GUGATAN PERDATA
Penggugat.
Jika memakai kuasa hukum, maka yang menandatangani surat gugat
itu adalah kuasa hukumnya (HIR Pasal 123 ayat (1) dan R.Bg Pasal
147 ayat (1).
Pasal 119 HIR dan 143 R.Bg.,” Ketua Pengadilan berwenang
tuntutan pokok.
Tuntutan subsider atau pengganti merupakan tuntutan
seorang Penggugat mempunyai beberapa tuntutan yang menuju pada suatu akibat
hukum saja. Apabila suatu tuntutan sudah terpenuhi, maka tuntutan yang lain
dengan sendirinya terpenuhi pula.
b. Penggabungan subjektif (Subjektive comulatie, Subjektive csamenhang,
Subjektive connection), dapat terjadi apabila Penggugat lebih dari satu orang
melawan lebih dari satu orang Tergugat, atau sebaliknya yang tiap pihak ada
hubungan yang erat satu sama lainnya.
c. Penggabungan objektif (Objektievee comulatie, Objective samenhang,
Objectieve connection), apabila Penggugat mengajukan lebih dari satu objek
gugatan dalam satu perkara sekaligus. Tuntutan-tuntutan yang diajukan harus ada
hubungan yang erat satu sama lain.
2. Perubahan Gugatan
Perubahan pada surat guatan dapat dilakukan atas izin hakim sampai sejauh
mana perubahan itu dapat dilakukan oleh pihak Penggugat.
Perubahan dapat dilakukan dalam bentuk:
a. Diubah sama sekali, berarti gugatan itu diubah sama sekali baik posita
maupun petitumnya.
b. Diperbaiki, perbaikan dilakukan dalam hal-hal tertentu dalam dari gugatan
(kekurangan kata, kalimat, kesalahan ketik atau kelebihan kata).
c. Dikurangi, ada bagian-bagian tertentu dari posita atau potitum gugatan
yang perlu dikurangi.
d. Ditambah, bagian posita atau petitum dari gugatan itu ditambah.
suatu gugatan untuk memperoleh tindakan sementara selama proses perkara masih
berlangsung.
Gugatan provisional adalah gugatan yang bertujuan agar hakim menjatuhjan
putusannya yang sifatnya mendesak untuk dilakukan terhadap salah satu pihak dan
bersifat sementara disamping adanya tuntutan pokok dalam surat gugatan
Contoh Gugatan Provisional
1) Perdata Umum
Hal adanya sewa menyewa, dalam perjalanan sewa menyewa
tersebut terjadi sengketa antara penyewa dan yang menyewakan,
kemudian pemilik/yang menyewakan lalu merusak bagian atap
dari rumah tersebut supaya penyewa meninggalkan rumah sewa
tersebut. Akhirnya penyewa mengajukan gugatan yang intinya
pemilik rumah/Tergugat telah melakukan cedera janji dan
disamping itu Penggugat/penyewa dapat pula dalam waktu yang
sama mengajukan gugatan provisional agar tergugat segera
dihukum untuk memperbaiki atap rumah yang telah dirusak
tersebut selama proses pokok perkara masih berlangsung.
Perdata Agama
Pasal 24 Ayat (1) dan (2) PP No. 9 Tahun 1975 ayat (1) dan (2) berbunyi sebagi
berikut:
1. Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan Penggugat dan
(handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya,
yang menurut undang-undang tidak mempunyai kekuatan bukti.
2. Gugatan tentang utang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak
dibantah.
c. Gugatan tentang sewa menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain,
dimana hubungan sewa menyewa sudah habis/lapau, atau penyewa
terbukti melalaikan kewajibannya sebagai penyewa yang beritikad baik.
d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan (gono-
gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan
hukum tetap.
e. Dikabulkan gugatan provisional, dengan pertimbangan hukum yang
tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv.
f. Gugatan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (in kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan dengan pokok
gugatan yang diajukan.
g. Pokok sengketa mengenai bezitsrecht.
2. Gugatan Rekovensi
Diatur dalam Pasal 132 a dan 132 b HIR yang disisipkan dalam HIR
dengan Stb. 1927-300 yang diambil alih dari Pasal 244-247 Rv. diatur
pula dalam Pasal 157 dan Pasal 158 R.Bg.
Dalam Hukum Acara Perdata, gugatan rekonvensi ini dikenal dengan
“gugatan balik”.
Tujuan daripada gugatan rekonvensi ini adalah menggabungkan dua
tuntutan yang berhubungan untuk diperiksa dalam persidangan
sekaligus, mempermudah prosedur pemeriksaan, menghindarkan
putusan yang saling bertentangan satu sama lain, menetralisir tuntutan
konvensi, memudahkan acara pembuktian, dan menghemat biaya.
Gugatan rekonvemsi harus diajukan bersama-sama dengan jawaban
pertama yang diajukan oleh Tergugat, baik tertulis maupun secara lisan.
Menurut ketentuan Pasal 132 a HIR dan Pasal 157 R.Bg dalam setiap gugatan,
Tergugat dapat mengajukan rekonvensi terhadap Penggugat, kecuali dalam tiga hal,
yaitu:
a. Penggugat dalam kualitas yang berbeda.
rekonvensi.
c. Dalam perkara mengenai pelaksanaan putusan.
Sekiranya ada hubungan erat perkara antara konvensi denga rekonvensi, maka dapat
diperiksa dan diputus secara bersama-sama. Masing-masing dipertimbangan secara
tersendiri dengan sistematis, runtut dengan mendahulukan konvensi daripada
rekonvensi, amar putusan juga harus disusun sistematis dengan mendahulukan
konvensi, baru menyusul dictum rekonvensi.
Lanjutan…
sendiri dalam perkara yang sedang berlangsung dalam sidang pengadilan, untuk
memperjuangkan kepentingannya sendiri dengan tidak memihak kepada
Penggugat atau Tergugat.
Posisi para pihak dalam perkara setelah adanya Tussenkoms sebagai berikut:
PENGGUGAT MENJADI TERLAWAN I
TERGUGAT MENJADI TERLAWAN II
Lawan
PIHAK KETIGA MENJADI PELAWAN
Lanjutan….