A. Kasus Posisi
terjadinya kecelakaan lalu lintas atas kelalaian Tergugat. Tergugat dalam hal ini
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dan diwajibkan memberikan ganti kerugian sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus
kemudian diajukan gugatan agar Tergugat dan orang tuanya menaggung secara
hukum dengan tidak melaksanakan isi putusan pengadilan. Gugatan ini diajukan
terbukti secara sah dan meyakinkan, karena kelalaiannya telah terjadi kecelakaan
Penggugat) meninggal dunia, dan sepeda motor yang digu nakan oleh anak
angka 2 di atas, Tergugat Satu pada saat itu masih berusia lebih-kurang 20 (dua
puluh) tahun, belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya (Tergugat
61
62
Dua), bahkan orang tua ataupun sanak keluarganya tidak pernah menemui
orang tua dan keluarga dari almarhum Richi Ariyanto Djara Hadjo.
menentukan terwujudnya nilai atas adanya suatu putusan hukum hakim yang
samping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan
sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.
Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim
yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan
Tinggi/Mahkamah Agung.74
adanya pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu akan digunakan sebagai
74
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2004, hal.140
63
terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat
a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak
pengadilan.
kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil
penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah
satu usaha untuk mencapai adanya kepastian hukum kehakiman, di mana hakim
75
Ibid, hal. 141
76
Ibid, hal. 142
64
merupakan aparat penegak hukum melalui putusannya dapat menjadi tolak ukur
adanya sesuatu kekuasaan kehakiman yang bebas. Hal ini tegas dicantumkan
dalam Pasal 24 terutama dalam penjelasan Pasal 24 ayat 1 dan penjelasan Pasal 1
angka (1) UU No. 48 Tahun 2009, yaitu kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
segala campur tangan pihak-pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali dalam hal-
melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim alah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi.
Kebebasan hakim perlu pula dipaparkan posisi hakim yang tidak memihak
(impartial jugde) Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009. Istilah tidak memihak
65
di sini haruslah tidak harfiah, karena dalam menjatuhkan putusannya hakim harus
memihak yang benar. Dalam hal ini tidak diartikan tidak berat sebelah dalam
48 Tahun 2009 Pasal 5 ayat (1): “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan
tidak memihak. Hakim dalam memberi suatu keadilan harus menelaah terlebih
hukum yang berlaku. Setelah itu hakim baru dapat menjatuhkan putusan terhadap
peristiwa tersebut. Seorang hakim dianggap tahu akan hukumnya sehingga tidak
kepadanya. Hal ini diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UU No. 35 Tahun 1999 jo. UU
No. 48 Tahun 2009 yaitu: pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
untuk bercermin pada yurisprudensil dan pendapat para ahli hukum terkenal
(doktrin). Hakim dalam memberikan putusan tidak hanya berdasarkan pada nilai-
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, hal ini dijelaskan dalam Pasal 28 ayat
(1) Undang-Undang No. 40 tahun 2009 yaitu: “Hakim wajib menggali, mengikuti,
mengajukan alat bukti P-1, P-2, dan P3 berupa salinan Putusan Pengadilan Negeri
objek dalam perkara ini sama dengan subjek dan objek dalam perkara yang telah
Tinggi Kupang Nomor 115/PDT/2018/PT Kpg. Hal ini penting untuk diperhatikan
tingkat Pengadilan Negeri telah sesuai dengan ketentuan hukum atau sebaliknya.
Tergugat. Selain itu, terdapat juga pihak lainnya yaitu Nurkhamid sebagai
Tergugat II.
gugatan ganti rugi atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat
67
lintas sehingga korban meninggal dunia dan luka ringan serta merusak kendaraan
in casu yaitu gugatan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I
berkesimpulan bahwa subjek dan objek dalam Putusan Pengadilan Negeri Kupang
Kupang Nomor 115/PDT/2018/PT KPG adalah berbeda dengan subjek dan objek
tua dan wali terhadap anak yang belum dewasa, tanggung jawab majikan dan
mereka yang mengangkat orang lain untk mewakili suatu urusan, dan tanggung
pengawasannya.
68
bernama Muhamad Muadim adalah pelaku dalam perkara kecelakaan lalu lintas
yang mengakibatkan korban Richi Ariyanto Djara Hadjo meninggal dunia dan
sepeda motor yang dikendarai korban rusak berat. Atas perbuatannya tersebut
Tergugat I telah dijatuhi pidana penjara selama 2 (dua) tahun berdasarkan putusan
kecelakaan lalu lintas tersebut Penggugat yang merupakan ayah kandung dari
korban Richi Ariyanto Djara Hadjo telah mengajukan gugatan perbuatan melawan
hukum kepada Tergugat I yang telah diputus dengan Putusan Pengadilan Negeri
115/PDT/2018/PT KPG dan telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde).
Analisis pada putusan ini, tentu saja harus dilihat terlebih dahulu mengenai
proses persidangan. Bahwa hukum acara perdata atau hukum perdata formal
pada intinya adalah secara formal hukum pembuktian tersebut mengatur untuk
bagaimana mengadakan pembuktian seperti yang terdapat dalam RBg dan HIR.
kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti tersebut sejauh mana dapat dibuktikan.
menang dan/atau kalahnya suatu pihak dalam perkara bergantung pada kekuatan
pembuktian dari alat-alat bukti yang dimilikinya. Baik secara tertulis maupun
lisan, akan tetapi harus diiringi atau disertai dengan bukti-bukti yang sah menurut
kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang
oleh hakim.78
pembuktian yang menggunakan alat bukti yang sah sebagai alatnya dengan tujuan
untuk memperoleh kebenaran dari suatu peristiwa melalui putusan atau penetapan
hakim. Maka pengertian alat bukti juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti
78
Ridwan Syahrani, Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti, 2004, hal. 83
70
keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu perbuatan melawan hukum oleh
pelaku.
Pasal 283 RBg dan Pasal 163 HIR menyatakan barang siapa mengatakan
haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, haruslah membuktikan adanya
menyatakan bahwa :
tata cara pembuktian, macam-macam alat bukti, beban pembuktian dan kekuatan
314, RBg ini berlaku untuk di luar wilayah pulau Jawa dan Madura. HIR
(Herziene Indonesische Reglement) terdapat pada Pasal 162 sampai Pasal 177,
HIR ini berlaku untuk wilayah Pulau Jawa dan Madura. Terakhir diatur dalam
terikat pada adanya alat-alat bukti yang sah. Artinya dalam mengambil suatu
79
Retnowulan Sutianto dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara perdata dalam
Teori dan Praktek, Bandung, Alumni, 1983, hal.53
71
keputusan, hakim senantiasa terikat dengan alat-alat bukti yang telah ditentukan
Melihat perkara ini, untuk meyakinkan hakim para pihak baik penggugat
dan tergugat I dan II telah mengajukan pembuktian berupa bukti tertulis dan juga
2;
Sedangkan alat bukti saksi yang diajukan oleh penggugat yaitu sebanyak 2
(dua orang). Saksi-saksi yang diajukan oleh penggugat menerangkan bahwa pada
72
pokoknya bahwa terlah terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan Tergugat
penggugat mengajukan alat bukti yang kuat untuk mendukung dalil gugatannya
dan juga tidak ada yang cacat hukum. Pengajuan alat bukti tersebut sangat
berperan penting untuk meyakinkan hakim, karena pada perkara perdata hakim
biasanya bersifat pasif. Kemudian para pihak juga mengajukan saksi-saksi yang
kemudian menerangkan bahwa benar adanya batang kopi milik penggugat di atas
lahan yang menjadi objek pelepasan hak. Maka dengan demikian, pertimbangan
yang dilakukan oleh tergugat I dan II. Untuk menganalisis hal ini, maka perlu
pembayaran ganti rugi atas kerugian yang timbul dari perbuatan melawan hukum
tersebut.
tidak mematuhi putusan pengadilan. Selain itu, Tergugat Muhamad Muadim atas
korban meninggal dunia dan luka ringan serta merusak kendaraan dan atau
barang.
Dalam hal ini, sangat jelas bahwa penggugat telah mengalami kerugian
Sebab akibat pada perkara ini adalah bahwa akibat perbuatan tergugat I
dan tergugat II, penggugat telah meninggalnya anak Penggugat serta rusaknya
terhadap Penggugat.
cacat hukum dinilai telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu,
analisis juga dilakukan terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, tergugat I dan tergugat II
pemberian ganti rugi secara tanggung renteng para tergugat telah tepat dan sesuai
dengan perundang-undangan.
dilakukan oleh orang lain yang berada di bawah tanggungannya atau dikenal
yaitu: tanggung jawab orang tua dan wali terhadap anak yang belum dewasa,
tanggung jawab majikan dan mereka yang mengangkat orang lain untuk mewakili
suatu urusan, dan tanggung jawab yang disebabkan karena barang-barang yang
Perbuatan melawan hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah karena
para dalam peristiwa ini, para Tergugat telah diberikan putusan, akan tetapi para
sebagaimana disebutkan di atas telah ada, dan telah berkekuatan hukum tetap,
namun sejumlah persuasi yang dilakukan oleh Penggugat kepada Para Tergugat,
namun tidak mendapat “tanggapan yang baik”, sehingga dengan mengacu pada
ketentuan Pasal 1365, dan Pasal 1367 KUH-Perdata, sikap dan tindakan Para
karenanya melalui gugatan dalam perkara a quo, Para Tergugat patut dan harus
menanggung kerugian yang diderita Penggugat, baik yang telah ditetapkan dan
115/Pdt/2018/PT Kpg.
(tiga persen) dari Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), setiap bulan terhitung
sejak tanggal 05 Oktober 2016 hingga Putusan Pengadilan yang diajtuhkan atas
yang akan dijatuhkan atas perkara a quo, maka patut dan cukup beralasan hukum
Para Tergugat harus meletakkan sita jaminan berupa harta-benda milik Para
Tergugat dalam bentuk apapun yang ada pada saat ini dan bernilai mencapai
van gewijsde) terkandung hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak
yang berperkara, sehingga para pihak yang berperkara harus mentaati dan
orang tersebut telah memasuki umur 21 (dua puluh satu) Tahun dan telah
mereka yang telah berumur 21 tahun (atau telah menikah) sudah dapat
merumuskan kehedaknya dengan benar dan sudah menyadari akibat hukum dari
perbuatannya.