Anda di halaman 1dari 20

MACAM-

MACAM
TUNTUTAN
HAK DAN
SYARAT-
SYARAT ISI
GUGATAN
KELOMPOK 5
KELOMPO
K5
01. Atha Fayyadh
02. Sintia Wulandari
(2003101010167)
03. Masyithah Maulia Roka
(2003101010034)
04. Aisha Rachel Ananda
(2003101010043)
(2003101010320)
05. Tisyani Syaravina (2003101010340)
APA ITU
PENGGUGAT DAN
TERGUGAT?
1. Pengertian Penggugat.
Penggugat adalah pihak yang mengajukan gugatan di
muka pengadilan, yang memiliki kepentingan yang
cukup.

2. Pengertian Tergugat.
Tergugat adalah orang atau pihak yang dianggap telah
merugikan hak orang atau pihak lain (Penggugat).
Dasar Hukum
Pasal 163 HIR, Pasal 283 Rbg dan 1865 BW disebutkan: "Barang siapa yang
mengaku mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa untuk meneguhkan
haknya atau untuk membantah hak orang lain, harus membuktikan adanya hak
atau peristiwa itu". Suatu tuntutan hak menurut pasal 118 ayat (1) HIR, 142 ayat
(1) Rbg disebut juga tuntutan perdata yaitu tuntutan hak yang mengandung
sengketa dan lazimnya disebut gugatan, gugatan ini harus diajukan ke pengadilan,
dapat diajukan baik secara tertulis (pasal 118 ayat (1), dan 142 ayat (1) Rbg)
maupun secara lisan (pasal 120 HIR, 144 ayat (1) Rgb)).
JENIS-
JENIS
GUGATAN
1. GUGATAN VOLUNTIAR
Gugatan voluntair ini dapat diartikan sebagai salah satu jenis gugatan yang diajukan atas dasar
permohonan ke pengadilan negeri.
permohonan mana merupakan kepentingan sepihak dari pemohon yang tidak mengandung sengketa
dengan pihak lain.
Adapun dasar hukum gugatan voluntair ini adalah Pasal 2 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 (diubah
dengan UU No. 35 Tahun 1999, Namun saat ini telah diubah lagi menjadi uu no.48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman) yang menyatakan:
“Penyelesaian setiap perkara yang diajukan kepada badan-badan peradilan mengandung pengertian di
dalamnya penyelesaian masalah yang bersangkutan dengan yuridiksi voluntair.”

Adapun ciri-ciri dari gugatan voluntair ini adalah:


1)Permasalahan yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata;
2)Permasalahan yang dimohonkan tidak mengandung sengketa;
3)Tidak ada pihak lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan.
4)Para pihak disebut Pemohon dan Termohon.
2.GUGATAN CONTENTIOSA
Dasar hukum Gugatan Kontentiosa adalah Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1970
(sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor. 35 Tahun 1999), dan sekarang diatur dalam Pasal 16
ayat (1) Undang-undang Nomor. 4 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1970. 
Gugatan contentiosa ialah gugatan perdata yang mengandung sengketa diantara pihak yang berperkara
yang pemeriksaan penyelesaiannya diberikan dan diajukan kepada pengadilan dimana pihak yang
mengajukan gugatan disebut dan bertindak sebagai penggugat dan pihak yang ditarik dalam gugatan
disebut sebagai tergugat, gugatan mana berdasarkan dalil/alasan hukum yang mengandung sengketa.

Adapun ciri-ciri dari gugatan contentiosa ini adalah:


1)Permasalahan yang diajukan bersifat dua pihak;
2)Adanya unsur sengketa dalam gugatan ini;
3)Terdapat lawan atau pihak lain yang bisa ikut diseret dalam gugatan ini, dan
4)Para pihak disebut Penggugat dan Tergugat.
3. GUGATAN CLASS ACTION
Gugatan Class Action ini dapat diartikan sebagai gugatan kelompok. Disebutkan pada Class Action pada intinya adalah
gugatan perdata (biasanya terkait dengan permintaan ganti kerugian) yang diajukan oleh sejumlah orang (dalam jumlah yang
tidak banyak, misalnya satu atau dua orang) sebagai perwakilan kelas mewakili kepentingan mereka, sekaligus mewakili
kepentingan ratusan atau ribuan orang lainnya yang juga sebagai korban. Ratusan atau ribuan orang yang diwakili tersebut
diistilahkan sebagai class members.

Apabila mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Gugatan Class Action ini diatur dalam Perma No. 1
Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, terdapat 2 (dua) syarat untuk mengajukan gugatan class action ini
yang dapat dibedakan menjadi syarat materiil dan syarat formil yaitu sebagai berikut:
Pasal 2 dapat dikatakan sebagai syarat materil, yaitu:
1) Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak sehingga tidaklah efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara
sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dalam satu gugatan;
2) Terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan kesamaan dasar hukum yang digunakan yang bersifat substansial, serta terdapat
kesamaan jenis tuntutan di antara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya;
3)Wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya;
4)Hakim dapat menganjurkan kepada wakil kelompok untuk melakukan penggantian pengacara, jika pengacara melakukan
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kewajiban membela dan melindungi kepentingan anggota kelompoknya.

Pasal 3 dapat dikatakan sebagai syarat formil terkait dengan surat gugatannya, yaitu:
1) Identitas lengkap dan jelas wakil kelompok;
2) Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walaupun tanpa menyebutkan nama anggota kelompok satu persatu;
3) Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitan dengan kewajiban melakukan pemberitahuan;
4) Posita dari seluruh kelompok baik wakil kelompok maupun anggota kelompok, yang teridentifikasi maupun tidak
teridentifikasi yang dikemukakan secara jelas dan terinci;
5) Dalam suatu gugatan perwakilan, dapat dikelompokkan beberapa bagian kelompok atau sub kelompok, jika tuntutan tidak
sama karena sifat dan kerugian yang berbeda;
6) Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan secara jelas dan rinci memuat usulan tentang mekanisme atau
tata cara pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan anggota kelompok termasuk usulan tentang pembentukan tim atau
panel yang membantu memperlancar pendistribusian ganti kerugian.
GUGATAN DAN
PERMOHONAN
Gugatan merupakan suatu surat tuntutan hak (dalam permasalahan perdata) yang
didalamnya mengandung suatu sengketa dan merupakan landasan dasar pemeriksaan
perkara yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagai
penggugat untuk menggugat pihak lainnya sebagai tergugat.

Sedangkan permohonan, menurut Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata
Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan memberi
pengartian tentang Permohonan sebagai suatu surat permohonan permasalahan perdata
yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang
didalamnya berisi tuntutan hak oleh suatu pihak yang berkepentingan terhadap suatu hal
yang tidak mengandung unsur sengketa, sehingga badan peradilan yang mengadili dapat
dianggap suatu proses peradilan yang bukan sebenarnya.
ALUR
PENGAJUA
N
GUGATAN
Syarat Gugatan:
1. PENGAJUAN GUGATAN,
2. FORMAT SURAT-SURAT ,
3. PENYERAHAN SURAT GUGATAN SEDAPAT MUNGKIN DILENGKAPI ALAT
BUKTI TERTULIS,
4.PENYERAHAN SURAT GUGATAN,
5.CONTOH FORMAT SURAT GUGATAN,
6.TERTIB PERSIDANGAN.
SYARAT FOMAL &
SUBSTANTIF
DALAM SURAT
GUGATAN
Syarat Formal dalam Surat Gugatan

Tempat dan tanggal Materai Tanda Tangan


pembuatan surat gugatan. Dalam Prakteknya suatu Suatu gugatan haruslah ditanda
Suatu surat gugatan biasanya surat gugatan sebelum tangani oleh si Penggugat atau oleh
secara tegas disebutkan didaftarkan di PN harus kuasanya yang khusus untuk itu
tempat dimana gugatan itu diberikan materai (Seorang kuasa tidak dibenarkan
diperbuat, misalnya apakah secukupnya (dewasa ini mengajukan gugatan secara lisan).
gugatan dibuat ditempat biaya materai untuk Suatu gugatan yang ditanda-tangani
domisili penggugat atau di surat gugatan sebesar dengan cap jempol maka harus
tempat domisili kuasanya. Rp. 10000). dilegalisir
Syarat Substantif dalam Surat Gugatan

A. Identitas para pihak.


Dalam suatu surat gugatan harus jelas diuraikan
mengenai identitas dari para penggugat atau
tergugat, Identitas itu umumnya menyangkut:
1. Nama Lengkap
2. Umur / tempat dan tanggal lahir.
3. Pekerjaan
4. Alamat atau Domisili
Syarat Substantif dalam Surat Gugatan

B. Posita (Fundamentum Petendi).


Posita adalah dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasanalasan dari tuntutan (middelen van den eis). Dalam praktek posita itu mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Objek Perkara, yaitu mengenai hal apa gugatan itu diajukan.
2. Fakta-fakta Hukum, yaitu uraian mengenai hal-hal yang menyebabkan timbulnya sengketa.
3. Qualifikasi perbuatan tergugat, yaitu qualifikasi perbuatan dari masing-masing tergugat.
4. Uraian Kerugian, yaitu suatu uraian atau rincian mengenai kerugian yang diderita penggugat akibat
dari perbuatan tergugat.
5. Hubungan Posita dengan Petitum
Yaitu hal-hal yang tidak dikemukakan dalam posita tidak dapat dimohonkan didalam petitum akan tetapi
dalam hal-hal yang tidak dimintakan dalam petitum dapat dikabulkan asal hal tersebut telah dikemukakan
dalam posita, dengan demikian hubungan antara posita dengan petitum sangat erat, karena posita adalah
dasar membuat petitum, petitum tidak boleh bertentangan dan melebihi dari posita.
Syarat Substantif dalam Surat Gugatan
C. Petitum
Petitum Adalah kesimpulan dari suatu gugatan, yang
berisi hal-hal yang dimohonkan untuk diputuskan oleh
hakim atau Pengadilan. Petitum biasanya terdiri dari
dua bagian, yaitu:
1. Petitum Primair yang berisikan halhal pokok yang
mohon dikabulkan oleh pengadilan; dan
2. Petitum Subsidair yang isinya memberi kebebasan
kepada Hakim untuk mengabulkan lain dari
Petitum Primair.

KESIMPU
LAN
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai