PENULISAN ILMIAH
Penulisan Karya Ilmiah
OLEH:
KELOMPOK I
EGI NISURA
EKA SHOLIKAH
ERA AFRIANI
NURKHAIRA MANEL
PUJI LIDYA HASANAH
ROSI YULIANA
TRIA ANANDA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan kesempatan, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Penulisan
Ilmiah mengenai Penulisan Karya Ilmiah
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing dan
membantu kami dalam memahami semua hal yang terkait dengan Penulisan Ilmiah.
Kelompok sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kelompok mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca yang sifatnya
membangun. Akhir kata kelompok mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin
Kelompok I
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar belakang.......................................................................... 1
B Tujuan....................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang memuat kajian suatu masalah tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Kaidah-kaidah keilmuan itu mencakup penggunaan
metode ilmiah dan pemenuhan prinsip-prinsip keilmiahan, seperti: objektif, logis, empiris,
sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
Dalam proses penulisan seorang ilmuwan dihadapkan pada cara penggalian ilmu
pengetahuan melalui penelusuran pustaka. Ia akan mendalami suatu pengetahuan yang
imajinatif dan makin lama makin dalam masuk ke dasar lautan bacaan, sehingga ibarat
gunung es apa yang tadinya mungkin tampak kecil di permukaan laut, ternyata dasarnya
amat dalam dan luas.
Itulah sebabnya, di kalangan ilmuwan dan sarjana, kepustakaan merupakan suatu hal
yang sangat hakiki dan tak ternilai, dan menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Tidaklah dapat dibayangkan bagaimana seorang sarjana dan ilmuwan hidup tanpa tulisan-
tulisan.
Sebetulnya, segala sesuatu yang diperoleh seorang penulis, bukanlah semata-mata hasil
karyanya sendiri, tetapi praktis bersumber dari hasil pengamatan dan pengalaman orang lain
ditambah pengamatannya sendiri. Semuanya ini lalu dituangkannya ke atas kertas berupa
karya tulis ilmiah. Banyak antropolog yang berpendapat: Sebagaimana bahasa
membedakan manusia dari binatang, begitu pula tulisan membedakan manusia beradab dari
manusia biadab.
Mengingat tukar-menukar pengetahuan antar para ilmuwan seperti ini, maka seorang
sarjana tidak diharapkan hanya menjadi anggota kelompok pemakai (konsumen) saja dari
ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, ia juga dituntut menjadi penghasil (produsen) dalam
bidang ini. Dengan kata lain seorang sarjana bukan hanya bisa membaca tulisan-tulisan
karya orang lain, tetapi mampu pula menulis sendiri karangan-karangan ilmiah.
Supaya bisa menulis dan menyusun buah pikiran secara ilmiah, penulisan haruslah
mengikuti cara-cara tertentu, sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Cara-cara
pembuatan karangan ilmiah sebetulnya hanya soal teknis dan dapat dipelajari dengan
mudah. Walaupun selama ini dikenal berbagai ketentuan dan pedoman penulisan ilmiah
yang kadang-kadang dirasakan tidak seragam, semua itu pada hakekatnya mempunyai
tujuan yang sama.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penulisan karya ilmiah untuk memenuhi tugas perkuliahan
Mata Kuliah Penulisan Ilmiah.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui latar belakang penulisan ilmiah
b) Untuk mengetahui sikap ilmiah seorang ilmuwan
c) Untuk mengetahui kewajiban profesional
d) Untuk mengetahui manfaat menulis bagi ilmuwan
e) Untuk mengetahui macam-macam karangan ilmiah
f) Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan karangan/penulisan ilmiah
BAB II
ISI
Untuk membuat latar belakang yang baik dan benar, terdapat beberapa komponen yang
harus dicantumkan. Komponen-komponen itu meliputi:
Dalam bagian latar belakang ini diharapkan penulis menuliskan sebab-sebab ia memilih
judul atas permasalahan tersebut. Alasan-alasan yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Pentingnya masalah tersebut diteliti karena akan membantu pelaksanaan kerja yang lebih
efektif misalnya, atau akan dicari pemecahannya karena berbahaya apabila tidak, jadi
pentingnya diadakan penelitian
2. Menarik minat peneliti karena dari pengalamannya peneliti mendapatkan gambaran
bahwa hal itu sangat menarik.
3. Sepanjang sepengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah tersebut.
Dalam hal ini para penulis sebaiknya menyadari bahwa pemilihan masalah harus
didasarkan atas minat dan penghayatan sendiri. Alasan pemilihan masalah yang paling tepat
adalah adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Menurut
Prof. Dr. Winarno memilih masalah adalah mendalami masalah itu, sehingga harus
dilakukan secara lebih sestematis dan intensif. Selanjutnya oleh Dr. Winarno dikatakan
bahwa setelah studi eksploratoris ini penulis menjadi jelas terhadap masalah yang dihadapi,
dari aspek historis, hubungannya dengan ilmu yang lebih luas, situasi dewasa ini dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dan lain-lainnya.
3. Sikap Terbuka
Artinya, selalu bersedia mendengar keterangan dan argumentasi orang lain, walaupun
berbeda dalam pendirian. Orang dengan sikap seperti ini tidak menutup mata terhadap
adanya kemungkinan pendapat lain. Itulah sebabnya ia tidak emosional dalam
menghadapi kritik, sangkalan bahkan celaan terhadap pendapat yang dikemukakannya.
4. Sikap Objektif
Seseorang yang memiliki sikap obyektif akan mampu mengesampingkan sikap
prasangka pribadi (apriori) ataupun kecenderungan yang tidak beralasan terhadap orang
lain. Jadi ia selalu berpikir positif. Dengan demikian ia mampu menyatakan sesuatu apa
adanya, serta dapat melihat sesuatu secara nyata dan actual. Orang yang bersikap
objektif tidak dikuasai oleh pikiran atau perasaannya sendiri maupun prasangka
terhadap orang lain.
5. Rela Menghargai Karya Orang Lain
Berjiwa besar untuk menghargai karya orang lain, tanpa merasa dirinya kecil,
merupakan sikap ilmiah yang amat penting. Kecongkakan biasanya menyebabkan orang
tak mampu bersikap objektif. Kalau ia berhasil membuat karya ilmiah, biasanya
tulisannya bernada sombong, memerintah ataupun menggurui. Seorang yang berjiwa
ilmiah pantang mengakui karya orang lain sebagai karya orisinal yang berasal dari
dirinya. Ia rela dan dengan senang hati akan mengakui dan menyampaikan ucapan
terima kasih atas gagasan atau karya orang lain yang ia kutip atau bantuan dalam bentuk
apapun yang telah diterimanya.
6. Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ilmiah membuat orang berani mengatakan kebenaran dan bila perlu sekaligus
mempertahankannya. Kebenaran yang dibelanya ini mungkin berupa tulisan atau hasil
penelitiannya sendiri, mungkin pula hasil penemuan karya orang lain. Dengan memiliki
keberanian mengemukakan kebenaran, cara berpikir dan sikapnya dalam melakukan
penulisan menjadi konsisten.
7. Mempunyai Pandangan Jauh ke Depan
Orang yang punya pandangan jauh kedepan, selalu tanggap terhadap perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena sikap ini, ia selalu haus untuk
membaca dan mengetahui lebih banyak. Akhirnya, ia akan menganggap bahwa
membaca dan menulis sebagai suatu kebutuhan, serta menulis karya ilmiah sebagai
suatu kewajiban profesional.
C. Kewajiban Profesional
Karya ilmiah merupakan suatu kewajiban seorang ilmuan. Sering dikemukakan bahwa
salah satu ciri profesi adalah kepustakaan dan literatur. Sebagai seorang professional
mempunyai kewajiban untuk membagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain.
Setelah mampu menguasai ilmu, apalagi bila sudah mampu meneliti, seorang ilmuwan harus
menulis. Pengetahun yang dikuasainya itu haruslah dikomunikasikan kepada orang lain.
Tanpa ditulis komunikasi ini tak akan terjadi, dan pengetahuan tadi tidak akan berkembang
karena tidak diketahui apalagi dipahami oleh masyarakat luas.
Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan adalah
1) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian dan
pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah
dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang
kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat
terbuka, professional dan mempublikasikan temuannya);
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang sudah/ akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengkomunikasikannya, menemukan
pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan kemanusiaan,
mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya dan mengembangkan
kebudayaan nasional.
Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan
memiliki tanggung jawab sosial, moral, dan etika. Dan berikut ini akan di uraikan berbagai
tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial, moral dan etika.
Secara ringkas, karangan atau tulisan ilmiah adalah karya tulis yang disusun
berdasarkan tulisan, pernyataan atau gagasan orang lain, baik yang telah, belum atau bahkan
tidak dipublikasikan sama sekali. Jadi pada hakekatnya penulis menyusun kembali hal-hal
yang telah dikemukakan orang lain, ditambah pengalamannya dan dalam gaya bahasanya
sendiri. Dengan demikian tulisan ini merupakan suatu uraian yang didukung informasi yang
telah diuji kebenarannya dan kemudian disajikan dengan cara yang lazim dan benar, sesuai
dengan metoda yang berlaku.
Dengan demikian, pada dasarnya karangan ilmiah mengemukakan fakta dan sebagian
lagi memuat pendapat, anggapan atau dugaan disamping kesimpulan dn rekomendasi serta
saran. Semua informasi ini perlu diberi tempat/kedudukan yang jelas, tidak
dicampuradukkan. Hal ini berarti, boleh saja menulis perpaduan antara pendapat berbagai
ahli atau keterangan-keterangan lainnya, tetapi harus selaulu dijaga jangan sampai
keterangan-keterangan itu dijadikan satu begitu saja.
b) Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data
dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan,
atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa
temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah
satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya. Pembuatan karya tulis ini biasanya
merupakan salah satu persyaratan wajib guna menyelesaikan pendidikan Strata Satu
c) Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan
skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian
sendiri. Tesis adalah salah satu karya ilmiah tertulis yang disusun mahasiswa secara
individual berdasarkan hasil penelitian empiris untuk dijadikan bahan kajian
akademis. Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen-argumen
untuk dikemukakan, merupakan hasil dari studi yang sistematis atas masalah, tesis
mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan
kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Tesis adalah karya ilmiah yang
disyaratkan untuk lulus pendidikan jenjang S2.
d) Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan
analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa
temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari
sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).
.
F. Langkah-Langkah Penyusunan Karangan/Penulisan Ilmiah
Secara umum, tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan ilmiah
dibagi menjadi lima tahap, yaitu: (1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) pengorganisasian
dan pengonsepan, (4) pemeriksaan atau penyuntingan konsep, dan (5) penyajian (Arifin,
2003)
1. Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan
ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka
karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis.
Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah
menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam
karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa,
mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan
ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap
persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan
membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan
menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur
dalam memaparkan atau menganalisis masalah.
2. Tahap kedua dalam menulis karangan ilmiah adalah pengumpulan data. Data dapat
diperoleh dari beberapa sumber yaitu, media dan lapangan. Data yang diperlukan dapat
diperoleh dari media, antara lain buku, koran, majalah, internet, ataupun media yang
lain. Selain itu, data juga dapat diperoleh langsung di dalam lapangan. Data yang
berasal dari lapangan dapat diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, atau
eksperimen. Data yang dikumpulkan haruslah data yang relevan dengan karangan yang
akan dibuat.
3. Tahap ketiga pengorganisasian atau pengonsepan, dalam pengorganisasian atau data
yang telah kita peroleh dibagi berdasarkan jenis, sifat, atau bentuk. Pada tahap ini
dilakukan pengolahan dan penganalisisan data dengan menggunakan teknik yang
diperlukan. Misalnya, data yang bersifat kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teknik atau metode statistik. Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian
dapat dilakukan pengonsepan karangan ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah
dibuat.
4. Tahap keempat adalah pemeriksaan atau penyuntingan konsep. Dalam tahap ini
dilakukan pemeriksaan terhadap konsep yang saling bertentangan maupun yang
berulang-ulang. Dalam tahap ini, penjelas yang tidak diperlukan maka akan dibuang,
sedangkan penjelas baru yang akan mendukung karangan akan ditambahkan untuk
menunjang pembahasan.
5. Tahap terakhir dalam menyusun karangan ilmiah adalah penyajian. Dalam penyajian
karangan ilmiah haruslah diperhatikan dari segi bahasa dan bentuk penyajian. Kalimat
yang digunakan dalam menulis karangan ilmiah harus sesuai dengan standar Bahasa
Indonesia yang baku. Sedangkan dalam bentuk penyajian, perlu diperhatikan urutan
unsur-unsur karangan dan ketentuan yang berlaku.
Cara terbaik untuk menggali sumber informasi ini tentu saja dengan menempuh semua
kemungkinan yang ada.
Contoh Ketedasan dapat terihat pada kalimat berikut ini, yang merupakan kalimat
beranak bercucu (bahkan bercicit):
Penjuluran lidah dapat juga disebabkan oleh karena pemberian susu dengan botol di
mana dot digunakan terlalu panjang dan ujung dot menyentuh sampai ke tenggorokannya
maka untuk mencegahnya anak meletakkan lidahnya pada langit-langit, tetapi hal ini
berlangsung lama dan anak menemui kesulitan maka anak meletekkan ujung lidahnya
didepan untuk menahan dot di antara gum pad dan lidah dan anak menelan dengan cara ini
dan akan menetap sampai anak menjadi besar.
Jelas sekali kalimat seperti ini sulit dicerna dan perlu nafas panjang untuk
membacanya. Satu kalimat ini sebetulnya lebih tepat dijadikan sebuah paragraf. Marilah kita
bandingkn dengan kalimat perubahan berikut ini:
Penjuluran lidah dapat juga disebabkan karena pemberian susu dengan botol yang
dotnya terlalu panjang. Karena panjangnya, ujung dot ini menyentuh tenggorokan,
sehingga untuk menghindarinya si anak meletakkan lidahnya pada langit-langit.
Bila hal ini berlangsung lama, tentu saja si anak akan menemui kesulitan; sebagai
gantinya sekarang ia meletakkan ujung lidahnya di depan untuk menahan dot di antara gum
pad dan lidahnya. Dengan cara inilah ia membiasakan dirinya menelan; suatu kebiasaan
yang akan menetap sampai ia menjadi besar.
Dengan mengurai kalimat yang sangat panjang tadi menjadi beberapa kalimat yang
lebih pendek, maka pembaca jadi lebih mudah mengerti pesan yang ingin disampaikan.
Hal-hal tersebut di atas perlu mendapat perhatian seksama dalam penulisan karangan,
karena berbeda dengan bahasa lisan yang mempunyai lebih banyak keleluasan, bahasa
tulisan lebih mengandalkan komunikasi semata-mata kepada ketertiban pengaturan tata
bahasa yang benar, termasuk ejaan dan tanda baca yang dipakai secara tepat.
Sebagai contoh keleluasaan bahasa lisan, ambillah kata keluar. Kata tunggal yang
demikian sederhana ini bisa berbeda-beda maknanya bila disampaikan dalam bentuk lisan,
bergantung pada cara dan situasi orang mengucapkannya, lagu suara pengucapannya, lawan
bicara dan tempat pembicaraan berlangsung. Pengucapan kata tadi bisa berarti:
1) Jawaban atas pertanyaan seseorang, yang menanyakan apakah si A berada di tempat.
2) Dengan suasana dan lawan bicara lain, pengucapan kata tadi dapat pula berarti perintah
seseorang kepada lawan bicaranya supaya si lawan bicara itu keluar dari ruangan.
3) Sebaliknya, pada saat lain, pengucapan kata ini dapat juga berarti pengungkapan rasa
heran atau tidak percaya seorang penanya atas jawaban yang menyatakan bahwa orang
yang dicarinya sedang keluar.
Dalam bahasa tulisan nada dan cara bicara pada bahasa lisan seperti ini menjadi sirna,
karena itu bahasa tulisan membutuhkan sarana lain untuk menutupi kekurangan ini, antara
lain dengan tanda-tanda baca yang lengkap dan tepat.
Suatu karangan tidak perlu panjang supaya dapat dikatakan baik. Membaca artikel
panjang menghabiskan waktu lebih lama, padahal waktu tersebut mungkin amat berharga
bagi para pembacanya. Karena itu amat bijaksana bila pengarang menganalisis siapa
pembacanya sehingga ia bisa lebih mengarahkan pembuatan artikelnya. Cara terbaik untuk
mencapai hal ini adalah meyakini bahwa bahwa bahan yang kita sajikan sudah diolah
dengan baik. Bagian demi bagian tulisan hendaknya jelas dan bersambungan dengan
rangkaian yang runtut dan logis. Ulasan dalam tiap bagian artikel itu sendiri mengalir
dengan mulus.
Dalam penulisan ilmiah, Boucher yang pernah menjadi Editor in Chief Journal of
Prosthetic Dentistry selama 25 tahun, juga mengingatkan perlunya pengembangan free
speech. Pemanfaatan kebebasan bicara ini amat penting bagi perkembangan ilmu.
Sebagai pengimbang kebebasan ini, seorang pengarang hendaknya bicara secara benar, jujur,
dan akurat. Akurasi informasi yang disampaikan penting artinya, karena adanya
kekurangcermatan sedikit saja akan menyebabkan turunnya keabsahan karangan tadi.
Mengenai panjang pendeknya karangan ilmiah, tidak dijumpai adanya ketentuan yang
bersifat umum. Hal ini terutama bergantung pada jenis persoalan serta intensitas
pembahasannya.
Sekedar gambaran, ternyata bahwa sebuah makalah yang diketik dengan jarak dua
spasi, umumnya diulis sebanyak 5-15 halaman kertas ukuran folio (20 x 34 cm x 12,5 inchi).
Untuk suatu laporan penelitian, tentu bisa lebih panjang lagi. Pengetikan dengan jarak 2
spasi sebanyak 35 baris tulisan per halaman kertas folio dalam bahasa indonesia, dapat
memuat kurang lebih 350 buah kata
.
Alur Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah bentuk apa pun, hendaknya dianut suatu hakekat
dimana penlulis merasakan adanya masalah yang perlu dikemukakan, serta dicari dan
dijelaskan/dikemukakan pemecahannya. Dengan demikian, bila pada awal tulisan para
pembaca merasakan adanya masalah, maka pada akhir karangan mereka sudah memperoleh
sajian bagaimana pemecahan masalah ini dilaksanakan.
Sebuah tulisan barulah dapat dirasakan sifat ilmiahnya, apabila mengandung kebenaran
secara objektif, karena didukung informasi yang sudah teruji kebenarannya, dengan data
pengamatan yang tidak subyektif. Selain itu, karangan ini juga disajikan secara mendalam,
berkat penalaran dan anlisis yang objektif pula. Suatu karangan tidak akan terasa ilmiah
lagi, bila isinya hanya mengemukakan teori dan fakta mengenai ilmu pengetahuan yang
sudah lama diketahui umum dan berulang kali ditulis. Dalam kaitan ini Flesch
mengemukakan ungkapan yang menyatakan bahwa buku-buku ilmiah itu berisi suatu
jawaban final atas suatu masalah, sebetulnya tidak benar. Sebab, ilmu pengetahuan selalu
berkembang dan mengoreksi dirinya sendiri; apa yang diagungkan sebagai kebenaran yang
bersifat ajaran (gspel) tidaklah dapat disebut ilmiah.
Lebih lanjut menurut Connant (cit Flesch), per definisi, ilmu pengetahuan adalah suatu
rangkaian konsep yang saling berkaitan dan pola konseptual yang telah berkembang sebagai
hasil eksperimentasi serta observasi, dan mampu berbuah bagi eksperimentasi dan observasi
yang akan dilakukan kemudian. Prinsip ini hendaknya dipegang teguh sebelum seseorang
memulai menulis karya ilmiah. Tanpa pegangan seperti ini, dikhawatirkan karya ilmiah yang
disusun dengan jerih payah penulisnya, tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Setelah timbul minat untuk menulis, biasanya orang akan berusaha mencari topik atau
tema masalah yang akan dikemukakan dalam karya tulisnya. Selain kejelian mengangkat
suatu tema menjadi tulisan, ia juga harus punya bekal. Bekal ini akan diperoleh, bila calon
penulis selalu berusaha menelusuri khasanah kepustakaan yang begitu beragam dan luas.
Begitu beragam dan luas khasanah ini, sehingga mereka yang senang menggelutinya akan
merasa tambah haus dan tertarik untuk makin mendalami masalah-masalah tersebut.
Karena itulah, dikenal suatu ungkapan sejak berabad lalu bahwa makin banyak kita
tahu, makin tahu pula kita, bahwa kita tidak banyak tahu (Socrates). Ungkapan filosofis ini
juga dengan gamblang mengajarkan kepada semua ilmuwan untuk tetap rendah hati. Senada
dengan ungkapan ini, bangsa Indonesia sebetulnya juga memiliki ungkapan yang tidak kalah
filosofisnya, tetapi kadang-kadang diabaikan, yaitu: Seperti layaknya ilmu padi,
hendaknya makin berisi makin merunduk.
Dalam penulisan karya ilmiah ada suatu kiat yang berbunyi: think-plan-write-revise.
Dua tahap pertama, yaitu berpikir dan merencanakan merupakan langkah awal yang penting
dalam setiap proses penulisan. Dengan rencana yang telah dipersiapkan dengan matang,
suatu penulisan akan dapat dikerjakan dengan baik.
Dari kiat yang ditemukan pada bagian ini, yaitu think-plan-write-revise, tampak jelas
bahwa tulisan yang sudah disusun selalu membutuhkan peninjauan kembali (revisi). Hanya
dengan cara inilah, sebuah karya ilmiah dapat disempurnakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang memuat kajian suatu masalah tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Kaidah-kaidah keilmuan itu mencakup
penggunaan metode ilmiah dan pemenuhan prinsip-prinsip keilmiahan
2. Latar belakang suatu karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk mendukung suatu karya
ilmiah, karena latar belakang merupakan bagian dari pendahuluan sebuah karya tulis
ilmiah. Latar belakang karya tulis ilmiah biasanya disertai penjelasan singkat apa yang
akan dibahas, biasanya memberikan sedikit data atau fakta untuk mendukung suatu karya
tulis ilmiah.
3. Sikap Ilmiah Seorang Ilmuan (A.G, Ruslijanto, & Mulyono, 2000): (1) Sikap Ingin Tahu,
(2) Sikap Kritis, (3) Sikap Terbuka, (4) Sikap Objektif, (5) Rela Menghargai Karya Orang
Lain, (6) Berani Mempertahankan Kebenaran, (7) Mempunyai Pandangan Jauh ke Depan
4. Karya ilmiah merupakan suatu kewajiban seorang ilmuan. Sering dikemukakan bahwa
salah satu ciri profesi adalah kepustakaan dan literatur. Sebagai seorang professional
mempunyai kewajiban untuk membagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain.
5. Menulis karya ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi seorang ilmuwan
6. Penggolongan jenis karangan ilmiah: (A.G, Ruslijanto, & Mulyono, 2000)
a) Ditinjau dari cara penulisannya : Karangan Ilmiah Murni dan Karangan Ilmiah Populer
b) Ditinjau dari sumber utama yang digunakan sebagai dasar penulisannya : Laporan
Khusus, Laporan Penelitian serta Studi Kepustakaan.
c) Berdasarkan bentuk karangannya : Makalah (paper), Skripsi, Tesis dan Disertasi.
7. Secara umum, tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan ilmiah dibagi
menjadi lima tahap, yaitu: (1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) pengorganisasian dan
pengonsepan, (4) pemeriksaan atau penyuntingan konsep, dan (5) penyajian (Arifin,
2003)
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi
dalam penulisan membuat sebuah karya tulis ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
A.G, H., Ruslijanto, H., & Mulyono, D. (2000). Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah
Buku Ajar Untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC.
www.google.com