JURNAL
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
Irham Afriansyah Nasution*
Tan Kamello**
M. Husni***
i
ABSTRACT
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4. Khusus gugatan mengenai tanah harus menyebut dengan jelas letak, batas-
K/Sip/1971).1
penggugat atau turut tergugat. Pada kelengkapan formil ini hendaknya harus jelas
1
Asikin, Zainal: 2015, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Prenadamedia Group,
Jakarta, h. 21.
1
identitas (nama, umur dan alamat) para pihak yang berperkara dan khusus
dictum putusan yang menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima. Salah
sebuah tindakan yang tidak dibenarkan atau tidak diperbolehkan dalam beracara
perdata.
dan pemaparan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul
B. Perumusan Masalah
Pengadilan?
2
Kamil, Faizal: 2005, Asas Hukum Acara Perdata, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, h. 57.
2
perkara No. 505/Pdt.G/2015/PN.Mdn.?
2015/PN.Mdn.?
C. Metode Penelitian
tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu,
atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi
yang bersifat menjelaskan dan bertujuan untuk menguji suatu teori guna
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data
3
Soerjono Soekanto: 2011, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
h. 14.
4
Abdulkadir Muhammad: 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet. I, PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung, h. 49.
5
Ibid.
3
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang
ini.
kepustakaan atau penggunaan data secara Studi Pustaka (Library Research). Data
pendapat para sarjana hukum yang sudah punya nama besar di bidangnya, koran
seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas
4
dalam skripsi ini.
4. Analisa data
penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Metode analisa data yang
dan tulisan.
5
BAB II
diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herziene Indonesische Reglement (HIR) tentang
(Rv) tentang isi gugatan harus memuat tentang identitas para pihak, dalil-dalil
Desember 1970 No. 492K/Sip/1970 tentang tuntutan yang tidak jelas atau tidak
sempurna dapat berakibat gugatan tidak dapat diterima, Pasal 181 ayat (1) dan (3)
HIR tentang tuntutan membayar ganti rugi, Pasal 180 ayat (1) HIR tentang
tuntutan agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan lebih dahulu, Pasal 1250
Pasal 606a Rv tentang tuntutan agar tergugat membayar uang paksa (dwangsom),
123 ayat (1) HIR tentang penggugat maupun tergugat dapat memberikan kuasa
kepada pihak lain, Pasal 127 HIR tentang kumulasi subyektif gugatan, Putusan
6
B. Faktor Penyebab Gugatan Tidak Dapat Diterima Dalam Putusan
Perkara No.505/Pdt.G/2015/PN.Mdn.
pengadilan yang diajukan oleh penggugat tidak dapat diterima karena ada alasan
sebagai berikut:
6
Manan, Abdul: Op.Cit., h. 299.
7
Harahap, M.Yahya: Op.Cit., h. 890.
7
Salah satu alasan hukum majelis hakim tidak menerima gugatan
perbuatan melawan hukum dalam satu gugatan. Hal tersebut bertentangan dengan
April 1986 dan Putusan Mahkamah Agung No. 879 K/Pdt/1997 tanggal 29
wanprestasi dalam satu gugatan melanggar tata tertib acara dengan alasan bahwa
wanprestasi, maka gugatan menjadi tidak jelas dan kabur (obscuur libel).
sertifikat tanah tersebut dan pada dalil gugatannya penggugat juga mendalilkan
8
Berdasarkan isi gugatan penggugat diketahui bahwa Tergugat I telah
sertifikat tanah tersebut dan pada dalil gugatannya penggugat juga mendalilkan
dengan petitum gugatan penggugat, hal tersebut dapat dibuktikan dengan dalil-
pengesahan surat-surat tanah, pembatalan surat perjanjian jual beli formalitas dan
ganti rugi tanpa diperinci. Kemudian faktor penyebab tidak dapat diterimanya
Mahkamah Agung No. 1875 K/PDT/1984 tertanggal 24 April 1986 dan Putusan
melanggar tata tertib acara dengan alasan bahwa keduanya harus diselesaikan
9
tersendiri adalah kurang tepat.
No.505/Pdt.G/2015/PN.Mdn.
suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali
dalam Bahasa Indonesia dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi
konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak
yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum
diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi
tersebut.
8
Prodjodikoro, Wirjono: 2001, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, h. 17.
10
dengan keterangan saksi penggugat atas nama Adi Pinem yang juga selaku
jual beli hak atas tanah tersebut oleh Tergugat I kepada penggugat karena pihak
ketiga sebagai pembeli atas tanah berperkara tersebut terkendala dalam melakukan
tersebut, dan pada dalil gugatannya penggugat juga mendalilkan bahwa Tergugat I
K/PDT/1984 tertanggal 24 April 1986 dan Putusan Mahkamah Agung No. 879
melawan hukum dengan wanprestasi dalam satu gugatan melanggar tata tertib
11
acara dengan alasan bahwa keduanya harus diselesaikan tersendiri. Menurut
pembuktian baik oleh penggugat dan Tergugat, kemudian majelis hakim dengan
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara aquo yang sampai saat
ini jumlahnya ditaksir sebesar Rp. 1.411.500,- (satu juta empat ratus sebelas
12
4. Keempat, pembuktian adalah sama dan mudah sehingga tidak mempersulit
melawan hukum dapat dibenarkan dengan alasan bahwa gugatan tersebut terdapat
hubungan yang erat, terdapat hubungan hukum antara kedua gugatan, para
Agung No. 1875 K/PDT/1984 tertanggal 24 April 1986 dan Putusan Mahkamah
gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum melanggar tata tertib
acara dengan alasan bahwa keduanya harus diselesaikan tersendiri adalah kurang
tepat.
13
Rechtsvordering (Rv). Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Nomor
penggabungan dua gugatan selama gugatan tersebut terdapat hubungan yang erat,
terdapat hubungan hukum antara kedua gugatan, para pihaknya sama, juga proses
perkara telah dilakukan dengan baik oleh Penggugat maupun Tergugat, sedangkan
pembuktian.
Menurut analisis peneliti, jika dikaji dari syarat-syarat formal isi gugatan
dengan alasan pertimbangan hukum karena karena tidak ada sinkronisasi antara
dalil posita (Fundamentum Petendi) dengan dalil petitum yang diminta. Dalam
dituntut adalah mengenai keabsahan surat-surat tanpa meminta ganti rugi akibat
14
Pertimbangan majelis hakim yang tidak melanjutkan pemeriksaan perkara
Sebagimana teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori kepastian
hukum dan teori keadilan memandang putusan tersebut keliru, sebab menurut
teori kepastian hukum, hukum itu harus dilaksanakan selama sudah ditetapkan
K/PDT/1984 tertanggal 24 April 1986 dan Putusan Mahkamah Agung No. 879
dan gugatan perbuatan melawan hukum melanggar tata tertib acara serta merujuk
gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, sedangkan dalam aturan lain
gugatan tersebut terdapat hubungan yang erat, terdapat hubungan hukum antara
kedua gugatan, para pihaknya sama, juga proses pembuktian tidak mengalami
kesulitan. Sehingga dengan adanya dua peraturan yang saling bertentangan telah
pada waktu dan kasus tertentu, majelis hakim mempekenankan penggabungan dua
gugatan, sedangkan dalam waktu dan kasus yang lain, majelis hakim menolaknya.
15
Menurut teori keadilan, dengan tidak diterimanya gugatan penggugat
1875 K/PDT/1984 tertanggal 24 April 1986 dan Putusan Mahkamah Agung No.
adalah sebahagian sudah tepat, namun dalam bagian tertentu terdapat kekeliruan,
yaitu keputusan majelis hakim yang tidak menerima gugatan penggugat karena
hakim yaitu tidak memahami maksud dari pada alasan Yurisprudensi Putusan
16
BAB III
A. Kesimpulan
diatur dalam dalam Pasal 118 ayat (1) Herziene Indonesische Reglement
Pasal 181 ayat (1) dan (3) HIR, Pasal 180 ayat (1) HIR, Pasal 1250
KUHPerdata, Pasal 606a Rv, Pasal 383 KUHPerdata, Pasal 123 ayat (1) HIR,
17
3. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Perkara No. 505/Pdt.G/2015/PN.Mdn.
pembuktian.
B. Saran
2. Disarankan para pihak Penggugat dalam membuat suatu gugatan harus lebih
teliti dalam membuat sautu gugatan khususnya mengenai syarat materil dan
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Kamil, Faizal: 2005, Asas Hukum Acara Perdata, Badan Penerbit Iblam, Jakarta.
Mulyadi, Lilik: 2009, Tuntutan Provisionil dalam Hukum Acara Perdata pada
Praktik Peradilan, Cet. Pertama, Bayumedia Publishing, Malang.
Prints, Darwan: 2002, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, PT.
Citra Aditya Bakti, Jakarta.
Rambe, Ropaun: 2004, Hukum Acara Perdata Lengkap, Cet. III, Sinar Grafika,
Jakarta.
19
Soeroso, R: 2006, Praktik Hukum Acara Perdata Tata Cara dan Proses
Persidangan, Sinar Grafika, Jakarta.
Sugeng, Bambang dan Sujayadi: 2009, Hukum Acara Perdata & Dokumen
Litigasi Perkara Perdata, Kencana, Surabaya.
Syahrani, Riduan: 2009, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
B. Peraturan Perundang-Undangan
20