Anda di halaman 1dari 7

Tugas Ujian Tengah Semester

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hk.Acara PA Dan Adm Peradilan Agama

Dosen Pengampu : Dr.Drs.H.M.Munawan,SH.MH.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2022
NAMA : MOCH.ALFHA CHUSNI T.H.

NIM/KELAS : 126102202227 / HKI 5E

1. Jelaskan secara lengkap cara mengajukan perkara di Pengadilan Agama ,baik terhadap
Perkara yang bersifat gugatan maupun perkara yang bersifat permohonan.

 Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat gugatan atau
permohonan.
 Pihak berperkara menghadap petugas Meja Pertama dan menyerahkan surat gugatan
atau permohonan, minimal 2 (dua) rangkap. Untuk surat gugatan ditambah sejumlah
Tergugat.
 Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan
dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis
dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM). Besarnya panjar biaya perkara
diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, didasarkan
pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 Undang Undang Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama.
 Catatan: Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-
cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan
dari Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisasi oleh Camat.
 Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan ditulis dalam
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), didasarkan pasal 273 – 281 RBg. Dalam
tingkat pertama, para pihak yang tidak mampu atau berperkara secara prodeo. Perkara
secara prodeo ini ditulis dalam surat gugatan atau permohonan bersama-sama (menjadi
satu) dengan gugatan perkara. Dalam posita surat gugatan atau permohonan disebutkan
alasan penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam petitumnya.
 Petugas Meja Pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada
pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam
rangkap 3 (tiga).
 Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat gugatan atau
permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
 Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pihak
berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke bank.
 Pihak berperkara datang ke loket layanan bank yang sudah di tunjuk atau bekerjasama
dengan PA.Batulicin (Bank Kalsel cabang Batulicin) dan mengisi slip penyetoran
panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya penyetoran.
Kemudian pihak berperkara menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan
uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut.
 Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari petugas layanan
bank, pihak berperkara menunjukkan slip bank tersebut dan menyerahkan Surat Kuasa
Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.
 Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada pihak
berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli dan
tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau
permohonan yang bersangkutan.
 Pihak berperkara menyerahkan kepada petugas Meja Kedua surat gugatan atau
permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap serta tindasan
pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
 Petugas Meja Kedua mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam
register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau
permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh
pemegang kas.
 Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.

2. Jelaskan pengertia gugatan/permohonan, siapa saja yang berhak mengajukan gugatan dan
jelaskan bentuk bentuk gugatan, syarat syarat membuat gugatan, dan unsur-unsur dalam
gugatan, secara lengkap

a) Pengertian Gugatan : Gugatan pada prinsipnya didefinisikan merupakan tuntutan


hukum guna pemenuhan hak dan kewajiban tertentu, yang diajukan oleh seseorang
atau lebih (sebagai Penggugat) terhadap seseorang/suatu badan hukum atau lebih
(sebagai Tergugat).
b) Yang berhak mengajukan gugatan : Pihak yang berdangkutan atau kuasanya.
Pada prinsipnya dalam hukum perdata tidak ada keharusan untuk mewakilkan,tetapi
tidak ada larangan untuk menunjuk wakil /kuasanya beracara di pengadilan. Alasanya
: pasal 56 ayat (1) UU No 48 th 2009 tentang kekuasaan kehakiman. (setiap orang
yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum.
c) Bentuk gugatan : Lisan (120 HIR, syaratnya bila Pggt buta huruf diajukan kepada
ketua Pengadilan dengan menjelaskan isi dan maksud gugatan. Tugas ketua
Pengadilan mencatat,merumuskan dan membuat tuntutan sesuai dengan yg
diterangkan pggt.
Tertulis (118(1) HIR,142 R.Bg) dpt mengajukan sendiri atau melalui kuasa.
d) Syarat gugatan

Formil, harus memuat:

(1) Tempat, tanggal pembuatan gugatan; dan

(2) ditandatangani oleh pihak yang mengajukan (partij materiil) atau kuasa hukumnya
(partij formil).

Materiil, harus memuat:


1. Persona Standi on Judicio (identitas jelas semua pihak dalam gugatan, baik itu
Penggugat maupun Tergugat). Dalam bagian ini minimal harus memuat nama
lengkap, pekerjaan, dan alamat dari masing-masing pihak.
2.Posita/Fundamentum Petendi (dalil-dalil gugatan). Dalam bagian ini harus
diuraikan secara rinci dan sistimatis tentang:
3.Penyebutan semua fakta-fakta perbuatan, termasuk peristiwa dan/atau penyebab
timbulnya peristiwa hukum secara detail (substantierings theorie).
4.Penyebutan peristiwa atau kejadian hukum dengan jelas beserta hubungan hukum
yang menjadi dasar tuntutan namun tidak perlu disebutkan sejarah terjadinya
hubungan hukum,karena dapat diajukan dalam proses pemeriksaaan di persidangan.(
individualisering theorie), misal melanggar Pasal 1365 BW, Pasal 1234 BW, Pasal
38 UU RI No. 23/1997, dll.

Unsur fondamentum petendi/ posita gugatan:


1. posita berdasrkan fakta.
2. posita berdasarkan hukum.
Petitum (tuntutan). Bagian ini dapat merangkum semua tuntutan hukum untuk
diputuskan oleh Majelis Hakim agar dipenuhi oleh Tergugat. Disini tuntutan dapat
dinyatakan sepanjang tuntutan itu sudah diuraikan sebelumnya dalam bagian posita
dan berdasarkan hukum, serta tidak melawan hak.
Bentuk tuntutan tunggal (compositoir) atau dpt berbentuk alternatif.

e) Unsur unsur gugatan :

Pasal 8 Nomor 3 Reglement Op de Burgerlijke Rechtsvordering (RV)


menyebutkan suatu surat gugatan harus memuat setidaknya:

Identitas Para Pihak, meliputi nama lengkap, alamat tempat tinggal, tanggal lahir,
pekerjaan, agama, kewarganegaraan (jika perlu). Penyebutan pihak-pihak terlibat
juga harus disertai posisinya masing-masing, misalnya apakah bertindak sebagai
Penggugat, Tergugat, Pemohon atau Termohon.

Alasan-Alasan Gugatan (Fundamentum Petendi atau Posita), meliputi uraian fakta


okum (fetelijkegronden) dan uraian dasar okum (rechtgronden).

1. Tuntutan (Petitum), terdiri atas:


2. Tuntutan Pokok, yaitu merupakan hal yang dituntutkan sebagaimana uraian
pada posita.

3. Tuntutan Tambahan, yaitu tuntutan yang tidak berhubungan langsung


dengan pokok perkara misalnya berupa pembebanan biaya perkara kepada
Tergugat, tuntutan untuk melaksanakan putusan terlebih dahulu meskipun
ada upaya okum lanjutan, tuntutan moratoir, dwangsom, dan sebagainya.

4. Tuntutan Subsider/Pengganti, hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi


apabila Tuntutan Pokok dan Tuntutan Tambahan tidak dikabulkan oleh
Majelis Hakim. Biasanya berbunyi “Ex Aequo Et Bono” atau “Mohon
putusan yang seadil-adilnya”.

3. Jelaskan sifat hukum Acara Perdata secara lengkap dan sebutkan azasazas hukum acara
Perdata sertakan penejelasa dengan lengkap

Sifat hukum acara perdata

Inisiatif berasal dari orang merasa haknya dilanggar.Penggugat mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap jalanya perkara, mau merubah,mencabut atau meneruskan gugatan.Hukum
acara bersifat baku tidak dapat ditafsirkan atau disimpangi.Apabila sudah terjadi jawab
menjawab penggugat tidak dapat mencabut gugatan kecuali atas persetujuan tergugat,karena
sudah menyangkut kepentingan hukum pihak lain.Upaya hukum dibatasi waktu yg cermat
dan tenggang waktu yang tidak dpt dilanggar.Hukum acara awalnya bersifat mengatur,akan
tetapi apabila sudah berjalan bersifat memaksa

Asas-asas didalam hukum perdata antara lain yakni :

 Asas Kebebasan Berkontrak, Asas ini mengandung arti bahwa masing-masing


orang dapat mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur dalam undang-
undang ataupun yang belum diatur dalam undang-undang.Asas ini ada dalam
1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang untuk yang membuatnya”
 Asas Konsesualisme, Asas ini berkaitan dengan pada saat terjadi perjanjian. Di
pasa 1320 ayat 1 KUHPerdata, syarat wajib perjanjian itu karena terdapat kata
sepakat antara kedua belah pihak.
 Asas Kepercayaan, Asas ini mempunyai arti bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi masing-masing prestasi yang diantara
kedua pihak.
 Asas Kekuatan Mengikat, Asas ini menyatakan bahwa pernjanjian hanya
mengikat pihak yang mengikatkan diri atau yang ikut serta dalam perjanjian
tersebut.
 Asas Persamaan Hukum, Asas ini mempunyai maksud bahwa subjek hukum
membuat yang membuat perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama dalam hukum.
 Asas Keseimbangan, Asas ini menginginkan kedua belah pihak memenuhi dan
menjalankan perjanjian yang telah dijanjikan.
 Asas Kepastian Hukum (Asas pacta sunt servada), Asas ini ada karena suatu
perjanjian dan diatur dalam pasal 1338 ayat 1 dan 2 KUHPerdata.
 Asas Moral, Asas moral merupakan asas yang terikat dalam perikatan wajar, ini
artinya perilaku seseorang yang sukarela tidak dapat menuntut hak baginya
untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
 Asas Perlindungan, Asas ini memberikan perlindungan hukum kepada debitur
dan kreditur. Tetapi yang membutuhkan perlindungan adalah debitur karena
berada di posisi yang lemah.
 Asas Kepatutan, Asas ini berhubungan dengan ketentuan isi perjanjian yang
diharuskan oleh kepatutan.
 Asas Kepribadian, Asas ini mewajibkan seseorang dalam pengadaan perjanjian
untuk kepentingan dirinya sendiri.
 Asas I’tikad Baik, Sesuai dengan pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, asas ini
berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian, asas ini menyatakan bahwa apa
yang hendak dilakukan dengan pemenuhan tuntutan keadilan dan tidak
melanggar kepatutan.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan posita , petitum, peristiwa hokum sertakan contohnya dan
fakta hukum sertakan contohnya.

a) P o s i t a / fondamentum petendi

Berisi uraian kejadian atau fakta-fakta yang menjadi dasar adanya sengketa yang terjadi
(recht feitum/ feitelijke grong) dan hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan (recht
gronden/ rechtelijke grond ). Posita disebut juga fundamentum petendi.

Posita gugatan dibuat dengan ringkas, jelas, dan terinci mengenai dalil-dalil yang berhubungan
dengan perkara. Antara posita satu dengan posita lainnya harus sinkron dan tidak boleh
saling bertentangan.

Ada dua teori perumusan posita:

1. substantierings theorie : teori yg mengajarkan dalil gugatn tidak cukup hanya merumuskan
peristiwa hkum saja yg menjadi dasar tuntutan tetapi jg harus menjelaskan fakta-fakta yg
mendahului peristiwa hukum yg menjadi penyebab timbulnya peristiwa hukum tsb.

2. individaliserings theorie : yg menjelaskan peristiwa atau kejadian hukum (rechtsverhouding)


yg meliputi dasar tuntutan, namun tidak perlu dikemukakan dasar dan sejarah terjadinya
hubungan hukum karena dpt diajukan dalam proses pemeriksaan.

Posita yang satu sama lainnya saling bertentangan akan mengakibatkan gugatan menjadi
kabur atau obscur libel. Susunan posita tidak boleh masuk kategori error in persona,
diskwalifikasi,premature , an hanging maupun nebis in idem;

b) P e t i t u m

Petitum atau tuntutan berisi rincian apa saja yang diminta dan diharapkan penggugat untuk
dinyatakan dalam putusan/penetapam kepada para pihak terutama pihak tergugat dalam
putusan perkara.Tuntutan yang diminta untuk diputuskan harus berdasarkan posita yang
diuraikan. Tuntutan yang tidak berdasarkan posita sebelumnya mengakibatkan tuntutan
tidak diterima ( niet onvankelijke verklraard). Posita yang diuraikan ternyata tidak diajukan
tuntutan maka gugatan akan menjadi sia-sia karena hakim tidak berwenang memutus apa
yang tidak dituntut oleh para pihak yang berperkara yaitu melanggar azas ultra petitum
partium.

c) Peristiwa hukum itu adalah sebuah peristiwa yang dapat menggerakkan


hukum/menimbulkan akibat hukum. Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai
peristiwa hukum.Contoh :

Peristiwa perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita, yang menimbulkan
akibat-akibat hukum (diatur oleh hukum), yaitu timbulnya hak dan kewajiban bagi kedua
mempelai.Fakta hukum adalah fakta yang diatur oleh hukum.Fakta hukum adalah fakta-
fakta yang terungkap didalam persidangan. Fakta-fakta tersebut adalah keterangan saksi
dibawah sumpah, keterangan terdakwa dan bukti-bukti.Jadi dimisalkan seorang yang
kehilangan sepeda motor kemudian hilang tanpa sepengatahuannya maka fakta yang diatur
oleh hukum itu adalah pencurian.

5. Apa yang dimaksud dengan Komulasi gugatan, sertakan contoh kasusnya masing-masing.

Penggabungan beberapa gugatan dalam satu gugatan disebut dengan kumulasi gugatan atau
samenvoeging van vordering, yaitu Penggabungan lebih dari satu tuntutan hukum ke dalam
satu gugatan.

ada 2 ( dua ) bentuk Penggabungan Gugatan, yaitu Kumulasi Subjektif /Penggabungan dari
Subjek adalah apabila seseorang mengajukan gugatanterhadap beberapa orang atau sebaliknya,
sedangkan Kumulasi Objektif adalahPenggugat mengajukan lebih dari satu tuntutan dalam satu
perkara sekaligus

cotoh komulasi gugatan : gugatan cerai didalamnya terdapat gugatan untuk meminta hak asuh
anak,hak nafkah,dan pembagian harta gono gini

Anda mungkin juga menyukai