dengan adanya kegiatan lokasi TPA. Kriteria lokasi TPA harus memenuhi
persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup dengan analisis mengenai
dampak lingkungan, serta tata ruang yang ada (Lumongga, 2011).

2.2. Metode Meminimalisir Sampah TPA

Metode Yang Dilakukan Untuk Meminimalisir Sampah TPA Yaitu Dilakukan


Komposting Dan Mekanisme 3R. Perlu Dilakukan Implementasi Dan Sosialisasi Kepada
Masyarakat Terkain Dengan Metode Tersebut. Merujuk Pada Jurnal (Yustikarini,dkk, 2017).
Berikut Adalah Metode Meminimalisir Sampah TPA.

2.1.1 Beban TPA dengan Penerapan Komposting

Dengan semakin terbatasnya lahan TPA maka permasalahan semakin rumit karena sulit
mencari lahan baru sebagai kelanjutan saat masa pakai TPA habis. Pencaian lahan TPA sering
menimbulkan konflik sosial akibat resistensi masyarakat terhadap keberadaan TPA. Ditambah
10
dengan biaya pengelolaan sampah yang akan semakin meningkat seiring dengan semakin
meningkatnya timbulan sampah. Melihat kenyataan ini maka pengurangan sampah harus dapat
dilaksankan. Prosentase sampah organik basah di Kota Magetan sebesar 35% menjadi
perhatian untuk dilakukan pengomposan.
Sesuai Laporan Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional Untuk Pembangunan
Berkelanjutan bahwa pengelolaan sampah untuk pengomposan 30 – 40% dan daur ulang
sampah (anorganik) mencapai 15 – 25%. Dengan adanya implementasi Perda Nomor 1 Tahun
2016 tentang Pengolahan Sampah Organik Dengan Sistem Pengomposan diharapkan mampu
mengurangi laju timbulan sampah di TPA.
Pengomposan dapat dilakukan pada sumbernya oleh masyarakat, pada TPS maupun
TPA dimana sudah terdapat peralatan komposting. Diharapkan hingga Tahun 2019 sampah
organik basah bisa terolah mejadi kompos. Selanjutnya penanganan sampah organik kering,
anorganik plastik dan anorganik non plastik diprediksi bisa terjadi pengurangan 10% hingga
tahun 2025. Penerapan prinsip 3R dalam peluang pengelolaan sampah juga dapat memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat, salah satunya adalah melalui usaha pengomposan
(Subandrio,et.al, 2012). Pengomposan dapat dilakukan pada sumbernya oleh masyarakat, pada
TPS maupun TPA dimana sudah terdapat peralatan komposting. Diharapkan hingga Tahun
2019 sampah organik basah bisa terolah mejadi kompos. Selanjutnya penanganan sampah
organik kering, anorganik plastik dan anorganik non plastik diprediksi bisa terjadi pengurangan
10% hingga tahun 2025. Penerapan prinsip 3R dalam peluang pengelolaan sampah juga dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, salah satunya adalah melalui usaha
pengomposan (Subandrio,et.al, 2012).
Sejalan dengan implementasi Perda tersebut dengan prinsip membuang sekaligus
memanfaatkannya, sehingga dapat diartikan bahwa mengelola sampah sekaligus mendapatkan
manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah tersebut (Soma, 2010). Usaha pengomposan
sampah organik sangat potensial untuk dikembangkan karena komposisi sampah organik di
beberapa kota di Indonesia sangat besar (Damanhuri, 2006) Berdasarkan komposisi sampah
dan kajian penelitian sebelumnya dalam rangka mengurangi timbulan sampah di TPA
Milangasri,. Di dalam penelitian ini selanjutnya akan dikaitkan antara rencana target
Pemerintah Daerah terhadap pengomposan serta implementasi pelaksanaan mekanisme 3R
secara bertahap dalam rangka mengurangi timbulan sampah di TPA untuk mengurangi beban
TPA yang lahannya semakin berkurang. Berikut grafik volume sampah dengan komposting:

11
Gambar 1. Perbandingan Volume Sampah pada Landfill Tanpa Penanganan dan dengan
Komposting

Arah kebijakan, strategi pengelolaan sampah, target pengurangan sampah dan prioritas
jenis sampah secara bertahap diatur pula dalam Peraturan Pemerintah Nomo r 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sesuai Tabel 3 bahwa dengan komposting sebesar 35% terhadap sampah organik maka mampu
mengurangi beban TPA dengan penurunan volume landfill dari 11.116,38 m3 me njadi
7.225,65 m3 . Pada Tahun 2025 terdapat penurunaan kebutuhan lahan dari 16.129 m2 menjadi
10.484 m2 . Dengan demikian mekanisme pengomposan mampu meningkatkan efisiensi
pengolahan sampah dan mengurangi kebutuhan lahan di TPA. Pengurangan sampah menjadi
prioritas utama dalam pengelolaan sampah perkotaan. Konsep 3R merupakan pendekatan yang
telah lama diperkenalkan di Indonesia dalam upaya mengurangi laju timbulan sampah mulai
dari sumber penghasilnya sampai dengan pemrosesan akhir di TPA. Pengurangan sa mpah
menjadi prioritas utama dalam mengurangi sampah.

12
Tabel 3. Volume Landfill dengan Pengomposan Tahun 2017-2025

Sampah yang diangkut ke Volume


TPA Volume
Pengomposan Volume sampah
sampah
Tahun (Reduksi sampah terkompaksi
terkompaksi
Volume (m3 ) Berat (Kg) 35%) masuk TPA kumulatif
(m3 )
(m3 )
2017 27.207,93 7.781.468,84 2.723.514,09 5.057.954,75 7.225,65 7.225,65
2018 28.144,10 8.049.213,12 2.817.224,59 5.231.988,53 7.474,27 14.699,92
2019 30.387,23 8.690.747,79 3.041.761,73 5.648.986,06 8.069,98 22.769,90
2020 32.641,75 9.335.539,20 3.267.438,72 6.068.100,48 8.668,71 31.438,61
2021 34.907,69 9.983.599,89 3.494.259,96 6.489.339,93 9.270,49 40.709,10
2022 37.185,11 10.634.942,42 3.722.229,85 6.912.712,57 9.875,30 50.584,40
2023 39.474,05 11.289.579,43 3.951.352,80 7.338.226,63 10.483,18 61.067,58
2024 41.774,56 11.947.523,58 4.181.633,25 7.765.890,33 11.094,13 72.161,71
2025 44.086,67 12.608.787,56 4.413.075,65 8.195.711,91 11.708,16 83.869,87
Sumber : Yustikarini,dkk, 2017

2.1.2 Beban TPA Dengan Penanganan Komposting dan Mekanisme 3R

Untuk mengurangi beban TPA selain dilakukan pengurangan sampah organik melalui
komposting, juga dilakukan terhadap sampah anorganik baik plastik maupun non plastik.
Pengurangan sampah menjadi prioritas utama dalam mengurangi sampah. Konsep Reduce-
Reuse-Recycle (3R) merupakan pendekatan yang telah lama diperkenalkan di Indonesia dalam
upaya mengurangi sampah mulai dari sumber sampai akhir pemrosesan di TPA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anissa (2015) bahwa sampah di TPA
berpotensi untuk bahan baku RDF yakni sebesar 27,16% sampah yang mudah terbakar dan
24,65% sampah organik. Hal ini yang nantinya bisa mengubah sampah perkotaan menjadi
recovery energy.
Komposisi sampah anorganik di Kota Magetan yang terbagi ke dalam sampah plastik
9,1 % sebesar dan sampah non plastik sebesar 38,3 % memberikan peluang untuk di daur ulang.
Sampah plastik maupun non plastik yang meliputi logam, kaca, karet, kulit dan kain dapat juga
dimanfaatkan sebagai bahan bakar RDF (Refuse Derivated Fuel).Dengan skenario
pengurangan sampah secara bertahap dengan komposting dan mekanisme 3R maka akan
mengurangi volume pada landfill, optimalisasi lahan yang ada dan meningkatkan efisiensi
beban TPA.
Dari Gambar 2 diketahui bahwa volume sampah tanpa penanganan sebelum masuk
TPA mengalami peningkatan secara signifikan. Saat dilakukan proses pengomposan maka
berkurang volumenya tapi tetap terjadi kenaikan seiring dengan semakin bertambahnya jumlah

13
penduduk. Saat terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dan peran pemerintah dalam
memfasilitasi penanganan sampah maka volume sampah secara bertahap akan berkurang
hingga tahun 2025.
Pada Tabel 4 dan Gambar 3 menunjukkan perbandingan beban TPA dimana dapat
dilihat saat tanpa penanganan maka beban TPA pada Tahun 2025 semakin tinggi dengan
peningkatan volume landfill sebesar 129.030,57 m3 dengan kebutuhan lahan sebesar 16.129
m2 . Saat dilakukan Komposting volume landfill berkurang menjadi 83.869,87 m3 dengan
kebutuhan lahan menjadi 10.484 m2 . Dengan ditambah mekanisme 3R maka volume landfill
berkurang menjadi 43.811,94 m3 dan kebutuhan luas lahan adalah sebesar 5.476 m2 .

Gambar 2. Perbandingan Volume Sampah Masuk TPA

Gambar 3. Perbandingan Volume Sampah Pada Landfill TPA

14
Tabel 4 Volume Landfill dengan penambahan mekanisme 3R Tahun 2017-2025
Sampah yang diangkut ke
TPA Volume
Volume
Pengomposan Volume sampah
Mekanisme sampah
Tahun (Reduksi sampah terkompaksi
Volume 3R terkompaksi
Berat (Kg) 35%) masuk TPA kumulatif
(m3 ) (m3 )
(m3 )

2017 24.916 7.948.104,97 2.781.836,74 5.166.268,23 7.380,38 7.380,38


2018 27.062 8.632.662,00 3.021.431,70 5.611.230,30 8.016,04 15.396,43
2019 31.306 9.986.462,62 3.495.261,92 998.646,26 5.492.554,44 7.846,51 23.242,93
2020 33.479 10.679.709,54 3.737.898,34 2.135.941,91 4.805.869,29 6.865,53 30.108,46
2021 35.663 11.376.467,14 3.981.763,50 3.412.940,14 3.981.763,50 5.688,23 35.796,69
2022 37.858 12.076.748,92 4.226.862,12 4.830.699,57 3.019.187,23 4.313,12 40.109,82
2023 40.064 12.780.568,43 4.473.198,95 6.390.284,21 1.917.085,27 2.738,69 42.848,51
2024 42.282 13.487.939,26 4.720.778,74 8.092.763,56 674.396,96 963,42 43.811,94
2025 42.391 13.522.738,14 4.732.958,35 8.789.779,79 0,00 0 43.811,94
Sumber : Yustikarini,dkk, 2017

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

1. Hasil evaluasi kualitas lingkungan TPA berdasarkan penilaian Indeks Risiko Lingkungan
dapat dilihat berdasarkan nilai bobot yang telah di nilai. Kemudian dari hasil tersebut
TPA mendapat saran yaitu apakah TPA harus segera ditutup karena mencemari
lingkungan atau masalah sosial, TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan urug
terkendali secara bertahap, TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan urug
terkendali. Lokasi ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan urug dalam waktu
yang lama. Kegiatan sosialisasi dan pertemuan konsultasi publik dapat mempengaruhi
persepsi dan dukungan masyarakat terhadap rencana pembangunan.
2. Penerapan komposting dan mekanisme 3R perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi sampah dari
sumbernya disertai komitmen Pemerintah Daerah untuk melakukan pembinaan k epada
masyarakat dan mengambil kebijakan strategis dalam menerapkan teknologi
persampahan yang semakin berkembang. Optimalisasi TPA dan penurunan beban TPA
dapat dicapai saat implementasi komposting dan mekanisme 3R dapat diterapkan secara
komprehensif terhadap sampah organik maupun sampah anorganik Kota Magetan.
Dengan penerapan metode ini maka terjadi penurunan volume landfill dan efisiensi lahan
TPA hingga Tahun 2025.

3.2. Saran

1. Perlu dilakukan suatu metode dalam pengurangan sampah, dikarenakan semakin tahun
peningkatan penduduk semakin meningkat sehingga sampah juga semakin meningkat,
sehingga masyarakat sebagai sumber timbulnya sampah menjadi garda terdepan dalam
proses meminimalisir sampah, metode yang dapat dilakukan dalam meminimalisir
sampah yaitu dengan melakukan komposting dan mekanisme 3R.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darmastuti E, P., Widiarti, W, I., Asrifah, D. 2021. Evaluasi Kualitas Lingkungan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Milangasri di Desa Purwosari, Kecamatan Magetan,
Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jurusan Teknik lingkungan, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/2013 tentang


Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Setiawan, A, B., Widiarti, I, W., Kristanto, D. 2021. Evaluasi Tempat Pemrosesan Akhir
Ngronggo Berdasarkan Penilaian Indeks Risiko Lingkungan di Kelurahan Kumpulrejo
dan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.

Yustikarini, R., Setyono, P., Wiryanto. 2017. Evaluasi dan Kajian Penanganan Sampah dalam
Mengurangi Beban Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di TPA Milangasri Kabupaten
Magetan. Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret. Vol14, No 1.

17

Anda mungkin juga menyukai