Anda di halaman 1dari 5

UTS HAPER 2020

1. Surat Kuasa

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sugiharto.

Tempat Tinggal :Jalan Nangka Nomor 10, Malang.

Yang selanjutnya disebut sebagai ……………………………………. PEMBERI KUASA

Dalam hal ini memilih tempat kedudukan di kantor kuasanya dan memberikan kuasa kepada:

Nama: : Surya Harya Nugraha Suwono, SH, MH.

Pekerjaan : Advokat di Kantor Advokat dan Konsultan Hukum “SURYA


HARYA & PARTNERS”.

Alamat Kantor : Jalan Angkasa Nomor 10, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat,
DKI Jakarta.

Yang selanjutnya disebut sebagai ………………………………….. PENERIMA KUASA

KHUSUS

Untuk dan atas Pemberi Kuasa mewakili sepenuhnya sebagai PENGGUGAT dalam perkara
perdata berupa wanprestasi melawan Tommy Widjaja yang berkerja sebagai dealer mobil di
BOOTH Lexus di Jalan Merdeka Utama Nomor 50, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, yang selanjutnya
disebut sebagai TERGUGAT di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Selanjutnya, penerima kuasa diberikan hak sepenuhnya menghadap pejabat-pejabat yang


berwenang untuk:

- Membela segala hak dan mengurus kepentingan-kepentingan Pemberi Kuasa dalam


perkara ini seperti meminta atau memberi keterangan yang diperlukan.
- Membuat, menandatangani, serta mengajukan surat-surat jawaban, replik, duplik,
kesimpulan, dan lainnya yang dipandang perlu.
- Mengajukan atau menolak alat-alat bukti, membuat atau menolak perdamaian, mohon sita,
atau pengangkatan sita.
- Mohon Salinan putusan, penetapan, berita acara, dan lain sebagainya
- Dengan kata lain Penerima Kuasa dapat menjalankan segala tindakan hukum yang
diperlukan dalam perkara ini untuk kepentingan Pemberi Kuasa.

Surat kuasa ini diberikan dengan hak substitusi, hak retensi dan hak-hak lain menurut
perjanjian pemberian kuasa dan peraturan perundang-undangan.

Jakarta, 1 Maret 2019

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Surya Harya Nugraha Suwono, SH, MH Sugiharto

2. Dari sini dapat digunakan oleh Tergugat jika terdapat kesewenangan oleh Penggugat di
dalam surat gugatan adalah dengan menggunakan Eksepsi Prosesuil sesuai pada
penjelasan Pasal 118 HIR. Jika didalam surat gugatan tersebut terdapat kesewenangan
Penggugat semisalnya salahdalam menyebutkan pihak Tergugat maka dapat dikatakan
Error in Persona. Jadi dalam pengajuan yang bisa dilakukan oleh Tergugat adalah
eksepsi dan diajukan bisa swaktu-waktu sesuai pada Pasal 134 HIR dan 132 Rv.

3. Jawablah:
a. Mediasi adalah salah satu alur dalam proses acara perdata untuk mendorong para
pihak yang bersengketa dalam menempuh upaya perdamaian. Asas yang dipakai
dalam mediasi ini adalah asas sederhana dan biaya hyang ringan karena bisa
menjadikan perkara antar kedua pihak dapat segera selesai dan tidak perlu
menyelesaikan sengketa ini melalui jalur peradilan atau dapat dikatakan upaya yang
ditempuh dalam penyelesaian non-litigasi.
b. Kaukasus adalah pertemuan yang dihadiri oleh mediator dengan salah satu pihak saja.
Hal ini bertujuan untuk memungkinkan salah satu pihak dalam menjelaskan
keterangan tidak untuk didengar atau diketahui oleh pihak lain atau pihak lawan. Dari
sini dapat memungkinan mediator untuk mengetahui informasi lebih jelas lagi dari
pihak yang meminta kaukasus tersebut tanpa disembunyikan, serta dapat
memungkinkan mediator menyadarkan para pihak supaya perkara tersbut bisa
menimbulkan kedamaian antar pihak.

c. Menurut Pasal 23 Ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016, jika dalam mediasi
Tergugat tidak beritikad baik sebagaimana dijelaskan pada Pasal 7 Ayat (2) Perma
Nomor 1 Tahun 2016, maka Tergugat dikenai kewajiban pembayaran Biaya Mediasi
dan wajib disebutkan dalam amar putusan akhir (Pasal 23 Ayat (3) Perma Nomor 1
Tahun 2016).

4. Jawablah:
a. Akta otentik menurut Pasal 1868 BW adalah akta yang ditentukan sesuai peraturan
perundang-undangan dan dibuat dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
dimana akta tersebut dibuat. Maksud dari pegawai-peagawi umum yang berkuasa
adalah pejabat notaris. Jadi kekuatan pembuktian akta otentik adalah sah adalah akta
tersebut dibuat dihadapan pejabat notaris yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi
bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya. (Pasal 1868 BW, Pasal
165 HIR, 285, Rbg). Karena itulah Akta otentik disebut juga akta yang sempurna.
Sedangkan Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat oleh para pihak tanpa
diketahui atau dihadapan pejawabat berwenang atau pejabat notaris. Akta di bawah
tangan merupakan akta yang belum sepurna, namun bisa diakui sempurna jika
kekuatan pembuktian pada Akta di bawah tangan ini adalah jika akta tersebut diakui
sempurna oleh kedua pihak yang melakukan perjanjian. (Pasal 1865 BW).
b. Menurut Pasal 1888 BW, menjelaskan bahwa kekuatan pembuktian suatu bukti
tulisan ada pada akta aslinya. Jika akta otentik asli dan akta di bawah tangan asli
hilang, maka kekuatan pembuktiannya sudah tidak sempurna. Karena walaupun
mempunyai akta otentik salinan dan akta di bawah tangan salinan, akta salinan
tersebut hanya dianggap sekedar salinan saja dan tidak memiliki kekuatan
pembuktian sempurna. Bisa dianggap memiliki keuatan pembuktian sempurna jika
disamping akta salinan tersebut dapat ditunjukannya akta otentik dan akata di bawah
tangan yang asli.

c. Tentang saksi ahli menurut Pasal 154 Ayat (1) HIR, dijelaskan bahwa hakim bisa
meminta pertolongan dari saksi ahli dalam memaparkan keterangannya untuk
memeriksa perakara perdata. Namun saksi ahli dalam perkara perdata tidak memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna karena pembuktian dari saksi ahli ini bersifat
bebas. Artinya hakim mempunyai opsi untuk memakai atau tidak keterangan dari
saksi ahli. Hakim bebas menilai apakah keterangan tersebut dapat meyakinkannya
karena jika hakim tidak yakin dengan keterngan dari saksi ahli, hakim dapat menolak
keterangan tersebut. Sedangkan untuk pembkutuan dari seorang saksi dapat kita lihat
pengatrurannya pada Pasal 1895-1912. Disini orang dapat dijadikan saksi jika sudah
memenuhi 2 syarat saksi, yaitu syarat formil dan syarat materiil. Apabila orang yang
dijadikan saksi memenuhi 2 syarat tersebut, maka keterangan yang dikatakan oleh
saksi tersebut dapat dijadikan alat bukti yang sempurna dan mengikat jika keterangan
tersebut sesuai dan berhubungan dengan alat bukti lainnya. Dapat dikatakan
keterangan dari satu orang saksi saja tidak dapat dikatakan sebagai saksi sesuai Pasal
169 HIR, 306 Rbg, dan 1905 BW.

d. Dapat kita lihat di dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 1866 BW tidak ditemukan bahwa
pemeriksaan setempat termasuk alat bukti, namun pemeriksaan setempat tersebut
dapat dinyatakan alat bukti yang sempurna dan mengikat jika pemeriksaan setempat
tersebut memiliki hubungan yang spesifik dengan alat bukti yang dikemukakan di
pengadilan. Jika tidak ditemukan hubungan yang spesifik dengan alat bukti yang ada
di pengadilan, maka kekuatan pembuktian pada pemeriksaan setempat tidak
sempurna. Biasanya pemeriksaan setempat bisa dilakukan pada perkara perdata
berupa sengketa tanah dengan dengan Majelis Hakim memperhatikan SEMA Nomor
7 Tahun 2001.

Anda mungkin juga menyukai