PENDAHULUAN
Menimbang, bahwa setelah membaca dan mencermati keberatan Penasehat Hukum terdakwa,
Majelis berpendapat bahwa keberatan berkaitan dengan batal demi hukumnya surat dakwaan
dimana Penasehat Hukum menyatakan surat dakwaan batal demi hukum.
Dalam menjatuhkan putusan, hakim harus memberikan suatu pertimbangan hukum yang
tepat dan benar, karena menjadi dasar bagi hakim untuk menjatuhkan hukuman kepada
seorang yang sedang diadili dan dimuat dalam bentuk tertulis yakni disebut putusan
hakim dan dibacakan dimuka persidangan. Hakikat dari putusan hakim sendiri adalah
mahkota, dan puncak dari perkara pidana sehingga hakim dalam memberi putusan pidana
harus memperhatikan segala aspek. Dalam pertimbangan hakim terdapat 3 (tiga) aspek
yang hakim pertimbangkan yakni Aspek yuridis, filosofis dan sosiologis.
Aspek yuridis merupakan aspek yang pertama dan utama dengan berpatokan kepada
undang-undang yang berlaku. Hakim sebagai aplikator undang-undang harus memahami
undang-undang yang berkaitan dengan perkara yang sedang dihadapi. Hakim harus
menilai apakah undang-undang tersebut adil, bermanfaat, atau memberikan kepastian
hukum sesuai dengan tujuan dari hukum itu sendiri, sebab salah satu tujuan hukum itu
unsurnya adalah menciptakan keadilan. Aspek filosofis merupakan aspek yang berintikan
pada kebenaran dan keadilan, sedangkan aspek sosiologis memuat pertimbangkan tata
nilai budaya yang hidup dimasyarakat. Penerapan aspek filosofis dan sosiologis harus
mampu mengikuti perkembangan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat. Pencantuman
ketiga aspek tersebut sebagai upaya penegakan nilai keadilan dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Pertimbangan hakim bermula pada saat hakim menyatakan pemeriksaan ditutup, yang
selanjutnya hakim yang memeriksa dan mengadili suatu perkara mengadakan
musyawarah untuk mendapatkan putusan yang adil sesuai dengan tujuan dari hukum.Ada
dua indikator yang harus diperhatikan hakim yakni bagaimana hakim dengan rasionya
dan hati nuraninya mampu mengungkap fakta berdasarkan bukti-bukti yang diajukan di
persidangan mencari, menemukan dan menerapkan hukum yang tepat sesuai dengan rasa
keadilan inividu (pelaku), masyarakat (korban), dan negara (undang-Undang)
3. Pengertian Eksepsi
Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang
berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa disertai dengan
alasan-alasannya bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara
yang benar dan tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak
pidana yang didakwakan. Eksepsi dan bantahan terhadap pokok perkara di dalam konteks
hukum acara memiliki makna yang sama yaitu sebuah tangkisan atau bantahan
(objection).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kepastian hukum adalah perangkat hukum
suatu negara yang mampu menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara. Perangkat
hukum merupakan suatu aturan yang harus dipatuhi oleh setiap warga negara sehingga
negara harus mempertimbangkan dengan hati-hati agar perangkat hukum tersebut mampu
menjamin hak dan kewajiban setiap warga negaranya agar keberadaan warga negara
tersebut terlindungi.
Peraturan yang dibuat memiliki syarat tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lain, disesuaikan dengan kondisi sosial yang ada dan menimbulkan
rasa terlindungi terhadap masyarakat yang menjalankan peraturan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Menimbang bahwa Majelis Hakim memberikan pendapatnya terkait kompetensi absolut, bahwa
Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung berwenang mengadili perkara aquo karena perkara
tersebut adalah perkara tindak pidana korupsi dan bukan perkara Tata Usaha Negara
sebagaimana disebutkan Penasihat hukum dalam materi keberatannya.
Menimbang, bahwa salah satu obyek dalam perkara tindak pidana korupsi ini adalah surat
keputusan Kepala Desa Cikole Nomor 145/SK.35/Pem.2020 tentang penghapusan tanah kas
Desa yang terletak di Blok lapang persil 57. Namun demikian, seharusnya penasihat hukum
terdakwa melihat secara teliti dan komprehensif tidak hanya Surat Keputusan Kepala Desa
Cikole semata, melainkan segala kejadian-kejadian sebelum dan sesudah diterbitkannya surat
keputusan kepala desa tersebut yaitu terkait adanya perjanjian kerjasama untuk penjualan tanah
di Blok lapang persil 57 yang merupakan tanah milik negara dan terhadap objek tanah milik
negara tersebut telah diperjual belikan kepada konsumen dimana terdakwa bertindak sebagai
saksi dalam jual beli tersebut, sehingga atas tindakan terdakwa tersebut telah merugikan
keuangan negara.
Majelis Hakim berpendapat penerbitan surat keputusan Kepala Desa Cikole Nomor
145/SK.35/Pem.2020 tersebut secara umum hanyalah merupakan cara berupa perbuatan
melawan hukum untuk melakukan tindak pidana korupsi, sehingga tidak dapat dikategorikan
sebagai kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menanganinya.
III. KERUGIAN HARUS NYATA DAN PASTI bukan berdasarkan di Taksir Kurang
Lebih
Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut: bahwa kerugian negara dalam materi
surat dakwaan adalah kerugian yang pasti jumlahnya yaitu sebesar Rp. 50. 696.000.000,- (lima
puluh milyar enam ratus sembilan puluh enam juta rupiah) dan nyata sebab telah dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui standar pemeriksaan yang patut dan terukur oleh
Inspektorat Kabupaten Bandung Barat dan atas dasar tersebut kemudian diterbitkan hasil
penghitungan Inspektorat Kabupaten Bandung Barat Nomor : 700/199/ITDA/IRBANSUS
tanggal 24 Mei 2021.
Menimbang, bahwa mengenai adanya kalimat kurang lebih didepan jumlah kerugian keuangan
negara tersebut, bukan menunjukkan kerugian keuangan negara tersebut tidak nyata dan pasti
melainkan memberikan peluang bagi pembagian selama proses persidangan, Majelis Hakim
dapat memiliki pendapat berbeda atas hasil perhitungan kerugian keuangan negara dan pendapat
tersebut diharapkan tentunya tetap dapat diakomodir oleh surat dakwaan.
Menimbang, bahwa kewenangan Majelis Hakim untuk memiliki pendapat berbeda atas besar
kecilnya jumlah perhitungan kerugian keuangan negara ataupun atas terbukti atau tidaknya
kerugian Negara adalah didasarkan bunyi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor :
31/PUUX/2012 tanggal 23 Oktober 2012 yang pada pokoknya menyatakan “digunakan atau
tidaknya informasi tersebut dalam pengambilan putusan merupakan kemerdekaan hakim yang
mengadili perkara”.
Bahwa materi keberatan yang pada pokoknya keberatan atas kalimat “kurang lebih” sebelum
nilai kerugian keuangan negara yang telah disebutkan Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan,
Oleh karenanya terhadap keberatan Penasehat Hukum Terdakwa menurut Majelis Hakim adalah
tidak beralasan secara hukum sehingga harus dinyatakan tidak diterima;
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
(3) Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf
b batal demi hukum
Menimbang, bahwa Bahwa Setelah mempelajari Surat dakwaan Penuntut Umum dalam Perkara
ini, Majelis Hakim berpendapat bahwa dakwaan Jaksa Penuntut berbentuk Dakwaan Kombinasi
antara Alternatif dan Subsidaritas , yang melangar dan Subsidair: Pasal 3 Undang-undang
Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan
ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-udang
Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis
berpendapat bahwa surat dakwaan Penuntut Umum dalam perkara ini sudah tidak
memenuhi syarat formil dan syarat materiil dari ketentuan pasal 143 ayat (2) KUHAP
sehingga harusnya dinyatakan batal demi hukum dan keberatan dari Penasihat Hukum
Terdakwa mengenai dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah beralasan hukum dan harus
dinyatakan diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena keberatan Penasihat Hukum Terdakwa dinyatakan diterima
maka oleh karena itu surat dakwaan dinyatakan batal sebagai dasar pemeriksaan, sehingga
sidang pemeriksaan berkas perkara atas diri Terdakwa tersebut tidak dapat dilanjutkan;
4.2 Saran
MAKALAH
EKSEPSI MANTAN KEPALA DESA CIKOLE BANDUNG
Disusun Oleh:
1. Andry Brillian Nugraha (1810111052)
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata
kuliah Hukum Pidana yang berjudul “EKSEPSI MANTAN KEPALA DESA CIKOLE BANDUNG”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fina Rosalina selaku Dosen Mata Kuliah Hukum Acara
Pidana. Tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………......3
BAB I. PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..…11
4.2 Saran………………..………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA…………..……………………………………………………………....12
DAFTAR PUSTAKA