Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH DAN

PENGENDALIAN VEKTOR
Masalah Yang Diakibatkan Oleh Pengelolaan Sampah Yang
Tidak Baik

OLEH:
KELOMPOK V

PUJI LIDYA HASANAH


RILYA DESPRIYENTI
ROSY WAHYUNI
SHINTYA ANGRAINI
YOSSY DIRGA AULIA
YS. OKTRIASARI
YUNIARTI
VIVIT SRI RAHYUNI
ZURAEMI

DOSEN PEMBIMBING : DR. ARIA GUSTI, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan kesempatan, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pengelolaan Sampah Dan Pengendalian Vektor mengenai Masalah Yang Diakibatkan Oleh
Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing dan
membantu kami dalam memahami semua hal yang terkait dengan Pengelolaan Sampah Dan
Pengendalian Vektor.
Kelompok sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kelompok mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca yang sifatnya
membangun. Akhir kata kelompok mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Padang, Sepember 2016

Kelompok V
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
A Latar belakang.......................................................................... 1
B Tujuan....................................................................................... 2

BAB II. ISI


A Pengertian Sampah................................................................... 3
B Pentingnya Pengelolaan Sampah Yang Baik............................ 4
C Penyebab Sampah Sulit Dikelola Bengan Baik........................ 6
D Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap
Lingkungan .............................................................................. 8
E Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap
Kesehatan.................................................................................. 11
F Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap
Keadaan Sosial Ekonomi.......................................................... 12
G Bahaya Sampah Plastik bagi Kesehatan & Lingkungan........... 13

BAB III. PENUTUP


A Kesimpulan .............................................................................. 15
B Saran......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah.
Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di
tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah
yang membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari
Secara umum orang beranggapan bahwa sampah adalah sesuatu barang atau benda yang
sudah tidak berguna bagi dirinya. Sampah merupakan sesuatu yang kotor, bau, jelek; tidak
berguna lagi sehingga secepatnya harus disingkirkan dan dibuang. Sampah dapat
menimbulkan banyak hal negatif bagi lingkungan hidup. Tidak hanya lingkungan hidup saja,
sampah juga dapat menimbulkan hal negatif bagi manusia. Dampaknya akan mengenai
kesehatan tubuh secara langsung dan tidak langung.
Sampah menjadi hal yang sangat mengganggu di setiap negara karena berkaitan
langsung dengan masalah lingkungan hidup. Negara Indonesia sendiri pada tahun 2012
menghasilkan 625 juta liter sampah di setiap harinya. Tentu angka tersebut bukanlah jumlah
yang sedikit. Dengan bertambahnya penduduk di Indonesia, kita bisa lihat sendiri bagaimana
kelanjutannya. Pemerintah sendiri sudah mengupayakan untuk meminimalisir angka
tersebut. pemerintah mengupayakan untuk membangun beberapa bank sampah sebagai bukti
keikutsertaan pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah yang ada di Indonesia. Namun,
bila dilihat dari banyaknya masyarakat yang masih kurang peduli akan lingkungan hidup,
yang diperlukan dalam masalah ini hanyalah kesadaran diri untuk bisa mengelola sampah
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif nantinya bagi lingkungan, kesehatan, maupun
sosial ekonomi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami masalah yang diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang tidak baik

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik
b) Mengetahui dan memahami penyebab sampah sulit dikelola bengan baik
c) Mengetahui dan memahami dampak terhadap lingkungan akibat pengelolaan sampah
yang tidak baik
d) Mengetahui dan memahami dampak terhadap kesehatan akibat pengelolaan sampah
yang tidak baik
e) Mengetahui dan memahami dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi akibat
pengelolaan sampah yang tidak baik

BAB II

ISI
A. Pengertian Sampah

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik
atau pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang
benar. Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa
zat organic atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume


sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan
sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif
kepada lingkungan, dan kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam
memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk
tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).

Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai
masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama di kota
besar. Bila sampah tersebut tidak langsung cepat ditangani secara benar, maka kota-kota
besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak
negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dll.

Sudah menjadi kebiasaan bagi manusia (masyarakat) untuk membuang sampah; apalagi
anggota masyarakat telah dibebani untuk membayar retribusi, sehingga dianggap bahwa
sampah adalah urusan pemerintah. Bahkan perilaku membuang sampah menjadi tidak
terkontrol; masih banyak anggota masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan,
tidak pada tempat yang telah disediakan. Tumpukan sampah di pinggir jalan, merupakan
pemandangan yang sudah biasa. Sampah berserakan di jalan-jalan, di kendaraan umum atau
fasilitas-fasilitas umum lainnya merupakan suatu bukti bahwa kesadaran kita (masyarakat)
tentang lingkungan yang bersih masih sangat rendah. Masyarakat yang sadar akan
kesehatanpun, atau masyarakat yang mengerti bahwa sampah merupakan sumber pencemar
dan sumber penyakit; seolah tidak peduli. Setiap orang merasa bahwa kalau hanya dirinya
yang peduli, dan kalau hanya dirinya saja yang membuang sampah pada tempatnya; tidak
akan ada gunanya. Sebagian besar orang berfikiran seperti itu, sehingga sangat jarang yang
terlihat peduli.

Sampah sebagai barang yang memiliki nilai tidak seharusnya diperlakukan sebagai
barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau
bahan yang berguna lainnya.Pengolahan sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif,
yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya, seperti RT/RW, sekolah, rumah tangga sehingga
jumlah sampah dapat dikurangi.penyakit.

Pengelolaan sampah dalam skala kecil terutama oleh masyarakat umumnya dilakukan
dengan pembakaran; sedangkan dalam skala besar dilakukan dengan menetapkan berbagai
tempat pembuangan sampah; baik sementara (TPS) maupun terpadu/akhir (TPA).
Pengelolaan sampah dengan pembakaran dapat menimbulkan efek lanjutan bagi manusia
karena terjadinya pencemaran udara dari asap dan bau; sedangkan dengan sistem tempat
pembuangan sampah memerlukan suatu lokasi terutama untuk TPA (tempat pembuangan
akhir) secara terus menerus. Penentuan dan perpindahan lokasi TPA ini seringkali
menimbulkan masalah dengan masyarakat sekitar karena masyarakat tidak dapat menerima
bahwa lingkungannya menjadi tercemar oleh sampah dan efek lanjutannya.

Pengelolaan sampah sebagai bahan pencemar, memang dapat dilakukan dengan


berbagai cara; namun demikian, bila masih memungkinkan, upaya pencegahan jauh lebih
baik dan efektif untuk dilaksanakan. Upaya pencegahan dapat dilakukan, bila kita semua
memahami dampak negatif membuang sampah sembarangan, tidak hanya terhadap
lingkungan tetapi juga terhadap kesehatan manusia.

B. Pentingnya Pengelolaan Sampah Yang Baik


Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap
menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara
rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup
mereka, sehingga sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil
langkah-langkah aktif untuk menghindarinya.
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena
sampah bertebaran dimana-mana.
2. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung
(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk
kerja, rendahnya produktivitas)
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.
5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,
seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana
penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung membuang
sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau
diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)

Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan,


kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan-gangguan antara lain sebagai berikut:
1. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang terjadi
dan rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek dan kadang-kadang
berlumpur terutama apabila musimpenghujan datang.

2. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia
yang tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan
dilingkungan sekitarnya.

3. Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini
disebabkan karena selama proses peromabakan sampah menjadi senyawa-senyawa
sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan
oksigen dapat menyebankan kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.

4. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat membahayakan


kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun.

5. Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau
seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.

6. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman
untuk dinikmati.

C. Penyebab Sampah Sulit Dikelola Bengan Baik


Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah
besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka
akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah.
Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan
sampah ke sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir
(Sicular 1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan
pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya dilihat dari konteks
nasional.Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah, perhatian terhadap lingkungan,
dan kesehatan telah menjadi isu utama pengurusan negara dan sudah saatnya dilakukan
pengurangan jumlah sampah, air sisa, serta peningkatan kegiatan dalam menangani sampah.
Pertumbuhan penduduk di kota kini semakin sulit terbendung. Berbagai masalah yang
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang memadati kota-kota besar.Salah satunya
sampah. Semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula konsumsi akan suatu
barang atau produk.
Konsumsi produk kebutuhan sehari-hari mau tidak mau menghasilkan sisa-sisa produk,
yaitu sampah.Bukan hanya sampah alam dan sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah
rumah tangga dan sampah spesifik juga tidak tertangani dengan baik.Kapasitas sampah
rumah tangga yang dihasilkan semakin meningkat, baik jumlah maupun ragamnya. Meski
begitu, pengelolaan sampah selama ini masih belum memadai dan cara pengolahannya pun
belum profesional. Mau tidak mau, hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Jika tidak dibarengi dengan fasilitas pengolahan sampah atau
tempat pembuangan sampah yang memadai, maka akan menyebabkan penumpukan sampah
di dalam kota, baik itu di pasar-pasar, pinggir jalan, dan sungai. Tentu saja hal itu akan
menyebabkan masalah yang lebih besar lagi dari pada ahanya sekedar penumpukan sampah.
Masalah yang akan dihadapi adalah wabah penyakit yang akan melanda karena sampah yang
menumpuk akan mengakibatkan semakin pesat berkembangnya bakteri-bakteri penyebab
penyakit. Dan lebih parah lagi yang akan terjadi jika sampah yang dibuang ke sungai itu
menumpuk, akan mengakibatkan banjir akibat dari terhambatnya aliran sungai.
Selain itu terdapat berbagai hal yang dapat menjadikan sampah sulit untuk dikelola
dengan baik, yakni:
a. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami masalah persampahan.
b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan.
c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk
bidang persampahan.
d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector
pembawa penyakit seperti lalat dan tikus.
e. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga
ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak,
Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi
sampah.
f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir (TPA)
sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah
juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai
tempat pembuangan sampah.
h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang semakin
panas.
j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan
memelihara kebersihan.

D. Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap Lingkungan


Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab gangguan dan ketidak
seimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan
menimbulkan kesan kotor dan kumuh. sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di
sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu
banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain
menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.

1. Pencemaran udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak
sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman,
perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber
dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses pengangkutan sehingga
menyebabkan kapasitas tempat terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial
menimbulkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi
menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat
bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA secara
kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO,
CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi gas
alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global, disamping efek yang
merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan
berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi
pencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat
teknis. Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul
akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.Asap juga seringkali
timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baik secara sengaja maupun tidak.
Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit
dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

2. Pencemaran air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan
lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung
sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di
instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di
sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik
berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan
yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang terletak pada elevasi
yang lebih rendah.
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies
akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian
sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi
dapat meledak.

3. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong
atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat
mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut.
Selama waktu itu lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap
manusia dan lingkungan sekitarnya.

4. Terjadinya Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena
volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di
suatu tempat akibat akibat hujan besar dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang
ke dalam got/saluran air yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum
disentuh, berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan
menyebabkan polusi sampah di muara pantai,sungai dan danau.
Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan sangat
berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah mengakibatkan banjir dan banjir
mengakibatkan sampah. bukan semata masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu
adalah masalah kesejahteraan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat
tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi
yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk
yang tidak mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau
enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang
artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.

5. Mengganggu Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang
sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat
terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya.
Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat
mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah dari
kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup
angin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area
pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika
lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik
akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada
lokasi yang sedang dioperasikan.Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak
menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi/tinggal berdekatan dengan lokasi
tersebut.

E. Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap Kesehatan


Pada awal kehidupan manusia, sampah belum menjadi masalah, tetapi dengan
bertambahnya penduduk dimana ruang tetap, makin hari masalahnya semakin bertambah
besar. Hal ini jelas bila kita melihat modernisasi kehidupan, perkembangan teknologi,
sehingga meningkatkan aktivitas manusia. Sehubungan dengan kegiatan manusia, maka
permasalahan sampah akan berkaitan baik dari segi sosial ekonomi maupun budaya.
Kesehatan seorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan
antara komponen-komponen yang ada didalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan
tidak menjadi potensi-potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian
sebaliknya sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan
lingkungan mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan.
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung.
Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri dan
patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vector
(pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah yang membusuk;
maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang patogen dan vektor penyakit. Berbagai
penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain adalah, diare,
disentri, cacingan, malaria, kaki gajah (elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit-
penyakit ini merupakan ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
adalah sebagai berikut;
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air m inum.

2. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.

3. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)

4. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah
suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah
5. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal
akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal
dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.

Dengan perkataan lain, dampak sampah terhadap kesehatan antara lain:


1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat dan tikus.
2. Insidensi penyakit demam berdarah akan meningkat karena vector penyakit hidup dan
berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.
3. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah sembarangan, misalnya luka akibat
benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya.
4. Gangguan psikosomasis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress, dan lainnya.

F. Dampak Pengelolaan Sampah Yang Tidak Baik Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi
Dampak yang dapat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial ekonomi adalah:
a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana-mana.
b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung
(untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk
kerja, rendahnya produktivitas).
d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase,
dan lain-lain.
e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai,
seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan.
Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

G. Bahaya Sampah Plastik bagi Kesehatan dan Lingkungan


Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini
masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah
sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong
plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif
sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga. Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik
dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah
sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah
dan air tanah.
Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi
kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara
sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara
lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan
memicu depresi. Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran
air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap
tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi
setidaknya hingga 10 kali lipat! Coba anda bayangkan begitu fantastisnya sampah plastik
yang sudah terlampau menggunung di bumi kita ini. Dan tahukah anda? Setiap tahun, sekitar
500 milyar 1 triliyun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap
orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya (coba kalikan dengan jumlah
penduduk kotamu!) Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh
supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak digunakan sejak
masuknya supermarket di kota-kota besar.
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas
rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel
minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi.
Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan
gas rumah kaca.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah
besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka
akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga akan berdampak ke saluran air tanah.
Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan
sampah ke sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan banjir
(Sicular 1989).
Pengelolaan sampah sebagai bahan pencemar, memang dapat dilakukan dengan
berbagai cara; namun demikian, bila masih memungkinkan, upaya pencegahan jauh lebih
baik dan efektif untuk dilaksanakan. Upaya pencegahan dapat dilakukan, bila kita semua
memahami dampak negatif membuang sampah sembarangan, tidak hanya terhadap
lingkungan tetapi juga terhadap kesehatan manusia.

B. Saran
1. Janganlah membuang sampah sembarangan.Buanglah sampah pada tempatnya.Jagalah
kebersihan sejak dini.Kegiatan menjaga kebersihan ini dapat dimulai dengan
mengangkat sampah yang ada disekitar kita dan membuangnya ke tempat sampah yang
tersedia.Pilihlah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali, hindari seusaha
mungkin dalam pemakaian barang barang sekali pakai. Gunakanlah prinsip 3R yaitu
reduce(mengurangi), reuse(menggunakan kembali), recycle(mendaur ulang).
2. Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman
yang sangat besar untuk masa depan bangsa. Untuk itu, sebagai generasi muda kita
harus menumbuhkan kreasi-kreasi baru dalam memanfaatkan sampah. Dengan ini,
tanpa kita sadari kita telah menyelamatkan masa depan bangsa dari sampah.
3. Jagalah kebersihan dan kesehatan anda, Lakukanlah hal baik dimulai dari hal yang
terkecil walaupun seperti membuang sampah pada tempatnya, hal itu akan membuat
kita hidup nyaman dan bahagia dilingkungan tempat kita tinggal. Mari kita ciptakan
lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah untuk sekarang dan juga untuk masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

2. Santoso, Slamet. Dampak Negatif Sampah Terhadap Lingkungan dan Upaya


Mengatasinya [Sumber Online]. Fakultas Biologi Unseod Purwokerto. Tersedia Diakses
8 Agustus 2016. dari: URL: http://bio.unsoed.ac.id.html.

3. Tobing, Imran SL. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Manusia
[Sumber Online]. Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta. Diakses 8 Agustus 2016.

4. http://ramabachdim.blogspot.co.id/2013/09/makalah-biologi-dampak-sampah-bagi.html

5. https://biosbarti.wordpress.com/2013/03/24/masalah-sampah/

6. http://permasalahansampah.blogspot.co.id/

7. http://www.psychologymania.com/2012/09/dampak-sampah-bagi-manusia-dan.html
8. https://jujubandung.wordpress.com/2013/01/06/dampak-negatif-pengelolaan-sampah-
buruk/
LAMPIRAN MOTIVASI
Rahasia Sukses Pengolahan Sampah di Jepang
Junanto Herdiawan

Sebelumnya, saya selalu berpikir bahwa tradisi mengolah sampah di Jepang, dengan memilah
sampah menurut jenisnya, adalah budaya yang sudah lama dilakukan (baca: Mengolah Sampah
di Jepang). Namun ternyata, menurut penjelasan kawan Jepang dan juga petugas di tempat
pembuangan sampah yang saya temui, cara membuang dan mengolah sampah seperti saat ini,
belum lama dilakukan di Jepang.
Sekitar 20 tahun lalu, orang Jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di tahun 1960 dan
1970-an, orang Jepang bahkan masih rendah kepeduliannya pada masalah pembuangan dan
pengelolaan sampah.

Sampah Menurut Jenisnya di Jepang / photo Junanto


Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah lingkungan hidup
tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu adalah terjadinya kasus
pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang limbah merkuri ke lautan dan
mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari
laut sekitar Minamata menjadi korban. Di tahun 2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal
akibat tragedi tersebut.
Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi bagian dari
tumbuhnya industri Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah rumah tangga saat itu
menjadi masalah besar bagi lingkungan dan mengganggu kehidupan warga Tokyo.
Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat peduli lingkungan atau
chonaikai di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang kesadaran warga tentang cara
membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam pengolahannya.
Gerakan mereka menganut tema 3R atau Reduce, Reuse, and Recycle. Mengurangi pembuangan
sampah, Menggunakan Kembali, dan Daur Ulang.
Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di Jepang.
Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang pesat, pemerintah Jepang belum
memiliki Undang-undang yang mengatur pengolahan sampah. Bagi pemerintah saat itu, urusan
lingkungan belum menjadi prioritas.
Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan dukungan besar
dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan sampah diloloskan
Parlemen Jepang
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang atau Basic
Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui oleh parlemen
Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur Ulang atau Containers
and Packaging Recycle Law telah terlebih dahulu disetujui oleh Parlemen.

Rahasia Sukses Jepang


Dari beberapa hal tersebut, setidaknya terdapat tiga rahasia sukses Jepang dalam penanganan
sampah rumah tangga. Pertama, tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang.
Hampir semua orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti chonaikai melakukan aksi-aksi
kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada
yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog
dengan warga tentang cara penanganan sampah.
Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah
pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang.
Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil memegang botol bir.
Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk mencari tempat sampah.
Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang sampah, bukan hanya di tempatnya,
namun bisa memilih tempat sampah daur ulang khusus botol dan kaleng.
Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga karena dibangun
rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak
kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut
membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang
sampah sesuai jenis sudah menjadi habit.
Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai perubahan cara
membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang memprotes cara baru
penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi
yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan
sendirinya.
Tempat Sampah di salah satu Mall kota Tokyo / photo Junanto

Bisakah kita Meniru Jepang?


Melihat proses pembentukan habit pengolahan sampah di Jepang tersebut, saya yakin kalau
kita di Indonesia bisa meniru Jepang. Kesadaran pada sampah dan lingkungan hidup di Jepang
baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir. Artinya hal tersebut bukan terjadi by default
pada diri masyarakat Jepang, namun dilakukan by design dengan membentuk habit atau
kebiasaan melalu edukasi.
Oleh karena itu, upaya membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye
lingkungan hidup oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang dilakukan oleh
Sahabat Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan kawan-kawan, perlu banyak
dilakukan di setiap kota dan tempat.
Apa yang dilakukan mas Daniel dengan membentuk berbagai program kampanye peduli
lingkungan, persis seperti yang dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski saat itu
pemerintah Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus asa. Selama 20 tahun,
komunitas tersebut terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat hingga akhirnya malah
dapat memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Langkah lainnya adalah dengan membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat.
Berbagai brosur dan informasi dibuat untuk anak-anak sekolah sehingga kebiasaan membuang
sampah terbentuk sejak kecil. Di sisi lain para orang tua juga harus memberi contoh. Hal ini
sangat penting, karena anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tua.
Dengan berbagai hal tersebut, pada akhirnya nanti pemerintah mau tak mau akan mendukung
gerakan peduli lingkungan. Dan bila demikian halnya, Undang-undang dibuat bukan untuk
mengatur, namun hanya meng-amin-i saja realita yang sudah terjadi di masyarakat.
Tak heran, makin maju suatu negara, makin sedikit peraturannya. Di Jepang, saya jarang sekali
melihat tulisan Buanglah Sampah Pada Tempatnya atau Dilarang Buang Sampah. Karena
tanpa tulisan itu-pun, masyarakat sudah membuang sampah di tempatnya.
Salam dari Tokyo.
Junanto Herdiawan: Pemerhati lingkungan, ekonom dan penggiat ilmu filsafat. Hobi jalan-
jalan, kuliner, dan gemar mencermati budaya pop Jepang. Penulis dua buku, "Japan Aftershock:
Kisah Berani Menghadapi Tsunami" bersama Hani Yamashita, dan "Shocking Japan: Sisi Lain
Jepang yang Mengejutkan". Saat ini tinggal dan bekerja di Tokyo. Bertugas mencermati
dinamika ekonomi Asia Timur. Ber-twitter di @junanto
Sumber:
http://www.olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/39-rahasia-sukses-pengolahan-sampah-di-
jepang

Anda mungkin juga menyukai