HUKUM ACARA
editor:
Zaid Bin Ahmad, M.Pd.
PENGERTIAN HUKUM ACARA
Hukum Acara adalah kumpulan-kumpulan
ketentuan-ketentuan dengan tujuan
memberikan pedoman dalam usaha mencari
kebenaran dan keadilan bila terjadi perkosaan
atas suatu ketentuan hukum dalam hukum
materiil yang berarti memberikan kepada
hukum acara suatu hubungan yang mengabdi
kepada hukum materiil.
MENURUT PARA AHLI
• Kansil Hkm Acara ialah Hkm Formal (Hkm Proses/Hkm
Acara) yaitu hkm yg memuat prtran2 yg mngtur bgmna
cara2 mlksnakan&mprthankan hkm materiil/prturan2 yg
mngatur bgmna cara2NYA mngjukan sstu perkara ke
pengadilan&bgmna cara2NYA hakim mmberi keputusan.
• E. Utrecht, Hkm Acara ialah Hkm yg mnjukkan cara
bgmna prturan2 hkm materiil yg
diprthankan&diselengarakan.
• Van Kan, Hkm Acara atau Hkm Formal ialah hkm yg hny
mpnya arti turunan; ia hny di pergunakan utk mjmin
plksnaan dr kaidah2 materiil yg tlh ada.
Subjek Hukum
a. Manusia Sebagai Subjek Hukum ( Natuurlijk
persoon) adalah setiap orang yang mempunyai
kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan
kewajiban. Ada juga golongan manusia yang tidak dapat
menjadi subjek hukum, karena tidak cakap dalam
melakukan perbuatan hukum (Personae miserabile) yaitu :
b. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum (Rechts
persoon) adalah suatu perkumpulan atau lembaga yang
dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu ang
mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak
dan kewajiban. Sebagai subjek hukum, badan hukum
mempunyai syarat – syarat yang telah ditentukan oleh
hukum yaitu :
Lnjtan.....,
Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang
bermanfaat bagi subjek hukum dan dapt menjadi
objek dalam suatu hubungan hukum.
Objek hukum berupa benda atau barang ataupun
hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.
Objek hukum dapat dibedakan antara lain :
– Benda berwujud dan tidak berwujud
– Benda bergerak dan tidak bergerak
POKOK PEMBAHASAN YANG AKAN
DISAJIKAN :
1. HUKUM ACARA PERDATA
2. HUKUM ACARA PIDANA
3. HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
4. HUKUM ACARA PTUN
5. HUKUM ACARA MAHKAMAH
KONSTITUSI
1.HUKUM ACARA
PERDATA
PENGERTIAN ................?
PENGERTIAN HKM ACARA PERDATA
• Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg
mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya
hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
• Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata
formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan
dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg
diatur dalam hukum perdata materiil
9
Sumber Hukum Acara Perdata :
12
PENGAJUAN
GUGATAN DAN PERMOHONAN
SERTA PENYITAAN
13
PENGERTIAN
• Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada Pasal 1 angka 2,
gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa
dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan
MENURUT PARA AHLI :
• Sudikno Mertokusumo, tuntutan hak adalah tindakan yang
bertujuan memperoleh perlindungan yang diberikan oleh
pengadilan untuk mencegah main hakim sendiri
(eigenrichting).
• Darwan Prinst, gugatan adalah suatu permohonan yang
disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
berwenang mengenai suatu tuntutan terhadap pihak lainnya
dan harus diperiksa menurut tata cara tertentu oleh
pengadilan serta kemudian diambil putusan terhadap
gugatan tersebut.
PENYITAAN
• Penyitaan atau beslag merupakan tindakan
persiapan, berupa pembekuan barang-barang
yang berada dalam kekuasaan tergugat
sementara waktu untuk menjamin agar putusan
sidang pengadilan perdata dapat dilaksanakan.
Penyitaan bertujuan untuk menjamin
kepentingan penggugat, yaitu agar haknya yang
dikabulkan dalam putusan hakim dapat
dilaksanakan setidaknya melalui barang sitaan.
GUGATAN DAN PERMOHONAN
16
Didaftar
Penggugat mengajukan Kepaniteraan Penetapan & Penunjukann
gugatan & melunasi PN Majelis Hakim o/ Ketua PN
biaya perkara
Majelis Hakim :
Penyerahan Surat Panggilan Sidang 1. Menetapkan tgl. Hari sidang;
& Salinan Surat Gugatan 2. Memanggil para pihak pd
kpd Para Pihak o/ Juru Sita. hari sidang dgn membawa
saksi-saksi & bukti-bukti.
21
PUTUSAN HAKIM
• Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yg o/ hakim, sbg
pejabat negara yg diberi wewenang u/ itu, diucapkan di
persidangan & bertujuan u/ mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para
pihak. (Sudikno Mertokusumo)
• Putusan ≠ Penetapan
Putusan penyelesaian perkara dalam peradilan
contentius (sengketa para pihak)
Penetapan penyelesaian perkara dalam peradilan
voluntair (sepihak)
22
Jenis – jenis Putusan
23
Putusan Akhir
• Jenis – jenisnya :
1. Putusan Condemnatoir adalah putusan yg bersifat
menghukum pihak yg dikalahkan u/ memenuhi prestasi.
2. Putusan Constitutif adalah putusan yg meniadakan atau
menciptakan suatu kedaan hukum, misal : pemutusan
perkawinan, pengangkatan wali, pemberian pengampuan,
pernyataan pailit, pemutusan perjanjian, dsb.
3. Putusan Declaratoir adalah putusan yg isinya bersifat
menerangkan atau menyatakan apa yg sah, misal : putusan
dalam sengketa mengenai anak sah.
• Pd hakekatnya semua putusan baik condemnatoir maupun
constitutif bersifat declaratoir.
24
Putusan yg Bukan Putusan Akhir/Putusan Sela/Putusan
Antara
25
Lanjutan ….. Putusan yg Bukan Putusan Akhir/Putusan
Sela/Putusan Antara
• Jenis – jenis Putusan Sela/Putusan Antara :
PENGERTIAN................
Pengertian
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas
UU No.7 Tahun 1989 dalam pasal 2 disebutkan:“Peradilan
Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai
perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini”
• Pengertian Hukum Acara Hukum acara (hukum formil)
bertujuan untuk menjamin ditaatinya hukum perdata materil,
oleh karena itu hukum acara memuat tentang cara bagaimana
melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan
kaidah-kaidah yang termuat dalam hukum perdata
materil.Adapaun hukum acara yang berlaku di Peradilan
Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku di
lingkungan Peradilan Umum kecuali yang telah diatur secara
khusus (Pasal 54 UU No. 7 Tahun 1989).
Tugas Pokok Badan Peradilan Agama
• Menerima, memeriksa, mengadili dan memutus serta
menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama
Islam dalam bidang:
• a. Perkawinan;
• b. Waris;
• c. Wasiat;
• d. Hibah;
• e. Wakaf;
• f. Zakat;
• g. Infaq;
• h. Shadaqoh; dan
• i. Ekonomi Syari’ah.
(Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang-ndang Nomor 7 Tahun 1989
Tugas lain dari badan Peradilan Agama
Selain dari tugas pokok sebagaimana diuraikan di atas, Peradilan
Agama mempunyai tugas tambahan baik yang diatur dalam
Undang-undang maupun dalam peraturan-peraturan lainnya yaitu :
• Memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
kepada instansi pemerintah apabila diminta. (Pasal 52 ayat (1)
Undang-undang No. 7/1989)
• Menyelesaikan permohonan pertolongan pembagian harta
peninggalan di luar sengketa antara orang-orang Islam. (Pasal 107
ayat (2) Undang-undang No. 7/1989). Hal ini sudah jarang
dilakukan karena Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 telah
mengatur dibolehkannya penetapan ahli waris dalam perkara
volunteer.
• Memberikan isbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal
bulan tahun hijriyah (Pasal 52 A UU No.3 Tahun 2006)
• Melaksanakan tugas lainnya seperti pelayanan riset/penelitian dan
tugas-tugas lainnya.
Proses Berperkara di Pengadilan Agama
Seseorang yang akan berperkara di Pengadilan
Agama datang secara pribadi atau melalui
kuasannya yang sah (dengan Surat Kuasa)
mengajukan surat gugatan atau permohonan
yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Agama dan mendaftarkannya kepada petugas
yang ditunjuk menerima surat gugatan atau
permohonan tersebut.
Tata cara gugat menggugat
Pengertian surat gugatan ialah surat yang
diajukan kepada Ketua Pengadilan yang
berkompeten yang memuat tuntutan hak dan
adanya kepentingan hukum serta
mengandung sengketa. Yang mengajukan
disebut Penggugat sedang pihak yang digugat
disebut Tergugat.
Bentuk gugatan atau permohonan dapat dibagi 2 (dua)
yaitu :
a. Bentuk Tertulis
Gugatan atau permohonan bentuk tertulis harus memenuhi
syarat formil, dibuat dengan jelas dan terang serta ditanda
tangani oleh yang mengajukan (Penggugat/Pemohon) atau
kuasanya yang telah mendapat surat kuasa khusus.
b. Bentuk Lisan
Gugatan atau permohonan bentuk lisan ialah gugatan atau
permohonan yang diajukan secara lisan kepada Ketua
Pengadilan oleh mereka yang buta huruf dan Ketua
Pengadilan mencatat atau menyuruh mencatat kepada
salah seorang pejabat pengadilan, kemudian catatan
tersebut diformulasikan menjadi surat gugatan atau
permohonan. (Pasal 120 HIR/Pasal 144 ayat (1) RBg.)
Syarat-syarat Gugatan
1. Berupa Tuntutan
Yaitu mrpkan suatu aksi atau tindakan hukum yg
brtjuan utk mproleh prlndungan hkm dr
Pengadilan dan utk mncegah tindakan main
hakim sendiri.
2. Ada Kepentingan Hukum
Yaitu setiap gugatan hrs mrpkan tuntutan hak dan
mpnyai kpntingan hukum yang cukup.
3. Sengketa
Yaitu tuntutan hak tsb hrs mrpkan sengketa. Tidak
ada sengketa maka tidak ada perkara (geen
4. Dibuat dengan Cermat dan Terang
Yaitu dg alasan atau dasar hukumnya hrs jls dan dpt dibuktikan
apabila disangkal, pihak-pihaknya jg hrs jls demikian juga
obyeknya. Jika tidak jelas maka surat gugatan tsb akan
dinyatakan gugatan kabur (Obscure Libel).
3. Petitum.
Petitum yaitu tuntutan yang diminta oleh Penggugat supaya
dikabulkan oleh Hakim.
Suatu petitum harus didukung dengan posita dan suatu petitum
yang tidak didasarkan pada posita maka petitum tidak akan
dikabulkan oleh hakim.
Tata Cara Pengajuan Gugatan di PA
keberatan
Upaya Administratif
Sengketa Banding
TUN
Upaya Peradilan
UPAYA ADMINISTRATIF
- Upaya administratif :
a. KEBERATAN
(Administratief bezwaar), kepada Badan/Pejabat TUN yang
menerbitkan KTUN ----- Digugat ke PTUN;
b. BANDING ADMINISTRATIF
(Administratief beroep), kepada atasan/instansi lain yang lebih
tinggI yang mengeluarkan KTUN ----- gugatan ke PT.TUN;
KTUN
penetapan tertulis;
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara;
berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
yang berdasarkan peraturan per-UU-an;
bersifat konkret, individual dan final;
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang.
KONKRET,INDIVIDUAL,FINAL
PENGERTIAN................
HKM ACARA MK
PENGERTIAN
Mahkamah konstitusi adl sbuah lmbaga tinggi
negara dlm sstm ketatanegaraan indo yg
mrpkan pmgang kekuasaan kehakiman brsma
dg MA. MK lhr pd tanggal 13 Agustus 2003
dan MK sendiri diatur dlm Psl 24C UUD 1945
dan UU No. 24 Thn 2003 mngnai MK.
Kewewenang MK bdsarkan Psl 24C UUD 1945/
Psl 10 UU No. 24 Thn 2003 Tentang MK yakni:
• Menguji UU thdp UUD
• Mmtus Sngkta kwnangan antara lmbga Neg yg
kwnangannya dibrikan oleh UUD
• Mmtus Sngkta hasil Pemilihan umum
• Mmtus Pmbubaran Partai Politik
• Mbrikan Ptsan thdp usulan DPR thdp dugaan
pelanggaran yg dilkkan olh Kpl Neg dan wakil
Kpl Neg.
ASAS2 HKM ACARA MK
1. Persidangan Terbuka untuk Umum
Psl 19 UU No.4 Thn 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman
mnytkan bhw pngdilan terbuka utk umum kecuali UU
menentukan lain.
2. Independen dan Imparsial
MK mrpkan pmgang kekuasaan kehakiman yg brsifat
mndiri dan merdeka. Sifat mndiri dan merdeka brkaitan
dg sikap imparsial (tdk memihak). Sikap independen dan
imparsial yg hrs dimliki hakim btjuan agar mncptakan
peradilan yg netral&bebas dr campur tangan pihak
manapun.
3. Peradilan Cepat, Sederhana, dan Murah
Psl 4 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman
mngmnatkan bhw peradilan hrs dilksnakan scra
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
4. Putusan bersifat Erga Omnes
Berbeda dg peradilan di MA yg brsifat inter partes
artinya hny mngikat pra phak brsengketa dan
lingkupnya mrpkan peradilan umum. Sifat
peradilam MK adl erga omnes yg mpnyai kekuatan
mengikat. Artinya ptsan pengadilan MK brlku bg
siapa saja tdk hny bg para pihak yg bersengketa.
5. Asas Audi et alteram partem :
Hak yg sama utk didengar keterangannya secara berimbang.
Msing2 phk mpnyai ksmpatan yg sama mngjukan pbktian utk
mndkung dalil masing2. Semua hrs dipertimbangkan olh MK jk
ktrangan tsb mngandung nilai yuridis yg dpt mbuat jelas
permasalahan.
6. Asas Hakim Aktif juga Pasif dlm proses persidangan :
Mekanisme constitutional control digerakan olh pemohon dg
satu prmhonan&dlm hal dmkian hakim bsifat pasif, tdk blh scra
aktif mlkukan inisiatif utk mnggerakan mekanisme. MK tdk
dpt mmriksa prkra tnpa adanya prmhonan, Hakim hrs aktif
menggali data dan ktrangan yg diprlkan bhkan dg mnylidiki mllui
risalah pembahasan UU tsb ssuai dg apa yg dikemukakan
dlm Pasal 11 UU MK .
7. Asas Ius Curia Novit :
Psl 16 ayat (1) No 4 / 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman “Pengadilan
tdk blh menolak utk mmriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yg diajukan dg dalih bhw hukum tdk ada atau kurang
jelas, melainkan wajib utk memeriksa dan mengadilinya.”
8. Asas Praduga Recthmatig :
Putusan MK mrpakan akhir dan mpnyai kekuatan hukum
tetap pd saat putusan dibacakan srt tdk brlaku surut.
9. Asas Pembuktian bebas :
Hakim Konstitusi bebas dlm mntukan apa yg hrs
dibuktikan, beban pembuktian bsrta penilaian pmbuktian
atau sah tdknya alat bukti brdsarkan keyakinannya. Hakim
Konstitusi dpt leluasa utk mntukan alat bukti, tmsuk alat
bukti yg tergolong bru dikenal dlm kelaziman Hkm Acara,
misal : alat bukti brpa rekaman video kaset.
10. Asas Putusan Final :
Asas ini, MK berwenang mengadili pd tingkat pertama dan
terakhir yg putusannya bersifat final (Pasal 10 Undang-
undang Mahkamah Konstitusi)
SUMBER HKM ACARA MK
1. Sumber Langsung :
• UU No. 24 Tahun 2003 Tentang MK
• Peraturan MK
• Yurisprudensi MK RI
2. Sumber Tidak Langsung
• UU Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara dan Hukum Acara Pidana Indonesia
• Pendapat sarjana (doktrin)
• Hukum Acara dan yurisprudensi MK negara lain
PROSEDUR BERPEKARA DI MK
1. Pengajuan permohonan
– Permohonan diajukan scra trtlis dlm Bhsa Indo
– Ditandatangani oleh pemohon/kuasanya
– Permohonan dibuat rangkap 12
– Jenis perkara
– Permohonan mnjlaskan secara rinci mngenai materi
permohonan (sesuai dengan yurisdiki MK)
– Selain dlm bentuk formal, jg diajukan softcopy-nya yg
disimpan dlm media penyimpanan elektronik
(disket, compact disc, dll)
Isi Permohonan
• Identitas pemohon
• Uraian mngenai hal yg mjd dasar prmhonan
• Hal2 yg dimohonkan utk diputus
• Prmhonan hrs disrtai dg alat2 bukti yg mdkung
Tata Cara Pengajuan Permohonan
• Pemohon > Panitera MK > Akta Penerimaan Berkas/
Akta Pmbritahuan Kekuranglengkapan kpd pemohon >
registrasi/tdk teregistrasi apabila memohon tdk
melengkapi kekuranglengkapan
• Petugas kepaniteraan berkewajiban utk mlkukan
pemeriksaan kelengkapan, yg skrang2nya:
a.) Bukti diri pemohon sesuai kualifikasi (Pasal 51 ayat 1 UU MK):
– Fotokopi KTP sbg bukti bhw pemohon adalah WNI
– Bukti kbradaan masy hukum adat mnrut UU dlm hal
pemohon adalah masy hukum adat
– Akta pendirian dan pengesahan badan hukum baik publik
maupun privat dlm hal pemohon adalah badan hukum
– Peraturan perundang-undangan pembentukan lembaga
negara yang bersangkutan dlm hal pemohon adalah lembaga
negara
b.) Bukti surat atau tulisan yang berisikan alasan permohonan
c.) Daftar calon saksi ahli dan/atau saksi disertai pernyataan
singkat ttg hal2 yg akan diterangkan terkait dg alasan
permohonan srt prnyataan bersedia menghadiri persidangan
dlm hal pemohon akan mengajukan saksi ahli dan /atau saksi.
d.) Daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang
disimpan dalam atau dikirim melalui media elektronik, bila
dipandang perlu
2. Pendaftaran
• Permohonan yg sdh lengkap, dicatat dlm BRPK (Buku
Registrasi Perkara Konstitusi) dan diberikan nomor perkara.
• MK akan mbrikan salinan permohonan kepada :
– Presiden, DPR, dan MA srta mbritahukan kpd MA utk
mnghentikan sgl pengujian prturan prndang2an di bwhnya.
(Terhadap perkara pengujian undang-undang)
– Lembaga negara termohon. (Terhadap perkara sengketa
kewenangan antar lembaga negara)
– Parpol yang bersangkutan. (Terhadap perkara
pembubaran partai politik)
– Presiden dan/atau wapres. (Terhadap pendapat DPR
mengenai adanya pelanggaran hukum oleh presiden
dan/atau wapres)
• Pnympaian salinan prmhonan dismpaikan olh Juru Panggil yg
dibuktikan dg berita acara penyampaian.
• Dlm hal prmhonan tlh dictat di dlm BRPK dan tdpt pnrikan
prmhonan, mk panitera bkwjiban utk mbuatkan Akta
Pmbtalan Registrasi yg dismpaikan kpd pmhon bsrta
pngmbalian brkas permohonan.
3. Penjadwalan sidang
• Ketua MK mnrima berkas yg tlh diregistrasi dan menetapkan
panel hakim.
• Ketua panel hakim mntukan hr sidang pertama yg dismpaikan
kpd pmhon dg surat pmnggilan yg tlh ditandatangani olh
Panitera dan dismpaikan scra lngsung olh Juru Panggil mllui
berita acara penyampaian.
• Pntapan hr sidang jg diumumkan kpd masy dg mnempelkan
pd papan pengumuman khusus dan dlm situs MK
(www.mahkamahkonstitusi.go.id) serta disampaikan melalui
4. Pemeriksaan pendahuluan
• Pemeriksaan terhadap:
– Kelengkapan dan kejelasan permohonan
– Dasar legal standing
– Saran2 hakim untuk
perbaikan posita dan petitum
– Pemeriksaan tumpang tindih kewenangan
– Pemeriksaan dapat dilanjutkan atau tidak
• Dalam hal diharuskan adanya perbaikan, pemohon
diberikan waktu 14 hari.
• Tujuan pemeriksaan pendahuluan:
a. Adanya persiapan persidangan
b. Memudahkan pengujian dan klarifikasi
c. Penentuan jumlah saksi dan/atau saksi ahli
d. Penentuan sidang pleno lebih cepat dan mudah
e. Pemeriksaan persidangan
• Hal yg hrs dipersiapkan dlm prsdangan pendahuluan:
a. Kualifikasi pemohon, kewenangan bertindak, dan surat-
surat kuasa
b. Legal standing
c. Statement of Constitutional Issue ( Permasalahan
konstitusional yang diajukan)
d. Alat bukti
e. Saksi dan ahli yang pokok pernyataannya mendukung
5. Pemeriksaan persidangan
• Terbuka untuk umum
• Memeriksa permohonan dan alat bukti
• Pmberian ktrangan olh saksi, ahli&lmaga ngra (lmbga
ngra yg diminta wjb mbrikan ktrangan pling lambat 7 hari)
6. Putusan
• Diputus paling lambat dalam tenggang waktu:
– Prkra pmbbaran prtai pltik : 60 hari kerja sejak
teregistrasi
– Perselisihan hasil pemilu :
a. Pilpres – 30 hari kerja sejak teregistrasi
b. Pilkada – 14 hari kerja sejak teregistrasi
c. Pemilu DPR, DPD, dan DPRD – 30 hr krja sejak
teregistrasi
– Perkara pendapat DPR : 90 hari kerja sejak teregistrasi
• Cara mengambil putusan
– Musyarah mufakat
– Setiap hakim menyampaikan pendapat secara tertulis
– Diambil suara terbanyak apabila tidak mencapai
mufakat
• Jenis putusan :
a. Putusan sela / provisional
b. Putusan akhir
– Menolak
– Mengabulkan
– Tidak dapat diterima ( Niet Ontvantkelijk Verklaard )
c. Putusan tanpa / dengan Dissenting Opinion
d. Putusan beryarat ( Conditionaly Constitutional )
• Isi putusan:
– Identitas para pihak
– Ringkasan permohonan
– Pertimbangan thdp fakta yang terungkap di
dlm persidangan
– Amar putusan
– Hari dan tanggal putusan, nama dan tanda
tangan hakim konstitusi serta panitera
– Pendapat berbeda hakim ( Dissenting
Opinion )
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH