Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN HUKUM TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS SANITARY

LAND FILL OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN

MAKALAH
HUKUM LINGKUNGAN

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Perkuliahan


Hukum Lingkungan Pada Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

PASCA SARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sampah dan Klasifikasi Sampah ............................ 6

B. Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah di Kota

Medan ....................................................................................... 12

C. Kebijakan Pemko Medan dalam Pengelolaan Sampah dalam

Perda Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031............... 14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 20

B. Saran ......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya aktifitas pembangunan di kota yang sedang berkembang
mengakibatkan pertumbuhan penduduk menjadi tidak merata. Tinggi angka
pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan
prasarana, sarana, serta standar dalam pelayanan di bidang lingkungan yang
sebanding berpotensi menurunkan kualitas lingkungan. Dengan kata lain
bertambahnya jumlah penduduk akan berbanding lurus terhadap produksi
timbulan sampah yang ada, sehingga timbulah pemikiran untuk memproses
sampah-sampah tersebut agar tidak mengganggu kelestarian mahluk hidup.
Sampah adalah barang terbuang dan tidak terpakai lagi serta hanya
memakan tempat untuk di tampung dan menyebabkan kesehatan manusia
lamakelamaan akan menurun, dan akibat dari dampak sampah yang tidak
memiliki nilai dan hanya akan menambah permasalahan saat pengelolaannya yang
tidak tepat. Di dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) adalah sebagian dari
benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan
hidup. Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut,
disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste).1
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang
punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan
Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.2

1
W. Arya, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta, C.V andi Offset, 2014, hal. 2
2
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan: Cetakan Kedelapan, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press, 2009, hal. 16

1
2

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat


menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang
semakin beragam. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi
kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan, minuman dan barang
lainnya dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan
buangan yang disebut dengan sampah.3
Pengelolahan persampahan di perkotaan adalah suatu sistem yang saling
berkaitan membentuk tujuan tertentu yaitu sistem Pengolahan sampah suatu kota
bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga
yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat serta
terciptanya juga Pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan.4
Standarisasi dalam menangani pemrosesan sampah harus dikembangkan
lagi agar proses pengembalian sampah ke media lingkungan dapat dilakukan
secara aman dan tidak memberikan dampak negatif bagi manusia dan lingkungan .
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolahan sampah
menyebutkan bahwa pemerintah kabupaten / kota memiliki kewajiban untuk
mengelola sampah secara baik serta berwawasan lingkungan dan memperbaiki
pengelolaan sampah dari sistem open dumping menjadi sistem sanitary landfill.
Pada saat ini banyak kota-kota besar yang kewalahan dalam pengelolaan
dan penanganan sampah, hal ini bisa disebabkan semakin bertambahnya volume
sampah yang harus dikelola daerah, sedangkan kondisi tempat atau lokasi
pembuangan akhir sampah sudah over capacity, serta sarana dan prasarana yang
dibutuhkan masih kurang memadai, dan banyak kendala-kendala lain baik dari
masyarakat maupun para pelayan publik yang mengelola kebersihan lingkungan
tidak implementasikan untuk dampak yang nyata dikarenakan belum tersedianya
sarana dan prasarana untuk TPA.
Saat ini metode yang di gunakan untuk pengelolaan sampah di TPA hanya
mengerucut pada mengumpulkan sampah lalu di angkut ke TPA lalu setelah itu di
biarkan begitu saja. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan
3
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta, EGC, hal. 24
4
K. E. S. Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta, Kencana Prenada Media,
2016, hal. 43
3

bahwa seluruh Kota atau Kabupaten yang memiliki tempat pembuangan akhir
sistem open dumping harus segera dilakukan penutupan sebelum 5 tahun sejak
peraturan ini. Tempat pembuangan akhir sampah kota dengan sistem ini banyak
menimbulkan masalah lingkungan dan sosial akibat adanya lindi yang keluar.
TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan memiliki lokasi cadangan
yang belum di pergunakan seluas 4 hektar. Hal ini memungkinkan untuk
melaksanakan UU No. 18 Tahun 2008 untuk mengganti TPA dengan sistem
sanitary landfill.5
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan (pemusnahan) sampah dengan
cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya , dan
kemudian menimbunnya dengan tanah. Lokasi yang dipergunakan biasanya jauh
dari pemukiman untuk menghindarkan berbagai masalah sosial karena bau
menyengat yang dihasilkan dari pembusukan sampah. Hal ini juga dilakukan agar
bibit penyakit yang ada dalam sampah tidak sampai ke wilayah pemukiman.6
Medan merupakan kota terbesar di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Kota
Medan tergolong salah satu kota besar di Indonesia dengan luas wilayah
lebihkurang 26.510 Km2 yang dibagi atas 21 Kecamatan serta mencakup 151
Kelurahan, dengan jumlah penduduknya mencapai sekitar 2.135.516 Jiwa tahun
2013, serta menghasilkan jumlah timbulan sampah sekitar 2.100 ton perharinya
(Dinas kebersihan kota medan 2016). 7
Kota Medan sebelumnya ada 2 (dua) lokasi yang dijadikan TPA yaitu TPA
Terjun di Medan Utara dan TPA Air Terjun di Medan Selatan. Namun saat ini
lokasi TPA yang masih berfungsi hanya di TPA Terjun yang lokasinya berada di
Kecamatan Medan Marelan. Terbatasnya luas lahan tempat pembuangan akhir
mempengaruhi teknis opersional pengelolaan sampah terutama pelayanan dan
juga timbunan. Sampah di TPA Terjun ini berasal dari sampah rumah tangga,
sekolah atau lembaga pendidikan, perkantoran, industri, maupun pusat
perdagangan. Dampak dari peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut

5
Ibid.
6
http://www.lingkungan.lovelybogor.com/mengenal-sanitary-landfill-sistem-pengelolaan-
sampah-yang-banyak-digunakan-di-indonesia/
7
Data Dinas Kebersihan Kota Medan 2016
4

mengakibatkan bertambahnya timbunan sampah. Sedangkan Air Terjun masih


dalam pengurusan.
Selama ini Kota Medan sering kali mengalami permasalahan dalam hal
lingkungan. Permasalahan yang sangat rutin adalah masalah banjir yang
merupakan dampak dari kegagalan dalam pengelolaan sampah. Sampah di Kota
Medan selama ini dianggap sudah mengalami kelebihan kapasitas sehingga
banyak menyebabkan genangan di berbagai tempat. Tersumbatnya aliran sungai
dan parit.
Kompleksitas perosedur pengolahan sampah serta tingginya pengaruh
terhadap aspek kehidupan lain apabila pengolahan sampah tidak memadai yang
terdapat di Kota Medan perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota
Medan dalam melakukan perencanaan pembangunan wilayah terutama dalam
perencanaan pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Hal
yang sangat perlu diperhatikan adalah penggunaan ruang wilayah yang ada serta
perencanaan yang matang terhadap kegiatan di ruang wilayah tersebut, terutama
dalam pemilihan lokasi TPA sampah yang baru dengan memperhatikan efek dari
pengaruh suatu batas wilayah. Perlu dilakukan sebuah studi khusus dalam hal
pemilihan lokasi untu pembukaan lahan TPA sampah yang baru dengan baik
sesuai standar sarana prasarana yang ada. Adanya TPA sampah ini pada akhirnya
diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan pengolahan sampah di wilayah kota
Medan.
Berdasarkan uraian- uraian dan melihat begitu kompleknya permasalahan
pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill oleh Pemerintah Kota Medan
tersebut, maka dianggap perlu untuk meneliti pengelolaan sampah dengan sistem
sanitary landfill. Adapun penelitian ini dituangkan dalam tulisan makalaj dengan
judul “Kajian Hukum Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Sanitary Land Fill
Oleh Pemerintah Kota Medan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian sampah dan bagaimanakah klasifikasi sampah?
5

2. Bagaimanakah dampak pencemaran lingkungan akibat sampah di Kota


Medan?
3. Bagaimanakah kebijakan Pemko Medan dalam pengelolaan sampah
dalam Perda Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penulisan dan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sampah dan klasifikasi sampah.
2. Untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan akibat sampah di
Kota Medan.
3. Untuk mengetahui kebijakan Pemko Medan dalam pengelolaan
sampah dalam Perda Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031.
Manfaat dari penelitian ini baik dari segi praktis maupun teoritis yaitu:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum administrasi negara
yang berkaitan dengan pengelolaan sampah sanitary landfill.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pelaksanaan pelaksanaan pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan bagi
masyarakat dalam hal pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill. Selain
itu, juga dapat menjadi rujukan kepada pemerintah dalam hal penyusunan
peraturan tentang pengelolaan sampah.
6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampah dan Klasifikasi Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam
kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan
tidak terjadi dengan sendirinya.8
Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat dikatakan bahwa tidak semua
sampah mampu diolah/ didaur ulang kembali untuk mendapatkan keuntungan
seperti yang diharapkan sebelumnya. Seperti halnya sisa dari benda-benda yang
keluar dari bumi akibat gunung meletus, hal ini tidak dapat digunakan sebagai
sampah yang mampu dikelola sebagai kerajinan tangan atau yang memiliki nilai
ekonomi. Akan tetapi mampu digunakan sebagai kompos atau tanah subur, karena
memiliki unsur hara didalamnya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil
suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga
bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah,
misalnya: benda-benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung
meletus, banjir, pohon yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya bukanlah
merupakan sampah sebagaimana mestinya.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat (UU No 18 Pengelolaan sampah Tahun 2008). Sampah
adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
termasuk yang dilakukan industri tetapi yang bukan biologis karena human wastes
tidak termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena air bekas tidak
termasuk di dalamnya.

8
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni, Jakarta, PT. Rineka
Cipta, 2011, hal. 190
7

Berdasarkan definisi-definisi tersebut sampah dapat dibedakan atas dasar


sifat-sifat biologis dan kimianya sehingga mempermudah pengelolaannya sebagai
berikut:
1. sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan
yang cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa
gas metan dan H2S yang bersifat racun bagi tubuh.
2. sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah
plastik, logam, gelas, karet dan lain-lain.
3. sampah yang berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau
sampah.
4. sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah
sampah yang karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau karena
sifat kimia, fisika dan mikrobologinya dapat meningkatkan mortalitas
dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang
irreversibell ataupun sakit berat yang pulih (tidak berbalik) atau
reversibell (berbalik) atau berpotensi menimbulkan bahaya sekarang
maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan
apabila tidak diolah, disimpan atau dibuang dengan baik.
Perkembangan kota yang cepat membawa dampak tersendiri bagi
lingkungan. Perilaku dan kebiasaan masyarakat terhadap lingkungan akan
menentukan wajah kota, sebaliknya lingkungan juga akan mempengaruhi perilaku
masyarakat. 9 Lingkungan yang bersih akan meningkatkan kualitas hidup warga
masyarakat yang baik dan bahagia.
Perkembangan kota juga akan diikuti dengan bertambahnya jumlah
penduduk, yang juga akan diikuti oleh munculnya masalah-masalah sosial dan
lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalah masalah
persampahan yang akan menyebabkan penurunan kualitas kesehatan, ketenangan,
kenyaman warga masyarakat.

9
Alkadri Dkk, Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Jakarta, Pusat Pengkajian Kebijakan
Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT, 1999, hal. 163
8

Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan
ditimbulkannya. Ketidakpedulian terhadap pengelolaan sampah berakibat
terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak mampu memberikan
kenyamanan untuk hidup. Keadaan tersebut bisa lebih terpicu oleh pola perilaku
warga atau penduduk yang tidak ramah terhadap lingkungan, seperti membuang
sampah di badan jalan, di lahan kosong serta di saluran air (drainase/parit busuk).
Masalah sosial muncul seiring dengan terjadinya perbedaan antara nilai, moral
dan peranata-peranata masyarakat dengan realita, kenyataan atau kondisi yang
terjadi di masyarakat itu sendiri.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsional
struktural ialah yang menganggap masyarakat sebagai organisasi biologis yaitu
terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisasi tersebut tetap dapat bertahan
hidup. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri
atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan sehingga perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa
perubahan terhadap bagian yang lain.10
Teori struktural fungsional pada awalnya berangkat dari pemikiran Emile
Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Aguste Comte dan
Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organisasi
kemudian dikembangkan oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan
mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisasi, hingga akhirnya
berkembang menjadi apa yang disebut dengan Requsisite functionalism. Dukheim
mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di dalamnya
terdapat bagian-bagian yang dibedakan. Bagian tersebut saling ketergantungan
satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan
merusak keseimbangan sistem.11
Kemudian teori struktural fungsional dikembangkan dan dipopulerkan
oleh Talcott Parsons (1902-1978). Talcott Parsons adalah seorang sosiolog

10
Ritzer George dan Barry Semart, Teori Sosial, Bandung, PT. Nusa Media, 2012, hal. 25
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsionalisme_struktural
9

kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam


melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya.
Asumsi dasar dari teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa
masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-
nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi
perbedaanperbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem
12
yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan
demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama
lain berhubungan dan saling ketergantungan.
Dalam prakteknya, bahwa masyarakat terdiri dari beberapa komponen,
elemen atau lapisan yang saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pemisahan antara komponen-komponen tersebut.
sementara kaitan teori Fungsionalisme Struktural terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga adalah warga masyarakat Medan Perjuangan merupakan suatu
kesatuan yang didalamnya memiliki elemen-elemen, anggota, nilai-nilai, dan
golongan yang terintegrasi dan saling menyatu dalam suatu keseimbangan dalam
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Ketidakteraturan menjalankan fungsi dalam masyarakat sebagai suatu
sistem yang saling berkaitan satu sama lain tentu menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat seperti halnya membuang
sampah sembarangan. Membuang sampah sembarangan merupakan perbuatan
yang dapat menimbulkan masalah di dalam lingkungan warga yang dilakukan
oleh oknum warga masyarakat itu sendiri, sebab dapat mengganggu orang lain
dan merusak lingkungan yang tidak lain adalah tempat berinteraksinya warga
masyarakat.
Sedangkan faktor penyebab terjadinya permasalahan atau penyebab
terjadinya ketidakseimbangan dalam masyarakat ialah sebagai berikut:13

12
Grathoff, Richard, Kesesuaian antara Alfred Schutzdan Talcott Parsons:Teori Aksi
Sosial, Jakarta, PT. Kencana, 2000, hal. 67-87
13
http://irwanugraha1.blogspot.com/2012/10/permasalahan-sosial-dalam-ruanglingkup.
html
10

1. Faktor ekonomi, faktor ini adalah faktor terbesar terjadinya


problematika atau permasalahan di masyarakat, seperti dalam contoh
pembuangan sampah ketempat yang tidak legal. Hal ini bisa jadi di
sebabkan karena kondisi keuangannya kurang mencukupi untuk
membayar retribusi sampah.
2. Faktor budaya, faktor ini adalah sangat mempengaruhi terjadinya
masalah di masyarakat. Seperti dalam contoh membuang sampah
ketempat yang telah disediakan namun karena merasa kejauhan
tempatnya sampah tersebut dibuang ke parit/sungai yang kebetulan
dekat dengan rumahnya.
3. Faktor lingkungan, faktor ini juga bisa memberi dampak terhadap
munculnya persoalan di masyarakat. Seperti halnya permukiman
penduduk yang kumuh, kotor dan tidak teratur.
4. Faktor pengetahuan, selain faktor sebelumnya, faktor pengetahuan dan
pemahaman juga mempengaruhi munculnya masalah ditengah-tengah
masyarakat itu sendiri.
Problematika sosial ialah perilaku yang dapat dipandang sebagai tingkah
laku yang menentang satu atau beberapa norma yang telah disepakati bersama
14
oleh pelaku sosial. Selaras dengan itu, masalah pengelolaan sampah rumah
tangga di kecamatan Medan Perjuangan terjadi karena komponen, elemen atau
sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu mengantisipasi perubahan-
perubahan yang terjadi, termasuk penyesuaian antar jumlah volume sampah yang
dihasilkan warga dengan kualitas pelayanan dan sarana prasarana pengelolaan
sampah waga di lingkungan masyarakat itu sendiri dan juga unsur dalam sistem
pengelolaan sampah yang dilakukan itu sendiri. Oleh karenanya, pendekatan
fungsionalisme struktural dalam penelitian ini mempunyai asumsi bahwa sistem
dan struktur sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah
dapat ditelusuri dari ”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.

14
Ibid.
11

Mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka


melacak akar masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya.
Sampah yang ada di sekitar masyarakat cukup beraneka rangan, mulai
dari sampah pelastik, sampah jajanan, sampah rumah tangga, industry, pasar,
rumah sakit, perkantoran, perkebunan atau pertanian, peternakan dan sebagainya.
a) Sampah Berdasarkan Sumbernya
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari permukiman
masyarakat seperti pada umumnya sampah ini berasal dari limbah
dapur.
2. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari lingkungan
perdangangan seperti restoran, pertokoan maupun pasar.
3. Sampah industri, yaitu sampah yang beraal dari proses buangan
industri. Pada umunya sampah ini terngantung jenis industrinya.
4. Sampah / limbah yang berasal dari Alam. 15
b) Sampah Berdasarkan Sifatnya
1. Sampah organik, yaitu sampah yang dapat didaur ulang atau sampah
yang dapat (mudah) busuk. Seperti sampah sayuran, masakanan dan
lain sebagainya.
2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak terurai atau sampah tidak
mudah membusuk.
c) Sampah Berdasarkan Bentuknya
1. Sampah padat, yaitu sampah yang dapat terurai, dilihat dan disentuh
(dipengang) seperti sampah kayu, besi, longam, kaca dan lain
sebagainya.
2. Sampah cair, yaitu sampah yang bahan utamanya air seperti sampah
dari dapur. 16

15
Makarao, Mohammad Taufik, Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Jakrta, PT. Indeks
Kelompok Gramedia, 2006, hal. 160
16
S. Alex, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, Yogyakarta,
Pustaka Baru Press, 2012, hal. 9-10.
12

B. Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah di Kota Medan


Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi efek
yang langsung dan efek tidak langsung.Yang dimaksud efek langsung adalah efek
yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya
sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsiogenik dan lainnya. Sampah
rumah tangga yang cepat membusuk dapat mengandung kuman patogen yang
dapat menimbulkan penyakit. Sedangkan efek yang tidak langsung adalah
pengaruh tidak langsung dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan
pembakaran, dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya dapat berupa
penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah.
Selama ini, masyarakat kota Medan telah banyak mengalami permasalahan
lingkungan yang merupakan dampak penumpukan sampah di Kota Medan.
Pencemaran lingkungan seperti banjir dan meluapnya sungai-sungai di Medan
diakibatkan pengelolaan sampah yang kurang baik yang tentunya mempengaruhi
tingkat kesehatan masyarakat itu sendiri. Adapun dampak yang diakibatkan
sampah di kota Medan adalah sebagai berikut: 17
1. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan Manusia
Manusia yang hidup dilingkungan, tidak akan terhindar oleh adanya
sampah yang hadir dilingkungan.Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud
dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung
dengan sampah tersebut. Efek tidak langsung yaitu dapat dirasakan masyarakat
akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, tikus dan anjing yang
dapat menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur

17
http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah
13

air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga


meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Pola perjalanan sampah yang mengandung bahan kimia dalam
mempengaruhi kesehatan manusia. Sampah yang mengandung bahan kimia
mempunyai pola perjalanan tertentu, secara garis besar sampah yang mengandung
bahan kimia tersebut akan memepengaruhi kesehatan manusia, dengan jalan
masuk melalui:
a) Air Minum
b) Kontak melalui media
c) Makanan
d) Udara
e) Kontak langsung
Pola perjalanan sampah yang mengandung bahan infeksius dan
mempunyai peran dalam mengembangkan vector penyakit akan dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Pada prinsipnya bahwa sampah yang
mengandung bahan infeksius atau sebagai tempat berkembang biaknya vector
penyakit melali jalan masuk:18
a) Tanah
b) Binatang anthropoda sebagai vector
c) Kontak langsung

18
Ibid.
14

d) Air untuk kebutuhan tertentu


e) Binatang air sebagai tuan rumah sementara
Akhirnya secara garis besar sampah mempunyai lima pengaruh terhadap
kehidupan manusia yaitu:
a) Media penular penyakit
b) Menganggu estetika
c) Polusi udara
d) Berakibat banjir
e) Kebakaran
C. Kebijakan Pemko Medan dalam Pengelolaan Sampah dalam Perda Kota
Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Medan Tahun 2011-2031
Sampah yang ada di sekitar masyarakat cukup beraneka rangan, mulai
dari sampah pelastik, sampah jajanan, sampah rumah tangga, industry, pasar,
rumah sakit, perkantoran, perkebunan atau pertanian, peternakan dan sebagainya.
a) Sampah Berdasarkan Sumbernya
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari permukiman
masyarakat seperti pada umumnya sampah ini berasal dari limbah dapur.
2. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari lingkungan
perdangangan seperti restoran, pertokoan maupun pasar.
3. Sampah industri, yaitu sampah yang beraal dari proses buangan industri.
Pada umunya sampah ini terngantung jenis industrinya.
4. Sampah / limbah yang berasal dari Alam.
b) Sampah Berdasarkan Sifatnya
1. Sampah organik, yaitu sampah yang dapat didaur ulang atau sampah yang
dapat (mudah) busuk. Seperti sampah sayuran, masakanan dan lain
sebagainya.
2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak terurai atau sampah tidak mudah
membusuk. Sampah organik dibagi kepada dua bentuk, yaitu Sampah yang
bahan dasarnya dari plastik. Seperti kantong-kantong bungkusan jajanan,
15

tempai air mineral dan sebagainya dan sampah yang bahan dasarnya selain
dari plastik. Seperti kayu, kertas, kain, karet dan lainnya.

Pengelolaan sampah di Kota Medan tentu dibutuhkan sebuah pengawasan


khusus. Pengawasan dalam hukum administrasi negara sangat erat kaitanya
dengan peranan aparatur Pemerintahan sebagai penyelenggara tugas-tugas umum
Pemerintahan dan pengembangan.19 Pengawasan sendiri sangat diperlukan dalam
suatu pengelolaan organisasi. Pengawasan tersebut sangat diperlukan dalam
manajemen organisasi apapun bentuknya.

Menurut Siagian sebagaimana dikutip Anggie Sigit Pramukti dan Meylani


Chahyaningsih pengawasan merupakan proses pengamatan daripada pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang
sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.20

Dessler mengatakan bahwa pengawasan (Controlling) merupakan


penyusunan standar seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi;
pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan; mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.21

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan merupakan salah


satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses
mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan
penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan
tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi
para pekerjanya.

Sarana penegakan hukum adminstrasi berisi antara lain (1) pengawasan


bahwa organ Pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan

19
Anggie Sigit Pramukti dan Meylani Chahyaningsih, Pengawasan Hukum Terhadap
Aparatur Sipil Negara, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2016, hlm. 2
20
Ibid., hlm 13
21
Gary Dessler dan Agus Dharma, Manajemen Personalia, Edisi tiga Jakarta, Erlangga,
2009, hlm 2.
16

undang-undang yang ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap


keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu; dan (2) penerapan
kewenangan sanksi Pemerintahan ” 22 Paulus E. Lotulung sebagaimana dikutip
Ridwan HR, mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam hukum
administrasi negara, yaitu bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ
yang melaksanakan kontrol itu terhadap badan/organ yang dikontrol, dapat
dibedakan menjadi dua yaitu jenis kontrol intern dan kontrol ekstern. Kontrol
intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara
organisatoris/struktural masih termasuk dalam Pemerintahan sendiri. Sedangkan,
kontrol ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ atau lembaga-
lembaga yang secara organisatoris/struktural berada diluar Pemerintahan .23

Dalam menjalankan fungsi pengawasan tentunya dilakukan oleh


pemerintah daerah dengan perangkatnya. Pemerintahan Daerah merupakan salah
satu alat dalam sistem penyelenggaraan Pemerintahan . Pemerintahan daerah ini
merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah
negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya
terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah
Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah
kota mempunyai Pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. 24

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, Pemerintahan daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh
Pemerintahan daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
22
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm 311
23
Ibid.
24
D.Rianto Nugroho, Otonomi Daerah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) hal. 65
17

Pemerintahan Daerah adalah satuan-satuan organisasi Pemerintahan yang


berwenang untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari
sekelompok yang mendiami suatu wilayah yang dipimpin oleh kepala
Pemerintahan daerah.25

Setiap Pemerintahan daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih


secara demokratis. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai
Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kepala daerah
dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil
Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil
wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan
kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan daerah kepada Pemerintahan
, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Urusan-urusan yang tidak diserahkan kepada daerah dalam rangka


pelaksanaan asas desentralisasi merupakan kewenangan dan bertanggung jawab
daerah sepenuhnya. Dalam hal ini sepenuhnya diserahkan ke daerah, baik yang
menyangkut penentuan kebijaksanaan, pelaksanaan, maupun segi-segi
pembiayaan, demikian juga perangkat daerah itu sendiri, yaitu terutama dinas-
dinas daerah.26

Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil


Pemerintahan pusat di wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian
untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan
fungsi Pemerintahan termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan Pemerintahan pada strata Pemerintahan kabupaten dan

25
The Liang Gie, Pertumbuhan Daerah Pemerintahan Daerah di Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( Jakarta: Gunung Agung, 2006) hal. 44
26
Daan Suganda, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Pemerintahan di Daerah,
(Bandung : Sinar Baru, 1992) hal. 87
18

kota. Dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintahan pusat sebagaimana


dimaksud, Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden.

Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas


pembantuan, Pemerintahan daerah menjalankan urusan Pemerintahan konkuren,
berbeda dengan Pemerintahan pusat yang melaksanakan urusan Pemerintahan
absolut. 27

Apabila terjadi pelanggaran terhadap pengelolaan sampah, tentu akan


menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan
oleh hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum. Akibat
hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk memperoleh
suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang dimaksud adalah
akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang dilakukan merupakan
tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.28

Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum,
yang dapat berwujud:29

1. Lahir, berubah atau lenyapnya suatu keadaan hukum. Contohnya,


akibat hukum dapat berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap
hukum ketika seseorang berusia 21 tahun.

2. Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu
berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Contohnya, X
mengadakan perjanjian sewa-menyewa rumah dengan Y, maka lahirlah
hubungan hukum antara X dan Y apabila sewa menyewa rumah
berakhir, yaitu ditandai dengan dipenuhinya semua perjanjian sewa-
menyewa tersebut, maka hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.

27
Rianto Nugroho D, Otonomi Daerah (Desentalisasi Tanpa Revolusi), (Jakarta, Elek
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2000) hal. 90
28
R. Soeroso, Praktek Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2006 hal. 295
29
Ibid.
19

3. Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.


Contohnya, seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat
hukum dari perbuatan si pencuri tersebut yaitu, mengambil barang
orang lain tanpa hak dan secara melawan hukum.

Akibat hukum merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena


suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan
yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.
Akibat hukum sebagai implikasi atas dilakukannya suatu perbuatan hukum,
dipengaruhi oleh norma- norma dan aturan- aturan yang ada di dalam lingkungan
subjek hukum tersebut.
20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut:
1. Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak
digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli
kesehatan Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
2. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi
efek yang langsung dan efek tidak langsung.Yang dimaksud efek
langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan
sampah tersebut. Misalnya sampah yang korosif terhadap tubuh yang
karsiogenik dan lainnya. Sampah rumah tangga yang cepat membusuk
dapat mengandung kuman patogen yang dapat menimbulkan penyakit.
Sedangkan efek yang tidak langsung adalah pengaruh tidak langsung
dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan pembakaran, dan
pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya dapat berupa
penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah.
3. Kebijakan pengelolaan sampah di Kota Medan dapat dilihat melalui
dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011.
Hal ini dilakukan guna melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
sampah di Kota Medan. Dalam menjalankan fungsi pengawasan
tentunya dilakukan oleh pemerintah daerah dengan perangkatnya.
Pemerintahan Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem
penyelenggaraan Pemerintahan . Pemerintahan daerah ini merujuk
pada otoritas administratif di suatu daerah yang lebih kecil dari sebuah
negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang
wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu
21

dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai Pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, diberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah lebih memperhatikan peralatan yang dingunakan,
tempat pengumpulan atau wadah sampah secara merata serta petugas-
petugas ditambah sehingga pelayanan yang diberikan mampu memberi
dampak kepada kebersihan dan kesehatan lingkungan.
2. Melakukan sosialisasi penangan sampah rumah tangga yang baik dan
benar dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat serta mengikut
sertakan masyarakat dalam berbagai kengiatan yang bada
hubungnannya dengan pelestarian lingkungan. Seperti penyuluhan
pengelolaan sampah, pemberdayaan ibu-ibu dalam mengelola sampah
rumah tangga, dan sosialisasi hidup sehat dan bersih didalam keluarga.
3. Menjadikan sampah sebagai satu peluang usaha bernilai ekonomis
yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan disamping dapat
mengatasi tingginya volume sampah yang dihasilkan warga.
22

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Alex, S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik,
Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Alkadri. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Jakarta, Pusat Pengkajian
Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT
Arya, W. 2014. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta, C.V andi Offset
Chandra, Budiman. 2016. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta, EGC
D, Rianto Nugroho. 2000. Otonomi Daerah (Desentalisasi Tanpa Revolusi),
Jakarta: Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia
Dessler, Gary dan Agus Dharma. 2009. Manajemen Personalia, Edisi tiga Jakarta,
Erlangga
George, Ritzer dan Barry Semart. 2012. Teori Sosial, Bandung, PT. Nusa Media
Gie, The Liang. 2006. Pertumbuhan Daerah Pemerintahan Daerah di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta: Gunung Agung
HR, Ridwan. 2011. Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers
Manik, K. E. S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta, Kencana Prenada
Media
Mohammad Taufik, Makarao. 2006. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan, Jakrta, PT.
Indeks Kelompok Gramedia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni, Jakarta,
PT. Rineka Cipta
Nugroho, D.Rianto. 2000. Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pramukti, Anggie Sigit dan Meylani Chahyaningsih. 2016 Pengawasan Hukum
Terhadap Aparatur Sipil Negara, Yogyakarta, Pustaka Yustisia
Richard, Grathoff. 2000. Kesesuaian antara Alfred Schutzdan Talcott
Parsons:Teori Aksi Sosial, Jakarta, PT. Kencana
Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan: Cetakan Kedelapan,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press
Soeroso, R. 2006. Praktek Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika
23

Suganda, Daan. 1992. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Pemerintahan di


Daerah, Bandung : Sinar Baru
B. Internet
http://irwanugraha1.blogspot.com/2012/10/permasalahan-sosial-dalam-
ruanglingkup
http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah
http://www.lingkungan.lovelybogor.com/mengenal-sanitary-landfill-sistem-
pengelolaan-sampah-yang-banyak-digunakan-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsionalisme_struktural

Anda mungkin juga menyukai