Anda di halaman 1dari 17

LEGAL DRAFTING II

SURAT KUASA
&
SURAT GUGATAN

Oleh:

HADRI ABUNAWAR,SH.MH.
DASAR HUKUM SURAT KUASA

1. Pasal 1792 - 1799 KUHPerdata.

2. SEMA No. 2 Tahun 1959 Ttg Surat Kuasa.

3. SEMA No. 5 Tahun 1962 Ttg Surat Kuasa.

4. SEMA No. 10 Tahun 1971 Ttg Surat Kuasa.

5. SEMA No. 6 Tahun 1994 Tentang Surat Kuasa.


PENGERTIAN
Surat Kuasa adalah surat yg berisi pelimpahan wewenang dari
seseorang/pejabat tertentu kepada seseorang/pejabat lainnya yg
berisikan hak seseorang untuk berbuat dan bertindak serta
menjadi dasar dan payung hukum (Legal Standing) bagi seorang
dalam menjalankan wewenangnya dalam
menjalankan/menyelesaikan suatu permasalahan/urusan.
Dengan demikian maka surat kuasa haruslah meneuhi syarat
formil dan syarat materil perikatan (psl. 1320 BW)
Tentang surat kuasa diatur dalam pasal 1792 – 1799 BW,
serta SEMA Nomor 6 Tahun 1994 Tentang Surat Kuasa.
SYARAT-SYARAT SURAT KUASA
 SyaratFormil.
Memuat Identitas Lengkap Pemberi dan
Penerima Kuasa.

 SyaratMateril:
Surat Kuasa harus memuat tentang kekhususan
secara detail tentang yang dikuasakan dari
Pemberi Kuasa kepada Penerima Kuasa.
UNSUR –UNSUR DALAM SURAT KUASA
 Judul “SURAT KUASA KHUSUS”
 No Surat Kuasa.
 Identitas Pemberi Kuasa
 Identitas Penerima Kuasa
 Tentang Hal yang dikuasakan
 Kata- kata SUBSTITUSI
 Tanggal Surat Kuasa
 Bermaterai cukup dan di Tanda Tangani Pemberi
dan Penerima Kuasa.
JENIS-JENIS SURAT KUASA
1. Surat Kuasa Notariel yakni surat kuasa yg dibuat dan
ditandatangani oleh pejabat Notaris.
2. Surat kuasa bawah tangan yg dibuat oleh pihak-pihak
(Advokat) yg kemudian didaftarkan pada pejabat
legalisasi baik Notaris maupun Panitera Pengadilan.
3. Surat Kuasa Insidentil adalah pemberian kuasa kepada
penerima kuasa yang notabenenya masih memiliki
hubungan/keluarga dari pemberi kuasa.
diatur dalam Pasal 118 HIR.
SURAT GUGATAN

Dasar Hukum:

 Pasal 8 (3) Reglement Op de Burgerlijke Rechts


Vordering (RV).
SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIPENUHI
DALAM SURAT GUGATAN :

1. Surat gugatan ditujukan ke Pengadilan Kompetensi


Absolut dan Kompetensi Relatif mana yg berwenang
akan memeriksa dan mengadili serta memutus
perkara dimaksud.
2. Surat Gugatan harus memuat Identitas lengkap
Penggugat baik Penggugat Prinsipal atau melalui
Kuasa Hukum dengan Surat Kuasa Khusus.
3. Surat Gugatan harus memuat Identitas lengkap
Tergugat baik Tergugat prinsipal atau Tergugat
melalui Kuasa Hukum dengan Surat Kuasa Khusus.
5. Surat Gugatan harus memuat uraian secara jelas, lengkap
tentang peristiwa hukum dan hubungan hukum peristiwa
hukum dimaksud dengan Tergugat (Fundamentum petendi)
6. Surat Gugatan harus menguraikan tentang hubungan peristiwa
hukum dengan akibat kerugian yg ditimbulkan yg diderita oleh
Penggugat baik uraian ttg kerugian materil maupun uraian ttg
kerugian immateril.
7. Untuk menjamin keberhsilan gugatan, Penggugat dapat
memuat ttg Permohonan Sita jaminan (Coservatoir
Beslag/Revindicatoir Beslag), agar apabila Tergugat yg
dinyatakan kalah maka barang yg telah disita tersebut dapat
dilakukan eksekusi untuk memenuhi isi putusan.
8. Surat gugatan harus memuat dan menguraikan secara cermat
ttg tuntutan hukum yg diharapkan oleh Penggugat (Petitum)
9. Surat Gugatan harus ditandatangani dan bermaterai cukup
(Rp.6000).
TAHAPAN BERPERKARA DI
PENGADILAN

1. Surat Gugatan ditujukan dan diajukan pada Pengadilan sesuai


dengan kompetensi absolut dan kompetensi relatif perkaranya
(PN/PA/PTUN/PHI/Peradilan Niaga.Dll)

2. Gugatan diterima oleh pengadilan dan diberi nomor perkara


setelah dipenuhinya biaya perkara yg telah diperhitungkan oleh
Pengadilan dengan membayar POP (persekot ongkos perkara).

3. Ketua Pengadilan menetapkan dan menunjuk Majelis Hakim


Ketua yg akan memeriksa dan memutus perkara dimaksud yg
terdiri dari 1 orang bertindak sebagai Ketua Majelis Hakim dan
2 orang sebagai Hakim Anggota.
4. Panitera Pengadilan menunjuk 1 orang Panitera
Pengganti yg akan membantu penyelenggaraan
administratif dipersidangan (menyusun, membuat
berita acara persidangan).
5. Majelis Hakim menetapkan jadwal hari persidangan
dan memerintahkan agar pihak-pihak dipanggil ke
persidangan pada jadwal hari yg telah ditetapkan
melalui Relas panggilan yg harus disampaikan kpd
pihak-pihak berperkara sesuai dengan alamat yg
tertera dalam surat gugatan. Apabila pada saat
pemanggilan pihak-pihak tidak berada di tempat
sesuai dengan alamat tertera, maka Relas panggilan
tersebut disampaikan oleh juru sita pengadilan
melalui kantor Lurah atau kepala desa.
6. Sesuai dengan jadwal waktu persidangan maka pihak-pihak wajib untuk
ahdir sendiri atau menunjuk wakil yg sah melalui Surat Kuasa Khusus ke
persidangan, apabila pihak Tergugat setelah dipanggil secara patut dan
layak menurut hukum tidak hadir maka Majelis Hakim memerintahkan
agar dapat dipanggil ulang secara resmi melalui relas panggilan, sedangkan
apabila Penggugat yg tidak hadir setelah dipanggil secara patut dan layak
menurut hukum dan panggilan tersebut menurut majels hakim telah sah
maka majelis hakim atas pertimbangannya dapat menyatakan gugatan
tersebut gugur. Sedangkan apabila Tergugat telah dipanggil secara patut
dan layak menurut hukum 3 (tiga) kali dan tetap tidak hadir atau tidak pula
menunjuk wakilnya secara sah untuk mewakilinya dipersidangan, maka
majelis hakim dapat melanjutkan pemeriksaan perakara tersebut secara
VERSTEK (pemeriksaan perkara tanpa hadirnya pihak Tergugat)
7. Pada persidangan pertama setelah Majelis Hakim membuka dan
memeriksa kelengkapan identitas pihak-pihak berperkara,
Hakim wajib untuk mendamaikan terlebih dahulu kedua belah
pihak berperkara melalui MEDIASI (upaya perdamaian pihak
pihak berperkara) Vide PERMA No. 1 Tahun 2016.

apabila upaya mediasi tersebut berhasil maka mediator


menyampaikan kpd Majelis Hakim untuk dibuatkan keputusan
Pengadilan yg berisikan Perdamaian, dan sebaliknya apabila
dalam tenggang waktu maksimal 45 hari upaya mediasi tersebut
tidak tercapai Mediator menyampaikan kpd Majelis Hakim dan
majelis Hakim akan melanjutkan pemeriksaan perkara
dimaksud sesuai dengan tahapan-tahapannya.
8. Tahapan pertama pemeriksaan dipersidangan, Penggugat dipersilahkan

untuk membacakan Surat Gugatannya, dan apakah surat gugatan tersebut

akan terdapat perubahan atau tetap seperti semula. Apabila terdapat

perubahan yg bukan pada substansi gugatan, maka perubahan surat gugatan

tsb diperbolehkan hanya 1 kali sebelum Tergugat mengajukan Jawaban.

9. JAWABAN TERGUGAT, merupakan tanggapan Tergugat terhadap surat

gugatan Penggugat. Pada jawaban Tergugat diperkenankan disertai dengan

EKSEPSI (penolakan kewenangan pengadilan mengadili atau penolakan

karena alasan penundaan), juga sekaligus dapat disertai Tergugat

mengajukan GUGATAN REKONPENSI (Gugatan Balik dari Tergugat

kepada Penggugat).
10. REPLIK PENGGUGAT, adalah berisi tentang dalil-dalil hukum penyangkalan
dan atau hal-hal yg dibenarkan oleh Penggugat terkait jawaban Tergugat baik
menyangkut hal yg berkaitan dengan EKSEPSI, GUGATAN REKONPENSI
maupun yg menyangkut ttg pokok perkara.

11. DUPLIK TERGUGAT, adalah berisi tentang dalil – dalil hukum penyangkalan
atau pembenaran Tergugat terhadap REPLIK PENGGUGAT.
12. PEMBUKTIAN
Sesuai dengan ketentuan Psl 283 RBg/163 HIR “Barangsiapa mengatakan
mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu perbuatan untuk
meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, hasurlah
membuktikan adanya perbuatan itu”
Penggugat & Tergugat diberikan hak yg sama untuk dapat membuktikan dalil-dalil
hak atau penyangkalan atas hak tersebut .
Jenis-jenis alat bukti
Berdasarkan ketentua pasal 284 BW menetukan bahwa jenis alat bukti sah adalah
berupa :
a. Bukti Tertulis : 1. Autentik. 2. Bawah tangan 3. catatan-catatan.

b. Saksi

c. Persangkaan : 1. Menurut UU. 2. Persangkaan penafsiran.

d. Sumpah : 1. Decisoir 2. Deklatoir.


13. KESIMPULAN (Konklusi).
Adalah merupakan pendapat para pihak berperkara terkait
pemeriksaan dipersidangan.
14. MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM.
Guna kepentingan mengambil keputusan akhir terhadap
pemeriksaan perkara a quo, Majelis Hakim mengadakan
musyawarah terkait dengan hasil pemeriksaan perkara dan
masing-masing Hakim diberikan hak sama untuk
mengemukakan pendapat hukum yg kan dijadikan sebagai
dasar pertimbangan hukum dalam putusan. Apabila terjadi
perbedaan pendapat hukum (disampting opinion) maka
Hakim mengemukakan pendapat hukumnya secara bebas dan
termuat dalam putusan.
15. Putusan.
Pernyataan yg dibuat secara tertulis oleh Hakim
sebagai pejabat negara yg diberi wewenang untuk itu yg
diucapkan dimuka persidangan mengandung perintah
kepada salah satu pihak supaya melakukan suatu perbuatan
atau supaya jangan melakukan suatu perbuatan yg harus
ditaati oleh kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai