Anda di halaman 1dari 6

Kuliah ke 1

Praktek Membuat Surat Kuasa dalam sengketa/perkara TUN di Pengadilan TUN

SURAT KUASA

Surat kuasa adalah suatu dokumen dimana isinya seseorang menunjuk dan
memberikan wewenang kepada pihak lain untuk melakukan perbuatan hukum
dengan atas nama dirinya.

Bagi Advokat/Pengacara, proses penanganan sengketa/perkara, tata usaha


negara, perdata dan pidana biasanya dimulai dari dibuatnya/ diberikanya
Surat Kuasa Khusus sampai pada penggunaan upaya hukum.

Dalam Pasal 1792 KUHPerdata memberikan pengertian terhadap pemberian


kuasa adalah : “suatu persetujuan yang berisikan pemberian kekuasaan
kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu untuk atas
nama orang yang memberikan kuasa”.

Macama-macam surat kuasa:

1.Surat kuasa khusus

2.Surat kuasa umum

ad.1. Surat Kuasa Khusus adalah surat kuasa yang menerangkan bahwa
pemberian kuasa hanya berlaku khusus untuk hal-hal tertentu saja.

ad.2 Surat Kuasa Umum adalah surat kuasa yang menerangkan bahwa
pemberian kuasa tersebut hanya untuk hal-hal yang bersifat umum.

Kedua surat kuasa di atas, baik kuasa khusus maupun kuasa umum, dapat
dibuat secara dibawah tangan ataupun secara notaril (dihadapan
Notaris). Surat kuasa dibuat secara bawah tangan adalah surat kuasa yang
dibuat tanpa perantara pejabat umum (misal tdk melalui Notaris). Sedangkan
surat kuasa dibuat secara notaril adalah surat kuasa yang dibuat oleh/atau
dihadapan notaris dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang. Surat
kuasa dibuat secara notaril ini bersifat otentik dan memberikan pembuktian
yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Secara umum HAL-HAL
YANG MENJADI ISI SURAT KUASA DAN MERUPAKN ciri-ciri surat
kuasa adalah di atas surat kuasa tertera tanggal surat kuasa ditandatangani,
nama dan identitas pemberi kuasa, nama dan identitas penerima kuasa,hal-hal
atau perbuatan hukum yang akan dikuasakan, ketentuan pelimpahan kuasa
(substitusi) tandatangan pemberi kuasa dan penerima kuasa (DR. H. TEGUH
SAMUDERA SH. MH.).
Jadi Secara umum ciri-ciri surat kuasa Khusus adalah :
1. di atas surat kuasa khusus tertera tanggal, bulan dan tahun surat kuasa khusus
juga nama kota tempat dibuatnya surat kuasa khusus; missal Bertais, 13 September
2023
2.nama dan identitas pemberi kuasa, juga nama dan identitas penerima kuasa,
3. penyebutan obyek sengketa
4. hal-hal atau perbuatan hukum yang akan dikuasakan;
5. ketentuan pelimpahan kuasa (substitusi);
6. Jika kuasa/pengacara lebih dari satu orang setidaknya dalam surat kuasa
diuraikan bahwa dalam pemberian kuasa, penerima kuasa dapat bertindak secara
sendiri-sendiri atau secara bersama-sama;
7. tandatangan pemberi kuasa dan penerima kuasa
Ketentuan pelimpahan kuasa (substitusi) tdk mesti ada dlm suatu surat kuasa
khusus. Akan tetapi Jika ada tertera dalam surat kuasa Ketentuan
pelimpahan kuasa (substitusi), maka Advokat/pengacara yg bersangkutan
dapat melimpahkan kuasa dalam perkara yg bersangkutan kepada pengacara
lainnya. Jadi maksud dari hak substitusi ialah suatu pemberian hak oleh
pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk dapat juga membuat SK
Substitusi (pengganti) bagi pihak ketiga sebagai ganti penerima kuasa guna
mewakili pemberi kuasa (Hery Shientra).

Contoh Surat Kuasa Khusus Penggugat

S U R A T K U A S A KHUSUS

No. 56/SK-TUN/XI/2019

Yang bertanda tangan di bawah ini:

NURMA RUSIDA, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga,


bertempat tinggal di RT/RW. 004/002, Dusun Putuk, Kelurahan Banjar, Kecamatan
Licin, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya disebut sebagai : PEMBERI KUASA -------------------------------------------


Dengan ini memberikan kuasa kepada :

1. HERMAN SAPUTRA S., S.H., M.H.;

2. RATIH MUTIARA LOUK FANGGI, SH.;

keduanya adalah berkewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat, berkantor di


LOMBOK LAW FIRM Jl. Terusan Bung Hatta, Gegutu Barat (Komplek Ruko Gegutu)
Kelurahan Rembige, Kecamatan Selaparang, Mataram, NTB, HP. 085239218107 /
081 917 101 663. ------------------------------------------------------------

Selanjutnya disebut sebagai: PENERIMA KUASA;------------------------------------------

KHUSUS

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa bertindak secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama mendampingi dan atau mewakili PEMBERI KUASA sebagai
PIHAK PENGGUGAT di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Mataram.

MELAWAN :

KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUMBAWA


BARAT, berkedudukan di Jalan Raya Telaga Bertong, Taliwang, Kabupaten
Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat kode pos : 84355.

Untuk selanjutnya disebut sebagai : TERGUGAT.

Dan yang menjadi obyek sengketa adalah Sertifikat Hak Milik No. 383, tanggal 24
Agustus 2015, Surat Ukur Nomor 132/Sekongkang Bawah/2015, tanggal 22 Juni
2015, seluas 10.120 m² (sepuluh ribu seratus dua puluh meter persegi), terletak di
Desa Sekongkang Bawah, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat,
atas nama Hj. Kalsum.

Guna kepentingan tersebut di atas Penerima Kuasa berhak menghadiri setiap


persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, menghadiri setiap sidang
pemeriksaan persiapan perkara ini, membuat, menandatangani, mengajukan
gugatan, perbaikan gugatan, Replik, mengajukan bukti surat dan pengantar bukti
surat, mengajukan saksi-saksi, ahli, menolak bukti surat dan atau saksi lawan,
memberi keterangan/penjelasan, menandatangani semua macam risalah/surat-
surat/berita acara-berita acara, mengajukan kesimpulan (konklusi), meminta salinan
putusan/pelaksanaan putusan, termasuk mengajukan upaya hukum terhadap
putusan tingkat pertama, yakni mengajukan banding dan kasasi beserta membuat,
menandatangani dan mengajukan memori banding dan atau kontra memori banding,
membuat, menandatangani dan mengajukan memori kasasi dan atau kontra kasasi.
Singkatnya penerima kuasa berhak melakukan segenap tindakan hukum sepanjang
bermanfaat dan berguna bagi kepentingan pemberi kuasa.

Demikian Surat Kuasa ini dibuat dan diberikan dengan honorarium dan hak
substitusi agar dapat dipergunakan dimana mestinya.

Hormat Kuasa Penggugat :

1. HERMAN SAPUTRA S., S.H., M.H.;

2. RATIH MUTIARA LOUK FANGGI, SH.;

KULIAH KE-2 : FORMULASI (SISTEMATIKA) GUGATAN DALAM SENGKETA


TUN DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
ADAPUN FORMUASI/ SISTEMATIKA GUGATAN TATA USAHA NEGARA SBB:
1. Pencantuman nama Kota/Desa (Kota/Desa tempat orang/Badan hukum
perdata atau tempat kuasa hukum penggugat atau pemohon bertempat
tinggal/berkantor), tanggal dan tahun Surat Gugatan, contoh Rembiga, 1
Februari 2022. Disini berarti Penggugat atau Pemohon atau kuasa hukum
penggugat beralamat di Kelurahan Rembiga.
Pentingnya pencantuman nama Kota/Desa dari pihak Penggugat atau
Pemohon atau kuasa hukum Penggugat atau kuasa hukum Pemohon adalah
untuk mengetahui di Kota/Desa/Kelurahan tempat tinggal Penggugat,
sehingga ketika pemanggilan dari Pengadilan dapat diketahui
Kota/Desa/Kelurahan alamat tempat tinggal Penggugat atau kuasa hukum
penggugat. Sedangkan makna dituliskannya tanggal dan tahun surat gugatan
untuk mengetahui tanggal masuknya surat gugatan di Pengadilan TUN, juga
dari tanggal dan tahun gugatan atau permohonan dapat menjadi tolok ukur
bahwa apakah gugatan penggugat telah daluarsa atau belum daluarsa, karena
pengajuan gugatan terikat waktu 90 hari sebagaimana Pasal 55 UU No. 5
Tahun 1986 tentang PTUN.
2. Pencantuman Titel Gugatan Perihal atau Hal. contoh Perihal : Gugatan
tata usaha negara atau Sengketa Tata Usaha Negara.
Pencantuman perihal atau hal ini berkaitan dengan Titel gugatan atau sengketa
yang berkaitan dengan kewenangan Absoulut Peradilan atau Pengadilan Tata
Usaha Negara, sehingga keliru jika membuat titel gugatan atau permohonan
yang bukan menjadi kewenangan absolut pengadilan TUN, misal Gugatan
warisan. Hal ini jelas keliru karena gugatan warisan bagi mereka yang
beragama Islam harus diajukan ke Pengadilan Agama, karena gugatan
warisan bagi yang beragama Islam menjadi kewenangan absolute harus
diajukan ke pengadilan negeri;
3. Pencantuman alamat ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Pencantuman alamat ketua Pengadilan Tata Usaha Negara pada surat
gugatan adalah berkaitan dengan kompetensi absolute dan kompetensi Relatif.
Artinya gugatan yang dialamatkan kepada Ketua Pengadilan TUN harus
merupakan sengketa TUN dan secara relatif (daerah/wilayah hukum) menjadi
kewenangan Pengadilan TUN, sedangkan Pengadilan dalam hal ini pengadilan
TUN di pimpin oleh Ketua Pengadilan TUN, sehingga alamat surat gugatan
ditujukan kepada Ketua Pengadilan TUN yang bersangkutan sesuai dengan
kewenangan relatif.
4. Pencantuman Identias Penggugat dan Identias Kuasa Hukum Penggugat
(Jika menggunakan kuasa hukum).
Identitas penggugat harus disebutkan secara terang dan jelas dalam surat
gugatan berupa : Nama Lengkap penggugatr, kewarganegaraan, Umur,
Pekerjaan dan alamat Penggugat. Apabila penggugat menggunakan kuasa
hukum (Advokat/Pengacara) maka Identitas penggugat yang memberikan
kuasa harus dimuat secara lengkap dan Identias Advokat/Pengacara yang
menerima kuasa dari penggugat harus disebutkan juga secara terang dan jelas
dalam surat gugatan penggugat.
Pentingnya pencantuman Identias penggugat dan Identias Kuasa Hukum
penggugat (Jika menggunakan kuasa hukum) dalam surat gugatan
dimaksudkan untuk mengetahui siapa subyek penggugat dan siapa kuasa
hukum penggugat sekalian untuk mempermudah pengadilan melakukan
pemanggilan.
5. Pencantuman Identis Tergugat dalam surat gugatan
Pencantuman Identis Tergugat sangat penting agar dapat diketahui pejabat TUN
/pejabat administrasi pemerintaha atau Badan TUN/badan pemerintahan yang
menjadi Tergugat. Pencantuman identitas Tergugat juga berkaitan dengan
kewenangan absolut dan kewenangan relative Pengadilan TUN, misal ternyata
tergugat yang menerbitkan Keputusan TUN bertempat tinggal di propinsi Bali,
sedangkan gugatan diajukan ke pengadilan tata usaha negara mataram, maka
hal ini adalah keliru, karena tergugat yang menerbitkan Keputusan Tata Usaha
Negara bertempat tingal di wilayah hukum propinsi Bali, maka gugatan perkara
yang bersangkutan harus di ajukan ke pengadilan TUN yang ada di Bali.
6. Penyebutan objek sengketa dalam surat gugatan
Dalam surat gugatan harus disebutkan apa yang menjadi objek sengketa, misal
yang menjadi objek sengketa dalam perkara ini adalah Sertifikat Hak Milik No 1
atas nama PULAN, SURATA UKUR NO.????? (DISESUAIKAN)
7. Pencantuman/penyebutan tentang Kewenangan Pengadilan Tata Usaha
Negara yang bersangkutan
Pencantuman/penyebutan tentang Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara
yang bersangkutan terkait dengan kewenangan relatif harus digambarkan dalam
surat gugatan/permohonan, yakni harus digambarkan bahwa tergugat yang
menerbitkan objek sengketa adalah badan atau badan pejabat TUN yang
mempunyai kewenangan dalam menerbitkan objek sengketa dan berkedudukan
dalam wilayah hukum Pengadilan TUN tempat gugatan didaftarkan.
8. Pencantuman/penyebutan ttg Legal Standing Penggugat terkait dengan
Kepentingan Kerugian Penggugat
Dalam hal ini harus digambarkan tentang adanya kepentingan hukum
Penggugat yang mengajukan gugatan terhadap apa yang menjadi objek
sengketa dan terhadap tergugat yang menerbitkan objek sengketa (LIHAT
PASAL 53 AYAT (1) UU NO. 9 TAHUN 2004).
9. Pencantuman Upaya administratif yang telah ditempuh sebelum
mengajukan gugatan/permohonan.
Upaya administrative adalah kewajiban yg harus dilakukan oleh Penggugat atau
pemohon sebelum mengajukan gugatan atau permohonan ke pengadilan tata
usaha negara. Kita sudah mengetahui bahwa upaya administrative itu ada dua
yakni upaya administrative dalam bentuk keberatan dan banding administrative.
Dalam hal ini penggugat atau pemohon harus menggambarkan dalam surat
gugatannya atau surat permohonannya bahwa upaya administrative apa yang
telah dilakukan dan apa hasilnya.
9. Penyebutan tentang Tenggang waktu mengajukan gugatan
Penggugat atau pemohon harus menggambarkan tentang tenggang waktu
mengajukan gugatan/permohonan terhadap objek yang menjadi sengketa
apakah masih dalam tenggang waktu 90 hari sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986. Jadi harus digambarkan bahwa tenggang waktu
mengajukan gugatan atau permohonan adalah masih dalam tenggang waktu 90
hari.
10. Pencantuman tentang dasar atau alasan gugatan
Dalam hal ini penggugat atau pemohon harus menggambarkan dasar atau
alasan mengajukan gugatan atau permohonan. Dasar atau alasan gugatan
atau permohonan telah diatur Dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b UU
No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No 5 Tahun 1986. (Silahkan
saudara lihat Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b UU No. 9 Tahun 2004 tersebut)
11. Pencantuman petitum (Tuntutan) gugatan
Petitum adalah tuntutan. Petitum pokok gugatan dalam sengketa TUN di
PTUN adalah meminta agar KTUN objek sengketa adalah batal atau tidak
sah.
Petitum (Tuntutan) dapat meliputi petitum:
1. Deklarator,
2. Konstitutif dan
3. Condemator (Penghukuman)
Ad.1. Petitum Deklarator cirinya menggunakan kata Menyatakan atau
Menetapkan. Petitum Deklarator adalah petitum yang meminta kepada
Hakim agar Sesuatu dinyatakan atau ditetapkan dalam keadaan tertentu.
Ad. 2. Petitum Konstitutif cirinya sama dengan Petitum Deklarator yaitu
menggunakan kata Menyatakan atau Menatapkan. Petitum Konstitutif
adalah petitum yang meminta kepada Hakim agar meniadakan atau
menciptakan keadaan hukum.
Ad.3. Petitum Condemnator (Penghukuman) cirinya menggunakan kata :
1. Mewajibkan ;
2. Memerintahkan;
3. Mengharuskan;
4. Menghukum.
Contoh Mewajibkan Tergugat Untuk mencabut Sertipikat Objek
sengketa.

Anda mungkin juga menyukai